I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. anak ayam yang baru menetas yang disebabkan oleh berbagai jenis bakteri.

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gangguan produksi telur. Faktor-faktor pendukung / penyebab gangguan produksi

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Kambing peranakan etawa (PE) merupakan salah satu ternak di Indonesia

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan berproduksi secara maksimal adalah kelompok ayam pada peternakan tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dari saluran napas bagian atas manusia sekitar 5-40% (Abdat,2010).

PENDAHULUAN. semakin meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan dilakukan pengembangan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kematian di negara-negara berkembang termasuk Indonesia, sebagai akibatnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar tidak

BAB I PENDAHULUAN. daging bagi masyarakat (BSN, 2008). Daging sapi sebagai protein hewani adalah

dan jarang ditemukan di Indonesia (RISTEK, 2007).

KOMPOSISI DAN MIKROBA TELUR

BAB I PENDAHULUAN. terdapat sampai pada dasar laut yang paling dalam. Di dalam air, seperti air

(Juniatiningsih, 2008). Sedangkan di RSUP Sanglah Denpasar periode Januari - Desember 2010 angka kejadian sepsis neonatorum 5% dengan angka kematian

I. PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat selama pasien dirawat di

I. PENDAHULUAN. penurunan sistem imun (Vahdani, et al., 2012). Infeksi nosokomial dapat terjadi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan pokok hidup manusia yang

I. PENDAHULUAN. Secara alami hewan ternak, khususnya itik memiliki kekebalan alami. yang berfungsi menjaga kesehatan tubuhnya. Kekebalan alami ini

PENDAHULUAN. kejadian VAP di Indonesia, namun berdasarkan kepustakaan luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. satunya bakteri. Untuk menanggulangi penyakit infeksi ini maka digunakan

BAB I PENDAHULUAN. melalui program proyek desa tertinggal maupun proyek lainnya, namun sampai

BAB 1 PENDAHULUAN. neonatus dan 50% terjadi pada minggu pertama kehidupan (Sianturi, 2011). Menurut data dari

BAB I PENDAHULUAN. antigen (bakteri, jamur, virus, dll.) melalui jalan hidung dan mulut. Antigen yang

BAB I PENDAHULUAN. pembelahan daging ayam untuk mengeluarkan jeroan, dan proses pengeluaran

dapat dimanfaatkan sebagai obat berbagai macam penyakit. Beberapa yang dilakukan untuk menemukan senyawa-senyawa bioaktif yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu masalah kesehatan utama yang ditemukan pada banyak populasi di

BAB I PENDAHULUAN. Protein hewani menjadi sangat penting karena mengandung asam-asam amino

BAB I PENDAHULUAN. Rinitis alergi (RA) merupakan suatu inflamasi pada mukosa rongga hidung

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah dalam bidang kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. bermakna (Lutter, 2005). Infeksi saluran kemih merupakan salah satu penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. pernapasan bagian atas adalah batuk pilek biasa, sakit, radang tenggorokan,

BAB I PENDAHULUAN. oleh manusia. Sumber protein tersebut dapat berasal dari daging sapi,

Analisis Hayati KEPEKAAN TERHADAP ANTIBIOTIKA. Oleh : Dr. Harmita

4 Telur biasanya juga mengandung semua vitamin yang sangat dibutuhkan kecuali vitamin C. Vitamin larut lemak (A, D, E, dan K), vitamin yang larut air

I. PENDAHULUAN. merupakan bentuk pengobatan tertua di dunia. Setiap budaya di dunia

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang terdiri dari pulau-pulau besar dan kecil

BAB I PENDAHULUAN. sinus yang disebabkan berbagai macam alergen. Rinitis alergi juga merupakan

I. PENDAHULUAN. maupun yang berasal dari alam (Karadi dkk., 2011). dibandingkan obat modern (Hastari, 2012).

I. PENDAHULUAN. Ternak itik yang berkembang sekarang merupakan keturunan dari Wild

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salmonella sp dapat menyebabkan dua masalah penyakit, yaitu yang pertama adalah

BAB I PENDAHULUAN. menggambarkan kolonisasi kuman penyebab infeksi dalam urin dan. ureter, kandung kemih dan uretra merupakan organ-organ yang

I. PENDAHULUAN. yang dapat menyebabkan kematian, yang disebut sebagai salmonellosis. Habitat

Lampiran 1. Kuesioner Kondisi dan Praktek Sanitasi Pedagang Bubur Ayam Kakilima di Kawasan Simpang Lima Semarang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut perkiraan World Health Oraganization (WHO) ada sekitar 5 juta

UJI BAKTERIOLOGI AIR ES BATU BALOK DI DAERAH PABELAN. SUKOHARJO DITINJAU DARI JUMLAH BAKTERI Coliform

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. yang merupakan bahan baku obat tradisional tersebut tersebar hampir di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. bahan partikulat debu dan tetesan cairan, yang semuanya mengandung. rumah sakit yang bisa menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama penyakit infeksi (Noer, 2012). dokter, paramedis yaitu perawat, bidan dan petugas lainnya (Noer, 2012).

bahan baku es balok yang aman digunakan dalam pengawetan atau sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konstruksi khusus sesuai dengan kapasitas produksi, kandang dan ruangan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. sumber protein fungsional maupun pertumbuhan, terutama pada anak-anak usia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 P ENDAHULUAN. irasional dapat menyebabkan terjadinya resistensi bakteri yaitu menggunakan

PERMASALAHAN PENYAKIT SEBAGAI KENDALA USAHA PETERNAKAN ITIK (IMPORTANT DISEASES IN DUCK FARMING)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak. Pemberian antibiotik merupakan pengobatan yang utama dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. berkontribusi terhadap terjadinya resistensi akibat pemakaian yang irasional

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi setiap manusia. Makanan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi pada saluran napas merupakan penyakit yang umum terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. media pertumbuhan mikroorganisme. Daging (segar) juga mengandung enzim-enzim

Keywords : P. aeruginosa, gentamicin, biofilm, Chronic Supurative Otitis Media

BAB 1 PENDAHULUAN. kelebihan berat badan, anemia, dan sebagainya (Rahal et al., 2014). Sayuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit paru obstruktif kronik atau yang biasa disebut PPOK merupakan

Pseudomonas aeruginosa adalah kuman patogen oportunistik yang dapat

UNIVERSITAS INDONESIA

1. PENDAHULUAN. berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melanda peradaban manusia selama berabad-abad (Pelczar dan Chan, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. 100 genus Actinomycetes hidup di dalam tanah. tempat-tempat ekstrim seperti daerah bekas letusan gunung berapi.

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi di Indonesia, termasuk dalam daftar jenis 10 penyakit. Departemen Kesehatan pada tahun 2005, penyakit sistem nafas

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Propolis adalah campuran dari sejumlah lilin lebah dan resin yang

1. Penyakit Tetelo (ND=Newcastle Disease) Penyebab : Virus dari golongan paramyxoviru.

Berikut tips mengenali dan memilih pangan yang berasal dari hewan yang memenuhi kriteria Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH).

BAB I PENDAHULUAN. wanita 54,5% lebih banyak dari laki-laki. Namun pada neonatus, ISK lebih

I. PENDAHULUAN. makhluk hidup. Bakteri juga banyak terdapat pada saluran pencernaan ternak

BAB 7. MIKROBIOLOGI HASIL PERIKANAN. 7.1 Jenis-jenis Mikroba Pada Produk Perikanan

4. HASIL. Tabel 4.1. Jumlah isolat dari Bangsal Bedah RSUPNCM tahun No Kode Organisme Jumlah Isolat eco Escherichia coli

BAB I PENDAHULUAN. lebih banyak dibandingkan dengan Negara maju. Indonesia dengan kasus

Prevalensi Kuman Multi Drug Resistance (MDR) di Laboratorium Mikrobiologi RSUP Dr. M. Djamil Padang Periode Januari Desember 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Makanan jajanan (street food)

BAB I PENDAHULUAN. yang rasional dimana pasien menerima pengobatan yang sesuai dengan

I. PENDAHULUAN. Produk yang dihasilkan oleh itik yang bernilai ekonomis antara lain: telur, daging,

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Di berbagai negara khususnya negara berkembang, peranan antibiotik dalam

ABSTRAK AKTIVITAS ANTIMIKROBA MADU IN VITRO TERHADAP ISOLASI BAKTERI DARI LUKA

BAB I PENDAHULUAN. (Saifudin, 2008). Infeksi Luka Operasi (ILO) memberikan dampak medik berupa

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Broiler atau ayam pedaging merupakan ternak yang efisien dalam

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi yolk sac merupakan suatu penyakit yang umum ditemukan pada anak ayam yang baru menetas yang disebabkan oleh berbagai jenis bakteri. Infeksi yolk sac dapat ditemukan secara bersamaan dengan omfalitis (radang umbilikus) karena kedekatan hubungan anatomi antara yolk sac dan umbilikus. Omfalitis dapat meluas ke peritoneum dan menimbulkan peritonitis untuk selanjutnya menyebabkan infeksi yolk sac. Demikian juga infeksi yolk sac yang berat dapat menimbulkan peritonitis dan selanjutnya mengakibatkan timbulnya omfalitis. Meskipun demikian omfalitis atau infeksi yolk sac dapat saja terjadi secara terpisah. Berbagai jenis bakteri dapat berperan sebagai penyebab infeksi yolk sac dan/atau omfalitis. Escheriachia coli merupakan bakteri yang paling sering ditemukan, diikuti dengan Salmonella dan Staphylococcus. Genus bakteri lainnya yang sering terlibat dalam infeksi yolk sac adalah Pseudomonas, Klebsiella, Clostridium, Micrococcus, Yersinia, Enterobacter, Aerobacter, Citrobacter, Achromobacter, Enterococci, dan Alcaligenes. Selain itu, Aspergillus fumigatus pernah juga dilaporkan terlibat dalam infeksi yolk sac (Amare et al., 2013; Munang andu et al.,2012; Husseina et al., 2008; dan Iqbal et al.,2006; Khan et al., 2004; Utomo dkk., 1990). Sumber infeksi bakterial yang terpenting pada yolk sac adalah kontaminasi tinja pada telur tetas. Disamping itu, pencemaran bakteri pada telur dapat juga 1

2 terjadi akibat nest box (sangkar bertelur) yang kotor di breeding farm, adanya telur tetas di latai (floor eggs), pencemaran pada inkubator, kerabang telur yang retak, kondisi penyimpanan telur tetas (cooling room) yang kurang memadai di unit hatchery, tingkat kelembaban yang tinggi selama proses inkubasi, dan penetrasi bakteri melalui umbilikus yang tidak menutup dengan sempurna. Infeksi yolk sac dapat juga terjadi melalui pencemaran pada telur akibat ooforitis dan salpingitis pada induk (Parent Stocks, PS) dan akibat translokasi bakteri dari usus atau aliran darah (Giovanardi et al., 2005; Barnes et al., 2008; Kehler, 2008). Anak ayam yang menderita infeksi yolk sac biasanya terlihat lesu, lemah, perut membesar, tubuh terasa empuk, cenderung untuk bergerombol di dekat pemanas dan dapat berakibat dengan kematian. Kerapkali umbilikus tampak membuka, basah, berwarna kemerahan dan terlihat kotor (mushy chick disease); kadang-kadang menebal, menonjol, dan berwarna merah tua. Gejala lain yang bersifat umum, meliputi penurunan atau hilangnya nafsu makan, gangguan pertumbuhan, bulu berdiri, dan kadang-kadang disertai oleh diare dengan kotoran yang menutupi daerah kloaka (Barnes et al., 2008; Kehler, 2008). Pada umumnya, infeksi yolk sac sulit untuk diobati oleh karena proses penyakit cepat memburuk, meskipun pada sejumlah kasus pengobatan dengan antibiotik dapat berhasil dengan baik. Sehubungan dengan banyaknya jenis antibiotik yang beredar di pasaran disertai dengan kemudahan dalam mengakses obat-obatan tersebut membuat peternak bebas memilih dan menggunakan antibiotik tersebut untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi di kandang. Hal ini merupakan salah satu faktor yang berperan dalam memunculkan bakteri yang

3 resisten terhadap antibiotik sehingga menyebabkan penyakit lebih sulit untuk diobati. Demikian juga, jika penyakit ini ditangani secara tidak efektif dapat menyebabkan agen penyakit menjadi resisten, menyebar ke lingkungan, dan berpotensi menyebabkan penyakit pada unggas lainnya di kemudian hari. Munculnya organisme yang resisten terhadap antibiotik membuat penyakit lebih sulit untuk diobati sehingga meningkatkan angka mortalitas dan morbiditas pada anak ayam dalam suatu peternakan. Penyakit yang berlangsung lama akan memberi kesempatan kepada bakteri untuk menyebar ke lingkungan dan menyebabkan sakit pada unggas lainnya. Selain itu, biaya yang dikeluarkan untuk pengobatan juga bertambah mahal sehingga munculnya bakteri resisten di lingkungan dapat menyebabkan kerugian yang tidak sedikit bagi peternak. Data dari lapangan menunjukkan bahwa jenis bakteri penyebab infeksi yolk sac pada anak ayam sangat beragam, demikian juga kasus resistensi bakteri terhadap antibiotik tergolong tinggi. Para peneliti melaporkan bahwa resistensi E. coli yang diisolasi dari kasus infeksi yolk sac terhadap amoksisilin, enrofloksasin, tetrasiklin, dan eritromisin, yaitu sebesar 63,7-93,1% (Amare et al., 2010; Al- Khalaf et al., 2010; Iqbal et al., 2006). Klebsiella spp. juga menunjukkan tingkat resistensi yang cukup tinggi terhadap amoksisilin, tetrasiklin, dan eritromisin sebesar 60 86,9% (Al-Khalaf et al., 2010; Husseina et al., 2008). Tingkat resistensi terhadap antibiotik yang cukup tinggi juga ditunjukkan oleh S. aureus dan Pseudomonas aeruginosa. Persentase resistensi Staphylococcus aureus terhadap enrofloksasin, kolistin sulfat, dan tetrasiklin, sebesar 46,7 92,5% (Amare et al., 2013; Al-Khalaf et al., 2010), sedangkan persentase resistensi P.

4 aeruginosa terhadap amoksisilin, eritromisin, kolistin sulfat, dan tetrasiklin sebesar 46,7 100% (Al-Khalaf et al., 2010; Husseina et al., 2008). Sehubungan dengan berbagai fakta di atas, maka isolasi dan identifikasi bakteri yang berasal dari yolk sac yang terinfeksi pada anak ayam pedaging penting untuk dilakukan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui bakteri patogen apa saja yang menjadi penyebab penyakit ini, sehingga penyakit dapat ditanggulangi lebih dini. Selanjutnya, penting juga untuk dilakukan uji sensitivitas bakteri terhadap antibiotik untuk mendapatkan informasi mengenai pengobatan yang paling efektif dalam menanggulangi penyakit ini, sehubungan dengan makin banyaknya bakteri yang resisten terhadap antibiotik. B. Perumusan Masalah Infeksi yolk sac biasa ditemukan pada unggas berumur kurang dari satu minggu, dan kerapkali ditemukan bersamaan dengan omfalitis (radang umbilikus). Berbagai jenis bakteri dapat berperan sebagai penyebab infeksi yolk sac dan/atau omfalitis. Escheriachia coli merupakan bakteri yang paling sering ditemukan, diikuti dengan Salmonella dan Staphylococcus. Genus bakteri lainnya yang sering terlibat dalam infeksi yolk sac adalah Pseudomonas, Klebsiella, Clostridium, Micrococcus, Yersinia, Enterobacter, Aerobacter, Citrobacter, Achromobacter, Enterococci, dan Alcaligenes. Selain itu, Aspergillus fumigatus pernah juga dilaporkan terlibat dalam infeksi yolk sac (Amare et al., 2013; Munang andu et al.,2012; Husseina et al., 2008; dan Iqbal et al.,2006; Khan et al., 2004; Utomo dkk., 1990).

5 Sumber infeksi bakterial yang terpenting pada yolk sac adalah kontaminasi tinja pada telur tetas. Di samping itu, pencemaran bakteri pada telur dapat juga terjadi akibat nest box (sangkar bertelur) yang kotor di breeding farm, adanya telur tetas di latai (floor eggs), pencemaran pada inkubator, kerabang telur tetas yang retak, kondisi penyimpanan telur (cooling room) yang kurang memadai di unit hatchery, tingkat kelembaban yang tinggi selama proses inkubasi, dan penetrasi bakteri melalui umbilikus yang tidak menutup dengan sempurna. Infeksi yolk sac dapat juga terjadi melalui pencemaran pada telur tetas akibat ooforitis dan salpingitis pada parent stocks (PS) dan akibat translokasi bakteri dari usus atau aliran darah (Giovanardi et al., 2005; Barnes et al., 2008; Kehler, 2008). Anak ayam yang menderita infeksi yolk sac biasanya terlihat lesu, lemah, perut membesar, tubuh terasa empuk, cenderung untuk bergerombol di dekat pemanas dan dapat berakibat dengan kematian. Kerapkali umbilikus tampak membuka, basah, berwarna kemerahan dan terlihat kotor (mushy chick disease); kadangkadang menebal, menonjol, dan berwarna merah tua. Gejala lain yang bersifat umum, meliputi penurunan atau hilangnya nafsu makan, gangguan pertumbuhan, bulu berdiri, dan kadang-kadang disertai oleh diare dengan kotoran yang menutupi daerah kloaka (Barnes et al., 2008; Kehler, 2008). Pada umumnya, infeksi yolk sac sulit untuk diobati oleh karena proses penyakit cepat memburuk, meskipun pada sejumlah kasus pengobatan dengan antibiotik dapat berhasil dengan baik. Sehubungan dengan banyaknya jenis antibiotik yang beredar di pasaran disertai dengan kemudahan dalam mengakses obat-obatan tersebut membuat peternak bebas memilih dan menggunakan

6 antibiotik tersebut untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi di kandang. Hal ini merupakan salah satu faktor yang berperan dalam memunculkan bakteri yang resisten terhadap antibiotik sehingga menyebabkan penyakit lebih sulit untuk diobati. Demikian juga, jika penyakit ini ditangani secara tidak efektif dapat menyebabkan agen penyakit menjadi resisten, menyebar ke lingkungan, dan berpotensi menyebabkan penyakit pada unggas lainnya di kemudian hari. Sehubungan dengan berbagai kondisi tersebut, maka timbul permasalahanpermasalahan, sebagai berikut: 1. Apa jenis bakteri yang menimbulkan infeksi yolk sac pada anak ayam pedaging komersial di Indonesia? 2. Apa jenis antibiotik yang masih efektif dalam membunuh bakteri yang terlibat dalam kasus infeksi yolk sac pada anak ayam pedaging komersial? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengisolasi dan mengidentifikasi bakteri yang terlibat dalam kasus infeksi yolk sac pada anak ayam pedaging komersial. 2. Mengetahui bakteri yang masih sensitif terhadap berbagai antibiotik yang umum digunakan di lapang, yang diisolasi dari kasus infeksi yolk sac pada anak ayam pedaging komersial.

7 D. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat disumbangkan oleh penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam memilih jenis antibiotik yang paling efektif untuk mengatasi infeksi yolk sac pada anak ayam pedaging komersial. 2. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah memperketat pengawasan peredaran antibiotik untuk menekan berkembangnya bakteri yang resisten terhadap antibiotik. 3. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh bidang kesehatan masyarakat veteriner (kesmavet) untuk menginformasikan penggunaan antibiotik secara rasional agar tidak timbul bakteri yang resisten terhadap antibiotik yang mungkin dapat menular ke manusia. 4. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh para peneliti sebagai fondasi awal untuk penelitian lanjutan mengenai berbagai aspek yang terkait dengan masalah penyakit infeksi pada hewan, bakteri patogen, serta resistensi terhadap antibiotik. Penelitian tentang infeksi yolk sac pada ayam pedaging komersial dan uji sensitivitas antibiotik pada bakteri penyebab penyakit tersebut masih sangat terbatas di Indonesia. E. Keaslian Penelitian Berdasarkan studi literatur yang dilakukan, saat ini hanya ada satu publikasi mengenai bakteri penyebab infeksi yolk sac yang dilaporkan oleh

8 peneliti di Indonesia, yaitu Utomo dkk. (1990). Para peneliti tersebut mengisolasi dan mengidentifikasi bakteri penyebab infeksi yolk sac pada anak ayam, tanpa menyebutkan jenis ayam yang digunakan sebagai sampel. Selain itu, Utomo dkk. (1990) tidak melakukan uji sensitivitas bakteri yang diisolasi terhadap berbagai jenis antibiotik. Bakteri yang berhasil diisolasi dalam penelitian tersebut, meliputi Escherichia coli, Proteus mirabilis, Pseudomonas sp., Enterobacter sp., Alcaligenes sp., Citrobacter sp., Klebsiella sp., Staphylococcus sp., Streptococcus sp., Micrococcus sp., dan Bacillus sp. Amare et al. (2013) meneliti prevalensi kejadian infeksi yolk sac pada ayam strain white leghorn dan Rhode Island red berumur 1 7 hari, serta mengidentifikasi dan mengevaluasi sensitivitas bakteri penyebab infeksi yolk sac. Antibiotik yang digunakan adalah tetrasiklin, streptomisin, gentamisin, baktersin, eritromisin, ampisilin, kloramfenikol, dan penisilin, sedangkan bakteri dominan yang ditemukan adalah Escherichia coli, Staphylococcus aureus, dan Proteus mirabilis. Munang andu et al. (2012) mengidentifikasi bakteri patogen penyebab kematian anak ayam pedaging dan petelur yang diisolasi dari yolk sac dan organ viseral. Bakteri yang berhasil diisolasi adalah Escherichia coli, Salmonella gallinarum, dan Proteus spp. Al-Khalaf et al. (2010) mengisolasi dan mengidentifikasi bakteri patogen yang mengkontaminasi permukaan telur, ruang penyimpanan telur, setter, hatchery, telur yang tidak menetas (unhatched eggs), dan anak ayam yang baru menetas, serta mengevaluasi sensitivitas antibiotik terhadap bakteri tersebut. Bakteri yang ditemukan adalah Escherichia coli, Salmonella spp., Klebsiella pneumoniae, Proteus vulgaris, Pseudomonas

9 aeruginosa, Citrobacter diversus, dan Enterobacter cloacae, sedangkan antibiotik yang digunakan adalah amoksisilin, kloramfenikol, kolistin sulfat, eritromisin, gentamisin, oksitetrasiklin, asam nalidiksik, neomisin, enrofloksasin, dan streptomisin. Husseina et al. (2008) menginvestigasi perubahan patologik pada anak ayam pedaging yang menderita infeksi yolk sac, serta mengidentifikasi dan menguji sensitivitas bakteri penyebab infeksi yolk sac terhadap antibiotik. Antibiotik yang digunakan adalah amoksisilin, sefaleksin, florfenikol, komibinasi trimoksasol, enrofloksasin, eritromisin, flumequin, dan tetrasiklin, sedangkan bakteri yang diisolasi adalah E. coli, E. aerogenes, S. aureus, K. pneumoniae, Streptococcus spp., P. mirabilis, B. cereus, dan P. aeruginosa. Iqbal et al. (2006) mengisolasi bakteri pada yolk sac dan organ viseral anak ayam pedaging dan petelur berumur 1 7 hari, serta mengevaluasi sensitivitas bakteri tersebut terhadap antibiotik. Bakteri yang ditemukan adalah E. coli, Proteus, Streptococcus, Klebsiella, Salmonella, Staphylococcus, Pseudomonas, Pasteurella, dan Yersinia. Rad et al. (2003) meneliti prevalensi bakteri Gram positif pada ayam pedaging yang menderita infeksi yolk sac. Bakteri yang ditemukan adalah Streptococcus, Staphylococcus, B. cereus, dan Cl. perfringens. Sampai saat ini isolasi dan identifikasi bakteri penyebab infeksi yolk sac pada anak ayam pedaging komersial umur 1 3 hari dan uji sensitivitas bakteri yang diisolasi terhadap beberapa jenis antibiotik belum pernah dilakukan Indonesia. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah terletak pada jenis dan umur ayam yang digunakan, uji sensitivitas antibiotik yang

10 dilakuan, jenis antibiotik yang digunakan, dan bakteri yang teridentifikasi yang digunakan untuk uji sensitivitas antibiotik.