berpikir global (think globally), dan mampu bertindak lokal (act loccaly), serta

dokumen-dokumen yang mirip
Oleh. Keywords: principal academic supervision, quality of educational services, teacher professionalism

BAB I PENDAHULUAN. guru-guru pada semua jenjang pendidikan, yang setiap harinya bersama-sama

BAB I PENDAHULUAN. profesionalnya, dan sebaliknya kinerja yang di bawah standar kerja

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Suryadi (2011: 2) warga negara berhak memperoleh pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk menunjang keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai sarana vital dalam pengembangan Sumber Daya. Manusia, merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari

I. PENDAHULUAN. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan di tingkat sekolah antara

BAB I PENDAHULUAN. Kepala sekolah selaku pemimpin secara langsung merupakan contoh nyata

BAB I PENDAHULUAN. bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru

BAB I PENDAHULUAN. nasional adalah pembangunan di bidang pendidikan yang bertujuan untuk

Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan KTSP.

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) komponen muatan KTSP.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dimensi dalam kehidupan mulai dari politik, sosial, budaya, dan

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas

BAB I PENDAHULUAN. Madrasah Tsanawiyah adalah lembaga pendidikan yang sederajat dengan sekolah

BAB I PENDAHULUAN. mengusahakan tercapainya pendidikan nasional. Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Sesuai dengan Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang sistem

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peranan guru dalam meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

I. PENDAHULUAN. agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

I. PENDAHULUAN. Pemerintah dalam rangka mewujudkan peningkatan kualitas pendidikan telah

Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Dasar 2011 Page 1

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

PROGRAM KERJA WAKIL KEPALA SEKOLAH BIDANG KURIKULUM TAHUN PELAJARAN 2015/2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dalam mengajar. Ketersediaan bahan ajar pada setiap satuan pendidikan diatur

BAB I PENDAHULUAN. tugas yang mudah, karena sumber daya manusia yang berkualitas bukan hanya

BAB I PENDAHULUAN. menyeluruh. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DI INDONESIA. Imam Gunawan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhammad Khoerudin, 2016

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG

Bukti Instrumen PKKS Kompetensi KEPEMIMPINAN PEMBELAJARAN

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan membahas latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan

I. PENDAHULUAN. identifikasi masalah, pembatasan masalah dan rumusan masalah. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. F. Latar Belakang Masalah. Dalam dunia pendidikan, kewarganegaraan dikenal mulai dari siswa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Upaya yang dilakukan guru untuk meningkatkan kemampuan berpikir

arti yang luas. Peranan guru bukan semata-mata memberikan informasi,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrayogi, 2014

I. STANDAR ISI. hal. 1/61. Instrumen Akreditasi SMP/MTs

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan kompetensi setiap individu akan berkembang sesuai dengan jenjang

BAB I PENDAHULUAN. manusia berkualitas dapat diwujudkan melalui tingkat satuan pendidikan.

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 muatan KTSP

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Oleh karena itu, pendidikan menuntut orang-orang yang terlibat di. pengetahuan dan teknologi yang berkembang saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap pelaksanaan program pendidikan memerlukan adanya pengawasan atau supervisi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Penyusunan KTSP Berbasis Kurikulum 2013 Dokumen 1 BIMBINGAN TEKNIS PENDAMPINGAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 BAGI KEPALA SMP

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan pendidikan nasional adalah bagaimana meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan bagi bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dalam segi

BAB I PENDAHULUAN. arti luas dan arti teknis, atau dalam arti hasil dan dalam arti proses. Dalam arti

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI

1. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan rekayasa mengendalikan belajar (learning) guna

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran ekonomi selama ini berdasarkan hasil observasi di sekolahsekolah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

I. PENDAHULUAN. Mata Pelajaran Geografi, yang diujikan dalam ujian nasional merupakan pelajaran

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2009 TANGGAL 4 MARET 2009

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan lembaga pendidikan madrasah khususnya di Kabupaten Lampung

KOMPETENSI TENAGA KEPENDIDIKAN 1. KOMPETENSI PENGAWAS/PENILIK PAUD

I. PENDAHULUAN. Sistem pendidikan di Indonesia ternyata telah mengalami banyak perubahan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penyesuaian yang bermakna sehingga bangsa Indonesia dapat mengejar

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil uji hipotesis menunjukan bahwa faktor-faktor kinerja

Latihan: UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH 2012

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran di sekolah. Usaha meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

I. PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan ruang lingkup dari penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. siswa memahami materi yang diajarkannya, sangat sesuai dengan kurikulum 2013.

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 51 B. TUJUAN 51 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 52 D. UNSUR YANG TERLIBAT 52 E. REFERENSI 52 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 53

LEMBARAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 03 TAHUN 2005 SERI E PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 06 TAHUN 2005 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah.

UNIT 5 BAGAIMANA PERAN KEPALA SEKOLAH (KS) DAN PENGAWAS SEKOLAH (PS) DALAM MENINGKATKAN MUTU PEMBELAJARAN?

BAB I PENDAHULUAN. pokok dalam membentuk generasi masa mendatang. Hal tersebut sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepita Ferazona, 2013

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). A.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

I. PENDAHULUAN. ini karena tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan akan

1. Program keahlian melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

BAB I PENDAHULUAN. tertuju kepada guru. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional yang diamanatkan dalam pembukaan undangundangdasar

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pendidikan nasional yang ingin dicapai telah ditetapkan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang diprioritaskan, dalam pembangunan di

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENDAHULUAN. Madrasah Tsanawiyah (MTs) Mathla ul Anwar merupakan salah satu. Madrasah Swasta yang di selenggarakan oleh Perguruan Mathla ul Anwar Kota

I. PENDAHULUAN. proses pembelajaran. Keberadaan pendidikan yang sangat penting tersebut telah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas tentang: 1) latar belakang masalah, 2) identifikasi masalah, 3) pembatasan masalah, 4) rumusan masalah, 5) tujuan dan manfaat penelitian, dan 6) ruang lingkup penelitian. 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah faktor penting untuk mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Pendidikan merupakan bentuk usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan kebudayaan. Namun dalam perkembangannya istilah pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh seseorang atau sekelompok orang untuk mendewasakan atau mencapai tingkat penghidupan yang lebih tinggi dalam segala hal yang tentunya bersifat positif dan kontinyu. Hal ini berarti pendidikan merupakan suatu proses panjang dalam rangka meningkatkan kualitas hidup manusia di segala aspek dan menjalani kehidupan yang bercita-cita dan bertujuan pasti. Dunia pendidikan harus mampu menghasilkan SDM berkualitas dan profesional. Dengan kata lain, pendidikan harus mampu menghasilkan lulusan yang mampu berpikir global (think globally), dan mampu bertindak lokal (act loccaly), serta

2 dilandasi oleh akhlak yang mulia (akhlakul karimah). Dalam hal ini, kualitas pendidikan dipengaruhi oleh penyempurnaan sistemik terhadap seluruh komponen pendidikan seperti peningkatan kualitas dan pemerataan penyebaran guru, kurikulum yang disempurnakan, sumber belajar, sarana dan prasarana yang memadai, iklim pembelajaran yang kondusif, serta didukung oleh kebijakan pemerintahan, baik di pusat maupun di daerah. Dalam rangka menghasilkan SDM berkualitas dan profesional melalui jenjang persekolahan, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala sekolah/madrasah menegaskan bahwa seorang kepala sekolah/madrasah harus memiliki lima dimensi kompetensi minimal yaitu: kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi dan sosial. Sosialisasi dan bimbingan supervisi akademik yang telah dilaksanakan selama ini ternyata masih belum memadai untuk menjangkau seluruh kepala sekolah/madrasah dalam waktu yang relatif singkat. Intensitas dan kedalaman penguasaan materi kurang dapat dicapai dengan kedua strategi ini karena terbatasnya waktu. Berdasarkan kenyataan tersebut dan demi mendukung peran kepala sekolah/madrasah dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah/madrasah maka dibutuhkan kepala sekolah/madrasah yang kuat. Dengan kepala sekolah/madrasah yang kuat diharapkan dapat membimbing, menjadi contoh, dan menggerakkan guru dalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah/madrasah. Oleh karena itu, program penguatan kepala sekolah/madrasah sebagaimana ditetapkan sebagai Program 100 hari Mendiknas merupakan upaya yang sangat penting untuk menghasilkan kepala sekolah/madrasah yang kuat di dalam mewujudkan kualitas siswa yang diharapkan yaitu berpikir kritis, kreatif, inovatif, dan berjiwa kewirausahaan (entrepreneurship) (Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, 2010; 1).

3 Faktor komponen ketenagaan (khususnya profesionalitas guru) memegang peranan penting dalam peningkatan mutu pendidikan. Permasalahan peningkatan mutu pendidikan merupakan kondisi yang penting dan mendesak untuk dipikirkan oleh stakeholder pendidikan. Secara aplikatif, diperlukan peningkatan profesionalisme guru karena guru merupakan pelaksana lapangan yang menjadi ujung tombak pendidikan. Berbagai upaya pemberdayaan dapat dilakukan di antaranya dengan pembinaan profesionalisme guru melalui pelatihan pembelajaran berbasis kompetensi. Faktor selanjutnya, pengawasan/ supervisi oleh kepala sekolah sangat penting untuk dilakukan untuk menjamin kelayakan mutu layanan pendidikan. Hasil pengawasan menciptakan pendidikan itu menjadi konsisten dan relevan dengan kebutuhan masyarakat, dunia kerja ataupun pendidikan tingkat selanjutnya. Dalam hal ini setiap kepala sekolah dan stakeholdres pendidikan harus memahami bahwa hal tersebut bukanlah merupakan proses sekali jadi dan bagus hasilnya. Akan tetapi merupakan proses yang kontinyu dan melibatkan semua pihak yang bertanggungjawab dalam penyelenggaraan pendidikan. Supervisi kepala sekolah dapat dikaitkan dengan upaya untuk mengendalikan program dan kegiatan pembelajaran, membina orang-orang yang melaksanakan program dan kegiatan yang dalam hal ini adalah guru, dan pelurusan program dan kegiatan yang tidak mengarah pada sasaran untuk tujuan pengendalian mutu. Oleh karena itu, pengawasan yang dilakukan kepala sekolah adalah kegiatan untuk menjamin tidak adanya penyimpangan-penyimpangan, terhindar dari kesalahan sekecil apapun, sehingga kegiatan sekolah dapat berjalan sesuai dengan yang telah

direncanakan, mencapai sasaran yang ditetapkan dan mendapat pengakuan dari stakeholders. 4 Kepala sekolah sebagai seorang pengawas disamping mengetahui jenis dan teknik supervisi dan teknik kepengawasan dari aspek manajerial, tetapi juga harus bertanggung jawab atas perbaikan dan peningkatan mutu akademiksekolah. Karena supervisi akademik merupakan kiat sekolah dalam rangka membina guru dalam peningkatan mutu proses pembelajaran. Sasaran supervisi akademik adalah guru dalam melaksanakan proses pembelajaran,yang terdiri dari materi pokok dalam proses pembelajaran, penyusunan silabus dan RPP, pemilihan strategi/metode/teknik pembelajaran, penggunaan media dan teknologi informasi dalam pembelajaran, menilai proses dan hasil pembelajaran serta penelitian tindakan kelas (Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, 2010; 6). Berdasarkan hasil penelitian awal pada masyarakat sekitar Madrasah Tsanawiyah se-kecamatan Labuhan Maringgai tentang mutu/ kualitas pendidikan menunjukkan hasil kurang memuaskan. Masyarakat cenderung kurang mempercayakan pendidikan anaknya di Madrasah Tsanawiyah se-kecamatan Labuhan Maringgai karena mereka beranggapan bahwa mutu pendidikan sekolah tersebut kurang baik dibandingkan sekolah negeri/ swasta lainnya yang sederajat. Masyarakat di sekitar Madrasah Tsanawiyah se-kecamatan Labuhan Maringgai justru lebih mengarahkan pendidikan anaknya disekolah yang lebih jauh dari tempat tinggal bahkan ada yang sampai di indekost kan.

5 Warga yang bertempat tinggal dekat dengan Madrasah Tsanawiyah di Kecamatan Labuhan Maringgai menuturkan bahwa, saya lebih mempercayakan pendidikan anak saya di SMA 1 Sribawono dari pada di Madrasah Tsanawiyah se-kecamatan Labuhan Maringgai karena mutunya lebih bagus, hal ini terlihar dari SDM gurunya yang lebih mumpuni dalam proses pembelajaran, bangunan sekolahnya yang lebih permanen, sarana dan prasarananya yang lengkap, prestasi sekolah yang bagus, serta kebersihan dan keamanannya. Walaupun saya harus mengeluarkan biaya lebih untuk indekost, tapi yang terpenting adalah anak saya mendapat pendidikan yang terbaik. (hasil wawancara tidak terstruktur dengan tokoh masyarakat Labuhan Maringgai, 23 Februari 2013 pukul 09.15 WIB) Keadaan seperti ini mengindikasikan bahwa kepala sekolah kurang mengawasi kegiatan guru dalam proses pembelajaran seperti materi pokok dalam proses pembelajaran, penyusunan silabus dan RPP, pemilihan strategi/metode/teknik pembelajaran, penggunaan media dan teknologi informasi dalam pembelajaran, menilai proses dan hasil pembelajaran sehingga pembelajaran yang dilaksanakan tidak terstruktur yang berimbas pada kurangnya pemahaman siswa akan materi pembelajaran. Profesionalitas guru mata pelajaran Madrasah Tsanawiyah se-kecamatan Labuhan Maringgai sebagai salah satu aspek penilaian dalam penetapan mutu standar pelayanan minimal (SPM) dibidang ketenagaan diketahui bahwa guru dan pegawai di Madrasah Tsanawiyah se-kecamatan Labuhan Maringgai memiliki disiplin kerja yang rendah hal ini terlihat dari banyaknya guru yang datang terlambat datang kesekolah dan bahkan terlihat sengaja menunda-nunda waktu

6 untuk masuk kelas pada saat jam pelajaran dimulai. Sedangkan kompetensi guru di Madrasah Tsanawiyah se-kecamatan Labuhan Maringgai dalam proses pembelajaran seperti merencanakan program kerja, kemampuan menjelaskan materi, penggunaan media pembelajaran, penggunaan metode pembelajaran dan penilaian hasil belajar juga cenderung rendah. Mayoritas guru dalam membuat perangkat pembelajaran hanya mengcopy-paste dari guru sekolah lain yang mengampu materi pembelajaran yang sama atau dari internet. Perangkat pembelajaran yang dibuat dengan cara seperti ini tentu saja tidak relevan dengan keadaan sekolah yang mempunyai kearifan lokal yang berbeda-beda. Kemampuan guru di Madrasah Tsanawiyah se-kecamatan Labuhan Maringgai dalam menjelaskan materi dengan mengkolaborasikan berbagai metode dan media pembelajaran juga tidak nampak. Hasil observasi membuktikan bahwa dalam pembelajaran dikelas mayoritas guru tidak menggunakan media dan model pembelajaran, hanya beberapa guru saja yang mampu menggunakan metode dan media pembelajaran yang relevan dengan materi yang diajarkan. Pembelajaran dilaksanakan dengan metode konvensional (ceramah bervariasi) dengan sesekali mengajak interaksi siswa dengan tanya jawab seputar materi. Evaluasi hasil belajar siswa pun banyak yang tidak dikembalikan kembali kepada siswa, padahal hal tersebut sangat penting untuk bahan introspeksi dan motivasi siswa untuk lebih giat belajar. Kepala sekolah di MTs. Darul Istiqomah menambahkan bahwa, hampir 80% guru di MTs. Darul Istiqomah masih banyak ditemui yang menggunakan berbagai proses pembelajaran yang masih dengan cara konvesional seperti ceramah dan

7 jarang mengeksploitasi pengetahuan siswa pada awal pembelajaran, kurikulum menurut mereka hanya merupakan suatu ketercapaian nilai yang harus dituntaskan dalam suatu SK/ KD tanpa memperhatikan lebih jauh relevansi kompetensi dengan materi serta proses pembelajarannya. Selain itu, perangkat pembelajaran yang dibuat guru masih banyak ditemui yang model lama (CBSA) sedangkan sekarang sudah beralih kurikulum KTSP dengan pengembangan pengetahuan kemampuan awal siswa, jadi guru disini hanya sebagai fasilitator bukan sebagai penguasa pembelajaran. Hal ini ditunjang dengan penguasaan guru atas media pembelajaran yang masih lemah, guru tidak mampu mengaplikasikan teknologi dalam proses pembelajarannya. Pandangan seperti ini justru akan merugikan siswa itu sendiri. Guru hanya berperan menyampaikan teori tanpa memperhatikan pengaplikasian nilai (value) yang tepat dalam materi pembelajarannya. Selain itu, hal semacam ini akan membuat siswa melaksanakan proses pembelajaran sekedar tunai tugas/kewajiban tanpa berfikir relevasi materi yang diperolehnya. Senada dengan pendapat kepala sekolah, salah seorang siswa kelas XII mengungkapkan bahwa, mayoritas guru yang mengajar di Madrasah Tsanawiyah se-kecamatan Labuhan Maringgai sangat membosankan. Setiap pembelajaran dilaksanakan guru hanya berceramah menjelaskan materi atau sesekali kita disuruh mengerjakan LKS atau soal yang diberikan, hal ini membuat kami ngantuk walau pelajaran tersebut dilaksanakan di jam pelajaran pertama sekalipun. Kami sama sekali tidak dilibatkan dalam pembelajaran karena guru kami tidak memberi kesempatan. Selain itu, setiap kami melaksanakan tes/

8 evaluasi/ mengerjakan soal-soal kami tidak dibagikan kembali lembar jawabannya dan hanya mengetahui nilainya saja, atau bahkan mungkin lembar kerja kami memang tidak dikoreksi oleh guru yang bersangkutan. Padahal lembar jawaban tersebut sangat penting buat kami untuk mengetahui letak kesalahan kami dimana dan dapat mengetahui mana yang benar. (hasil wawancara tidak terstruktur dengan siswa, 25 Februari 2013 pukul 10.20 WIB) Fakta di atas menunjukan adanya indikasi tentang pentingnya supervisi akademik dan profesionalisme guru mata pelajaran di Madrasah Tsanawiyah se-kecamatan Labuhan Maringgai dalam rangka meningkatkan mutu layanan pendidikan di Madrasah Tsanawiyah se-kecamatan Labuhan Maringgai. Oleh karena itu, penelitian pengaruh supervisi akademik dan profesionalitas guru terhadap mutu layanan pendidikan di Madrasah Tsanawiyah se-kecamatan Labuhan Maringgai Lampung Timur Tahun Pelajaran 2012 sangatlah penting. Karena supervisi akademik diharapkan mampu memberikan kontribusi terhadap proses pembelajaran yang dilaksanakan serta terbinanya profesionalisme guru di Madrasah Tsanawiyah se-kecamatan Labuhan Maringgai sehingga diharapkan meningkatkan mutu pendidikan di Madrasah Tsanawiyah se-kecamatan Labuhan Maringgai sehingga pendidikan di Madrasah Tsanawiyah se-kecamatan Labuhan Maringgai mampu membentuk siswa menjadi manusia Indonesia seutuhnya dengan jiwa Pancasila.

9 1.2 Identifikasi Masalah 1.2.1 Para orang tua/ wali kurang mempercayakan pendidikan anaknya di Madrasah Tsanawiyah se-kecamatan Labuhan Maringgai karena mutu layanan pendidikan yang dianggap buruk. 1.2.2 Kinerja kepala sekolah Madrasah Tsanawiyah se-kecamatan Labuhan Maringgai kurang maksimal dalam mensupervisi kegiatan akademik.. 1.2.3 Pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah se-kecamatan Labuhan Maringgai dilaksanakan dengan tidak terstruktur sehingga kompetensi tamatan siswa diragukan. 1.2.4 Kinerja guru di Madrasah Tsanawiyah se-kecamatan Labuhan Maringgai kurang profesional. Hal ini tercermin dari kedisiplinan, penguasaan IPTEK, dan kelengkapan perangkat pembelajaran. 1.2.5 Masih banyak guru di Madrasah Tsanawiyah se-kecamatan Labuhan Maringgai yang mengajar bidang studi yang bukan merupakan keahliannya. 1.2.6 Guru di Madrasah Tsanawiyah se-kecamatan Labuhan Maringgai tidak membagikan hasil kerja siswa dan bahkan terindikasi tidak dilakukan pengkoreksian. 1.3 Pembatasan Masalah Berdasarkan masalah-masalah yang diidentifikasi, penulis membatasi masalah yang akan menjadi fokus penelitian ini agar sesuai dengan tujuan penelitian ini, yaitu : 1.3.1 Supervisi akademik kepala sekolah di Madrasah Tsanawiyah se- Kecamatan Labuhan Maringgai Lampung Timur

10 1.3.2 Profesionalitas guru di Madrasah Tsanawiyah se-kecamatan Labuhan Maringgai Lampung Timur. 1.3.3 Mutu layanan pendidikan di Madrasah Tsanawiyah se-kecamatan Labuhan Maringgai Lampung Timur 1.4 Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka masalahnya dapat dirumuskan sebagai berikut : 1.4.1 Apakah supervisi akademik kepala sekolah mempengaruhi secara signifikan terhadap peningkatan mutu layanan pendidikan di Madrasah Tsanawiyah se-kecamatan Labuhan Maringgai Lampung Timur? 1.4.2 Apakah profesionalitas guru mempengaruhi secara signifikan terhadap peningkatan mutu layanan pendidikan di Madrasah Tsanawiyah se- Kecamatan Labuhan Maringgai Lampung Timur?? 1.4.3 Apakah supervisi akademik kepala sekolah dan profesionalitas guru mempengaruhi secara bersama-sama terhadap peningkatan mutu layanan pendidikan di Madrasah Tsanawiyah se-kecamatan Labuhan Maringgai Lampung Timur? 1.5 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis: 1.5.1.1 Pengaruh supervisi akademik kepala sekolah terhadap peningkatan mutu layanan pendidikan di Madrasah Tsanawiyah se-kecamatan Labuhan Maringgai Lampung Timur.

11 1.5.1.2 Pengaruh profesionalitas guru terhadap peningkatan mutu layanan pendidikan di Madrasah Tsanawiyah se-kecamatan Labuhan Maringgai Lampung Timur. 1.5.1.3 Pengaruh supervisi akademik kepala sekolah dan profesionalitas guru terhadap peningkatan mutu layanan pendidikan di Madrasah Tsanawiyah se-kecamatan Labuhan Maringgai Lampung Timur. 1.6 Manfaat Penelitian Adapun manfaat diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.6.1. Manfaat Teoritis Secara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk memperkaya khazanah keilmuan manajemen pendidikan yang berkaitan dengan menata sumber daya guru dan kepala sekolah guna mencapai visi dan misi sekolah yang pada akhirnya meningkatkan kualitas mutu pendidikan di Madrasah Tsanawiyah se-kecamatan Labuhan Maringgai Lampung Timur pada khususnya dan mutu pendidikan nasional pada umumnya. 1.6.2. Manfaat Praktis Secara praktis penelitian ini bermanfaat untuk 1.6.2.1. Bagi pemerintah daerah/ instansi terkait (sekolah) adalah : 1) Sebagai acuan untuk meningkatkan kualitas profesionalisme guru mata pelajaran mata pelajaran khususnya di Madrasah Tsanawiyah se- Kecamatan Labuhan Maringgai agar mutu sekolah dapat terjaga dan pada akhirnya memperoleh skor akreditasi yang memuaskan melalui

12 berbagai kegiatan pelatihan yang dapat meningkatkan profesionalisme guru. 2) Meningkatkan mutu pendidikan menengah di kabupaten Lampung Timur. 3) Meningkatkan supervisi akademik oleh kepala sekolah agar lebih dapat mencitrakan sekolah dimata masyarakat. 1.6.2.2. Bagi Sekolah adalah : 1) Untuk meningkatkan mutu layanan pendidikan di sekolah sehingga masyarakat akan lebih mempercayakan pendidikan anaknya di Madrasah Tsanawiyah Se-Kecamatan Labuhan Maringgai. 2) Sebagai masukan kepada kepala sekolah Madrasah Tsanawiyah Se- Kecamatan Labuhan Maringgai untuk memperbaiki manajemen pengelolaan sekolah khususnya dalam teknis pembelajaran agar dapat meningkatkan mutu dan akreditasi sekolah. 1.6.2.3 Bagi guru adalah : 1) Meningkatkan kualitas pembelajaran bagi guru mata pelajaran di Madrasah Tsanawiyah se-kecamatan Labuhan Maringgai Lampung Timur. 2) Meningkatkan profesionalitas guru dalam rangka pencapaian visi misi sekolah.

13 1.6.2.4. Bagi Peneliti 1) Menambah pengetahuan peneliti tentang pelaksanaan supervisi akademik yang dilakukan kepala sekolah serta mampu mengaplikasikannya jika kelak menjadi kepala sekolah. 2) Sebagai bahan pendewasaan peneliti tentang keadilan, kearifan dan kebijaksanaan dalam mengelola sekolah. 1.7. Ruang Lingkup Penelitian 1.7.1 Keilmuan Penelitian ini termasuk dalam kajian keilmuan manajemen pendidikan yang berkaitan dengan menata sumber daya guru dan kepala sekolah guna mencapai visi dan misi sekolah yang pada akhirnya meningkatkan kualitas mutu pendidikan di Madrasah Tsanawiyah se-kecamatan labuhan maringgai lampung timur pada khususnya dan mutu pendidikan nasional pada umumnya. 1.7.2 Objek Objek penelitian ini adalah supervisi lembaga, profesionalitas guru dan mutu layanan pendidikan. 1.7.3 Subjek Subjek penelitian ini adalah guru Madrasah Tsanawiyah se-kecamatan Labuhan Maringgai Lampung Timur.

14 1.7.4 Wilayah Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Tsanawiyah se-kecamatan Labuhan Maringgai Lampung Timur. 1.7.5 Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2013/2014.