BAB II KERANGKA KERJA SEKTOR SANITASI KOTA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi

Lampiran A. Kerangka Kerja Logis Air Limbah

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI

Sia Tofu (Bersama dan Bersatu) dan Visi Pembangunan Kabupaten Pulau Taliabu Tahun

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

BAB V PROGRAM DAN KEGIATAN

2.1 Visi Misi Sanitasi

Arah Pengembangan Sanitasi

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

Tersedianya perencanaan pengelolaan Air Limbah skala Kab. Malang pada tahun 2017

IVI- IV TUJUAN, SASARAN & TAHAPAN PENCAPAIAN

Strategi Sanitasi Kabupaten OKU TIMUR

Matrik Kerangka Kerja Logis Kabupaten Luwu

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

LAMPIRAN II HASIL ANALISIS SWOT

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI

Pertemuan Konsultasi dengan Tim Pengarah

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

Bab 4 Strategi Pengembangan Sanitasi

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

L-3. Kerangka Kerja Logis TABEL KKL. Pemutakhiran SSK Kabupaten Batang L3-1

Lampiran 2. Hasil Analisis SWOT

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2

Hasil Analisa SWOT Kabupaten Grobogan tahun 2016

3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

Program penyusunan Masterplan. Tersedianya Master Plan sistem pengelolaan air limbah domestik tahun Penyusunan Master Plan skala kabupaten

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

KERANGKA KERJA LOGIS (KKL) KABUPATEN ACEH TENGGARA

Memorandum Program Percepatan Pembangunan Sanitasi BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

Mendapatkan gambaran tentang kondisi dan rencana penanganan air limbah domestik di Kabupaten Tulang Bawang Barat tahun 2017

BAB 3 RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI

Penyepakatan VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI SANITASI KOTA TASIKMALAYA SATKER SANITASI KOTA TASIKMALAYA

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

Bab III Kerangka Pengembangan Sanitasi

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI YANG SEDANG BERJALAN

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBAGAN SANITASI YANG SEDANG BERJALAN

BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA

Lampiran 2: Hasil analisis SWOT

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB IV. Strategi Pengembangan Sanitasi

5.1 Gambaran Umum Monitoring dan Evaluasi

BAB 4 BUKU PUTIH SANITASI 2013

3.1 TUJUAN, SASARAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AIR LIMBAH DOMESTIK TABEL 3.1 TUJUAN, SASARAN DAN TAHAPAN PENCAPAIAN PENGEMBANGAN AIR LIMBAH DOMESTIK

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI

2.1 Visi Misi Sanitasi

KERANGKA KERJA LOGIS (KKL)

BAB VI MONITORING DAN EVALUASI CAPAIAN SSK

Bab 3: Profil Sanitasi Wilayah

DESKRIPSI PROGRAM UTAMA

Permasalahan Mendesak Tujuan Sasaran Strategi Program Kegiatan. Perencanaan menyeluruh pengelolaan sistem air limbah skala Kota.

3.1 Rencana Kegiatan Air Limbah

Bab 3 Rencana Kegiatan Pembangunan Sanitasi

STRATEGI SANITASI KOTA PAREPARE. Lampiran 5. Deskripsi Program/Kegiatan

STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA BONTANG TAHUN 2015

Bab 3 Rencana Kegiatan Pembangunan Sanitasi

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB 3 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB II ARAH PENGEMBANGAN SANITASI

BAB 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi

Deskripsi Program/ Kegiatan Sanitasi. Dinas PU Kabupaten Tapanuli Tengah

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

DESKRIPSI PROGRAM DAN KEGIATAN

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

LAMPIRAN 2 LAMPIRAN 2 ANALISIS SWOT

KOTA TANGERANG SELATAN

Infrastruktur PLP dalam Mendukung Kesehatan Masyarakat

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

B A B V PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB III ISU STRATEGIS & TANTANGAN SEKTOR SANITASI KABUPATEN KLATEN

1.2 Telah Terbentuknya Pokja AMPL Kabupaten Lombok Barat Adanya KSM sebagai pengelola IPAL Komunal yang ada di 6 lokasi

Mewujudkan Kota Padang sebagai Kota Pendidikan, Perdagangan dan Pariwisata Yang Sejahtera, Religius dan Berbudaya

BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI

Target. Real isasi. Real isasi 0% 10% 0%

Bab 3 Rencana Kegiatan Pembangunan Sanitasi

MEWUJUDKAN SANITASI KOTA BANJARMASIN 50 AL, 90 PS, 90 DR DAN 100 AM TAHUN

ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI

BAB II : KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

KEBIJAKAN DAN STRATEGI BIDANG PLP

BAB 5: BUKU PUTI SANITASI KOTA BANJARBARU 5.1 AREA BERESIKO SANITASI. Hal 5-1

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

Transkripsi:

BAB II KERANGKA KERJA SEKTOR SANITASI KOTA 2.1. GAMBARAN UMUM SANITASI KOTA Kota Bontang mempunyai luas wilayah darat 14.780 ha dan wilayah laut 34.977 ha dari luas wilayah seluruhnya 49.757 ha. Terdapat kawasan hutan lindung seluas 5.573 ha. Areal industri PT. Badak NGL dan PKT seluas 470 ha, sisa wilayah daratan diluar tersebut 8.697 ha dan sebagian dataran rendah serta termasuk daerah pasang surut dimana sebagian besar masyarakat yang berada didaerah tersebut saat buang besar menggunakan WC atau MCK yang kurang layak, sehingga membutuhkan sarana sanitasi yang tepat untuk masyarakat, secara umum hal ini terlihat dari sebagian masyarakat yang mempunyai kebiasaan belum baik antara lain : a. Membuang sampah disaluran drainase b. Mencuci dan mandi di sungai tercemar c. Air buangan industri rumah tangga tanpa pengolahan d. Cara Buang air besar masyarakat di pesisir yang langsung ke laut 2.1.1. Gambaran Situasi Sanitasi Kota Bontang Paparan tentang gambaran umum situasi sanitasi Kota Bontang merupakan ringkasan dari Buku Putih Sanitasi Kota Bontang yang menggambarkan tentang kondisi sanitasi kota saat ini. Terdiri dari gambaran umum sub sektor air limbah domestik, sub sektor persampahan, sub sektor drainase lingkungan dan sektor air bersih. A. Sub Sektor Air Limbah Domestik Untuk kebutuhan sanitasi masyarakat, Kota Bontang belum memiliki sarana sanitasi terpusat, akan tetapi pada beberapa Kelurahan sudah memiliki sanitasi komunal dengan sistem MCK Plus Biogester. Sisanya menggunanan MCK atau langsung dibuang ke sungai serta di bibir pantai. Limbah cair industri (dari industri besar maupun kecil) masih sering dibuang ke lingkungan tanpa pengolahan. Pelayanan pengurasan tanki septik atau cubluk dilakukan oleh Pihak swasta dan DKPP dengan truk tinja atau secara manual. Biasanya lumpur dari tangki septik/cubluk rumah tangga (RT) baru dilakukan penyedotan kalau fasilitasnya sudah buntu. Sedangkan khusus lingkungan perumahan dan perkantoran perusahaan memiliki sarana pengolahan limbah cair sendiri yang dikelola secara mandiri. Gambaran Fungsi Pengelolan Air Limbah Domestik Fungsi pengelolaan air limbah domestik baik untuk jenis grey water maupun black water yang belum ditangani oleh seluruh pihak, seperti : Strategi Sanitasi Kota II - 1

1. Penyediaan sarana daur ulang air limbah domestik. 2. Pengelolaan daur ulang limbah domestik. 3. Monitoring dan evaluasi kapasitas infrastruktur pengelolaan air limbah domestik. Gambaran Kapasitas Layanan Pengelolaan Air Limbah Domestik Penyedia jasa layanan di Kota Bontang dalam hal pengelolaan air limbah domestik dilakukan oleh Pemerintah Kota melalui Dinas Pekerjaan Umum Bidang Cipta Karya dan Dinas Kebersihan dan PMK. Sedangkan penyedia jasa layanan lainnya sudah dilakukan oleh perusahaan PT. Badak NGL dan PT.Pupuk Kaltim,Tbk untuk seputar wilayah perumahannya. Gambaran Koordinasi dalam Pengelolaan Air Limbah Domestik Secara umum Organisasi pengelola sektor air limbah (fasilitas sanitasi) di Kota Bontang adalah PU Cipta Karya dan Dinas Kebersihan PPMK dengan tugas adalah melaksanakan perencanaan, pengawasan, pengendalian, dan pemanfaatan sarana dan prasarana di bidang teknik penyehatan yang meliputi urusan-urusan air bersih, air buangan, kebakaran, kebersihan, pertamanan, dan pemakaman. Untuk penanganan sanitasi air limbah dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya Kota Bontang. Kelembagaan SANIMAS berdasarkan tugas dan tanggung jawabnya bisa dibagi menjadi 2 yaitu Panitia Pembangunan dan Badan Pengelola. Kelembagaan SANIMAS di masyarakat disebut sebagai Kelompok Swadaya Masyarakat/KSM-SANIMAS. Permasalahan air limbah domestik di Kota Bontang adalah sebagai berikut : Adapun rumusan masalah dalam pengelolaan prasarana dan sarana air limbah adalah sebagai berikut : 1. Sanitasi individual belum sepenuhnya terpenuhi khususnya pada kawasan pesisir. Sebagian besar masyarakat yang ada di kawasan pesisir untuk sanitasi (kegiatan MCK) lebih banyak dilakukan di bibir-bibir pantai kawasan pesisir. Kondisi ini menyebabkan pencemaran lingkungan kawasan pesisir terutama ketika terjadinya air laut surut. 2. Belum tersedianya fasilitas sanitasi terpusat berupa IPAL dan IPLT 3. Kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan masih kurang. Hal ini disebabkan oleh berbagai keterbatasan yang dimiliki terutama pada masyarakat kawasan disekitar pesisir. 4. Dalam bidang kelembagaan yang menangani air limbah masih belum berjalan dengan optimal. Strategi Sanitasi Kota II - 2

5. Belum adanya perda yang mangatur masalah pengelolaan air limbah di Kota Bontang. Permasalahan air limbah domestik di tingkat masyarakat adalah : Sebagian masyarakat beranggapan bahwa sarana sanitasi air limbah belum menjadi kebutuhan yang mendesak. Sebagian masyarakat kota Bontang masih membuang limbahnya ke saluran/sungai. Dengan demikian perlu adanya rumusan penanganan masalah dalam pengelolaan prasarana dan sarana air limbah. B. Sub Sektor Persampahan Saat ini kebanyakan masyarakat di Kota Bontang melakukan pembuangan sampah dengan cara dibuang di tempat sampah untuk kemudian diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Namun tidak sedikit pula masyarakat yang membuang sampahnya secara individu dengan cara dibakar (membuat lubang). Gambaran Fungsi Pengelolaan Sub-sektor Persampahan Fungsi pengelolaan persampahan yang belum ditangani oleh seluruh pihak. Upaya untuk mencapai efesiensi dan efektifitas pengelolaannya masih dilakukan oleh Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pertamanan (DKPP) Kota Bontang dengan dukungan peran serta masyarakat. Gambaran Kebijakan Pengelolaan Sampah Pengelolaan Kebersihan (persampahan) di Kota Bontang diatur melalui Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2004 tentang Pengelolaan Persampahan. Pengelolaan sampah pada Perda Nomor 4 Tahun 2004 ini mengatur antara lain : Ketentuan membuang sampah. Pada bagian ini diatur ketentuan membuang sampah yang berlaku terhadap setiap penduduk atau badan hukum yang ada di Kota Bontang. Pengaturan tentang tempat pembuangan sampah. Bagian ini mengatur tentang pengadaan, pemeliharaan, dan ukuran tong sampah. Selain itu juga diatur tentang TPS dan tata cara pengoperasian TPS. Pengaturan tentang pengangkutan sampah. Pada bagian ini diatur tata cara pengangkutan sampah dari tong sampah dan TPS ke TPA sampah, dan pengangkutan sampah industri. Pengolahan dan pemusnahan sampah. Pada bagian ini diatur pelaksana dan penanggung jawab pengelola sampah di TPA Sampah. Larangan. Bagian ini mengatur tentang larangan-larangan yang harus dipatuhi oleh masyarakat penghasil sampah yang diperkirakan dapat mengganggu proses pengelolaan sampah Kota Bontang. Strategi Sanitasi Kota II - 3

Kewajiban Pemerintah yang diatur antara lain adalah dalam penetapan petugas yang bertanggung jawab, pelaksanaan pengangkutan dan pemesnahan sampah di TPA. Sistem pengelolaan sampah di Kota Bontang di lakukan secara terpadu melalui proses pengumpulan, pemindahan, pengangkutan dan pembuangan/pengolahan untuk menghindari timbulnya masalah perkotaan yang lebih kompeks karena polusi dan ganguan kesehatan masyarakat. Gambaran Kapasitas Layanan Pengelolaan Persampahan Daerah layanan pengelolaan persampahan Kota Bontang saat ini hampir mencakup sebagian besar daerah terbangun kota, terutama permukiman yang terletak disekitar jalan yang dapat dilalui oleh alat angkut sampah. 1. Cakupan Layanan UPTD Pengolahan Sampah saat ini adalah dari pemukiman padat penduduk, pasar, perkantoran, pertokoan, jalan protokol dan perumahan di sekitar jalan utama atau tingkat pelayanan sampah Kota Bontang sebesar 70,8 % dari jumlah penduduk Kota Bontang yaitu 175.831 jiwa. 2. Layanan persampahan di Kota Bontang masih sangat terbatas, Hal ini dipengaruhi karena keterbatasan sarana dan prasarana penunjang, seperti : Jumlah TPS Dump Truck Gambaran Koordinasi dalam Pengelolaan Sampah Pengelolaan persampahan Kota Bontang saat ini berada dibawah Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Pemadam kebakaran Kota Bontang. Penetapan pengelola tersebut berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bontang Nomor 15 Tahun 2003 Tentang Pembentukan Organiasasi dan Tata Kerja Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Pemadam Kebakaran. Berdasarkan susunan organisasi tersebut, maka pelaksana teknis operasional pengelolaan persampahan Kota Bontang berada dibawah Seksi Kebersihan. Institusi lainnya yang ikut serta bertanggung jawab pada pengelolaan persampahan Kelompok Masyarakat (Pokmas) yang melaksanakan proses pengumpulan sampah pada permukiman yang belum mendapat pelayanan langsung dari Dinas kebersihan, Pertamanan, dan Pemadam kebakaran Kota Bontang. Pokmas tersebut melaksanakan pengumpulan sampah dari rumah tangga dengan menggunakan gerobak dan mengangkutnya ke tepi jalan yang akan dilalui truk pengangkut sampah. Selain institusi tersebut, maka pengelolaan sampah di Kota Bontang juga dilakukan oleh PT Pupuk Kaltim dan PT Badak. PT Pupuk Kaltim mengelola sampah yang berasal dari kegiatan di komplek PT Pupuk Kaltim dengan memanfaatkan jasa pelayanan pihak swasta dan membuang sampah ke TPA sampah yang berada di lingkungan PT Pupuk Strategi Sanitasi Kota II - 4

Kaltim. PT Badak juga mengelola pengumpulan dan pengangkutan sampah dari lingkungan komplek PT Badak dan membuangnya ke TPA sampah Bontang Lestari. Permasalahan persampahan di tingkat masyarakat 1. Lemahnya kesadaran masyarakat dalam mematuhi aturan tentang persampahan 2. Sampah belum dilakukan pemilahan dari sumbernya secara menyeluruh oleh masyarakat antara sampah organik dan non organic. Permasalahan persampahan di tingkat pemerintah adalah : 1. Pengelolaan TPA belum sepenuhnya menggunakan system sanitary landfill 2. Penanganan sampah belum dapat diatasi sepenuhnya, terutama pada pemukiman diatas air, karena kurangnya sarana yang tersedia. 3. Frekuensi pengangkutan sampah saat ini baru 1-2 kali dalam sehari. 4. Inovasi teknik untuk peningkatan kualitas TPA terutama berkaitan dengan pengolahan leachate dan pemanfaatan gas landfill menjadi energi listrik serta incenerator ramah lingkungan dan teknologi pengolahan sampah lainnya belum dilakukan. Hal ini karena diperlukan SDM handal juga biaya yang cukup tinggi dan studi kelayakan yang memadai. Permasalahan persampahan ditingkat swasta yaitu : 1. Jumlah pihak swasta yang terlibat dalam pengelolaan sampah masih terbatas. 2. Peran swasta masih terbatas pada pemanfaatan sampah yang masih dapat dijual kembali bukan secara langsung mendaur ulang sampah tersebut. C. Sub Sektor Drainase Lingkungan Pada saat ini sistem drainase di Kota Bontang tidak terlalu baik. Pada musim hujan sering terjadi genangan pada sebagian wilayah kota terutama pada daerah yang mempunyai topografi relatif datar. Genangan juga disebabkan oleh luapan dari sungaisungai yang ada. Sistem jaringan yang ada saat ini masih belum ada pemisahan antara drainase untuk air hujan dan air limbah. Pengembangan jaringan drainase di kabupaten/kota sampai saat ini masih difokuskan pada kawasan perkotaan atau kawasan permukiman dengan kepadatan tinggi. Jaringan drainase yang ada terutama untuk sistem tersier, sekunder maupun primer pada umumnya atau sebagain besar masih menjadi satu dengan sistem jaringan jalan. Selain itu sistem pembuangan air limbah masih menjadi satu atau belum terpisah dengan sistem pembuangan air hujan. Sistem penyaluran air hujan berdasarkan sistem gravitasi atau mengikuti garis kontur tanah, aliran dari permukaan masuk ke saluran pembuang untuk kemudian masuk ke Strategi Sanitasi Kota II - 5

sistem pembuang utama (sungai) yang ada. Di semua wilayah studi, sistem jaringan yang ada belum terbagi menurut sistem blok pelayanan sesuai dengan area yang (mungkin) dilayani. Sehingga ketidak-sesuaian antara debit yang ada dengan kapasitas saluran merupakan permasalahan yang umum terjadi. Gambaran Fungsi Pengelolan Sub-sektor Drainase Lingkungan : Fungsi pengelolaan drainase lingkungan yang belum ditangani oleh seluruh pihak adalah : 1. Faktor koordinasi yang belum berjalan sepenuhnya, seperti penggunaan lahan resapan yang saat ini sudah ditempati bangunan pemukiman penduduk. 2. Faktor koordinasi pengawasan pembangunan drainase Gambaran Kebijakan Pengelolaan Drainase Lingkungan: Secara umum kebijakan pengelolaan drainase Kota Bontang adalah dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas prasarana dan sarana perumahan dan permukiman melalui peningkatan peran serta masyarakat dan tetap mempertahankan fungsi lingkungan bekerjasama dengan daerah tetangga. 1. Drainase Makro Sistem drainase induk yang ada di Kota Bontang adalah sistem drainase alam, yaitu suatu sistem yang menggunakan sungai dan anak sungai sebagai sistem primer penerima air buangan dari saluran saluran sekunder dan tersier yang ada. Keseluruhan sistem tersebut berfungsi untuk menyalurkan air hujan dan limbah rumah tangga. Sebagian dari saluran drainase sekunder yang ada juga menggunakan saluran irigasi sebagai saluran pembuangannya. Pada dasarnya terdapat 3 (sungai) sungai utama sebagai badan penerima air. Sungai utama dimaksud adalah : Sungai Bontang Sungai Guntung Sungai Nyerakat 2. Drainase Mikro Disamping sungai sungai tersebut di atas, terdapat juga saluran saluran pembuang dari pusat pusat daerah tangkapan di dalam kota atau wilayah permukiman ke sungai dan atau anak sungai yang dikategorikan sebagai saluran sekunder atau primer. Drainase mikro berupa saluran saluran pembuang dari suatu kawasan, dimana sistem yang ada masih menjadi satu antara pembuangan air hujan dengan limbah rumah tangga. Pada umumnya saluran drainase yang ada mengikuti alur jalan yang ada dan belum terbagi menurut hirarki sistem aliran maupun sistem blok pelayanan. Strategi Sanitasi Kota II - 6

Dari data yang ada pada Sistem Informasi Basis Data Drainase (SIBD) Direktorat Jenderal Cipta Karya (DJCK) Departemen Pekerjaan Umum, panjang drainase mikro di wilayah Kabupaten/Kota sepanjang ± 104 km, yang terdiri dari saluran primer sepanjang ± 34.3 km dan saluran sekunder ± 69.7 km. Type konstruksi saluran yang ada berupa saluran pasangan batu (terbuka dan tertutup), saluran beton serta saluran yang masih berupa galian tanah. Drainase mikro berupa saluran-saluran pembuang dari suatu kawasan, dimana sistem yang ada masih menjadi satu antara pembuangan air hujan dengan limbah rumah tangga. Pada umumnya saluran drainase yang ada mengikuti alur jalan yang ada dan belum terbagi menurut hirarki sistem aliran maupun sistem blok pelayanan. Secara umum jaringan drainase yang ada berupa saluran alami dan saluran buatan, baik saluran terbuka atau tertutup, saluran pasangan/beton maupun saluran galian tanah. Saluran drainase yang ada sebagian besar menjadi satu dengan saluran drainase jalan. Permasalahan drainase lingkungan di Kota Bontang Berdasarkan analisis analisis yang relevan didapatkan gambaran permasalahan yang sebenarnya. Indikasi permasalahan menyangkut isu isu penting, yaitu meliputi permasalahan genangan dan kondisi eksisting sistem drainase. 1. Terjadinya genangan pada beberapa lokasi Data selengkapnya mengenai lokasi, parameter genangan, dampak, dan masalah atau penyebabnya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.1 Wilayah Genangan di Kota Bontang No Lokasi Luas (ha) Lama Genangan Tinggi Genangan 1 Kawasan Kel. Guntung ± 4.67 ± 1 jam 0.5 1 m 2 Kawasan Kel. Blimbing ± 0.20 ± 1 jam - 3 Kawasan Kel. Tanjung Limau ± 5.50 ± 1 jam 0.5 0.75 m 4 Kawasan Kel. Telihan ± 0.40 ± 1 jam 1 2 m 5 Kawasan Kel. Kanaan ± 6.36 ± 2 jam 1 2 m 6 Kawasan Perum Disnaker ± 0.5 ± 2 jam 1 1.5 m 7 Kawasan Bethlehem & Perum Bontang Permai ± 1.5 ± 1 jam 0.5 1 m Penyebab Penyempitan Alur Tumbuhnya permukiman di sebagian badan sungai Kapasitas bangunan persilangan kurang memadai Wilayah pasang surut Pemukiman padat Kapasitas bangunan persilangan kurang memadai Perubahan kemiringan tajam Kapasitas bangunan persilangan kurang memadai Permukiman mulai berkembang Merupakan daerah depresi Bangunan persilangan kurang memadai Pengelakan alur Sungai Bontang di kawasan Perum PT. Badak Ket. Strategi Sanitasi Kota II - 7

No Lokasi Luas (ha) Lama Genangan Tinggi Genangan 8 Kawasan Jl. Imam Bonjol ± 0.02 ± 1 jam 0.5 m 9 Kawasan Jl. A. Yani ± 1.2 ± 1 jam 0.5 m 10 Kawasan Jl. Awang Long & Jl. Sendawar 11 Kawasan Jl. KS.Tubun & Rawa Indah Sumber : DPU Cipta Karya 2009 ± 0.20 ± 1 jam 0.3 m ± 2.80 ± 1 jam 0.5 m Penyebab Kurangnya kapasitas bangunan persilangan Merupakan daerah depresi Kurangnya kapasitas bangunan persilangan Kurangnya kapasitas bangunan persilangan Pengaruh Pasang Surut Daerah cekungan Pengaruh Pasang Surut Pemukiman Padat Ket. 2. Lemahnya koordinasi pengawasan pembangunan merupakan masalah yang sering terjadi dalam pembangunan wilayah. 3. Tinjauan terhadap sistem penyaluran air hujan yang ada akan mencakup tinjauan terhadap sungai sebagai badan penerima air utama, dan sistem saluran sebagai badan pembawa : a. Perhitungan mengenai kapasitas DAS berdasarkan profil DAS yang ada untuk kemudian dibandingkan dengan debit banjir hasil perhitungan dengan periode ulang 10 tahun, akan memberikan gambaran mengenai kemungkinan terjadinya atau tidak terjadinya luapan pada DAS dimaksud. b. Tinjauan terhadap saluran yang ada meliputi tinjauan dimensi, keadaan saluran, perlengkapan saluran yang ada, serta hal hal lain yang dianggap perlu sehingga dapat diharapkan akan didapat dimensi saluran yang sesuai. Hasil pengamatan lapangan adalah sebagai berikut : Tingkat pelayanan sistem yang ada masih rendah dalam konteks perbandingan antara luas yang harus dilayani dengan panjang sistem yang sudah terbangun/terpasang. Kapasitas saluran belum di desain menurut sistem blok kawasan yang harus dilayani, sehingga ada beberapa saluran yang melayani suatu kawasan terlalu luas. Sedimentasi dan timbunan sampah menyebabkan kapasitas pengaliran saluran berkurang, akibatnya terjadi luapan. Genangan yang terjadi dari hasil pengamatan disebabkan oleh luapan, baik dari jaringan tersier, sekunder maupun primer. Sistem jaringan belum tertata menurut hirarki saluran, dimana hirarki ini akan menentukan besarnya kapasitas pengaliran yang direncanakan. Dari hasil Strategi Sanitasi Kota II - 8

pengamatan ada sistem sekunder yang dimensinya lebih kecil dari sistem tersiernya. Ukuran gorong gorong yang terlalu kecil, kerusakan gorong gorong maupun kerusakan pada saluran merupakan salah satu penyebab terjadinya luapan dan genangan. 4. Pelaksanaan pemeliharaan sarana prasarana drainase kurang optimal karena keterbatasan dana pemeliharaan. 5. Kurangnya kesadaran masyarakat mengenai arti penting sarana drainase untuk menjaga kesehatan lingkungan. Terlihat masyarakat memanfaatkan saluran sebagai sarana pembuangan limbah home industri dan tempat pembuangan sampah yang praktis. Semua pihak paham bahwa membuang sampah di selokan akan dapat menimbulkan banjir karena kapasitas saluran menjadi berkurang. D. Sub Sektor Air Minum Sumber air minum di Kota Bontang adalah air tanah. Di Kota Bontang tidak ada sumber air sungai yang dapat diolah menjadi air bersih, sehingga hanya mengandalkan air tanah. Bontang memiliki 3 kecamatan, yaitu Kecamatan Bontang Barat, Kecamatan Bontang Utara, dan Kecamatan Bontang Selatan. Kecamatan-Kecamatan Bontang terlayani air bersih yang berasal dari PDAM melalui pemipaan. Namun adanya keterbatasan pasokan listrik dari PLN, maka PDAM sering terganggu dalam memproduksi air. Untuk mengatasi masalah tersebut, dilakukan giliran di tiga kecamatan. Praktis, masyarakat harus menyediakan tempat penampungan air, karena PDAM tidak mengalirkan air setiap hari, tapi 3 hari sekali. Gambaran Kapasitas Layanan Pengelolaan Air Minum Secara kuantitas kebutuhan air bersih di Kota Bontang belum 100%. Tahun 2010, baru 71% masyarakat yang terlayani berdasarkan asumsi satu Sambungan Rumah (SR) 6 jiwa. Di Kota Bontang, selain PDAM, pihak swasta juga melayani kebutuhan air masyarakat. PDAM melayani 52% untuk 126.266 jiwa, sedangkan perusahaan dan swasta sebesar 19%. Gambaran Pelayanan Air Bersih Oleh PDAM dan Pihak Swasta Pelayanan air bersih kepada masyarakat Kota Bontang dilakukan oleh beberapa pihak: 1. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Taman Kota Bontang melakukan pendistribusian dengan dua cara, yaitu; melalui pipa distribusi kerumah-rumah penduduk. Untuk wilayah tertentu yang belum terlayani dengan jaringan pipa dan Strategi Sanitasi Kota II - 9

ketika ada gangguan, pendistribusian dilakukan dengan menggunakan mobil tangki. Sedang pelayanan oleh PT. Pupuk Kaltim,Tbk dan PT. Badak NGL dapat memenuhi kebutuhan air bersih pada lingkungan perumahan kedua perusahaan masing-masing dan kebutuhan masyarakat disekitarnya. 2. Pengadaan air bersih yang dilakukan langsung oleh masyarakat dengan usaha air seperti sumur bor dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan melalui pipa langsung ke rumah masyarakat dan dijual menggunakan mobil tanki. Meskipun harga tergolong mahal, namun peminatnya cukup banyak karena pelayanan lancar. Gambaran Kebijakan Pengelolaan Air Bersih Kondisi system pengelolaan penyediaan air bersih di Kota Bontang : a. Sistem Non Perpipaan Pengelolaan penyediaan air minum non-perpipaan di Kota Bontang pada umumnya dikelola secara individu akan tetapi masih dalam pengawasan dinas terkait seperti PDAM dalam rangka upaya pengambangan penyediaan sarana dan prasarana air bersih terutama bagi masyarakat berpengahasilan rendah dan berada dalam kawasan krisis air bersih seperti pada kawasan pesisir dan kawasan bantaran sungai. Untuk pengelolaan terminal air, instalasi Penampungan air hujan (PAH) diharapkan dikelola oleh masyarakat yang dikoordinir oleh Kelurahan setempat. Pengelolaan sistem air bersih non-perpipaan dengan pembuatan sumur gali dikelola oleh masing-masing pemilik sumur gali (keluarga). b. Sistem Perpipaan Untuk pelaksanaan kegiatan dilakukan oleh Pemerintah Kota, PDAM, maupun masyarakat. Upaya memperkuat tugas dan fungsi regulator dan operator penyelenggaraan SPAM (PDAM dan Dinas PU) di Kota Bontang dilakukan dengan cara meningkatkan sumber daya manusia yang ada melalui pelatihan, peningkatan kualitas air minum, memperkuat fungsi dinas-dinas terkait dan memperkuat PDAM. Upaya memperkuat prinsip kepengusahaan pada lembaga penyelenggaraan PDAM di Kota Bontang dilakukan melalui penyehatan PDAM, penyesuaian tarif dan peningkatan SDM. Upaya penyusunan peraturan perundang-undangan (Perda, dll) yang berkaitan dengan penyelenggaraan SPAM di Kota Bontang dilakukan dengan cara penyusunan PERDA dan implementasi NSPM. Strategi Sanitasi Kota II - 10

Permasalahan Air Bersih di Kota Bontang Adapun rumusan masalah dalam bidang pengembangan pelayanan penyediaan air bersih (PDAM) adalah sebagai berikut : 1. Dalam bidang keuangan yakni : a. Rendahnya efesiensi penagihan. b. Sulitnya dalam penyesuaian tarif. 2. Dalam bidang teknik yaitu : a. Keterbatasan pasokan daya listrik. b. Kondisi topografi yang berupa pegunungan dan lembah menyebabkan pendistribusian air bersih ke pelanggan tidak berjalan optimal. c. Terbatasnya sumber air baku. d. Kuantitas dan kualitas produksi masih kurang. 3. Dalam bidang manajemen yakni : a. Kurangnya dukungan Sumber Daya Manusia. b. Dukungan pemerintah dalam penyertaan permodalan yang belum maksimal. 2.2. VISI DAN MISI SANITASI KOTA BONTANG 2.2.1. Visi Sanitasi Kota Visi Sanitasi Kota Bontang adalah Bontang Bersahaja 2016 (Bersih, Sehat Sanitasi dan Sejahtera) Dengan mengacu pada pencapaian tujuan nasional seperti diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945 pasal 28 H, yang menyebutkan Setiap warga Negara Indonesia berhak mendapatkan kesejahteraan dan lingkungan yang baik, maka dengan visi tersebut diharapkan dapat menjadi landasan yang akan dicapai dimasa depan dengan mandiri melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan secara sinergis antar pemangku kepentingan baik yang terkait langsung maupun tidak dalam rangka untuk mewujudkan keinginan dan amanat masyarakat Kota Bontang. 2.2.2. Misi Sanitasi Kota Untuk dapat mewujudkan Visi tersebut dirumuskan melalui 4 ( empat ) misi pembangunan sanitasi kota sebagai berikut : 1. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam ber- PHBS ( Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ) untuk mempercepat pencapaian program sanitasi 2. Memfasilitasi penanganan permasalahan Air Bersih dan Sanitasi dengan para pihak (stakeholders) Strategi Sanitasi Kota II - 11

3. Meningkatkan peran serta dan tanggungjawab stakeholder terhadap program sanitasi. 4. Meningkatkan nilai investasi pembangunan di bidang sanitasi 2.3. KEBIJAKAN UMUM DAN STRATEGI SANITASI KOTA Pada bagian ini menjelaskan kebijakan dan Strategi Sektor Sanitasi Kota yang sedang berjalan. Arah kebijakan pembangunan dan strategi pada masing-masing sektor sanitasi sebagai berikut : 2.3.1. Kebijakan dan Strategi Sektor Limbah Cair Strategi 1. Peningkatan peran serta masyarakat dan dunia usaha dalam penyelenggaraan pengembangan sitem pengelolaan air limbah Kebijakan Merubah perilaku dan meningkatkan pemahaman masyarakan terhadap pentingnya pengelolaan air limbah pemukiman Mendorong partisipasi dunia usaha dalam penyelenggaraan pengembangan dan pengelolaan limbah pemukiman 2. Peningkatan pengelolaan air limbah Fasiltasi pengelolaan air limbah bagi masyarakat. 3. Peningkatan sarana dan prasarana Penyediaan sarana dan prasarana perlindungan pengelolaan sanitasi dan pengelolaan lingkungan. 2.3.2. Kebijakan dan Strategi Sektor Persampahan Strategi 1. Mengikutsertakan masyarakat dan swasta untuk berperan aktif dalam pengelolaan kebersihan 2. Peningkatan manajemen pengelolaan persampahan 3. Membangun kemitraan dengan berbagai pihak dalam penyediaan sarana prasarana persampahan Kebijakan Peningkatan peran serta masyarakat dan swasta dalam pengelolaan sampah mandiri. Sosialisasi peraturan-peraturan dibidang kebersihan Pemberdayaan masyarakat dalam sampah yang berkelanjutan dengan pemanfaatan teknologi ramah lingkungan. Pemenuhan sarana prasarana persampahan Peningkatan upaya advokasi untuk mendapatkan pembiayaan yang bersumber dari masyarakat dan swasta. 2.3.3. Kebijakan dan Strategi Sektor Drainase Strategi 1. Peningkatan penanganan system jaringan drainase dan pengendalian banjir (drainase jalan) 2. Peningkatan penanganan sistem jaringan drainase dan pengendalian banjir (drainase tersumbat) Kebijakan Normalisasi saluran drainase perkotaan Pengembangan Waduk dan Dam pengendali Normalisasi saluran drainase perkotaan Penurapan sungai dan pembuatan drainase Strategi Sanitasi Kota II - 12

2.3.4. Kebijakan dan Strategi Sektor Air Bersih Strategi 1. Peningkatan kualitas produksi, pelayanan, manajemen keuangan dan sumber daya manusia 2. Peningkatan pelayanan air bersih 3. Membangun kemitraan dengan berbagai pihak dalam penyediaan sarana prasarana air bersih Kebijakan Fasilitasi penyediaan air bersih bagi masyarakat Fasilitasi pembangunan dan Optimalisasi Water Treatmen Plan (WTP) Penyediaan alternatif sumber air baku Peningkatan upaya advokasi untuk mendapatkan pembiayaan yang bersumber dari masyarakat dan swasta. 2.3.5. Kebijakan dan Strategi Sektor PHBS Strategi 1. Kampanye dan sosialisasi PHBS 2. Peningkatan kualitas hidup masyarakat melalui penerapan PHBS dan pengembangan lingkungan sehat Kebijakan Meningkatkan kerjasama dengan media Pengembangan sistem informasi kesehatan Peningkatan kualitas hidup masyarakat melalui penerapan PHBS dan pengembangan lingkungan sehat Meningkatkan perlindungan dan pelayanan melalui uapay promotif, preventif, curatif, rehabilitatif dan pengembangan regulasi bidang kesehatan. 2.4. Tujuan, Sasaran Sanitasi dan Arahan Tahapan Pencapaian Tujuan umum pembangunan sektor sanitasi Kota Bontang tahun 2012 2016 adalah sebagai upaya pencapaian Visi dan pelaksanaan Misi Sanitasi Kota yang juga merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan arah dan tujuan pembangunan daerah Pemerintah Kota Bontang sebagaimana tertuang dalam dokumen RPJMD Kota Bontang. 2.4.1. Tujuan Sektor Sanitasi 1. Mewujudkan Kota Bontang yang bersih dan lingkungan yang sehat melalui pengelolaan sanitasi kota yang berwawasan lingkungan. 2. Meningkatkan pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan. 3. Meningkatkan ketersediaan dan kualitas sarana prasarana air bersih dan sanitasi kota. 4. Membangun kemitraan strategis dalam pembangunan sanitasi 2.4.2. Sasaran Sektor Sanitasi 1. Meningkatnya penanganan sampah menjadi 74% Strategi Sanitasi Kota II - 13

2. Meningkatnya cakupan pelayanan dan pengelolaan air limbah menjadi 10% 3. Meningkatnya saluran pembuangan air disepanjang jalan menjadi 38,62% 4. Menurunnya kondisi drainase tidak tersumbat menjadi 3% 5. Meningkatnya cakupan pelayanan air bersih menjadi 80% 6. Meningkatnya pengendalian dan pemantauan mutu sumber air menjadi 90% 7. Meningkatnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat menjadi 75% 2.4.3. Arahan Pentahapan pencapaian sektor sanitasi Arahan pentahapan pencapaian pembangunan sektor sanitasi disusun berdasarkan pilihan sistem dan penetapan zona sanitasi dengan mempertimbangkan : a. Arah pengembangan Kota dalam jangka panjang b. Arah pengembangan penduduk dan pemukiman c. Area/kawasan beresiko sanitasi d. Kondisi fisik wilayah berdasarkan topografi dan struktur tanah 2.4.3.1 Sub Sektor Air Limbah Pengelolaan limbah di Kota Bontang saat ini belum ditangani secara menyeluruh. Rendahnya tingkat pelayanan dan minimnya data yang dimiliki menjadikan pengelolaan air limbah belum mampu berjalan optimal. Oleh karena itu Kota Bontang memiliki rencana jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang untuk mengembangkan prasarana pengolahan air limbah. Di dalam SSK ini telah dilakukan penentuan wilayah prioritas pengembangan sistem pengelolaan air limbah secara umum. Beberapa kriteria telah digunakan dalam penentuan prioritas tersebut, yaitu : kepadatan penduduk, klasifikasi wilayah, karakteristik tata guna lahan/center of Business Development (CBD) (komersial atau rumah tangga), serta resiko kesehatan lingkungan. Berdasarkan kriteria tersebut dihasilkan suatu peta yang menggambarkan kebutuhan sistem pengelolaan air limbah untuk perencanaan pengembangan sistem. Peta tersebut terbagi dalam beberapa zonasi dan sebagai dasar dalam melakukan perencanaan pengembangan pengelolaan air limbah Kota Bontang yang dalam jangka panjang berupa penyediaan prasarana sanitasi system terpusat (off site). Rencana pengembangan tersebut diilustrasikan sebagai berikut : Zona 1: merupakan area dengan tingkat resiko yang relatif kecil yang dapat diatasi dalam jangka pendek dengan potensi wilayah yang berdasarkan wilayah pengembangan maka pilihannya adalah sistem setempat (on site) berbasis rumah tangga dengan tahapan penanganan kegiatan MCK+. Zona ini mencakup 6 Kelurahan, Strategi Sanitasi Kota II - 14

yaitu: Bontang Lestari, Satimpo, Bontang Kuala, Guntung, Kanaan dan Belimbing. Dalam peta diberi warna biru. Zona 2: merupakan area dengan tingkat resiko yang relatif kecil yang dapat diatasi dalam jangka pendek dengan pilihan sistem setempat (on site) dengan skala rumah tangga (household based). Tahapan penanganannya dengan kegiatan utama untuk perubahan perilaku dan pemicuan. Zona ini mencakup 1 Kelurahan, yaitu: Kelurahan Loktuan, wilayah ini kepadatan penduduknya dihitung berdasarkan luas administrasi wilayah, sehingga penentuan sistemnya adalah on site, dan dilihat dari potensi wilayah atau dihitung berdasarkan wilayah pengembangan maka penentuan sistemnya itu berbasis rumah tangga. Dalam peta diberi warna hijau muda. Zona 3: merupakan area dengan tingkat resiko menengah yang dapat diatasi dalam jangka pendek dengan perubahan perilaku dan oleh karena merupakan daerah padat penduduk pada wilayah terbangunnya, maka pemilihan sistemnya adalah sistem setempat (on site) dengan pendekatan komunal (tidak berbasis rumah tangga), IPAL Setempat dan Gabungan. ( Tidak ada kelurahan yang masuk dalam Zona ini ) Zona 4: merupakan area dengan tingkat resiko relatif tinggi karena merupakan kawasan padat dan kawasan bisnis (Central Business District/CBD) yang harus diatasi dengan pilihan sistem terpusat (off site) dalam jangka menengah. Zona ini mencakup 4 kelurahan, yaitu: Berbas Pantai, Berbas Tengah, Tanjung Laut dan Tanjung Laut Indah. Dalam peta diberi warna Kuning. Zona 5: merupakan area dengan tingkat resiko sangat tinggi karena merupakan kawasan padat, CBD serta kondisi topografi kurang menguntungkan. Dalam jangka panjang harus diatasi dengan pilihan sistem terpusat (off site). Zona ini mencakup 4 Kelurahan meliputi Kelurahan Bontang Baru, Api-api, Gunung Elai dan Gunung Telihan. Dalam peta diberi warna merah. Gambar 2.1 Peta Zona dan Sistem Sub Sektor Air Limbah Strategi Sanitasi Kota II - 15

2.4.3.2 Sub Sektor Persampahan Pengelolaan persampahan dilakukan dengan mengembangkan sistem pengelolaan setempat dan sistem terpusat, perbaikan pola operasional pelayanan yang meliputi pewadahan, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan dan pembuangan akhir. Berdasarkan kriteria yang ada dalam Standar Pelayanan Minimun (SPM), wilayah pengembangan pelayanan persampahan dapat diidentifikasi. Terdapat 2 (dua) kriteria utama dalam penetapan prioritas penanganan persampahan saat ini yaitu tata guna lahan/klasifikasi wilayah (komersial/cbd, permukiman, fasilitas umum, terminal, dsb) dan kepadatan penduduk. Hasil dari penentuan wilayah dan kebutuhan pelayanan persampahan Kota Bontang, terdapat 3 (tiga) zona yang dapat diilustrasikan sebagai berikut : Zona 1: merupakan area yang harus terlayani penuh 100% (full coverage) dalam jangka waktu pendek dengan sistem layanan langsung dari sumber ke TPA, termasuk layanan penyapuan jalan. Zona ini juga merupakan area padat dan kawasan bisnis (Central Business District/CBD). Dalam zona ini mencakup 9 Kelurahan yaitu : Bontang Lestari, Berbas Pantai, Berbas Tengah, Tanjung Laut, Tanjung Laut Indah, Bontang Kuala, Bontang Baru, Api-api dan Gunung Elai. Dalam peta diberi warna merah Strategi Sanitasi Kota II - 16

Zona 2: merupakan area yang harus terlayani penuh 100% (full coverage) dalam jangka waktu menengah dengan sistem layanan langsung dari sumber ke TPA. Termasuk layanan sapuan jalan.(tidak terdapat kelurahan dalam zona ini). Zona 3: merupakan area yang harus terlayani dengan sistem tidak langsung yakni dari rumah tangga ke Tempat Pengumpulan Sementara (TPS) baru ke Tempat Pengolahan Akhir (TPA). Minimal 70% cakupan layanan harus diatasi dalam jangka menengah (5 tahun) ke depan. Zona ini terdapat di 2 Kelurahan, yaitu: Loktuan dan Gunung Telihan. Dalam peta diberi Kuning. Zona 4: merupakan area yang dilayani seperlunya dalam jangka panjang. Zona ini terdapat di 4 Kelurahan, yaitu: Satimpo, Guntung, Kanaan dan Belimbing. Dalam peta diberi warna hijau muda. Gambar 2.2 Peta Zona dan Ssitem Sub Sektor Persampahan 2.4.3.3 Sub Sektor Drainase Lingkungan Strategi Sanitasi Kota II - 17

Pengembangan jaringan drainase dilakukan dengan pembangunan sistem primer dan sekunder yang berfungsi untuk melayani seluruh bagian wilayah kota, dengan memanfaatkan sistem jaringan drainase yang sudah ada secara maksimal, baik sungai, maupun anak sungai sebagai saluran pembuang utama. Dalam menentukan wilayah pengembangan jaringan drainase yang sesuai dengan kebutuhan sampai pada wilayah kelurahan, maka disusun prioritas pengembangan sistem drainase. Penentuan daerah prioritas ini berdasarkan 5 (lima) kriteria seleksi yang mengacu ke SPM, yaitu : Kepadatan penduduk, tata guna lahan (Perdagangan, jasa maupun permukiman), daerah genangan air hujan serta tingkat resiko kesehatan. Berdasarkan kriteria tersebut maka perencanaan penanganan drainase ke depan dapat digambarkan sebagai berikut : Zona 1: merupakan area dengan tingkat resiko relatif tinggi karena merupakan kawasan padat dan kawasan bisnis (Central Business District/CBD) yang harus diatasi dalam jangka pendek. Zona ini mencakup 8 Kelurahan yaitu : Berbas Pantai, Berbas Tengah, Tanjung Laut, Tanjung Laut Indah, Bontang Baru, Api-Api, Gunung Elai dan Loktuan. Dalam peta diberi warna merah Zona 2: merupakan area dengan tingkat resiko menengah yang dapat diatasi dalam jangka menengah. Zona ini terdapat di 1 Kelurahan yaitu Kelurahan Gunung Telihan. Dalam peta diberi warna kuning. Zona 3: merupakan area dengan tingkat resiko menengah yang dapat diatasi dalam jangka menengah dan panjang. ( Tidak ada kelurahan yang masuk dalam zona ini ). Zona 4: merupakan area dengan tingkat resiko yang relatif kecil yang dapat diatasi dalam jangka panjang mencakup 6 Kelurahan, yaitu: Bontang Lestari, Satimpo, Bontang Kuala, Guntung, Kanaan dan Belimbing. Dalam peta diberi warna hijau. Gambar 2.3 Strategi Sanitasi Kota II - 18

Peta Zona dan Sistem Sub Sektor Drainase Lingkungan 2.4.3.4 Sub Sektor Air Bersih Secara kuantitas kebutuhan air bersih di Kota Bontang belum 100%. Tahun 2010, baru 71% masyarakat yang terlayani berdasarkan asumsi satu Sambungan Rumah (SR) 6 jiwa. Di Kota Bontang, selain PDAM, pihak swasta juga melayani kebutuhan air masyarakat. PDAM sendiri melayani sekitar 52% untuk 126.266 jiwa, sedangkan 19% dilakukan pihak perusahaan dan swasta. Pengembangan sistem jaringan air bersih Kota Bontang dilakukan oleh PDAM melalui upaya peningkatan cakupan pelayanan, peningkatan kapasitas dengan membangun instalasi pengolahan air bersih baru, serta pengembangan jaringan distribusi ke kawasan yang selama ini belum terlayani dan kawasan-kawasan baru yang akan dikembangkan. Untuk mencapai sasaran tersebut PDAM Kota Bontang tengah berupaya menambah sumber air baku. Selanjutnya wilayah prioritas pengembangan air bersih disusun berdasarkan beberapa kriteria, diantaranya tata guna lahan, kepadatan penduduk, kualitas air dan kemampuan membayar masyarakat. Hasil penyusunan prioritas ini dapat digambarkan sebagai berikut : Zona 1: merupakan area dengan muka air tanah cukup tinggi, sehingga dapat diatasi dengan segera dalam jangka pendek. Zona ini mencakup 6 Kelurahan, yaitu ; Strategi Sanitasi Kota II - 19

Bontang Lestari, Satimpo, Bontang Kuala, Guntung, Kanaan dan Belimbing. Pilihannya adalah penyediaan setempat (sumur dangkal, mata air setempat). Dalam peta diberi warna kuning. Zona 2: merupakan area yang perlu penanganan segera dalam jangka pendek, serta termasuk wilayah dengan tingkat kepadatan penduduk tinggi. Zona ini mencakup 8 Kelurahan, yaitu ; Berbas Pantai, Berbas Tengah,Tanjung Laut, Tanjung Laut Indah, Bontang Baru, Api-Api, Gunung Elai, dan Gunung Telihan. Dalam peta diberi warna merah. Zona 3: merupakan area yang perlu penanganan dalam jangka menengah. ( Tidak ada kelurahan yang masuk dalam zona ini ) Zona 4: merupakan kawasan yang dapat diatasi dalam jangka panjang. Zona ini hanya terdapat di Kelurahan Loktuan. Dalam peta diberi warna biru muda. Gambar 2.4 Peta Zona dan Sistem Sub Sektor Air Bersih Strategi Sanitasi Kota II - 20