TEKNIK GRAFTING (PENYAMBUNGAN) PADA JATI (Tectona grandis L. F.) Grafting Technique for Teak (Tectona grandis L.F.) I. PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
Sambung Pucuk Pada Tanaman Durian

PENGARUH KLON DAN WAKTU OKULASI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERSENTASE HIDUP OKULASI JATI (Tectona grandis )

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

ACARA VI. PERBANYAKAN/ PERKEMBANGBIAKKAN BERBAGAI TANAMAN DENGAN MACAM-MACAM BENTUK SAMBUNGAN (GRAFTING)

PETUNJUK TEKNIS PERBANYAKAN TANAMAN DENGAN CARA SAMBUNGAN (GRAFTING)

III. FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH DALAM PERBANYAKAN VEGETATIF. Oleh : Danu dan Agus Astho Pramono

STUDI AWAL PERBANYAKAN VEGETATIF NYAWAI (Ficus variegata) DENGAN METODE STEK

(STEK-SAMBUNG) SAMBUNG)

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan peremajaan, dan penanaman ulang. Namun, petani lebih tertarik BAB II TUJUAN

Maman Sulaeman I. PENDAHULUAN

1. Benuang Bini (Octomeles Sumatrana Miq) Oleh: Agus Astho Pramono dan Nurmawati Siregar

TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis

TEKNOLOGI SAMBUNG PUCUK PADA DUKU KUMPEH

KARYA TULIS. Perbanyakan Bibit Durian Melalaui Biji, Penyambungan (Grafting), Dan Okulasi. Oleh Irwanto, SST (Widyaiswara Pertama) I.

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh

TEKNIK PERBANYAKAN SAMBUNG PUCUK MANGGA DENGAN CARA PENGIKATAN TALI LANGSUNG SUNGKUP. Oleh RUSJAMIN JADI ALI DAN FARIHUL IHSAN

PENGARUH DIAMETER PANGKAL TANGKAI DAUN PADA ENTRES TERHADAP PERTUMBUHAN TUNAS KAKO ABSTRAK

TEKNIK AKLIMATISASI TANAMAN HASIL KULTUR JARINGAN Acclimatization Technique for Tissue Culture Plants I. PENDAHULUAN

BUDIDAYA SUKUN 1. Benih

BAB I PENDAHULUAN. kering yang nyata, tipe curah hujan C F, jumlah curah hujan rata-rata 1.200

I. PENDAHULUAN. keunggulan dalam penggunaan kayunya. Jati termasuk tanaman yang dapat tumbuh

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat

Repositori FMIPA UNISMA

TEKNIK PENYEMAIAN CABAI DALAM KOKER DAUN PISANG Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP Widyaiswara Muda Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Jambi

BAB I PENDAHULUAN. B. Tujuan Penulisan

Budidaya Tanaman Obat. Elvira Syamsir

BAB I PENDAHULUAN. Kayu jati (Tectona grandis L.f.) merupakan salah satu jenis kayu komersial

PANDUAN PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN INDUSTRI. Disusun oleh : Ir. Sarjiyah, M.S. Ir. Titiek Widyastuti, M.S.

PERKEMBANGAN TEKNIK PENYAMBUNGAN PADA PEMBENIHAN TANAMAN KOPI ( TULISAN POPULER )

Sugeng Pudjiono 1, Hamdan Adma Adinugraha 1 dan Mahfudz 2 ABSTRACT ABSTRAK. Pembangunan Kebun Pangkas Jati Sugeng P., Hamdan A.A.

Studi Pembiakan Vegetatif Intsia bijuga (Colebr.) O.K. Melalui Grafting

Teknologi Perbanyakan Benih Mangga melalui Sambung Pucuk

KEGIATAN BELAJAR Kegiatan Belajar 1 ( Menjelaskan prinsip pembiakan tanaman secara vegetative)

BAB I PENDAHULUAN. buah ini sudah lama menjadi salah satu makanan khas dari kota Medan.Buah ini

BAB I PENDAHULUAN. mandat oleh pemerintah untuk mengelola sumber daya hutan yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. Perhutani sebanyak 52% adalah kelas perusahaan jati (Sukmananto, 2014).

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Metode Penelitian

PERKEMBANGBIAKAN VEGETATIF CANGKOK. Di Susun Oleh: Kelompok 7 Sony Paula

KEBERHASILAN OKULASI VARIETAS JERUK MANIS PADA BERBAGAI PERBANDINGAN PUPUK KANDANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. terutama Hutan Tanaman Industri (HTI). jenis tanaman cepat tumbuh (fast growing) dari suku Dipterocarpaceae

PEMANFAATAN EKSTRAK BAWANG MERAH SEBAGAI PENGGANTI ROOTON F UNTUK MENSTIMULASI PERTUMBUHAN AKAR STEK PUCUK JATI (Tectona grandis L)

MATERI 7. PERBANYAKAN VEGETATIF

III.METODE PENELITIAN

BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. )

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Lapangan Terpadu Kampus Gedung Meneng Fakultas

Jenis prioritas Mendukung Keunggulan lokal/daerah

PENGARUH BAGIAN TUNAS TERHADAP PERTUMBUHAN STEK KRANJI (Pongamia pinnata Merril)

TEKNIK PENGADAAN BIBIT ULIN DENGAN PEMOTONGAN BIJI BERULANG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN KEDIKLATAN

Oleh : Iskandar Z. Siregar

Suatu unit dalam. embryo sac. (kantong embrio) yang berkembang setelah terjadi pembuahan. Terdiri dari : ~ Kulit biji ~ Cadangan makanan dan ~ Embrio

LATAR BELAKANG JATI PURWOBINANGUN 5/13/2016

PEMBENTUKAN PEMBENTUKAN DAN PEMANGKASAN DAN PEMANGKASAN TRAINING AND PRUNING

PERSIAPAN BAHAN TANAM TEH

KAJIAN METODE PERBANYAKAN KLONAL PADA TANAMAN KAKAO ABSTRAK

AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN

PENGELOLAAN KEBUN PANGKAS HIBRID ACACIA (A. mangium x A. auriculiformis) Sri Sunarti Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA

TINJAUAN PUSTAKA Pembiakan Vegetatif Viabilitas dan Vigoritas

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas

III. METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian

PERBANYAKAN BIBIT POHON UNTUK REVEGETASI LAHAN PASCA TAMBANG

BAB I PENDAHULUAN. dapat disediakan dari hutan alam semakin berkurang. Saat ini kebutuhan kayu

PENGARUH PANJANG DAN LINGKAR STEK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN BUAH NAGA

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang menjadi sentra penanaman jati adalah puau Jawa (Sumarna, 2007).

BUDIDAYA DAN TEKNIS PERAWATAN GAHARU

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

Tehnik Pembibitan dan Perbanyakan Vegetatif Tanaman Buah

Tingkat Keberhasilan Okulasi Varietas Keprok So E dan Keprok Tejakula Pada Berbagai Dosis Pupuk Organik

PENYEDIAAN BAHAN TANAM KEMIRI SUNAN DENGAN TEKNIK GRAFTING

PENDAHULUAN. Sumatera Utara, karena mempunyai keunggulan komperatif dan kompetitif

KOMPATIBILITAS BATANG BAWAH NANGKA (ARTOCARPUS HETEROPYLLUS LAMK) KULTIVAR BEKA-3 DAN TULO-5 TERHADAP BERBAGAI ENTRIS TERPILIH ABSTRAK

UNTUK MENDUKUNG PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN

III. BAHAN DAN METODE. Sederhana Dusun IX, Desa Sambirejo Timur, Kecamatan Percut Sei Tuan,

PERBANYAKAN TANAMAN. Oleh: Rommy A Laksono. Program Studi Agroteknologi UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA

TINJAUAN PUSTAKA. Bibit Sungkai (Peronema canescens) Sungkai (Peronema canescens) sering disebut sebagai jati sabrang, ki

Teknik Membangun Persemaian Pohon di Desa

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag

Mangga Hibrid Agri Gardina 45 Genjah dan Unik

Tehnik Pembibitan dan Perbanyakan Vegetatif Tanaman Buah

KAJIAN UMUR BIBIT BATANG BAWAH NANGKA DAN TAKARAN PUPUK PELENGKAP BENIH NUTRIFARM-SD TERHADAP KEBERHASILAN PERTAUTAN SAMBUNG PUCUK

PENGARUH ASAL BAHAN DAN MEDIA STEK TERHADAP PERTUMBUHAN STEK BATANG TEMBESU

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan Kebun Percobaan BPTP Natar,

Kultur Jaringan Menjadi Teknologi yang Potensial untuk Perbanyakan Vegetatif Tanaman Jambu Mete Di Masa Mendatang

III. BAHAN DAN METODE

Ketersediaan klon kakao tahan VSD

PANEN DAN PASCA PANEN DURIAN

TEKNOLOGI SAMBUNG SAMPING UNTUK REHABILITASI TANAMAN KAKAO DEWASA. Oleh: Irwanto BALAI PELATIHAN PERTANIAN JAMBI I. PENDAHULUAN

PELATIHAN KULTUR JARINGAN ANGGREK TAHUN 2013 MATERI 4 BAHAN TANAM (EKSPLAN) DALAM METODE KULTUR JARINGAN. Oleh: Paramita Cahyaningrum Kuswandi, M.Sc.

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

I. PENDAHULUAN. Nanas (Ananas comosus [L.] Merr) merupakan komoditas andalan dalam perdagangan buah

PERBAIKAN PENGELOLAAN POHON INDUK MANGGA

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa

II. TINJAUAN PUSTAKA

PEDOMAN PENGUNDUHAN BENIH PADA PANEN RAYA DIPTEROKARPA 2010

SRIKAYA JUMBO MELALUI TEKNIK TOP WORKING

TINJAUAN PUSTAKA. Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan

PEMELIHARAAN TANAMAN I. PEMELIHARAAN TANAMAN MUDA

Sumber : Manual Pembibitan Tanaman Hutan, BPTH Bali dan Nusa Tenggara.

Transkripsi:

TEKNIK GRAFTING (PENYAMBUNGAN) PADA JATI (Tectona grandis L. F.) Grafting Technique for Teak (Tectona grandis L.F.) Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Jl. Palagan Tentara Pelajar Km 15, Purwobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta e-mail: msulaemansbg@gmail.com I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Salah satu kesulitan yang dihadapi dalam pembangunan hutan tanaman jati adalah ketersediaan bibit yang relatif terbatas baik dari segi jumlah, kualitas maupun dari segi waktu ketersediaannya. Selain itu, masih ada kecenderungan peningkatan kebutuhan bibit jati untuk berbagai keperluan seiring dengan peningkatan permintaan terhadap kayu jati. Pembiakan biji secara generatif memiliki beberapa kekurangan seperti persen kecambah yang rendah dengan masa perkecambahan yang bisa mencapai 2-3 bulan (Soerianegara dan Lemmens, 1994). Menurut Lamprecht (1989) dalam hartono (2004), persen kecambah jati hanya sekitar 20-60 %. Dari segi waktu ketersediaan biji, jati hanya berbuah pada waktuwaktu tertentu saja, yaitu pada sekitar bulan Juli - Desember (Martawijaya dkk., 1986). Hal ini tentu saja dapat menghambat ketersediaan bibit jati yang kebutuhannya semakin meningkat. Untuk membantu mengatasi masalah tersebut, maka perbanyakan tanaman secara vegetatif menjadi salah satu alternatif untuk menghasilkan bibit jati. Pembiakan vegetatif memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan pembiakan generatif, yaitu disamping dapat menghasilkan bibit dalam jumlah besar dengan sifat penampakan yang lebih seragam, juga menghasilkan keturunan yang sifat dan penampakannya serupa dengan induknya (Hartono, 2004). Perbanyakan vegetatif juga tidak dibatasi waktu sehingga ketersediaan bibit akan lebih terjamin. Salah satu cara pembiakan vegetatif yang relatif sederhana dan umum digunakan di bidang kehutanan adalah dengan stek. Stek merupakan teknik pembiakan tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif yang dipisahkan dari induknya dan apabila ditanam pada kondisi yang menguntungkan akan tumbuh tunas dan berkembang menjadi tanaman yang sempurna (Soerianegara dan Djamhuri, 1979, dalam Hartono, 2004). Untuk menjamin pengadaan bibit dari stek pucuk bagi pembangunan hutan tanaman, perlu dibangun kebun pangkas. Pembangunan dan pengelolaan kebun pangkas ditujukan untuk menghasilkan bahan stek yang mudah diakarkan, yang memiliki kualitas genetik tinggi dan dalam jumlah banyak pada saat diperlukan, serta untuk menghasilkan bibit yang dapat tumbuh baik di lapang. 69

Informasi Teknis Vol. 12 No. 2, September 2014, 69-80 Materi kebun pangkas harus berasal dari pohon yang memang telah teruji secara kualitas. Untuk mendapatkan materi yang sama, terdapat beberapa cara yang bisa dilakukan yaitu cangkok dan penyambungan. Grafting atau sambungan adalah suatu seni, proses dan perlakuan menggabungkan suatu tanaman ke bagian tanaman lain sehingga terjadi persenyawaan dan dapat melanjutkan pertumbuhannya sebagai satu individu tanaman (Mahlstede dan Haber, 1957, dalam Trisnawati, 2010 ). Pada pengertian lain, grafting atau ent adalah menggabungkan batang atas dan batang bawah dari tanaman yang berbeda sedemikian rupa sehingga tercapai persenyawaan. Kombinasi ini akan terus tumbuh membentuk tanaman baru. Tujuan dari grafting ini adalah membuat bibit tanaman unggul, memperbaiki bagian-bagian pohon yang rusak, dan juga untuk membantu pertumbuhan tanaman (Wudiyanto, 1994). Salah satu bentuk dari grafting adalah budding (penempelan), dimana ukuran batang atas (scion) tereduksi hanya terdiri atas satu mata tunas (Hartmann dkk., 1997).. B. Tujuan Tulisan ini disusun untuk memberikan gambaran dan informasi mengenai teknik pembuatan grafting jenis Jati (Tectona grandis) secara budding sebagai bahan pembangunan kebun pangkas. II. METODOLOGI A. Waktu dan tempat Pengambilan mata tunas dilaksanakan pada bulan Juli 2011 di Kebun Uji Klon Jati KHDTK Wonogiri. Sedangkan pelaksanaan grafting/penyambungan dilakukan pada bulan Juli 2011 di persemaian BBPBPTH Purwobinangun. B. Bahan dan Alat Bahan dan alat yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Bahan mata tunas Bahan yang digunakan adalah mata tunas yang diambil dari kebun uji klon Jati KHDTK Wonogiri. 2. Bahan kegiatan Kertas koran, air, tali rafia, kantong plastik, label dan alat tulis. 3. Alat Gunting stek, golok/parang dan cutter. C. Persiapan di persemaian Persiapan persemaian perlu dilakukan dalam rangka memperoleh viabilitas tinggi terhadap scion yang telah diambil, karena jika terlalu lama disimpan maka viabilitas scion tersebut akan turun. Berikut merupakan langkah-langkah yang harus dipersiapkan: 70

Teknik Grafting (Penyambungan) pada Jati (Tectona grandis L. F.) 1. Pembuatan naungan Prastowo dkk. (2006) menjelaskan bahwa naungan mempunyai fungsi sebagai pengatur sinar matahari yang masuk (30-60%), menciptakan iklim mikro yang ideal, menghindarkan bibit dari sengatan matahari langsung yang dapat membakar daun-daun muda, menurunkan suhu tanah di siang hari, memelihara kelembaban tanah dan mengurangi derasnya curahan air hujan. Naungan tersebut dipasang di atas lokasi yang akan dijadikan tempat penyambungan berlangsung. 2. Mempersiapkan rootstock Prastowo dkk. (2006) menjelaskan bahwa batang bawah atau rootstock/understam adalah tanaman yang berfungsi sebagai batang bagian bawah yang masih dilengkapi dengan sistem perakaran dan berfungsi mengambil makanan dari dalam tanah untuk batang atas atau tajuknya. Oleh karenanya, perlu pemilihan rootstock yang baik. Batang bawah ini berasal dari bibit Jati yang disemaikan dari biji dan telah berumur sekitar 12-15 bulan dengan diameter berkisar antara 1,5 2,5 cm. Rootstock yang dipilih mempunyai batang yang lurus, tidak banyak percabangan dan pertumbuhannya baik dan sehat. 3. Pembuatan sungkup Pembuatan sungkup diperlukan agar kelembaban udara stabil (Gambar 1). Kelembaban udara mempunyai peran yang sangat penting dalam pertumbuhan tanaman. D. Pengumpulan mata tunas sebagai scion/entres Mata tunas diambil dari 5 klon unggul dari Wonogiri yang berumur 10 tahun, yang mempunyai pertumbuhan stabil dan terbaik. Langkah-langkah dalam pengumpulan pemilihan mata tunas Jati yang merupakan bahan untuk pembuatan sambungan, adalah sebagai berikut: 1. Memilih mata tunas yang belum pecah (dorman) Mata tunas yang belum pecah biasanya muncul pada ranting pohon. Bakal tunas tersebut belum mengeluarkan daun muda, akan tetapi bakal daunnya sudah ada. Gambar 1. Pembuatan sungkup Ciri-cirinya berwarna coklat muda sampai coklat kekuningan dan permukaannya diselimuti bulu halus. Mata tunas tersebut tumbuh pada bekas tangkai daun (Gambar 2). Gambar 3 menunjukkan mata tunas yang sudah pecah. 71

Informasi Teknis Vol. 12 No. 2, September 2014, 69-80 2. Pemotongan ranting Gambar 2. Mata tunas Jati yang belum pecah Gambar 3. Mata tunas yang sudah pecah Pada beberapa kasus yang telah dilaksanakan, pemotongan ranting dilakukan dengan tidak teratur. Hal demikian menyebabkan kesulitan dalam penanganannya, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Kesulitan dalam pengepakan 2. Kesulitan dalam penyimpanan di tempat yang lembab, sehingga saat disimpan dalam wadah yang berisi air, sebagian dari ranting tersebut tercelup ke dalam air lihat Gambar 4. 3. Perendaman dalam air tersebut, menurut Prastowo dkk. (2006), akan mengundang bakteri patogen dan cendawan masuk ke dalam jaringan entres. Selain itu, kambiumnya cepat tertarik keluar yang menyebabkan seringnya keluar cairan kental dari luka, sehingga pada saat akan disambungkan entres sudah membusuk. Gambar 4. Penyimpanan entres/scion dalam wadah berisi air 4. Mata tunas yang terendam air akan berubah warna menjadi kehitaman yang mengindikasikan terjadi kebusukan pada beberapa bagian mata tunas tersebut (Gambar 5). 72

Teknik Grafting (Penyambungan) pada Jati (Tectona grandis L. F.) Gambar 5. Mata tunas berubah warna menjadi kehitaman Untuk menghindari kesalahan tersebut, berikut merupakan langkah pemotongan ranting jati sebagai bahan pembuatan sambungan: 1. Pemotongan ranting dengan panjang 30 cm. Pemotongan dilakukan pada tengah antara ruas ranting. Biasanya terdapat 3-4 ruas yang berisi mata tunas pada bekas tangkai daun. Scion diambil pada cabang-cabang kecil/ ranting-ranting sehingga ukurannya tidak terlalu besar dan daya tumbuhnya tinggi (Gambar 6). 2. Pengikatan ranting menggunakan tali plastik dan pelabelan Pengikatan ranting jati tidak boleh terlalu kencang karena dikhawatirkan mata tunas yang akan digunakan patah atau terluka. Pelabelan sangat penting dilakukan agar identitas dari materi ini tidak hilang atau tertukar. 3. Pembungkusan ranting menggunakan kertas koran. Pembungkusan dilakukan sebanyak 2 lapis, yaitu lapisan pertama kertas koran yang dibasahi air dan lapisan kedua kertas koran kering. Seperti terlihat pada Gambar 7, potongan ranting diletakan pada kertas koran yang sudah dibasahi air pada permukaannya. Tujuannya adalah agar memberikan kelembaban dan menurunkan suhu pada entres yang sudah dipotong tersebut. Lapisan kedua kertas koran kering berfungsi sebagai Gambar 6. Mata tunas pada ranting Jati yang dipotong dengan penahan jika kertas basahnya sobek terkena panjang 30 cm ranting jati. 73

Informasi Teknis Vol. 12 No. 2, September 2014, 69-80 Gambar 7. Kertas koran yang sudah dibasahi 4. Untuk menjaga kelembaban, ranting yang sudah dibungkus Koran segera dimasukan ke dalam kantung plastik dan dilabeli lagi. Pada beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan, ranting tersebut dapat bertahan selama 2 3 hari. Indikasi kelembaban yang terjaga dapat dilihat adanya embun di dalam kantong plastik (Gambar 8). 3. Penyambungan scion (mata tunas) dengan rootstock Gambar 8. Scion yang telah dibungkus dan dimasukkan ke dalam plastik Menurut Ashari (1995), budding dapat menghasilkan sambungan yang lebih kuat, terutama pada tahun-tahun pertama dibandingkan dengan metode grafting lain karena mata tunas tidak mudah bergeser. Budding juga lebih ekonomis digunakan sebagai metode perbanyakkan karena tiap mata tunas dapat menjadi satu tanaman baru (Hartmann dkk., 1997). Masalah yang sering terjadi dalam proses penyambungan adalah sukarnya kulit kayu batang bawah dibuka, terutama pada saat tanaman dalam kondisi pertumbuhan aktif, yakni pada saat daun-daunnya belum menua. Hal ini berkaitan dengan kondisi fisiologis tanaman. Sebaiknya okulasi dilakukan saat tanaman dalam kondisi dorman (Ashari,1995). Berikut merupakan tahapan dalam pembuatan grafting dengan teknik budding: a. Pemotongan batang utama rootstock Batang utama dipotong pada ketinggian setengah dari tinggi total rootstock. Ketinggian tersebut ideal karena apabila terlalu rendah bisa mati (Gambar 9). 74

Teknik Grafting (Penyambungan) pada Jati (Tectona grandis L. F.) Gambar 9. Pemotongan batang rootstock b. Membuat sayatan pada kulit rootstock Rootstock yang telah dipotong kemudian disayat kulitnya dengan ukuran kurang lebih 5 sentimeter. Arah sayatan dimulai dari atas ke pangkal batang, kemudian pada akhir sayatan kulit dipotong dengan sudut 45 derajat. Akhir sayatan tersebut nantinya untuk tempat menempelkan scion sehingga memungkinkan terjadinya kontak langsung kambium antara rootstock dan scion (Gambar 10). Permukaan sayatan dihaluskan agar proses pertautan menjadi sempurna. c. Memotong dan menghaluskan scion Ranting yang ada mata tunasnya dipotong dengan posisi mata tunas berada ditengahtengah antara kedua potongan. Potongan tersebut selanjutnya dibelah untuk mendapatkan bilah mata tunas yang siap untuk ditempel. Permukaan bekas belahan tersebut dihaluskan dan diratakan menggunakan cutter. Pemilihan mata tunas harus disesuaikan dan tidak boleh terlalu besar dari diameter rootstocknya karena akan kesulitan saat pertautan dilakukan (Gambar 11). Gambar 10. Pembuatan sayatan pada batang rootstock 75

Informasi Teknis Vol. 12 No. 2, September 2014, 69-80 Gambar 11. Pemrosesan scion Jati d. Menempelkan dan mengikat scion Permukaan scion dan rootstock yang sudah rata segera ditempelkan. Saat menempelkan harus diperhatikan pangkal dan ujung scion tersebut (jangan terbalik). Posisi pangkal harus berada di bawah dan dilekatkan pada pangkal sayatan rootstock sehingga terjadi pertemuan antara kulit rootstock dan kulit scion. Dari pertemuan kedua kulit tersebut diharapkan akan terjadi pertautan kambium diantara keduanya. Selanjutnya diikat menggunakan plastik agar kokoh pertautannya. Ikatan dimulai dari bagian bawah ke atas dan kembali ke bawah hingga di pangkal sayatan. Ikatan harus rapat agar air tidak masuk yang dapat menyebabkan scion membusuk (Gambar 12 dan 13). Gambar 12. Penempelan scion 76

Teknik Grafting (Penyambungan) pada Jati (Tectona grandis L. F.) Gambar 13. Cara mengikat scion dengan rootstock Setelah diikat, segera dimasukkan ke dalam sungkup untuk mendapatkan kelembaban optimal yang stabil. e. Pemeliharaan Pemeliharaan yang dilakukan adalah berupa penyiraman dan pengamatan jika ada jamur yang menyerang. 1. Penyiraman dilakukan dua hari sekali dengan cara menggenangi polybag dengan air. Diusahakan sambungan tersebut tidak terkena air karena akan menyebabkan kebusukan. 2. Perkembangan sambungan diamati, jika sambungan tidak berhasil biasanya akan berjamur. Pemisahan bibit yang berjamur perlu dilakukan agar jamur tidak menulari grafting yang lain. 3. Pemupukan dilakukan ketika sambungan telah beumur 1 bulan dengan cara mencairkan pupuk NPK yang kemudian diberikan pada masing-masing bibit. 4. Sungkup dibuka secara perlahan setelah pertautan berhasil dan terlihat pertumbuhan daun dari grafting tersebut. 5. Plastik ikatan dilepas setelah sambungan nampak kokoh agar pertumbuhannya tidak terganggu. 6. Tunas air yang muncul dari rootstock dihilangkan agar makanan tidak terbagi-bagi. f. Penggantian Polybag Penggantian polybag dan penambahan media dilakukan pada saat grafting tidak ditanam di lapangan. Masa pakai polybag yang tidak tahan lama menyebabkan polybag cepat lapuk dan sobek. Media dalam polybag juga semakin berkurang karena terbuang pada saat penyiraman. Hal lainnya adalah karena kondisi grafting yang semakin besar sehingga membutuhkan ruang yang lebih besar untuk pertumbuhannya. Oleh sebab itu, penggantian polybag keukuran yang lebih besar dan penambahan media diharapkan dapat memenuhi kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan grafting. 77

Informasi Teknis Vol. 12 No. 2, September 2014, 69-80 PENUTUP Permintaan terhadap kayu Jati masih tinggi untuk kayu pertukangan karena mempunyai sifat kayu yang unik. Sejalan dengan permintaan yang meningkat tersebut, ketersediaannya di hutan tanaman perlu tetap dijaga agar kebutuhan akan kayu jati tersebut dapat dipenuhi. Bibit yang diperoleh dari hasil pembiakan vegetatif diharapkan dapat membantu dalam pemenuhan terhadap kebutuhan bibit jati yang ditanam. Kelebihan bibit dari pembiakan vegetatif yang berasal dari pohon plus, seperti pertumbuhannya yang lebih baik dan seragam, juga diharapkan dapat menghasilkan pohon jati yang lebih Gambar 14. Grafting yanag sudah berhasil cepat tumbuh sehingga dapat dipanen (jadi) dalam waktu yang lebih cepat dibandingkan dengan bibit dari biji. Metode grafting dengan teknik budding yang disampaikan pada tulisan ini dapat digunakan sebagai panduan untuk pembangunan kebun pangkas jati yang dimulai dari persiapan persemaian, pengambilan scion di lapangan dan proses grafting di persemaian. UCAPAN TERIMAKASIH Ucapan terima kasih disampaikan kepada Bapak Ir. Sugeng Pudjiono, MP selaku Penanggung Jawab kegiatan Penelitian Populasi Perbanyakan Kayu Pertukangan, Kayu Pulp dan Kayu Energi atas dukungan dan bantuannya sehingga kegiatan ini terlaksana. DAFTAR PUSTAKA Ashari S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. Jakarta : UI Press. Hartman, H. T. dan D. E. Kester. 1961. Plant Propagation, Principle and Practises. Prentice Hall Inc, New York. Hartman, H. T., D. E. Kester, F. T. Davies dan R. L. Geneve. 1997. Plant Propagation Principle and Practice. Sixth edition. New Jersey : Pentice Hall. Inc. Englewood. Hartono, A. 2004. Pembangunan dan Pemeliharaan Kebun Pangkas untuk Produksi Bahan Stek Pucuk Jati (Tectona grandis Linn.f). Skripsi. Departemen Manajemen 78

Teknik Grafting (Penyambungan) pada Jati (Tectona grandis L. F.) Hutan. Fakultas Kehutanan. IPB. Diakses dari http://repository.ipb.ac.id/ handle/123456789/15624?show=full tanggal 6 Oktober 2014 jam 15.20 wib. Indrioko, S., E. Faridah dan A. Y. Widhianto. 2010. Keberhasilan Okulasi jati (Tectona grandis L.f) Hasil Eksplorasi di Gunung Kidul. Jurnal Ilmu Kehutanan Volume IV No.2: 87-97. Mahlstede, J. P. dan E. S. Heber. 1957. Plant Propagation. New York : John wiley and Sons, Inc. Martawijaya, A., I. Kartasujana, K. Kadir dan S. A. Prawira. 1986. Indonesian Wood Atlas. Vol I. Departmen of Forestry. Bogor. Indonesia. Mashudi dan M. Susanto. 2013. Kemampuan Bertunas Stool Plants Meranti Tembaga (Shorea leprosula Miq.) dari Beberapa Populasi di Kalimantan. Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan Vol 7 No. 2:119 132. Prastowo N. dan J. M. Roshetko. 2006. Tehnik Pembibitan dan Perbanyakan Vegetatif Tanaman Buah.World Agroforestry Centre (ICRAF) dan Winrock International. Bogor, Indonesia. Soerianegara, I. dan R. H. M. J. Lemmens. 1994. Prosea. Plant Resources of South East Asia 5. Timber Trees : Major Commercial Timbers. Prosea. Bogor. Trisnawati, R. 2010. Studi Pembiakan Vegetatif (Intsia bijuga (Colebr.) O.K. melalui Grafting. Skripsi. Departemen Silvikultur. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Diakses dari http://journal.ipb.ac.id/index.php/jsilvik/article/download/4131/2822 tanggal 6 Oktober 2014 jam 16.01 wib. Wudiyanto, R. 1994. Membuat Stek, Cangkok, dan Okulasi. Jakarta : Penebar Swadaya. 79