METODE PENELITIAN. Materi Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PEMBERIAN ROTIFER

III. METODE PENELITIAN. Tabel 1. Alat dan Bahan yang digunakan dalam penelitian

Produksi benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) kelas benih sebar

Deskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus)

PRODUKSI BENIH UDANG VANAME (LITOPENAEUS VANNAMEI) KELAS BENIH SEBAR

BAB III BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

BAB III BAHAN DAN METODE. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PT. Peta Akuarium, Bandung pada bulan April hingga Mei 2013.

BAB III BAHAN DAN METODE

III. METODE KERJA. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zooplankton, Balai Besar

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok Jawa Barat.

BAB III BAHAN DAN METODE

M.A. Suprayudi, E. Mursitorini dan D. Jusadi

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 10 Mei 30 Juni 2013 selama 50

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi benih ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas benih sebar

BAB III BAHAN DAN METODE

3. METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober - November 2012 di Balai. Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Hanura -Lampung

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan Pada bulan Februari - Maret 2015 di Balai

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Mei - Juni 2014 di Laboratorium Basah Jurusan

TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan Larva Rajungan. Jenis Stadia dan Lama Waktu Perkembangan Larva

BAB III BAHAN DAN METODE

III. METODE KERJA. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Besar Perikanan Budidaya Laut

II. METODOLOGI. a) b) Gambar 1 a) Ikan nilem hijau ; b) ikan nilem were.

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. = data pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = nilai tengah data τ i ε ij

BAB III BAHAN DAN METODE

3 METODE PENELITIAN A2B2 (37;11) A2B1 (37;9) A1B2 (33;11) Tepung ikan

BAB III BAHAN DAN METODE

MODUL: PEMIJAHAN DAN PEMANENAN TELUR

II. METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Percobaan 1. Pengaruh pemberian bahan aromatase inhibitor pada tiga genotipe ikan nila sampai tahap pendederan.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilakukan selama 2 bulan pada bulan Februari-April 2015,

Jl. Prof. Dr. Soemantri Brodjonegoro No. 1 Bandar Lampung Surel: ABSTRACT

Ima Yudha Perwira, S.Pi, MP, M.Sc (Aquatic)

I. PENDAHULUAN. Kegiatan budidaya perikanan saat ini mengalami kendala dalam. perkembangannya, terutama dalam usaha pembenihan ikan.

II. BAHAN DAN METODE 2. 1 Rancangan penelitian 2.2 Persiapan wadah 2.3 Penyediaan larva ikan patin

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan 5.2. Struktur Organisasi

PENGENALAN UMUM BUDIDAYA KEPITING BAKAU

BAB III BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE. Tabel 1. Subset penelitian faktorial induksi rematurasi ikan patin

BAB III BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama dua bulan pada bulan September-Oktober 2013,

MODUL: PEMELIHARAAN INDUK

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN Nomor: KEP. 41/MEN/2001 TENTANG PELEPASAN VARIETAS UDANG VANAME SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 2 Oktober sampai 10 November 2014,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk

II. BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN

II. BAHAN DAN METODE

METODE PENELITIAN. : Nilai pengamatan perlakuan ke-i, ulangan ke-j : Rata-rata umum : Pengaruh perlakuan ke-i. τ i

AQUACULTURE POND BOTTOM SOIL QUALITY MANAGEMENT

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.15/MEN/2002 TENTANG PELEPASAN VARIETAS UDANG ROSTRIS SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan

3. METODE Waktu dan Tempat Penelitian Tahapan Penelitian Prosedur Penelitian a. Tahap I 1. Kultur bakteri Serratia marcescens

II. BAHAN DAN METODE. Bahan Pakan

MODUL: PENETASAN Artemia

Pengaruh Penggunaan Pupuk Organik Diamond Interest Grow dengan Dosis Berbeda terhadap Pertumbuhan Populasi Rotifera (Brachionus plicatilis)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksananakan pada bulan Juli September 2013 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 03 Februari sampai dengan 17

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN

PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP Artemia sp. DENGAN PEMBERIAN PAKAN ALAMI YANG BERBEDA

METODE PENELITIAN. M 1 V 1 = M 2 V 2 Keterangan : M 1 V 1 M 2 V 2

II. BAHAN DAN METODE

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas benih sebar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada 17 Januari 2016 di UD.

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Alat dan Bahan 2.2 Tahap Penelitian

APLIKASI PAKAN BUATAN UNTUK PEMIJAHAN INDUK IKAN MANDARIN (Synchiropus splendidus)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Aquatik, Fakultas

OPTIMASI PEMBERIAN KOMBINASI FITOPLANKTON DAN RAGI DENGAN DOSIS YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN ROTIFERA

III. BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2012 di Laboratorium

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober - November 2012 di Laboratorium

Panduan Singkat Teknik Pembenihan Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus) Disusun oleh: ADE SUNARMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dari bulan Juli hingga Agustus 2011 yang bertempat di

MODUL: BUDIDAYA ROTIFERA

II. BAHAN DAN METODE

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei sampai Juli 2014, di Laboratorium Budidaya

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama 40 hari pada bulan Agustus sampai dengan

METODE PENELITIAN. Persentase endapan limbah padat = x 100%

Pembesaran udang galah Macrobrachium rosenbergii kini mengadopsi

PADAT TEBAR YANG BERBEDA TERHADAP DAYA TETAS Artemia sp DI BALAI BENIH IKAN (BBI) KOTA GORONTALO. Abstrak

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2011 bertempat di. Balai Budidaya Ikan Hias, Natar, Lampung Selatan.

III. METODOLOGI. Penelitian dilakukan selama 40 hari dari bulan Februari sampai dengan Maret. Bahan yang digunakan dalam penelitian antara lain:

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Agustus sampai denganseptember 2011

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Mei sampai Bulan Juli 2013

BAB 3 BAHAN DAN METODE

Transkripsi:

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2006, di PT Centralpertiwi Bahari yang berlokasi di Desa Suak, Kecamatan Sidomulyo, Lampung Selatan. Analisa asam lemak dilakukan di Laboratorium Food Technology Departement, PT Charoen Pokphan Indonesia. Materi Penelitian Hewan Uji Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah larva udang vaname (Litopenaeus vannamei) stadia zoea 2 (Z2). Larva tersebut diperoleh dari hasil penetasan induk di Maturation and Nauplii Production Department PT Centralpertiwi Bahari. Pakan Pakan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari pakan alami dan pakan buatan. Pakan alami yang digunakan adalah rotifer (Brachionus rotundiformis) dan naupli Artemia yang diperkaya dengan DHA 70 G. Rotifer sebagai pakan uji diperoleh dari hasil kultur di Algae Production Department PT Centralpertiwi Bahari, sedangkan naupli Artemia berasal dari penetasan kista merk Mackay dengan hatching rate 90%. Pakan buatan yang digunakan adalah CP Star 100, 200 dan 300 (protein 38%, lipid 9.5%, serat 4%, dan abu 15%), Lanzy-Shrimp ZM, MPL dan PL (protein 48%, lipid 13%, serat kasar 2.5% dan kadar air 8%). Bahan pengkaya rotifer dan Artemia adalah DHA 70G (Nippon Kagaku Shiryo Co., LTD, Japan; mengandung 70.7% DHA dan 5.2% EPA). Wadah dan Media Wadah penelitian yang digunakan adalah toples plastik 1.5 liter yang diisi dengan air laut sebanyak 1 liter. Air media yang digunakan adalah air laut bersalinitas 31 ppt dan sebelum digunakan telah melewati proses ozonisasi. Kemudian air laut tersebut ditampung dalam fiber 500 liiter dan diberi EDTA 5 ppm sebelum digunakan. Untuk mempertahankan suhu media pemeliharaan agar tetap stabil, maka semua wadah penelitian ditempatkan dalam system water

11 bath yang diberi thermostat sehingga suhunya berada pada kisaran 29-31ºC. Sedangkan untuk mempertahankan kandungan oksigen terlarutnya, setiap wadah penelitian diberi aerasi dengan menggunakan selang yang dihubungkan dengan pipet Pasteur. Wadah penelitian diperlihatkan pada Gambar 1. Gambar 1. Wadah penelitian Pengamatan kualitas air meliputi suhu, salinitas, ph dan oksigen terlarut. Suhu diukur dengan thermometer batang dan salinitas diukur dengan hand refraktrometer Atago Smill yang masing-masing diamati setiap hari. Oksigen terlarut dan ph dilakukan pengukuran setiap dua hari sekali mengunakan DO meter YSI 51B dan ph meter WTW 320. Hasil pengamatan kualitas air selama penelitian suhu 30 ºC, salinitas 31 ppt, ph penelitian pertama 8.15-8.37 dan penelitian kedua 8.25-8.27, oksigen terlarut pada penelitian pertama 5.40-5.55 mg/l dan penelitian kedua 5.06-5.48 mg/l (Lampiran 1).

12 Metode Pemeliharaan Penyediaan Rotifer Rotifer (Brachionus rotundiformis) diperoleh dari hasil kultur dengan menggunakan bak bervolume 1 ton (Lampiran 2). Pakan yang digunakan untuk rotifer adalah phytoplankton jenis Nannochloropsis sp yang sebelumnya dikultur pada bak berukuran 1 ton (Lampiran 2). Penetasan Kista Artemia Untuk memperoleh naupli Artemia, kistanya diinkubasi selama 24 jam di dalam wadah penetasan yang terbuat dari fiber dengan dasar berbentuk kerucut berkapasitas 230 liter (Lampiran 2). Media air laut yang digunakan bersalinitas 30-32 ppt, dan kepadatan kista yang ditetaskan adalah 5 gr/lt. Selama proses penetasan wadah diaerasi kuat. Kista yang menetas dipanen lewat bawah dengan menyaring dengan planktonet mesh 300. Pengkayaan Rotifer dan Naupli Artemia Bahan yang digunakan untuk pengkayaan Brachionus rotundiformis dan naupli Artemia adalah DHA 70 G (Nippon Kagaku Shiryo Co., LTD, Japan; mengandung 70,7% DHA dan 5,2% EPA). Pengkayaan Rotifer Untuk teknik pengkayaan rotifer adalah dengan memasukkannya ke dalam ember berkapasitas 10 liter yang diisi air laut dengan kepadatan 1000 ind/ml. Salinitas air laut berkisar 30-32 ppt dan dilakukan aerasi. Bahan pengkaya dan kuning telur (sesuai dengan dosis perlakuan) dimasukkan ke dalam air akuadest 200 ml dan diemulsikan selama 2 menit (Suprayudi et al. 2002). Setelah diemulsikan, media pengkaya tersebut dimasukkan ke dalam wadah pengkayaan yang telah berisi rotifer. Pengkayaan dilakukan selama 6 jam. Pengkayaan naupli Artemia Untuk teknik pengkayaan naupli Artemia adalah dengan memasukannya ke dalam fiber berkapasitas 230 liter yang diisi air laut dengan kepadatan 200000 ind/l (Karim 1998). Salinitas air laut yang digunakan berkisar 30-32 ppt dan

13 dilakukan aerasi. Bahan pengkaya dan kuning telur (sesuai dengan dosis perlakuan) dimasukkan ke dalam akuadest 200 ml dan diemulsikan selama 2 menit (Suprayudi et al. 2002). Setelah diemulsikan, media pengkaya tersebut dimasukkan ke dalam wadah pengkayaan yang telah berisi naupli Artemia. Pengkayaan dilakukan selama 12 jam (Karim 1998). Pemeliharaan Induk Induk yang digunakan merupakan jenis SPF (Spesific Pathogen Free) yang berasal dari Hawaii, USA. Bobot induk betina yang digunakan sebesar 50 g dan bobot induk jantannya sebesar 40 g. Induk udang vaname yang telah diablasi dipelihara dalam bak beton yang berukuran 3x11x0,9 m yang diisi dengan air laut sebanyak 24 28 ton dengan salinitas 30-32 ppt dan suhu 25ºC. Pada bak pemeliharaan tersebut dilengkapi sistem sirkulasi dan diberi aerasi. Selama pemeliharaan, induk udang vaname diberi pakan berupa cacing 6 kali sehari sebanyak 25% bobot biomas/hari. Untuk menjaga kualitas air setiap hari dilakukan pergantian air sebanyak 200% dan penyiponan untuk membersihkan feces dan sisa pakan yang tidak termakan. Seleksi induk matang telur dilakukan setiap hari selama pemeliharaan, yang dimulai pada hari ke dua setelah ablasi. Seleksi dilakukan terhadap induk betina yang telah mencapai tingkat kematangan gonad ke-4 (TKG-4), yang ditandai dengan penuhnya ovary di daerah punggung, setelah itu induk dipindahkan ke bak spawning bervolume 2,5 ton. Penetasan Telur dan Pemanenan Naupli Vaname Pelepasan telur biasanya terjadi 24 jam setelah induk dipindahkan ke bak spawning. Selama proses penetasan telur dilakukan pengadukan telur untuk mencegah terjadinya pengendapan di dasar bak. Induk yang telah mengeluarkan telur kemudian dipindahkan lagi ke bak pemeliharaan. Penetasan telur biasanya terjadi 12-18 jam setelah induk spent, dan dilakukan di bak spawning. Naupli yang telah mencapai instar 5 kemudian dipanen dan harus memenuhi kriteria bebas dari SEMBV, IHHNV, TSV, luminescent bakteri dan jamur serta memiliki hatching rate > 30%. Pemanenan naupli dilakukan dengan mematikan aerasi di bak spawning dan menghidupkan lampu pijar agar naupli cepat naik ke permukaan dan siap dipanen dengan menggunakan seser halus kemudian diambil dengan gayung

14 Sampel Asam Lemak Untuk mengetahui kadar asam lemak n-3 yang ada pada rotifer, Artemia dan larva udang vaname dilakukan dengan memelihara larva udang vaname di wadah yang terpisah. Wadah yang digunakan adalah fiber berbentuk bulat dengan volume 500 liter sebanyak 5 buah untuk penelitian tahap pertama dan 4 buah untuk penelitian tahap kedua. Wadah tersebut diisi air laut sebanyak 450 liter dan diisi dengan larva udang vaname dengan kepadatan 100 ind/l serta diaerasi dan diberi thermostat. Setiap hari larva udang vaname diberi pakan sesuai dengan perlakuan yang telah ditentukan. Setiap pengambilan sampel diambil sebanyak 2 g dengan saringan kemudian dimasukkan dalam plastik kedap udara dan disimpan di dalam freezer. Rancangan Penelitian dan Analisa Data Rancangan Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang dilakukan dalam dua tahap dan masing-masing perlakuan dalam kedua tahap tersebut terdiri dari 3 ulangan. Penelitian pertama adalah pengkayaan dengan DHA 70G terhadap rotifer yang akan diberikan pada larva udang vaname stadia Z2 sampai PL1. Perlakuan pada penelitian tahap pertama ini adalah : A. Pakan buatan tanpa pemberian rotifer B. Rotifer+minyak kelapa 100 µl/l+pakan buatan C. Rotifer+DHA 70G 25 µl/l+minyak kelapa 75 µl/l+pakan buatan D. Rotifer+DHA 70G 50 µl/l+minyak kelapa 50 µl/l+pakan buatan E. Rotifer+DHA 70G 75 µl/l+minyak kelapa 25 µl/l+pakan buatan Pada tahap kedua adalah pengkayaan dengan DHA 70G terhadap Artemia yang akan diberikan pada larva udang vaname stadia PL1 sampai PL10. Perlakuan pada penelitian tahap kedua ini adalah : A. Artemia+minyak kelapa 100 µl/l+pakan buatan B. Artemia+DHA 70G 25 µl/l+minyak kelapa 75 µl/l+pakan buatan C. Artemia+DHA 70G 50 µl/l+minyak kelapa 50 µl/l+pakan buatan D. Artemia+DHA 70G 75 µl/l+minyak kelapa 25 µl/l+pakan buatan

15 Analisis Data Untuk mengetahui pengaruh rotifer dan Artemia yang telah diperkaya dengan asam lemak terhadap tingkat kelangsungan hidup dan intermolt period, data diplotkan dalam suatu tabel dan dilakukan analisis sidik ragam antar perlakuan. Apabila hasil analisa sidik ragam menunjukkan perbedaan nyata kemudian dilanjutkan dengan uji Duncan (Program SPSS 13.0 for Windows). Untuk data kandungan asam lemak dan kualitas air akan ditampilkan dalam bentuk tabel dan diinterprestasikan secara deskriptif. Pelaksanaan Penelitian Penelitian Tahap Pertama Setelah mendapatkan naupli dari induk udang vaname yang telah dipijahkan, larva dipelihara pada tank 500 liter untuk dipelihara sampai dengan stadia Z2. Setelah berubah menjadi stadia Z2, larva udang vaname dipindahkan pada wadah penelitian. Sebelum memasukkan hewan uji dalam wadah penelitian, wadah tersebut terlebih dahulu ditempatkan secara acak pada system water bath dan diisi dengan air laut sebanyak 1 liter dan diberi aerasi. Kemudian larva udang vaname dimasukkan dalam wadah penelitian dengan kepadatan 100 ind/l, kemudian diberikan pakan sesuai dengan perlakuan yang diberikan. Jumlah rotifer yang diberikan ditunjukkan pada Tabel 1. Larva tersebut dipelihara sampai dengan stadia PL1. Penelitian tahap pertama ini untuk melihat respon terhadap tingkat kelangsungan hidup yang paling bagus dari 7 perlakuan tersebut. Penelitian Tahap Kedua Setelah mendapatkan naupli dari induk udang vaname yang telah dipijahkan, larva dipelihara pada tank 500 liter untuk dipelihara sampai dengan stadia mysis 3. Selama pemeliharaan larva udang vaname diberi pakan sesuai hasil penelitian pertama yang memberikan respon terbaik untuk tingkat kelangsungan hidup. Setelah berubah menjadi PL1, larva udang vaname dipindahkan pada wadah penelitian. Sebelum memasukkan hewan uji dalam wadah penelitian, wadah tersebut terlebih dahulu ditempatkan secara acak pada system water bath dan diisi dengan air laut sebanyak 1 liter dan diberi aerasi. Kemudian larva udang vaname dimasukkan dalam wadah penelitian dengan kepadatan 100 ind/l, kemudian diberikan pakan sesuai dengan perlakuan yang

16 diberikan. Jumlah naupli Artemia yang diberikan ditunjukkan pada Tabel 1. Larva tersebut dipelihara sampai dengan stadia PL 10. Pakan buatan ditimbang menggunakan timbangan analitik dengan skala terkecil 0,0001 gr. Jumlah pakan buatan yang diberikan pada kedua tahap percobaan seperti ditunjukkan pada Lampiran 3. Frekuensi pemberian pakan dilakukan 5 kali sehari, 2 kali untuk pakan alami dan 3 kali untuk pakan buatan. Pemberiannya dilakukan pada jam 04. 00, 11. 00, 15. 00, 19. 00 dan jam 23. 00. Untuk membuang pakan yang tersisa dan mempertahankan kualitas air dilakukan pergantian air pada pagi hari. Pengamatan stadia larva dilakukan pagi hari, jika ditemukan stadia yang berbeda pada wadah perlakuan yang sama, maka larva tersebut dipisahkan pada wadah yang berbeda. Kualitas air yang diamati adalah suhu air dan salinitas yang diamati setiap hari serta ph dan kandungan oksigen terlarut yang diamati setiap dua hari sekali. Pengamatan kualitas air tersebut dilakukan pada pagi hari. Disamping penelitian dalam wadah 1 liter, juga dilakukan pemeliharaan larva udang vaname pada wadah 500 liter dengan perlakuan yang sama dengan wadah 1 liter untuk mengambilan sampel pada pengamatan kandungan asam lemak larva udang vaname tersebut. Tabel 1. Jumlah rotifer dan Artemia (ind/ml) yang diberikan Stadia Rotifer (ind/ml) Artemia (ind/ml) Z2 2 Z3 5 Z3-2 7 M1 10 M2 15 M3 20 M3-2 25 PL1 PL 7 8 PL 8 PL 10 10

17 Metode Pengukuran dan Pengamatan Peubah Tingkat Kelangsungan Hidup Tingkat kelangsungan hidup larva udang vaname selama pemeliharaan dihitung dengan menggunakan rumus : SR = Nt/No x 100% Keterangan : SR = Tingkat kelangsungan hidup larva udang vaname (%) Nt = Jumlah larva udang vaname yang hidup sampai akhir penelitian No = Jumlah larva udang vaname pada awal penelitian Intermolt Period Intermolt periode larva udang vaname dihitung dengan menggunakan rumus (Suprayudi et al. 2004), yaitu: N. t ; N Keterangan : Dt = Development time atau intermolt period (hari) N = jumlah larva dengan stadia pada waktu tertentu t = waktu Dt = Analisis Kimia Analisis asam lemak dilakukan pada rotifer, Artemia dan larva udang vaname stadia zoea 3, mysis 2, PL1, PL5 dan PL10. Asam lemak yang diamati meliputi eicosapentaenoic acid (EPA), docosahexaenoic acid (DHA), arachidonic acid (AA), linoleic acid (LA) dan linolenic acid (LNA). Metode analisa asam lemak tersebut dijelaskan lebih rinci pada Lampiran 4 dan 5.