BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. secara langsung sehingga anak-anak sering mengabaikan kebersihan yang dapat

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. antara 7 tahun sampai dengan 12 tahun, merupakan kelompok tingkat kerawanan

sekolah dengan upaya promotif dan preventif (Simon, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia sekolah merupakan generasi penerus bangsa dan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Usaha kesehatan lingkungan merupakan salah satu dari enam usaha dasar

BAB I PENDAHULUAN. Indikator untuk menilai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Anak usia sekolah merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup

BAB I PENDAHULAUAN. optimal diselenggarakan upaya kesehatan dengan pemeliharan dan peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini di Indonesia terdapat lebih dari sekolah negeri,

KETERLAKSANAAN USAHA KESEHATAN SEKOLAH (UKS) DI SMP MUHAMMADIYAH 8 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016

BAB I PENDAHULUAN. merupakan generasi penerus bangsa. Middle childhood merupakan masa. usia tahun untuk anak laki-laki (Brown, 2005).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENCEGAHAN KARIES GIGI PADA MURID KELAS SATU SDN 74/IV DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEBUN HANDIL KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sehat merupakan hak setiap individu agar dapat melakukan segala

BAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PELAKSANAAN PROGRAM DOKTER KECIL DI SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN PENGASIH KABUPATEN KULONPROGO TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. umur termasuk murid Sekolah Dasar (SD) (Kepmenkes, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. internal maupun eksternal. Menurut WHO, setiap tahunnya sekitar 2,2 juta

Kerangka Acuan Kerja ( KAK ) UKS Dokter Kecil. Puskesmas Kijang Tahun Anggaran : Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan

UKS (USAHA KESEHATAN SEKOLAH)

BAB I PENDAHULUAN. intelektualnya dan keterampilan serta mulai mempunyai kegiatan fisik yang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (

BAB 1 PENDAHULUAN. keseluruhan (Lossu dkk.,2015). Dengan memiliki gigi dan mulut yang sehat,

TINGKAT KETERLAKSANAAN PEMERIKSAAN KESEHATAN BERKALA DI SEKOLAH DASAR NEGERI SE KECAMATAN BAYAT KABUPATEN KLATEN

Pembinaan dan Pengembangan UKS

BAB I PENDAHULUAN. oleh Pemerintah (UU RI No. 36 Tahun 2009 Pasal 93). (Rahmawati dkk., 2011). Anak-anak yang berusia 6-12 tahun diseluruh

Journal of Physical Education, Sport, Health and Recreations

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. untuk meningkatkan derajat kesehatan. Perubahan perilaku dengan promosi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. proporsinya yang tinggi dalam keseluruhan populasi rakyat Indonrsia

BAB I PENDAHULUAN. manusia, dimulai sejak dari awal kehidupan. Usia lanjut adalah sekelompok

BAB I PENDAHULUAN. maju adalah mempunyai derajat kesehatan yang tinggi, karena derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. 2006). Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) tahun 2014

I. PENDAHULUAN. Pendidikan kesehatan merupakan bagian integral dari proses pendidikan

BAB VII PENUTUP. 1. Lebih dari separoh responden mengalami karies gigi di Sekolah Dasar Negeri

HUBUNGAN PENGETAHUAN ORANG TUA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA ANAK USIA 3-6 TAHUN DI DI DESA PLOSOWAHYU KAB LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dermawan (2012) dan Mubarak, Chayatin, Santoso (2012) Upaya Kesehatan Sekolah (UKS) merupakan usaha

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Organization/WHO), sekitar 2,2 juta orang meninggal dunia setiap tahunnya

BAB 1 PENDAHULUAN. (PHBS) dapat dilaksanakan di masyarakat, rumah tangga, dan sekolah. PHBS

I. PENDAHULUAN. Pembangunan bidang kesehatan harus bersifat menyeluruh (holistik), karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa sekolah. Anak

UNIT KESEHATAN SEKOLAH (UKS) Indah Prasetyawati Tri Purnama Sari Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penanganan secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas serta mempunyai

Oleh: Erlanda Bayu Pratama, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Yogyakarta

PELAKSANAAN USAHA KESEHATAN SEKOLAH DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI SE-KOTA YOGYAKARTA

II. TINJAUAN PUSTAKA. usaha yang dilakukan sekolah untuk menolong murid dan juga warga sekolah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang berkualitas. Salah satu upaya yang strategis untuk meningkatkan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian kesehatan sebenarnya telah diatur dalam UU No.9 Tahun 1960

PENATALAKSANAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA SISWA SISWI KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI 1 CILEULEUS TASIKMALAYA

Jurnal CARE, Vol. 3, No. 1, 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Hasil studi morbiditas Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2003

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI DESA BATURETNO KECAMATAN BANGUNTAPAN KABUPATEN BANTUL TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

PELATIHAN DOKTER KECIL DALAM UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) SISWA DI SDN 2 LABUAPI

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jika dikaitkan dengan produktivitas kerja (Kementerian Kesehatan, 2005). Gigi

PENGETAHUAN GURU PENJASKES DAN PERANANNYA DALAM PROGRAM USAHA KESEHATAN GIGI SEKOLAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNG SEKAYAM KABUPATEN SANGGAU

BAB I PENDAHULUAN. merupakan strategi pemerintah yang ditetapkan pada kementrian kesehatan untuk. segera dapat diambil tindakan tepat (Mubarak, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Budaya jajan menjadi bagian dari keseharian hampir semua

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tahun 1980 ditingkatkan menjadi keputusan bersama antara Depdik-bud dan Depkes

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat. Program PHBS telah dilaksanakan sejak tahun 1996 oleh

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN. kesehatan Puskesmas dalam pelaksanaan program usaha kesehatan sekolah pada. Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Karang Baru.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjadi 0,629. Kesehatan, pendidikan dan pendapatan ekonomi menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. 2012). Status kesehatan gigi dan mulut umumnya dinyatakan dalam prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa

PROGRAM DOKTER KECIL SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Gigi merupakan bagian dari alat pengunyahan pada system pencernaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dikemudian hari. Masalah kesehatan tersebut meliputi kesehatan umum,

ISSN Vol 2, Oktober 2012

BAB I PENDAHULUAN. Kader merupakan tenaga non kesehatan yang menjadi. penggerak dan pelaksana kegiatan Posyandu. Kader merupakan titik sentral dalam

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan yang semakin muncul di permukaan. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal

TINGKAT KEPUASAN PESERTA DIDIK TERHADAP SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN JASMANI TAHUN AJARAN 2015/2016 DI SMA NEGERI 1 BANDONGAN KABUPATEN MAGELANG

STUDI TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA SISWA SDN SUKARASA 3

Kata kunci : PHBS,Tatanan Sekolah

secara sosial dan ekonomis (Notoatmodjo, 2007).

ABSTRAK. Kata kunci: Prestasi belajar, cara mengatur waktu, perhatian, kelelahan, dan pondok pesantren.

Tujuan usaha kesehatan sekolah secara umum adalah untuk. sedini mungkin serta menciptakan lingkungan sekolah yang sehat sehingga

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dalam membuktikan kebenaran, apakah ada perbedaan. signifikan atau tidak dari setiap item yang dijawab oleh

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesehatan. Mulut bukan sekedar untuk pintu masuknya. menunjang kesehatan seseorang (Riyanti, 2005).

HUBUNGAN ANTARA HIGIENE PERORANGAN, FREKUENSI KONSUMSI DAN SUMBER MAKANAN JAJANAN DENGAN KEJADIAN DIARE

BAB 1 PENDAHULUAN. yang optimal meliputi kesehatan fisik, mental dan sosial. Terdapat pendekatanpendekatan

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU

BAB I. PENDAHULUAN UKDW. hidup seoptimal mungkin (Depkes RI, 2006). Di bidang pencegahan dan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hak asasi manusia yang harus dihargai danhak setiap individu agar

EFEKTIFITAS STRATEGI UPSTREAM TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU HIDUP SEHAT GIGI MELALUI KONSELING PADA SISWA/I KELAS I SDN 12 PONTIANAK KOTA

BAB I PENDAHULUAN. perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan perilaku dan sosial budaya

BAB I PENDAHULUAN. mmpengaruhi kesehatan mereka (Hilderia, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan hari esok (Sonja P dkk, 1976: 8). mengimbangi perkembangan hidup manusia di zaman modernisasi, namun

PENDAHULUAN. mulut adalah penyakit jaringan keries gigi (caries dentis) disamping penyakit gusi.

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA TENTANG POLA HIDUP SEHAT SISWA KELAS V DAN VI DI SD NEGERI JANTEN, KECAMATAN TEMON, KABUPATEN KULONPROGO

Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Balita ke Posyandu di Kelurahan Jayaraksa Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kecamatan Baros Kota Sukabumi

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan baik secara formal maupun informal. menjaga kondisi fisik pada saat belajar di sekolah, maupun pada saat

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang sehat yaitu sehat fisik, mental dan sosial. Agar manusia indonesia

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. mutu pelayanan kesehatan pada seluruh masyarakat. Menurut WHO kesehatan adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Karies gigi adalah proses perusakan jaringan keras gigi yang dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN. Usaha kesehatan sekolah (UKS) adalah usaha yang dilakukan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempengaruhi kesehatan keseluruhan dari tubuh. Pembangunan di bidang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak dengan usia sekolah dasar adalah kelompok masyarakat yang berusia antara 7 tahun sampai dengan 12 tahun dan merupakan kelompok rawan karena masih dalam proses pertumbuhan. Karakteristik anak sekolah dasar adalah senang bergerak, bermain, bekerja dalam kelompok, serta senang melakukan sesuatu secara langsung sehingga anak-anak sering mengabaikan kebersihan yang dapat mempengaruhi kesehatan mereka (Hilderia, 2006). Anak biasanya menghabiskan waktu dari pagi sampai siang bahkan sore di sekolah, sehingga sekolah bukan saja tempat untuk menanamkan norma-norma kehidupan, namun juga tempat untuk menanamkan dan mengembangkan kemampuan hidup (life skills). Oleh karena itu, sekolah juga harus menjadi lingkungan yang nyaman dan kondusif bagi terbentuknya dan berkembangnya perilaku hidup sehat, salah satunya yaitu melalui program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) yang bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang sehat sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan tahapannya dan menjadi manusia yang berguna bagi bangsa dan negaranya (Notoatmodjo, 2012). UKS merupakan salah satu usaha kesehatan pokok yang dilaksanakan oleh puskesmas dan juga usaha kesehatan masyarakat yang dijalankan di sekolah - sekolah dimana sasarannya adalah anak didik beserta lingkungan sekolahnya. Usaha kesehatan sekolah memadukan dua upaya dasar, yaitu upaya kesehatan dan pendidikan, yang nantinya diharapkan UKS dapat dijadikan sebagai usaha untuk meningkatkan kesehatan anak usia sekolah pada setiap jenis dan jenjang 1

2 pendidikan (Effendi, 2009). Melalui pelaksanaan program UKS ini, diharapkan akan terbentuk pola pikir peserta didik yang terbiasa dengan perilaku hidup bersih dan sehat, yang selalu memperhatikan kebersihan lingkungan sekolah, kebersihan pribadi, dan memanfaatkan fasilitas kantin sekolah yang bersih dan sehat (Bahar, 2011). Pentingnya kesehatan sekolah tertuang dalam Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 pasal 79 yang berbunyi Kesehatan sekolah diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik dalam lingkungan yang sehat pula sehingga peserta didik belajar, tumbuh dan berkembang secara harmonis dan dapat menjadi sumber daya manusia yang berkualitas (Permenkes, 2009). Namun pada kenyataannya, pelaksanaan program UKS selama ini masih dirasa belum sesuai dengan yang diharapkan. Kegiatan pendidikan kesehatan lebih bersifat pengajaran, penambahan pengetahuan dan kurang menekankan pada segi praktis yang dapat diaplikasikan pada kehidupan sehari-hari. Pada pembinaan lingkungan sekolah sehat lebih ditekankan pada lingkungan fisik, mental dan sosial. Disamping itu, koordinasi dalam pelaksanaan program belum terjalin dengan baik (Kasman, 2012), sehingga masih banyak masalah kesehatan yang terjadi pada anak usia sekolah, misalnya kecacingan, karies gigi, kelainan ketajaman penglihatan, dan masalah gizi (Depkes RI, 2013). Menurut data Departemen Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2013, sekolah dasar atau sederajatnya sudah melaksanakan penjaringan kesehatan untuk siswa kelas 1. Namun penjaringan kesehatan ini mengalami penurunan, yaitu pada tahun 2012

3 sudah terlaksana sebesar 83,95%, sedangkan pada tahun berikutnya turun menjadi 73,91%, padahal target Renstra 2013 sebesar 94% (Depkes RI, 2013). Mengingat hal tersebut di atas, pembinaan dan pengembangan UKS merupakan hal yang sangat penting dalam upaya meningkatkan prestasi belajar peserta didik melalui peningkatan derajat kesehatan. Lingkungan yang sehat diperlukan untuk meningkatkan kesehatan warga sekolah dan kualitas pendidikan peserta didik dalam proses belajar mengajar (Novianti, 2013), sehingga peran guru sangat diperlukan untuk mencapai tujuan yang akan dicapai. Guru berperan sebagai pendidik dan pengontrol, dalam arti memberikan pengetahuan kepada murid mengenai UKS itu sendiri dan mengawasi suatu kegiatan yang berhubungan dengan pendidikan kesehatan (misalnya penyuluhan) (Martunus, 2013). Dalam hal ini, penting bagi guru untuk mengetahui dan memahami mengenai UKS, karena guru sebagai Tim Pelaksana (TP) UKS. Sejauh pengetahuan peneliti, penelitian mengenai tingkat pengetahuan dan harapan guru tentang pelaksanaan UKS pada tatanan Sekolah Dasar di Kota Yogyakarta masih bersifat umum. Menurut studi pendahuluan dari Dinas Pendidikan, menyebutkan bahwa semua SD di Kota Yogyakarta sudah memiliki UKS. Kemudian peneliti juga melakukan wawancara ke beberapa guru di SD Negeri Jetis 1 dan SD Negeri Ngijon II, kemudian didapatkan hasil bahwa pegetahuan guru terkait dengan UKS sebatas kepanjangan dari UKS, tujuannya untuk menciptakan lingkungan sekolah yang sehat, dan fungsinya untuk membantu siswa yang sakit atau pingsan saat upacara, namun belum dapat menjelaskan secara jelas dan lengkap. Selain tingkat pengetahuan guru, penting

4 juga untuk mengetahui harapan guru tentang pelaksanaan UKS karena peserta didik yang berprestasi, memiliki kesehatan dan perilaku yang baik merupakan harapan setiap guru. Berdasar latar belakang di atas, penulis merasa tertarik untuk meneliti tingkat pengetahuan dan harapan guru tentang pelaksanaan UKS pada tatanan Sekolah Dasar di Kota Yogyakarta. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu Bagaimana tingkat pengetahuan dan harapan guru tentang pelaksanaan UKS pada tatanan Sekolah Dasar di Kota Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan harapan guru tentang pelaksanaan UKS pada tatanan Sekolah Dasar di Kota Yogyakarta 2. Tujuan khusus a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan guru tentang pelaksanaan UKS pada tatanan Sekolah Dasar di Kota Yogyakarta b. Untuk mengetahui harapan guru tentang pelaksanaan UKS pada tatanan Sekolah Dasar di Kota Yogyakarta

5 D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Institusi Sekolah Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pertimbangan kebijakan sekolah dan bahan evaluasi pelaksanaan program kesehatan yang telah dilaksanakan di sekolah. 2. Bagi guru Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi atau gambaran mengenai tingkat pengetahuan dan harapan guru tentang UKS yang nantinya guru diharapkan dapat ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan program UKS guna menciptakan lingkungan sekolah yang sehat. 3. Bagi puskesmas Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi bagi puskesmas mengenai pelaksanaan program kesehatan dimasa yang akan datang. 4. Bagi peneliti berikutnya Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi peneliti lain dalam penyusunan penelitian-penelitian selanjutnya. Penulis mengharapkan penelitian ini mampu dikembangkan lebih lanjut terkait tingkat pengetahuan dan harapan guru tentang pelaksanaan UKS. E. Keaslian Penelitian Sejauh pengetahuan peneliti, penelitian mengenai tingkat pengetahuan dan harapan guru tentang pelaksanaan UKS di Kota Yogyakarta masih kurang. Penelitian yang terkait dengan penelitian ini adalah :

6 1. Untara (2013) mengenai Survei Pelaksanaan Program Usaha Kesehatan Sekolah di Sekolah Dasar Se-Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul 2013. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Pelaksana UKS di Sekolah Dasar Se-Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul Tahun 2013 yaitu sebanyak 16 responden baik sekolah negeri maupun swasta. Metode yang digunakan adalah survei dan teknik pengambilan data menggunakan angket dengan alternatif jawaban Ya dan Tidak. Data yang diperoleh di analisis menggunakan analisis deskriptif persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan pelaksanaan program Usaha Kesehatan Sekolah di Sekolah Dasar Se-Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul Tahun 2013 terdapat 0 sekolah (0,00%) dalam kategori sangat tinggi, 4 sekolah (25,00%) dalam kategori tinggi, 7 sekolah (43,75%) dalam kategori cukup, 4 sekolah (25,00%) dalam kategori rendah, 1 sekolah (6,25%) dalam kategori sangat rendah. Persamaan pada penelitian ini adalah menggunakan metode survei dan teknik pengambilan data menggunakan angket, serta pelaksanaannya UKS yang berada di jenjang sekolah dasar. Sedangkan perbedaannya berada pada tempat penelitian yakni peneliti melakukan penelitian di SDN yang berada di Kota Yogyakarta. 2. Oktaferani (2012) mengenai Pelaksanaan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) Di SD Se-Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus Tahun 2012/2013. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan proporsional random sampling. Sampelnya yaitu 20 Guru Penjas Orkes di Sekolah Dasar se- Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus Tahun 2012/2013. Teknik analisis data

7 yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Data diperoleh dengan menggunakan metode observasi, dokumentasi, dan angket atau kuesioner dengan skala 1 sampai 4 (sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan program UKS di 20 Sekolah Dasar Negeri se-kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus Tahun 2012/2013 dalam kategori cukup baik. Persamaan pada penelitian ini yakni menggunakan pendekatan kuantitatif dan pelaksanaannya UKS yang berada di jenjang sekolah dasar. Sedangkan perbedaannya terletak pada sampel yakni peneliti mengambil sampel pada seluruh guru sekolah dasar di Kota Yogyakarta. Perbedaan lainnya terdapat pada metode, dimana peneliti menggunakan metode survei. 3. Dargo (2013) mengenai Survei Pelaksanaan Usaha Kesehatan Sekolah Di SMA Se-Kabupaten Purbalingga Tahun 2012. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Populasi penelitian adalah semua Pembina UKS di SMA Negeri se-kabupaten Purbalingga dan sampel berjumlah 20 orang yang terdiri dari 10 orang kepala sekolah dan 10 orang guru olahraga. Teknik pengumpulan data dengan angket dan observasi. Angket berisi pertayaan dengan alternative jawaban ya atau tidak, ada atau tidak ada, serta baik atau tidak baik. Sedangkan kegiatan observasi dilakukan langsung di setiap SMA Negeri se-kabupaten Purbalingga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk pelaksanaan UKS di SMA se- Kabupaten Purbalingga dalam kategori baik dengan persentase sebesar 80,0%.

8 Faktor pendukung pelaksanaan UKS meliputi adanya dukungan dan koordinasi pelaksanaan mekanisme organisasi UKS dan pelaksanaan program kerja UKS baik dari sekolah maupun dari tim Pengawas Pembina UKS di Kabupaten Purbalingga, sedangkan faktor penghambat pelaksanaan UKS meliputi kurang adanya dukungan dari orang tua dan masyarakat terhadap kegiatan UKS dan tidak adanya ketersediaan dana dari orang tua dan masyarakat untuk kegiatan UKS serta masih adanya ruang UKS yang kurang memenuhi syarat dan tersedia apa adanya. Persamaan pada penelitian ini yakni menggunakan pendekatan kuantitatif. Sedangkan perbedaannya terdapat pada sampel dan jenjang pendidikan, yakni peneliti mengambil sampel pada guru sekolah dasar di Kota Yogyakarta.