NARASI KEGIATAN PELATIHAN PELATIH TINGKAT DASAR ANGKATAN I

dokumen-dokumen yang mirip
PELATIHAN PELATIH OLAHRAGA TINGKAT MUDA BAGI PELATIH CABANG OLAHRAGA UNGGULAN DEPUTI BIDANG PENINGKATAN PRESTASI OLAHRAGA KEMENPORA RI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

kemenpora.go.id DATA DAN INFORMASI P P L P

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan menerangkan bahwa untuk mewujudkan derajat kesehatan yang. dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan.

TUAN RUMAH KEJURNAS ANTAR PPLP TAHUN 2016

NARASI KEGIATAN PROGRAM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT LOKA KARYA POLA PENGEMBANGAN ATLET JANGKA PANJANG MENUJU MULTI EVENT OLAHRAGA.

Sejarah Pusat Pendidikan dan Latihan

P P L M Data dan Informasi Prestasi dan Cabang Olahraga Unggulan PPLP 2013 DATA DAN INFORMASI PRESTASI DAN CABANG OLAHRAGA UNGGULAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Perubahan pola hidup manusia adalah akibat dari dampak era

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STRATEGI PEMBINAAN OLAHRAGA MAHASISWA MENUJU POMNAS ACEH 2015

REDESAIN KOMPLEKS GELANGGANG OLAH RAGA SATRIA DI PURWOKERTO Dengan Penekanan Desain Arsitektur High-Tech

P P L P 2012 DATA DAN INFORMASI K E M E N T E R I A N P E M U D A DAN O L A H R A G A PRESTASI DAN CABANG OLAHRAGA UNGGULAN.

NARASI KEGIATAN LOKAKARYA PENGEMBANGAN KETENAGAAN PENDUKUNG DAN PEMBINA OLAHRAGA SERTA PELATIH DAN INSTRUKTUR

MEMBIDIK PRESTASI MELALUI PARTISIPASI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pusat Pendidikan Latihan dan Olahraga Pelajar (PPLP) Provinsi Sumatera

P P L M Data dan Informasi Prestasi dan Cabang Olahraga Unggulan PPLP w w w. k e m e n p o r a. g o. i d DATA DAN INFORMASI

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG

PANDUAN KEGIATAN KOMPETISI OLAHRAGA PELAJAR (PEKAN OLAHRAGA PELAJAR) KABUPATEN BANTUL

IV.B.8. Urusan Wajib Pemuda dan Olahraga

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Kelayakan Proyek Ketersediaan Fasilitas Olahraga Di Atambua

P P L M 2012 DATA DAN INFORMASI K E M E N T E R I A N P E M U D A DAN O L A H R A G A PRESTASI DAN CABANG OLAHRAGA UNGGULAN.

NARASI KEGIATAN PROGRAM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PELATIHAN PENYUSUNAN RENCANA PROGRAM LATIHAN

BAB I PENDAHULUAN. moral manusia. Olahraga bukan hanya sekedar hobi, tapi olahraga sudah

BAB I PENDAHULUAN. tetap dapat menempatkan diri pada kedudukannya yang mulia dan dapat

PENDAFTARAN DAN PELAKSANAAN

PEDOMAN UMUM PEKAN OLAHRAGA PELAJAR DAERAH (POPDA) TAHUN 2018 DINAS KEPEMUDAAN, OLAHRAGA DAN PARIWISATA PROVINSI JAWA TENGAH

PANDUAN PEKAN OLAHRAGA (POR) PELAJAR KEGIATAN KOMPETISI OLAHRAGA PELAJAR KABUPATEN BANTUL

I. PENDAHULUAN. kesehatan sangat diperlukan selama manusia masih menghendaki hidup

RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

REDESAIN STADION DAN SPORT HALL JATIDIRI SEMARANG

JURUSAN PENDIDIKAN KEPELATIHAN FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

NARASI KEGIATAN LOKAKARYA PENGEMBANGAN PROGRAM PELATIH DAN INSTRUKTUR SERTA TENAGA PENDIDIKAN DAN PENDUKUNG

Struktur kurikulum berdasarkan urutan mata kuliah (MK) semester demi semester :

JALUR PRESTASI TAHUN PELAJARAN 2016/2017

PROPOSAL PROGRAM PEMBINAAN OLAHRAGA KONI KABUPATEN CIANJUR TAHUN 2018

NARASI LAPORAN PELAKSANAAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT ASISTEN REFEREE CABANG OLAHRAGA TENIS POPDA DIY 2012

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 271 TAHUN 2016 TENTANG PENUNJUKAN BAPAK ANGKAT CABANG OLAHRAGA KABUPATEN BANTUL

NARASI LAPORAN PELAKSANAAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT ASISTEN REFEREE CABANG OLAHRAGA TENIS POPDA DIY 2011

Sambutan Presiden RI Pd Peringatan Hari Olahraga Nasional di Yogyakarta tgl. 17 Okt 2013 Kamis, 17 Oktober 2013

I. PENDAHULUAN. manusia dan merupakan keinginan yang dimiliki oleh setiap individu manusia.

Minat dan Bakat Olahraga Siswa SD dan SMP di Kabupaten Demak Tahun 2014

MAKALAH PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA SEA GAMES KE-27 DI MYANMAR

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan dalam konsep pembinaan atlet berbakat untuk mencetak

BAB I PENDAHULUAN. oleh masyarakat di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Munculnya klub-klub

BAB III METODE PENELITIAN

Analisis Strategi Pembinaan Atlet oleh Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Pati ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. diperoleh suatu fungsi alat-alat tubuh yang dapat bekerja dengan normal dan

NARASI LAPORAN PELAKSANAAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT ASISTEN REFEREE CABANG OLAHRAGA TENIS POPDA DIY 2010

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA OLAH RAGA DI KOTA JAMBI

FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA (UNIVERSITAS NEGERI)

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara

MANAJEMEN KELAS KHUSUS BAKAT ISTIMEWA OLAHRAGA (BIO) DI SMA EKS KARESIDENAN SURAKARTA

Lampiran SURAT KEPUTUSAN DEKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Nomor : 066/UN27.02/KP/2016 Tanggal : 02 Pebruari 2016

Studi Analisis Keberhasilan Atlet Kota Metro dalam Pekan Olahraga Daerah (Porda) Lampung

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan watak dan kepribadian yaitu sikap sportivitas dan disiplin. Sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak dilahirkan dengan bakat dan minat yang berbeda-beda. Bakat dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mengolah jasmani. Selaras dengan hal itu Santosa Giriwijoyo (2007) yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional (2005:

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 197 /KPTS/013/2008 TENTANG

GEDUNG OLAHRAGA AIR DI DENPASAR BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. di sekolah. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan merupakan salah

NARASI KEGIATAN PROGRAM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT. Pengimbasan Model Pembelajaran Atletik di Kabupaten Bantul

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PROGRAM INDONESIA EMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemajuan dan kejayaan suatu bangsa tidak terlepas dari peranan generasi

SPORTS CENTER DI KOTA TANGERANG

BAB I PENDAHULUAN. sebelumnya. Kemajuan olahraga dipengaruhi oleh kemajuan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia pada umumnya. Oleh sebab itu olahraga pariwisata saat ini mendapat

LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT KEJUARAAN PEKAN OLAHRAGA PELAJAR WILAYAH (POPWIL) III DI KABUPATEN BANTEN TAHUN 2012.

BAB I PENDAHULUAN. Menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas merupakan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan politik masih menjadi masalah yang sangat kompleks. Fenomena ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gizi atau makanan diperlukan manusia untuk pemeliharaan tubuh

Rencana Umum Pengadaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Irman Rediansyah, 2015

STUDI TENTANG PELAKSANAAN EVALUASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN PADA SISWA SMK PGRI 4 KOTA KEDIRI TAHUN AJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. karena olahraga merupakan alat pendidikan agar terjadi keseimbangan antara

KOMPLEK OLAH RAGA DI TANGGERANG

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PEMBUKAAN PROGRAM PELATIHAN SEPAK BOLA USIA DINI COCA-COLA AMATIL INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Sepak bola merupakan olahraga yang paling populer di Indonesia. Hal

KEPALA DINAS OLAHRAGA DAN PEMUDA PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PROGRAM INDONESIA EMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. menjadi Negara terdepan dibidang olahraga tersebut, banyak kegiatan yang

BAB II PROFIL INSTANSI

Siaran Pers Kemenpora: Wakil Presiden Pimpin Rapat Asian Games 2018 di Kemenpora Rabu, 15 Maret 2017

2016 HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN TINGKAT PARTISIPASI SISWA-SISWI SEKOLAH MENENGAH ATAS DALAM CABANG OLAHRAGA JUDO

ANALISIS PEMANTAUAN KESEHATAN SECARA PERIODIK SELAMA PERIODE LATIHAN DI PUSAT PENDIDIKAN DAN LATIHAN OLAHRAGA PELAJAR (PPLP) PROPINSI SUMATERA BARAT

BUPATI ALOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kabupaten Maros, maka dalam bab ini akan diuraikan kesimpulan dan saran

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga merupakan hal yang sangat dekat dengan manusia kapan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Sepak Bola: Stadion: a. b.

Pedoman Umum Pekan Olahraga Pelajar Daerah (POPDA) X Jawa Barat Tahun 2014

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG

NARASI KEGIATAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT (PPM) PELATIH / OFFICIAL KONTINGEN TIM ATLETIK KEC. SEYEGAN DALAM KEJUARAAN PORKAB.

Dasar Melatih. Indah prasetyawati tri purnama sari Fik uny Materi 4

8. URUSAN KEPEMUDAAN DAN OLAH RAGA

Panduan Olahraga Unggulan Daerah

Transkripsi:

NARASI KEGIATAN PELATIHAN PELATIH TINGKAT DASAR ANGKATAN I Oleh: Dr. Ria Lumintuarso, M.Si. NIP. 19621026 198812 1 001 Hotel Pandanaran Semarang Jawa Tengah 21-30 Mei 2013 FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN 2013 1

A. LANDASAN KEGIATAN Berdasarkan Surat Penugasan/ ijin Dekan No. 574/ UN34.16/KP/2013, sebagai narasumber Pelatihan Pelatih Tingkat Dasar Angkatan I, berikut ini kami sampaikan narasi kegiatan tersebut yang berlangsung pada tanggal 21-30 Mei 2013 bertempat di Hotel Pandanaran Semarang. B. NAMA KEGIATAN Pelatihan Pelatih Tingkat Dasar Angkatan I oleh Deputi IV Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Kemenpora sebagai Narasumber. C. DESKRIPSI KEGIATAN Pelatihan Pelatih Tingkat Dasar Angkatan I Pelatih SKO (Sekolah Khusus Olahraga), kegiatan ini diselenggarakan oleh Deputi IV Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Kemenpora dan dibuka oleh Deputi IV Prof Dr. Djoko Pekik Irianto, M.Kes. AIFO. Pelatihan Pelatih Tingkat Dasar bagi Pelatih SKO (Sekolah Khusus Olahraga), di hotel Pandanaran Semarang. Pelatihan dilaksanakan 20-30 Mei, diikuti 85 orang berasal dari SKO Kaltim, Sidoarjo, Ragunan, Sumsel, Riau, Makasar dan PPLP ( Pusat Pembinaan dan Latihan Pelajar) Jateng. Materi yang diberikan kepada peserta meliputi teori dan praktek biomekanik, nutrisi, doping, penyusunan program dan perencanaan latihan. Hadir dalam pembukaan Kadispora Jateng, Dekan FIK Universitas Semarang dan pimpinan KONI Jateng. Dalam sambutanya Djoko Pekik menekankan pentingnya kualitas pelatih dan pembinaan prestasi atlet. Kriteria pelatih handal antara lain etik, ekselen dan profesional. "Pelatih merupakan salah satu unsur penting dari istilah men behind the gun, dimana sebaik apapun peralatan yang digunakan tentu tak akan memberikan pengaruh besar jika yang menggunakan senjata tersebut tak mampu menjalankannya dengan baik. Kepada para peserta pelatihan Djoko juga berpesan agar para pelatih SKO jangan memaksakan prestasi di usia sekolah karena dapat merugikan torehan prestasi terbaik di usia emasnya kelak. 2

Kepala Bidang Pengembangan Pelatih dan Instruktur, Surono, menjelaskan bahwa salah satu tujuan pelatihan ini adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam menyusun program latihan. Pembangunan di bidang olahraga diarahkan untuk menumbuhkan budaya olahraga bagi masyarakat guna meningkatkan kualitas manusia Indonesia sehingga memiliki kesehatan dan kebugaran. Di samping itu, pembangunan olahraga dapat meningkatkan sportivitas, disiplin, dan membangkitkan jiwa nasionalisme Pembangunan bidang olahraga dilaksanakan melalui berbagai program kegiatan, baik yang bersifat olahraga massal, pembibitan, maupun prestasi. Untuk mendorong keberhasilan olahraga di tanah air, pemerintah telah memberikan kesempatan dan layanan pendidikan kepada segenap pemuda untuk mengikuti pendidikan olahraga bagi yang memiliki bakat olahraga melalui sekolah atlet. Pelatihan menurut Atmodiwirio (1993:2) adalah serangkaian kegiatan yang mengutamakan perubahan pengetahuan, keterampilan dan peningkatan sikap seseorang dalam melaksanakan tugasnya. Selanjutnya, Kenneth R. Robinson seperti dikutip Soebagio menyatakan bahwa, Training, therefore we are seeking by my instructional or experientaial means to develop a person behaviour pattern in the areas of knowledge, skill or attitude inorder to achieve a desired, standar. Definisi tersebut mengandung pengertian bahwa training dapat diperoleh melalui pengajaran atau pengalaman yang dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan standar. Terdapat beberapa aspek yang dapat dilakukan oleh suatu organisasi dalam mengambil suatu kebijakan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dimiliki. Gilley dan England (1989:6) berpendapat bahwa dalam pengembangan sumber daya manusia difokuskan pada tiga hal, yaitu: (1) pelatihan (training) untuk memenuhi tuntutan tugas-tugas saat ini dan mengantisipasi pengembangan pekerjaan pada masa mendatang ( development); (2) meningkatkan kemampuan individu ( education); dan (3) hasil yang diinginkan dari setiap upaya tersebut diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan keahlian yang dapat dimanfaatkan untuk perbaikan. 3

D. NARA SUMBER KEGIATAN Pelatihan Pelatih Tingkat Dasar Angkatan I, dihadirkan, antara lain : 1. Dr. Ria Lumintuarso, M.Si dan 2. Drs. Mansur, MS melibatkan nara sumber E. PESERTA Pelatihan Pelatih Tingkat Dasar Angkatan I, diikuti 85 orang berasal dari: 1. SKO Kaltim, 2. SKO Sidoarjo, 3. SKO Ragunan, 4. SKO Sumsel, 5. SKO Riau, 6. SKO Makasar dan 7. PPLP (Pusat Pembinaan dan Latihan Pelajar) Jateng: No Cabor PPAPD Cabor PPLP Cabor SKO Cabor PPLM 1 Sepakbola Sepakbola Sepakbola Atletik 2 Sepak takraw Sepak takraw Sepak takraw Sepak takraw 3 Pencak silat Pencak silat Pencak silat Pencak silat 4 Dayung Dayung Dayung 5 Tinju Tinju Tinju 6 Karate Atletik Karate 7 Senam Gulat Senam 8 Anggar Anggar 9 Judo Judo 10 Renang Renang 11 Atletik 12 Gulat 4

F. HASIL KEGIATAN Berdasarkan cabang olahraga unggulan yang teridentifikasi, terdapat 12 cabang olahraga unggulan binaan. Guna mendukung ketiga belas cabang olahraga unggulan diperlukan sarana dan prasarana olahraga yang lengkap dan representatif. Adapun alat dan fasilitas olahraga yang berada di dalam GOR : 1) lapangan basket, 2) lapangan futsal, 3) lapangan bolavoli, 4) fitness center. Berdasarkan hasil observasi kelayakan sarana dan prasarana olahraga, dijumpai kondisi sarana dan prasarana yang sudah standar pendirian SKO. Namun demikian beberapa kondisi alat dan fasilitas yang masih terbatas, seperti kolam renang yang belum ada, stadion atletik dan sepakbola yang belum memenuhi standar. Demikian juga dengan keberadaan sekolah yang akan dijadikan tempat penyelenggaraan SKO masih perlu penambahan ruang-ruang belajar antara lain ruang kelas, laboratorium bahasa, ruang perpustakaan dan perbaikan lingkungan. Demikian juga kondisi GOR perlu diberikan perawatan dan pemeliharaan kebersihan lingkungan. Beberapa ruang di dalam GOR juga masih tampak kosong yang artinya masih banyak ruang-ruang yang bisa di manfaatkan untuk ruang yang bermanfaat. Sesuai dengan identifikasi cabang olahraga unggulan yang ada, terdapat tiga cabang olahraga unggulan yang belum memiliki sarana olahraga yang representatif yaitu sepakbola, atletik dan kolam renang. Adapun sesuai dengan master plan pembangunan sarana olahraga pendukung SKO, sudah nampak baik dan ideal. Dalam perencanaan ke depan diusulkan penambahan fasilitas berupa: 1) ruang belajar teori sejumlah 12 kelas, 2) perpustakaan, 3) ruang guru, 4) ruang seminar, 5) laboratorium bahasa, 5

6) lapangan sepakbola mini untuk memanfaatkan ruang sisa dan ada tribun sepakbola, 7) masjid besar, 8) lahan parkir luas, 9) shelter, 10) jogging track, 11) Tempat Olahraga Terbuka (TOT). Tahun 2006 telah dicanangkan oleh Deputi III, Menteri Negara Pemuda dan Olahraga Bidang Wira usaha dan Industri Olahraga sebagai Tahun Kebanglkitan Industri olahraga Konsekuensi dari pencanangan tersebut adalah bahwa setiap event yang berkaitan dengan olahraga diupayakan untuk mampu menjdi potensi industri disamping tujuan pokok olahraga itu sendiri. Kedua hal tersebut seyogyanya mampu bergerak secara sinergis dengan mencapai tujuan olahraga dan jembatan menuju perekembangan industri di bidang olahraga. Patut diakui bahwa, sampai saat ini pendanaan masih merupakan salah satu masalah utama dalam pengembangan olahraga di Indonesia di samping masalah-masalah teknis. Hal ini bisa dimaklumi bersama karena anggaran negara memang harus diprioritaskan pada sektor-sektor yang mendesak untuk perbaikan ekonomi dengan adanya berbagai bencana alam yang menghantam wilayah NKRI beberapa tahun belakangan ini. Akibatnya sirkulasi moneter di olahraga sangat terbatas yang pada gilirannya lembaga-lembaga keolahragaan tidak mampu mengartikulasikan pembinaan olahraga dengan baik. Olahraga diharapkan mampu untuk mandiri secara keuangan dengan tidak sepenuhnya bergantung pada pemerintah, demikian yang menjadi keinginan bersama insan olahraga Indonesia, dengan kata lain olahraga harus berdaya secara ekonomi. Namun persoalannya kemudian adalah bagaimana mengolah olahraga menjadi bernilai ekonomi. Ini bukanlah pekerjaan mudah bagi sebuah negara seperti Indonesia. Kendati demikian, ada beberapa contoh kasus yang menarik berhubungan dengan upaya perluasan dampak menguntungkan dari komersialisasi olahraga. Contohnya, sampai menjelang akhir 1980-an Korea masih dikategorikan sebagai negara berkembang. 6

Namun setelah secara sukses menjadi tuan rumah Olimpiade Seoul 1988, Korea keluar dari citra negara dunia ketiga dan memantapkan pondasi yang solid atas pertumbuhan ekonominya. Dan melalui Piala Dunia 2002, Korea benarbener meningkatkan citranya sebagai satu dari negara elit dalam bidang olahraga. Apa yang telah dilakukan Korea pada intinya adalah bahwa Korea mampu mengolah event olahraga menjadi sebuah peristiwa yang berdaya cipta secara ekonomi. Tentu saja, ini bukan suatu hal yang bersifat serta merta. Ada suatu proses jangka panjang dengan melibatkan berbagai strategi pelaksanaan yang cermat (Kim, 2003). Hal yang sama juga dilakukan oleh Yunani. Sebuah artikel di www.thesportjournal.org mendiskripsikan strategi pemasaraan olahraga dan kota Anthena sebagai sebuah potensi pariwisata jauh hari sebelum Olympiade 2004 dilaksanakan (Karlis, 2003). Artinya, belajar dari contoh di atas, upaya mengembangkan olahraga sebagai potensi industri di Indonesia juga sebaiknya melalui proses jangka panjang. Dalam hal ini olahraga yang populer di masyarakat menjadi tumpuan utama untuk mampu mengembangkan prinsip industrialisasi olahraga yang berdampak kepada ekonomi rakyat. Sepakbola yang merupakan olahraga terpopuler di Indonesia dengan sistem kompetisinya yang telah berjalan secara reguler merupakan sebuah event yang pantas untuk dikaji sebagai sampel potensi industri olahraga. Selain itu Indonesia juga telah memiliki cabang olahraga profesional seperti tinju yang juga memiliki sistem pertandingan yang ditayangkan oleh televisi nasional secara reguler yang menarik untuk dikaji. Sebagai fenomena sosial dan kultural, olahraga tidak bisa melepaskan diri dari ikatan moral kemodernan, yakni dominasi pasar. Penerimaan eksistensinya secara sosiologis dijamin oleh kemampuannya menyesuaikan diri dengan pasar, atau sebaliknya, pasar yang akan menjadikannya sebagai sasaran ekstensifikasinya. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Slack, olahraga adalah barang komoditas di mana, seperti produk komoditas lain, menjadi sasaran dari kekuatan pasar (1998). 7

G. KESIMPULAN 1. Berdasarkan master plan pembangunan sarana dan prasarana olahraga yang dibuat sudah nampak ideal namun demikian kondisi sarana dan prasarana olahraga yang sudah ada perlu dilakukan perawatan dan pemeliharaan kebersihan. 2. Dari ke-12 cabang olahraga unggulan SKO, terdapat tiga cabang olahraga yang belum memiliki sarana dan prasarana olahraga yang memadai yaitu cabang olahraga sepakbola, atletik, dan kolam renang. 3. Perlu penambahan laboratorium pendukung keberadaan SKO antara lain laboratorium gizi dan kesehatan, laboratorium kondisi fisik, dan laboratorium tes pengukuran. 4. Perlu penambahan ruang kelas, ruang guru dan ruang perpustakaan, sebagai pendukung proses belajar mengajar yang representatif bagi atlet SKO. 8