BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kecelakaan kerja yang menimpa pekerja disebuah proyek. konstruksi bisa terjadi karena faktor tindakan manusia itu sendiri

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. landasan kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. didik untuk bekerja pada bidang tertentu, sesuai dengan misi Sekolah Menengah Kejuruan

ANALISIS TINGKAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PT. BISMA KONINDO DENGAN MENGGUNAKAN METODE JOB SAFETY ANALYSIS

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

SL : Selalu KD : Kadang-kadang SR : Sering TP : Tidak Pernah

Identifikasi Kecelakaan Kerja Pada Industri Konstruksi Di Kalimantan Selatan

BAB I PENDAHULUAN. setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja.

PRA - RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KONTRAK (PRA-RK3K)

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals.

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/VII/2010 TAHUN 2010 TENTANG ALAT PELINDUNG DIRI

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Oleh : Taufiq Junaedi ( )

PERSYARATAN UMUM DAN PERSYARATAN TEKNIS GUDANG TERTUTUP DALAM SISTEM RESI GUDANG

BAB I PENDAHULUAN. Asean Free Trade Area (AFTA). Kegiatan industri migas mulai produksi, pengolahan

Buku Pelajaran untuk Pekerja Orang Asing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UCAPAN TERIMA KASIH...


BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik yaitu bersifat unik, membutuhkan sumber daya (manpower,

BAB II LANDASAN TEORI. dan proses produksi (Tarwaka, 2008: 4). 1. Mencegah dan Mengurangi kecelakaan.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan nasional, titik berat pembangunan nasional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konstruksi juga memiliki karakteristik yang bersifat unik, membutuhkan sumber

BAB IV HASIL DAN ANALISA

LAMPIRAN LAMPIRAN Universitas Kristen Maranatha

SELAMAT DATANG TUKANG BEKISTING DAN PERANCAH

Tujuan K3. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman dan aman

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Didalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Vittoria Residences Apartement terdiri dari 3 tower dengan : c. Podium 5 lantai, dengan 1 lantai semi basement

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT ALAT. Proyek Menara Sentraya dilakukan oleh PT. Pionir Beton Industri

BAB V METODE PELAKSANAAN. 5.1 Pekerjaan Pondasi Tiang Bor (Bored Pile) ke dalam tanah dengan cara mengebor tanah terlebihdahulu, lalu kemudian diisi

PROSEDUR TENTANG ALAT PELINDUNG DIRI (APD)

HARGA SATUAN POKOK KEGIATAN (HSPK)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan

KESELAMATAN KERJA PADA PENGERJAAN BENGKEL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA BAB I TENTANG ISTILAH-ISTILAH. Pasal 1

MATERI PEMBINAAN AHLI K3 BIDANG PESAWAT TENAGA DAN PRODUKSI

MODUL 7 SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. (Listrik) TINGKAT : XI PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K

BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

PELATIHAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA Oleh : Agus Yulianto

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pesat dunia industri konstruksi bangunan di Indonesia

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT

Ketentuan gudang komoditi pertanian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MODUL 3 KESELAMATAN KERJA (Kebijakan dan Prosedur K3)

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pada prinsipnya, pekerjaan struktur atas sebuah bangunan terdiri terdiri dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BABV PELAKSANAAN PEKERJAAN. perencana. Dengan kerjasama yang baik dapat menghasilkan suatu kerja yang efektif

Pada banyak kasus pekerjaan dilakukan pada pipa atau alat yang salah. Contoh:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV PERALATAN YANG DIGUNAKAN. Pada setiap pelaksanaan proyek konstruksi, alat-alat menjadi faktor yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. sakit karena pekerjaan tersebut, baik itu berupa cidera, luka-luka, atau

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa ke masa. Dengan demikian, setiap tenaga kerja harus dilindungi

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan perlu melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan memiliki bermacam-macam arti, masing-masing bidang

BAB IV PEKERJAAN PEMBUATAN PONDASI TIANG BOR DENGAN METODE ENLARGED BASE BORED PILE. Contoh pelaksanaan pekerjaan lubang bor No.

BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI KOLOM DAN BALOK. perencanaan dalam bentuk gambar shop drawing. Gambar shop

Kumpulan gambar pemeriksaan dan perbaikan dari hal yang mudah terlenakan Bab Perindustrian

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan untuk membantu kehidupan manusia. Penggunaan mesin-mesin,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi dan industri berdampak pula pada kesehatan.

Undang-undang Nomor I Tahun 1970

JENIS-JENIS PEKERJAAN YANG BERESIKO TINGGI MENIMBULKAN KECELAKAAN KERJA PADA PROYEK KONSTRUKSI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

Oleh : AGUSTINA DWI ATMAJI NRP DAHNIAR ADE AYU R NRP

SELAMAT DATANG TUKANG BEKISTING DAN PERANCAH

MODUL 5 SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. (Bekerja di Bengkel) TINGKAT : XI PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K

SANITASI DAN KEAMANAN

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN

Secara harfiah berarti keteraturan, kebersihan, keselamatan dan ketertiban

MODUL 3 SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. (Penempatan dan Pembuangan)

PENGARUH KESEHATAN, PELATIHAN DAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI TERHADAP KECELAKAAN KERJA PADA PEKERJA KONSTRUKSI DI KOTA TOMOHON

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. hasil yang baik, tepat waktu dan sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya.

BAB V METODE PELAKSANAAN STRUKTUR

TURAP BETON. Gambar 1. Turap Beton Cetak

METODE PELAKSANAAN LIFTING JACK TIANG PANCANG

BAB V PERALATAN DAN MATERIAL

BAB IX ASURANSI ANEKA

Pelatihan Sistem PLTS Maret PELATIHAN SISTEM PLTS PROTEKSI DAN KESELAMATAN KERJA Serpong, Maret Oleh: Fariz M.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN Pengetahuan Umum Rencana Anggaran Biaya ( RAB ) diberikan sebagai dasar pemikiran lebih lanjut.

BAB I PENDAHULUAN. industri atau yang berkaitan dengannya (Tarwaka, 2008).

TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan

Informed Consent. Pesetujuan menjadi Responden

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara menyatakan bahwa luas perkebunan karet Sumatera Utara pada tahun

PENDAHULUAN. beberapa faktor yang saling berkaitan satu dengan yang lain. Ketimpangan oleh

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN. Dalam melaksanakan suatu proyek konstruksi, diperlukan adanya suatu

BAB III METODE PENELITIAN

PENJELASAN. Jakarta, 3 Mei DEPARTEMEN TENAGA KERJA. DIREKTORAT PEMBINAAN NORMA-NORMA KESELAMATAN KERJA, HYGIENE PERUSAHAN dan KESEHATAN KERJA.

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi,

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN. Dalam pelaksanaan suatu proyek baik proyek besar maupun proyek kecil selalu

Materi 6. Oleh : Agus Triyono, M.Kes. td&penc. kebakaran/agust.doc 1

BAB VII TINJAUAN KHUSUS

MANAJEMEN RISIKO KECELAKAAN KERJA PADA PROYEK PEMBANGUNAN PERLUASAN HOTEL MERCURE 8 LANTAI PONTIANAK

HADI SUTANTO NRP

C A C A T DAN KEGAGALAN KONSTRUKSI Ir Sumardjito, MT.

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kecelakaan Kerja Kecelakaan kerja yang menimpa pekerja disebuah proyek konstruksi bisa terjadi karena faktor tindakan manusia itu sendiri atau kondisi tempat bekerjanya saat itu. Kecelakaan di tempat kerja dapat terjadi lewat hal berikut (Austen dan Neale, 1991) : runtuhnya dinding, bagian bangunan, tumpukan bahan, timbunan tanah; runtuhnya atau tergulingnya tangga, perancah, balok; jatuhnya barang kecil, alat, kepingan; jatuhnya orang dari tangga, atap, perancah, gedung; melalui lubang pembuangan dan jendela; ke dalam lubang; selama pemuatan, pembongkaran, pengangkatan, pengangkutan barang; sehubungan dengan penggunaan berbagai jenis kendaraan; di pusat listrik dan mesin transmisi listrik; pada peralatan pengangkat; pada peralatan las dan pemotong; pada peralatan udara bertekanan; oleh bahan yang mudah terbakar, panas atau korosif; oleh gas yang berbahaya; 7

8 selama peledakan; bila menggunakan alat perkakas. Ada banyak kemungkinan sebab kecelakaan, diantaranya adalah kesalahan teknis dalam peralatan dan metode kerja, kelemahan organisasi serta tindakan berbahaya para pekerja. Dalam deretan ini harus pula ditambahkan sebab yang timbul karena sifat operasi pembangunan itu sendiri; kelemahan dalam perencanaan dan pelaksanaan, perubahan di tempat kerja dan tugas, serta perselisihan yang sering terjadi diantara para pekerja dari organisasi yang berlainan jika bekerja di tempat yang berdekatan. Klasifikasi kecelakaan kerja menurut International Labour Organization : 1. Klasifikasi kecelakaan kerja menurut tipe kecelakaan (orang jatuh, tertimpa, terbentur, terjepit, terkena radiasi, tersengat arus listrik, dll) 2. Klasifikasi kecelakaan kerja menurut benda (mesin, alat angkat dan sarana angkutan, perancah, dll) 3. Klasifikasi kecelakaan kerja menurut jenis luka-luka (retak, dislokasi, terkilir, gegar otak, luka dalam, sesak nafas, dll)

9 4. Klasifikasi kecelakaan kerja menurut lokasi luka (kepala, leher, badan, tangan, tungkai, dll) Sedangkan penyebab kecelakaan dibagi menjadi 2 golongan yaitu : 1. Kondisi berbahaya (unsafe condition). Suatu kondisi tidak aman dari mesin, lingkungan, sifat pekerja, dan cara kerja. Kondisi berbahaya ini terjadi antara lain karena : - alat pelindung tidak efektif - pakaian kerja kurang cocok - bahan-bahan yang berbahaya - penerangan dan ventilasi yang tidak baik - alat yang tidak aman walaupun dibutuhkan - alat atau mesin yang tidak efektif 2. Perbuatan berbahaya (unsafe act). Adalah perbuatan berbahaya dari manusia atau pekerja yang dilatarbelakangi oleh faktor-faktor internal seperti sikap dan tingkah laku yang tidak aman, kurang pengetahuan dan keterampilan, cacat tubuh yang tidak terlihat, keletihan, dan kelesuan. Menurut statistik yang dikeluarkan oleh ILO (2005), 80% kecelakaan disebabkan oleh perbuatan berbahaya (unsafe acts)

10 dan 20% yang disebabkan oleh kondisi berbahaya (unsafe condition). Menurut Ervianto (2005), kecelakaan kerja adalah kecelakaan dan atau penyakit yang menimpa tenaga kerja karena hubungan kerja di tempat kerja. Secara umum, faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja dapat dibedakan menjadi : 1. Faktor pekerja itu sendiri 2. Faktor metoda konstruksi 3. Peralatan 4. Manajemen Sedangkan dampak atau kerugian yang ditimbulkan akibat kecelakaan kerja yang terjadi antara lain adalah : 1. Kerusakan Kerusakan yang terjadi dapat berupa kerusakan alat kerja, bahan, bagian mesin, proses atau lebih singkatnya properti perusahaan. 2. Kekacauan Organisasi Kerusakan di atas dapat menyebabkan kekacauan organisasi dalam proses produksi. 3. Keluhan dan kesedihan 4. Kelainan dan cacat 5. Kematian

11 Adapun tindakan yang mungkin dilakukan untuk mencegah timbulnya kecelakaan kerja adalah : 1. Mengidentifikasi setiap jenis pekerjaan yang beresiko dan mengelompokkannya sesuai tingkat resikonya. 2. Adanya pelatihan bagi para pekerja konstruksi sesuai keahliannya. 3. Melakukan pengawasan secara lebih intensif terhadap pelaksanaan pekerjaan. 4. Menyediakan alat perlindungan kerja selama durasi proyek. 5. Melaksanakan pengaturan di lokasi proyek konstruksi. 2.2. Pengertian Keselamatan Kerja Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya, serta cara-cara melakukan pekerjaan. Standar keselamatan yang tinggi adalah sasaran yang perlu dicapai dengan sepenuh tenaga seperti sasaran manajemen lain. Pada proyek konstruksi, pemikiran cermat harus diberikan terhadap aspek kesehatan dan keselamatan hasil pekerjaan serta metode pelaksanaan (Austen dan Neale, 1991).

12 Donald dan Boyd, dalam bukunya Manajemen Konstruksi Profesional menyatakan bahwa bahaya terhadap keselamatan kerja adalah bahaya sedemikian yang selalu mengintai sehingga secara mendadak dapat menyebabkan suatu kecelakaan kerja atau kematian pada karyawan, atau kerusakan pada material, peralatan atau suatu konstruksi. Hal tersebut bukan hanya berasal dari bahaya fisik yang memang jelas, tetapi juga dari faktor manusia seperti misalnya kekurangan latihan, pengawasan yang lemah, perilaku, perencanaan yang kurang matang, atau bahkan para pekerja yang telah sedemikian terbiasa dalam mengenali pekerjaannya sehingga suatu waktu mereka menjadi lengah dan terlupa akan bahaya yang selalu mengincarnya. Menurut Ervianto (2005), keselamatan Kerja merupakan suatu permasalahan yang banyak menyita perhatian berbagai organisasi saat ini karena mencakup permasalahan segi perikemanusiaan, biaya dan manfaat ekonomi, aspek hukum, pertanggungjawaban serta citra organisasi itu sendiri. 2.3. Pekerjaan Berpotensi Menimbulkan Kecelakaan Kerja Pada Proyek Konstruksi Jenis-jenis pekerjaan mempunyai peranan besar dalam menentukan jumlah dan macam kecelakaan. Beberapa jenis pekerjaan dalam sebuah proyek konstruksi bangunan

13 menyertakan resiko atas terjadinya beberapa kecelakaan yang berulang kali menunjukkan frekuensi kecelakaan kerja fatal yang lebih tinggi dibandingkan dengan ruang lingkup industri secara keseluruhan (Suma mur, 1981). 2.3.1 Pekerjaan Pondasi Jenis-jenis kecelakaan kerja akibat pekerjaan pondasi dapat berupa tertimbun tanah, terhirup gas beracun, dan material yang jatuh menimpa para pekerja. Bahaya tertimbun adalah risiko yang sangat tinggi, pekerja yang tertimbun tanah sampai sebatas dada saja dapat berakibat kematian (Suma mur, 1967). Di samping itu, bahaya longsor dinding galian dapat berlangsung sangat tiba-tiba. 2.3.2 Bored Pile Menurut Asiyanto (2005), kecelakaan kerja yang mungkin menimpa para pekerja pada saat melakukan pekerjaan pembuatan bored pile adalah : 1. Cranel mixer amblas. 2. Sling crane putus. 3. Terperosok ke dalam lubang bore. 4. Lokasi banjir akibat sisa air sewaktu pengecoran. 5. Material yang jatuh menimpa para pekerja.

14 2.3.3 Galian Basement Banyak proyek gedung dan konstruksi memerlukan penggalian. Setiap pekerjaan di bawah permukaan tanah dapat menimbulkan risiko tanah runtuh atau longsor, orang atau material terperosok kedalamnya, dan genangan air (Asiyanto, 2005). Bahaya-bahaya umum pada pekerjaan penggalian adalah : 1. Dinding yang runtuh. 2. Material yang jatuh menimpa orang-orang yang bekerja dalam galian tersebut. 3. Orang atau kendaraan terperosok ke dalamnya. 4. Melemahkan struktur atau bangunan yang bersebelahan. 5. Merusak fasilitas-fasilitas di bawah tanah. 6. Asfiksi oleh uap dan gas. 7. Genangan air. 2.3.4 Pekerjaan Pabrikasi Aneka ragam mesin dan alat mekanik telah dikembangkan dan dipergunakan untuk pekerjaan bangunan. Dengan perkakas yang berupa mesin dan alat mekanik, produksi dan produktivitas dapat ditingkatkan (Suma mur, 1967). Kecelakaan kerja yang sering terjadi pada saat penggunaan perkakas umumnya luka-luka terjadi di tangan, oleh karena

15 tangan yang terutama dipergunakan. Pada saat proses pemotongan dan pembengkokan baja tulangan, mesin-mesin yang berputar dapat mengadakan tarikan-tarikan, sehingga baju yang longgar atau rambut yang terurai ditarik oleh bagian-bagian yang bergerak tersebut dan menyebabkan malapetaka, misalnya lepasnya kulit kepala. Atau gergaji listrik untuk pemotongan kayu atau lempeng aluminium sering juga menyebabkan kecelakaan yang besar kepada tangan. Selain itu cedera yang terjadi pada pekerjaaan kayu disebabkan oleh tergoresnya tangan pekerja oleh serpihan kayu, dan tertusuk paku. 2.3.5 Pekerjaan Penulangan Pekerjaan penulangan termasuk didalamnya peregangan tulangan adalah salah satu dari kecelakaan dengan angka kejadian yang cukup tinggi dan berlaku dihampir semua proyek konstruksi. Secara mendasar cedera yang terjadi biasanya dikarenakan jatuh dari tempat kerja diketinggian. Penyediaan sabuk pengaman bagi para pekerja penulangan dan penegangan terbukti kurang efektif, hal ini terjadi karena sabuk pengaman tersebut jarang digunakan atau dipakai. 2.3.6 Pekerjaan Pengecoran Kecelakaan kerja yang terjadi pada pekerjaan pengecoran sebagian besar terjadi pada saat pendistribusian beton ke lokasi

16 yang akan dicor, material berupa beton dapat jatuh dan menimpa para pekerja yang berada disekitar lokasi pengecoran. Selain itu sering dijumpai ada pekerja yang tanpa alat perlindungan keselamatan ikut menggantung pada baket cor. 2.3.7 Pemasangan Instalasi Listrik Pekerjaan yang berhubungan dengan arus listrik kadangkadang mendatangkan bahaya, terutama bagi mereka yang tidak tahu seluk-beluk listrik. Bahaya-bahaya berikut ini berhubungan dengan kelistrikan (Suma mur, 1981) : 1. Kejut : - biasanya dari kawat hidup ke bumi - menyebabkan kejang otot - dapat menginterferensi kerja jantung normal dan menyebabkan fibrilasi otot jantung atau gagal jantung - dapat juga menyebabkan gagal pernafasan 2. Hangus : - dari kontak dengan bunga api listrik yang ditimbulkan ketika sirkuit pendek konduktor atau perlengkapan kelebihan beban 3. Mata merah : - dari sinar ultraviolet ketika menatap bunga api listrik atau kilatan las

17 - gejalanya seperti radang selaput mata (conjunctivitis) - kondisi sementara dan sembuh dalam tiga atau empat hari - tidak mempengaruhi lensa kontak 4. Kebakaran : - dari bunga api listrik - konduktor yang kelebihan beban - pengosongan muatan listrik statik 5. Statik : - ditimbulkan oleh dua material yang terpisah, misalnya jaringan dari roller, pelarut yang sedang dituangkan dari wadahnya - tegangan tinggi, arus rendah - menyebabkan kejang pada otot volunter dan sentakan tubuh ketika cedera diakibatkan karena tubuh membentur perlengkapan dan bukan oleh muatan statik itu sendiri. 2.3.8 Pekerjaan Konstruksi Baja Dalam hal ini yang dimaksud adalah pekerjaan bagian atap yang menggunakan konstruksi baja. Pekerjaan atap terbukti sebagai salah satu pekerjaan yang sangat berbahaya dalam bidang konstruksi.

18 Kecelakaan ini terjadi dengan jalan yang hampir sama dan mirip pada setiap kasusnya, seperti : 1. Jatuh dari tepi atap. 2. Terpeleset atau menginjak bagian atap yang rapuh. 3. Ketidakstabilan tempat kerja. Para pekerja biasanya kurang menyadari ketidakstabilan struktur pada saat pekerjaan baja, dan gagal atau lupa dalam memasang tali pengaman. Ketidakstabilan struktur ini bisa disebabkan oleh angin, terhantam crane, atau karena ada pekerja yang bersandar pada struktur. 4. Tertimpa benda yang terjatuh dari atas. Pada saat pekerja bekerja pada ketinggian tertentu dengan menggunakan palu, baut, dan alat kerja lainnya, maka resiko atau kemungkinan alat yang mereka bawa terjatuh dan menimpa pekerja lain yang bekerja dibawah dapat menjadi sebuah kemungkinan yang bisa diperhatikan. Hal ini bisa diantisipasi dengan menggunakan tanda larangan yang jelas agar pekerja lain yang bekerja di bawah bisa menjauhi daerah tersebut. Bisa digunakan juga sebuah jaringan pengaman yang mencegah benda yang terjatuh agar tidak sampai ke bawah.

19 2.3.9 Pekerjaan Dinding Luar Pekerja yang melakukan pekerjaan dinding pada sisi bagian luar gedung mempunyai resiko besar terjatuh dari ketinggian. Ini dikarenakan pekerja kurang menyadari ketidakstabilan dan terbatasnya ruang tempat dia bekerja. 2.3.10 Pemasangan dan Pembongkaran Bekisting Kecelakaan yang sering terjadi pada pekerjaan bekisting terjadi pada saat pembongkaran bekisting. Cedera yang sering terjadi pada saat pembongkaran bekisting biasanya disebabkan oleh serpihan kayu dan paku pada struktur bekisting yang dibongkar menusuk tangan pekerja yang bersangkutan, terpukul palu juga merupakan salah satu penyebab cedera yang terjadi. Cedera patah tulang dan gegar otak yang dialami pekerja pada saat mengerjakan pekerjaan bekisting terjadi akibat terjatuh dari ketinggian atau tertimpa struktur bekisting. Biasanya terjadi pada pemasangan atau pembongkaran struktur bekisting lantai dua ke atas, terjatuhnya pekerja sering terjadi akibat kurang kokohnya lantai kerja atau scaffolding tempat pekerja tersebut melakukan perkerjaaan struktur bekisting. 2.3.11 Pemasangan dan Pembongkaran Scaffolding Perancah (scaffolding) adalah frame sementara yang digunakan untuk mendukung orang-orang dan material

20 dalam pembangunan atau perbaikan dari bangunan dan struktur besar lainnya. Tujuan dari perancah kerja adalah untuk menyediakan tempat kerja yang aman dengan akses yang aman cocok untuk pekerjaan yang dilakukan. Terdapat sebuah usulan dalam penggunaan scaffolding dari bambu atau kayu. Jika kedua bahan ini akan digunakan sebagai struktur pendukung, maka ketinggian struktur scaffolding tersebut tidak boleh lebih dari 15 meter. Sementara jenis kecelakaan yang terjadi pada pekerjaan scaffolding biasanya disebabkan oleh : 1. Kegagalan pondasi, sering terjadi bahwa tanah yang digunakan sebagai pijakan struktur scaffolding mengalami penggerusan akibat beban setelah beberapa lama digunakan. 2. Kesalahan dalam mengikat scaffolding ke struktur bangunan. 3. Berubahnya letak ikatan atau baut oleh pekerja dalam mengerjakan pekerjaan tertentu yang memerlukan ruang gerak lebih besar. 2.3.12 Pekerjaan Maintenance Pekerjaan maintenance atau pemeliharaan adalah salah satu jenis pekerjaan yang lebih berbahaya dan memerlukan perhatian

21 khusus untuk menilai resikonya, dan mempersiapkan pelaksanaan kerja yang aman (Suma mur, 1967). Area pemeliharaan utama yang menimbulkan resiko tinggi adalah : 1. Bekerja di atap dan gedung-gedung bertingkat tinggi. 2. Permesinan bertenaga listrik. 3. Dalam ruang yang terbatas, seperti tangki, bak, dan ruang bawah tanah.