JURNAL IT STMIK HANDAYANI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. bagian dalam pekerjaan. Dalam melakukan pemasangan kabel perlu

LANDASAN TEORI. Bab Konsep Dasar Graf. Definisi Graf

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

ALGORITMA ANT COLONY OPTIMIZATION (ACO) UNTUK MENYELESAIKAN TRAVELING SALESMAN PROBLEM (TSP) SKRIPSI. Oleh : Agus Leksono J2A

PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI OPTIMASI PEMASANGAN KABEL DENGAN METODE ANT COLONY

Penyelesaian Traveling Salesperson Problem dengan Menggunakan Algoritma Semut

Penggunaan Graf dalam Algoritma Semut untuk Melakukan Optimisasi

Pemanfaatan Algoritma Semut untuk Penyelesaian Masalah Pewarnaan Graf

OPTIMALISASI TRAVELLING SALESMAN WITH TIME WINDOWS (TSPTW) DENGAN ALGORITMA SEMUT

BAB II LANDASAN TEORI

PENENTUAN RUTE OPTIMAL PADA KEGIATAN PENJEMPUTAN PENUMPANG TRAVEL MENGGUNAKAN ANT COLONY SYSTEM

OPTIMASI RUTE ARMADA KEBERSIHAN KOTA GORONTALO MENGGUNAKAN ANT COLONY OPTIMIZATION. Zulfikar Hasan, Novianita Achmad, Nurwan

Penyelesaian Masalah Travelling Salesman Problem Menggunakan Ant Colony Optimization (ACO)

STUDI PERBANDINGAN ALGORITMA CHEAPEST INSERTION HEURISTIC DAN ANT COLONY SYSTEM DALAM PEMECAHAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM

Analisa Pencarian Jarak Terpendek Lokasi Wisata di Provinsi Sumatera Utara Menggunakan Algoritma Ant Colony Optimization (ACO)

Algoritma Koloni Semut dan Manfaatnya untuk Menentukan Jalur Pengumpulan Sampah

ANT COLONY OPTIMIZATION

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Traveling Salesman Problem (TSP) dikenal sebagai salah satu masalah

TEKNIK MANAJEMEN LOSSES ALA KOLONI SEMUT UNTUK PENINGKATAN EFISIENSI SALURAN DISTRIBUSI 20 KV

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan akan informasi. Secara umum gudang membutuhkan produk handling

Penerapan Algoritma Ants Colony System(ACS) Untuk Menentukan Rute Terpendek Pengiriman Barang pada P.T. Pos Indonesia. Skripsi

PENEMUAN JALUR TERPENDEK DENGAN ALGORITMA ANT COLONY. Budi Triandi

PERBANDINGAN ALGORITME ANT COLONY OPTIMIZATION DENGAN ALGORITME GREEDY DALAM TRAVELING SALESMAN PROBLEM

BAB 2 LANDASAN TEORI

IMPLEMENTASI ALOKASI JADWAL MATA PELAJARAN SMU MENGGUNAKAN ALGORITMA KOLONI SEMUT (AKS)

Desain Rute Terpendek untuk Distribusi Koran Dengan Algoritma Ant Colony System

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

ANALISIS ALGORITMA HYBRID ANT COLONY OPTIMIZATION (ACO) DAN LOCAL SEARCH UNTUK OPTIMASI PEMOTONGAN BAHAN BAKU

PENCARIAN RUTE TERPENDEK OBJEK WISATA DI MAGELANG MENGGUNAKAN ANT COLONY OPTIMIZATION (ACO)

Unnes Journal of Mathematics

ANALISIS ALGORITMA SEMUT UNTUK PEMECAHAN MASALAH PENUGASAN


BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Penjadwalan Definisi Penjadwalan Kegiatan Belajar Mengajar

STUDI KOMPARATIF ALGORITMA ANT DAN ALGORITMA GENETIK PADA TRAVELLING SALESMAN PROBLEM

Sirkuit Euler & Sirkuit Hamilton SISTEM INFORMASI UNIVERSITAS GUNADARMA 2012/2013

ALGORITMA SEMUT PADA PENJADWALAN PRODUKSI JOBSHOP

Course Note Graph Hamilton

PENGGUNAAN ALGORITMA ANT COLONY SYSTEM DALAM TRAVELING SALESMAN PROBLEM (TSP) PADA PT. EKA JAYA MOTOR

VEHICLE ROUTING PROBLEM UNTUK DISTRIBUSI BARANG MENGGUNAKAN ALGORITMA SEMUT

ANALISIS ALGORITMA ANT SYSTEM (AS) PADA KASUS TRAVELLING SALESMAN PROBLEM (TSP)

ALGORITMA GENETIC ANT COLONY SYSTEM UNTUK MENYELESAIKAN TRAVELING SALESMAN PROBLEM

Matematika dan Statistika

BAB II LANDASAN TEORI

SISTEM ALOKASI PENYIMPANAN BARANG PADA GUDANG

Penerapan Algoritma Ant System dalam Menemukan Jalur Optimal pada Traveling Salesman Problem (TSP) dengan Kekangan Kondisi Jalan

ANALISA ALGORITMA GENETIKA DALAM TRAVELLING SALESMAN PROBLEM SIMETRI. Lindawati Syam M.P.Siallagan 1 S.Novani 2

IMPLEMENTASI METODE ANT COLONY OPTIMIZATION UNTUK PEMILIHAN FITUR PADA KATEGORISASI DOKUMEN TEKS

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal diciptakan, komputer hanya difungsikan sebagai alat hitung

PENYELESAIAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM MENGGUNAKAN METODE SIMPLE HILL CLIMBING

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan

Perbandingan Algoritma Dijkstra Dan Algoritma Ant Colony Dalam Penentuan Jalur Terpendek

BAB 2 LANDASAN TEORI

Perancangan Rute Distribusi Beras Sejahtera Menggunakan Algoritma Ant Colony Optimization (Studi Kasus di BULOG Kabupaten Semarang

PENYELESAIAN MULTI-DEPOT MULTIPLE TRAVELING SALESMAN PROBLEM MENGGUNAKAN K-MEANS DAN ANT COLONY OPTIMIZATION

PENERAPAN ALGORITMA ANT COLONY PADA PENJADWALAN PRODUKSI

BAB 2 LANDASAN TEORI

Artikel Ilmiah oleh Siti Hasanah ini telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Jl. Ir. M. Putuhena, KampusUnpatti, Poka-Ambon, Maluku

Penyelesaian Traveling Salesman Problem dengan Algoritma Heuristik

IMPLEMENTASI PERBANDINGAN ALGORITMA ANT COLONY SYSTEM DENGAN ALGORITMA SUBSET DYNAMIC PROGRAMMING PADA KASUS TRAVELLING SALESMAN PROBLEM

Optimasi pada Rute Truk Peti Kemas dengan Algoritma Optimasi Koloni Semut

Pemanfaatan Algoritma Hybrid Ant Colony Optimization dalam Menyelesaikan Permasalahan Capacitated Minimum Spanning Tree. Tamam Asrori ( )

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN HAK CIPTA ABSTRAK...

TRAVELLING SALESMAN PROBLEM MENGGUNAKAN ALGORITMA ANT COLONY SYSTEM UNTUK MEMINIMASI BIAYA TRANSPORTASI

PERGERAKAN AGEN CERDAS PADA PEMODELAN GAME EDUKASI DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA ANT SYSTEM KONSENTRASI PENEMUAN JALUR KE PASAR TRADISIONAL

BAB 2 LANDASAN TEORI

RANCANG BANGUN SOFTWARE SIMULASI PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA ANT COLONY SYSTEM PADA KASUS TRAVELING SALESMAN PROBLEM

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat menyelesaikan masalah maka perlu dirumuskan terlebih dahulu langkahlangkah

PENCARIAN JALUR TERPENDEK MENGGUNAKAN ANT COLONY SYSTEM (KASUS: PARIWISATA KOTA BOGOR)

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Penelitian Sebelumnya

BAB III IMPLEMENTASIALGORITMA GENETIK DAN ACS PADA PERMASALAHAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM

PENDUKUNG SISTEM PEMASARAN DENGAN ALGORITMA ANT COLONY ABSTRAK

Edu Komputika Journal

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI. Perancangan sistem merupakan penguraian suatu sistem informasi

BAB IV ANALISIS MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengiriman barang dari pabrik ke agen atau pelanggan, yang tersebar di berbagai

PENGGUNAAN GRAF SEBAGAI SOLUSI TRANSPORTASI SAAT INI

IMPLEMENTASI DAN ANALISA KINERJA ALGORITMA ANT SYSTEM (AS) DALAM PENYELESAIAN MULTIPLE TRAVELLING SALESMAN PROBLEM (MTSP)

Aplikasi dan Optimasi Kombinatorial pada Ant Colony

PENCARIAN RUTE ANGKUTAN UMUM MENGGUNAKAN ALGORITMA ANT COLONY OPTIMIZATION

Graf. Bekerjasama dengan. Rinaldi Munir

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Proses distribusi barang dari suatu tempat ke tempat

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

Penerapan Travelling Salesman Problem dalam Penentuan Rute Pesawat

ANT COLONY OPTIMIZATION DALAM PENYELESAIAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM MENGGUNAKAN MATLAB

BAB II LANDASAN TEORI

PENYELESAIAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM DENGAN METODE TABU SEARCH

APLIKASI TRAVELLING SALESMAN PROBLEM DENGAN METODE ARTIFICIAL BEE COLONY

Usulan Rute Distribusi Tabung Gas Menggunakan Algoritma Ant Colony Systems di PT. Limas Raga Inti

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Optimasi Branch and Bound pada Persoalan Travelling Salesman Problem

TARGET BERORIENTASI METODE CABANG DAN BATAS UNTUK OPTIMISASI GLOBAL

BAB I PENDAHULUAN. grafyang menjadi salah satu permasalahanpenting dalam dunia matematika

PENYELESAIAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM DENGAN ALGORITMA SIMPLE HILL CLIMBING

Transkripsi:

Nurilmiyanti Wardhani Teknik Informatika, STMIK Handayani Makassar ilmyangel@yahoo.com Abstrak Algoritma semut atau Ant Colony Optimization merupakan sebuah algoritma yang berasal dari alam. Algoritma semut merupakan teknik probabilistik untuk menyelesaikan masalah komputasi dengan menemukan jalur terbaik melalui grafik. Algoritma ini terinspirasi oleh perilaku semut dalam menemukan jalur dari koloninya menuju makanan. Algoritma semut telah diterapkan dalam berbagai bidang, salah satunya adalah untuk mencari solusi optimal pada Traveling Salesman Problem (TSP). Dengan memberikan sejumlah n kota, TSP dapat didefinisikan sebagai suatu permasalahan dalam menemukan jalur terpendek dengan mengunjungi setiap kota yang ada hanya sekali. Dari hasil penelitian diketahui bahwa secara garis besar Algoritma semut tmerupakan metodologi yang optimal dalam menemukan jalur terpendek. Dan penelitian ini telah berhasil membuktikan keoptimalan dari algoritma semut dalam menemukan solusi terhadap TSP. Kata Kunci : Algoritma Semut, Ant Colony Optimization, Graf, Traveling Salesemen Problem 35

I. PENDAHULUAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh M. Shouman (2005) gudang ataupun distribution center pada suatu perusahaan memiliki tiga kategori utama dalam menangani produk handling yaitu pendesainan layout dari gudang dan alokasi produknya, order batching, serta order picking atau pemilihan rute pengambilan barang. Dari ketiga kategori tersebut, pembenahan pada order picking atau rute pengambilan barang merupakan hal yang sangat mempengaruhi waktu pelayanan terhadap konsumen serta menghabiskan 65% dari total biaya operasi gudang. Permasalahan rute pada aktivitas order picking dalam mengurangi jarak tempuh dapat dikategorikan sebagai Travelling Salesman Problem (TSP) dimana pada aktivitas tersebut picker harus menuju ke semua lokasi barang yang akan diambil dan kembali lagi ke lokasi awal dimana picker tersebut berangkat. Berbagai metode sudah ada dan dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan ini. Metode-metode tersebut bervariasi kompleksitas algoritmanya. Salah satu metode yang digunakan adalah menggunakan Algoritma Semut untuk menyelesaikan masalahtsp. Tulisan ini akan mengangkat pemahaman mengenai Algoritma Semut dan bagaimana metode ini menyelesaikan persoalan TSP. [7] II. DASAR TEORI 2.1 Algoritma Semut Algoritma ini tersusun atas sejumlah m semut yang bekerjasama dan berkomunikasi secara tidak langsung melalui komunikasi Pheromone. [5] Cara kerja semut mencari jalur optimal yaitu Secara alamiah semut mampu menemukan rute terpendek dalam perjalanan dari sarang ke tempat-tempat sumber makanan. Koloni semut dapat menemukan rute terpendek antara sarang dan sumber makanan berdasarkan jejak kaki pada lintasan yang telah dilalui. Semakin banyak semut yang melalui suatu lintasan, maka akan semakin jelas bekas jejak kakinya. Hal ini akan menyebabkan lintasan yang dilalui semut dalam jumlah sedikit, semakin lama akan semakin berkurang kepadatan semut yang melewatinya, atau bahkan akan tidak dilewati sama sekali. Sebaliknya lintasan yang dilalui semut dalam jumlah banyak, semakin lama akan semakin bertambah kepadatan semut yang melewatinya, atau bahkan semua semut akan melalui lintasan tersebut Gambar 1.1 Gambar 1.1.a di atas menunjukkan ada dua kelompok semut yang akan melakukan perjalanan. Satu kelompok bernama L yaitu kelompok yang berangkat dari arah kiri yang 36

merupakan sarang semut dan kelompok lain yang bernama kelompok R yang berangkat dari kanan yang merupakan sumber makanan. Kedua kelompok semut dari titik awal keberangkatan sedang dalam posisi pengambilan keputusan jalan sebelah mana yang akan diambil. Kelompok semut L membagi dua kelompok lagi. Sebagian melalui jalan atas dan sebagian melalui jalan bawah. Hal ini juga berlaku pada kelompok semut R. Gambar 1.1.b dan gambar 1.1.c menunjukkan bahwa kelompok semut berjalan pada kecepatan yang sama dengan meninggalkan Pheromone (jejak kaki semut) di jalan yang telah dilalui. Pheromone yang ditinggalkan oleh semut - semut yang melalui jalan atas telah mengalami banyak penguapan karena semut yang melalui jalan atas berjumlah lebih sedikit dari pada jalan yang di bawah. Hal ini dikarenakan jarak yang ditempuh lebih panjang daripada jalan bawah. Sedangkan Pheromone yang berada di jalan bawah, penguapannya cenderung lebih lama. Karena semut yang melalui jalan bawah lebih banyak daripada semut yang melalui jalan atas. Gambar 1.1.d menunjukkan bahwa semut-semut yang lain pada akhirnya memutuskan untuk melewati jalan bawah karena Pheromone yang ditinggalkan masih banyak. Sedangkan Pheromone pada jalan atas sudah banyak menguap sehingga semut-semut tidak memilih jalan atas tersebut. Semakin banyak semut yang melalui jalan bawah maka semakin banyak semut yang mengikutinya. Demikian juga dengan jalan atas, semakin sedikit semut yang melalui jalan atas, maka Pheromone yang ditinggalkan semakin berkurang bahkan hilang. Dari sinilah kemudian terpilihlah rute terpendek antara sarang dan sumber makanan. [4] 2.2 Graph Graph adalah kumpulan dari simpul dan busur yang secara matematis dinyatakan sebagai G = (V, E) Dimana: G = Graph V = Simpul atau Vertex, E = Busur atau Edge Grap terdiri dari grap berbobot dan tak berbobot. Grap berbobot terbagi menjadi dua yaitu: 1. Graph berarah dan berbobot : setiap edge mempunyai arah (yang ditunjukkan dengan anak panah) dan bobot. Gambar 2.1 adalah contoh graph berarah dan berbobot yang terdiri dari tujuh vertek yaitu vertek A, B, C, D, E, F, G. Vertek A mempunyai dua edge yang masing masing menuju ke vertek B dan vertek C, vertek B mempunyai tiga edge yang masing masing menuju ke vertek C, vertek D dan vertek E. Bobot antara vertek A dan vertek B pun telah di ketahui. Gambar 2.1 Gambar 2.2 2. Graph tidak berarah dan berbobot : setiap edge tidak mempunyai arah tetapi mempunyai bobot. Gambar 2.2 adalah contoh graph tidak berarah dan berbobot. Graph terdiri dari tujuh vertek yaitu vertek A, B, C, D, E, F, G. Vertek A mempunyai dua edge yang masing masing 37

berhubungan dengan vertek B dan vertek C, tetapi dari masing masing edge tersebut tidak mempunyai arah. Edge yang menghubungkan vertek A dan vertek B mempunyai bobot yang telah diketahui begitu pula dengan edge edge yang lain. [2] Graph terhubung G merupakan graph Euler (Eulerian) jika ada close trail yang memuat setiap edge dari G. Trail semacam ini disebut trail Euler. Sedangkan Graph terhubung G merupakan graph Hamilton (Hamiltonian) jika ada cycle yang memuat setiap vertek dari G. Cycle semacam ini disebut cycle Hamilton. (Wilson, R. J dan Watkhins, J. J, 1990)v Gambar 2.3 Graph (i) merupakan graph Euler dan graph Hamilton, Graph (ii) merupakan graph Euler dan trail Eulernya bcgfeb Graph (iii) merupakan graph hamilton dengan cycle Hamiltonnya bcgefb. [2] 2.3 Traveling TSP Masalah Travelling Salesman Problem (TSP) adalah salah satu contoh yang paling banyak dipelajari dalam combinatorial optimization. Masalah ini mudah untuk dinyatakan tetapi sangat sulit untuk diselesaikan. TSP termasuk kelas NP-Hard problem dan tidak dapat diselesaikan secara Polynomial computation time dengan algoritma eksak. Bila diselesaikan secara eksak waktu komputasi yang diperlukan akan meningkat secara eksponensial seiring bertambah besarnya masalah. [3] TSP dapat dinyatakan sebagai permasalahan dalam mencari jarak minimal sebuah tour tertutup terhadap sejumlah n kota dimana kota-kota yang ada hanya dikunjungi sekali. TSP direpresentasikan dengan menggunakan sebuah graph lengkap dan berbobot G = (V, E) dengan V himpunan vertek yang merepresentasikan himpunan titik - titik, dan E adalah himpunan dari edge. Setiap edge (r,s) E adalah nilai (jarak) d rs yang merupakan jarak dari kota r ke kota s, dengan (r,s) V. Dalam TSP simetrik (jarak dari kota r ke titik s sama dengan jarak dari titik s ke titik r), d rs = d sr untuk semua edge (r,s) E. Misalkan terdapat n buah titik maka graph tersebut memiliki n! n 1! ( buah edge, sesuai dengan rumus kombinasi, dan juga memiliki buah tour yang ( n 2!2!) mungkin. [3] Dalam sebuah graph, TSP digambarkan seperti gambar 2.4 : 2 Gambar 2.4 38

III. ANALISIS MASALAH 3.1 Algoritma semut dalam penyelesaian TSP Sama halnya dengan cara kerja semut dalam mencari jalur yang optimal, untuk mencari jalur terpendek dalam penyelesaian masalah Traveling Salesman Problem (TSP) diperlukan beberapa lngkah untuk mendapatkan jalur yang optimal, antara lain : 1. Menentukan pheromone awal masing- masing semut. Tapi sebelum itu tentukan terlebih dahulu banyaknya semut dalam proses tersebut, setelah itu tentukan titik awal masing-masing semut. 2. Setelah itu tentukan titik selanjutnya yang akan dituju, ulangi proses sampai semua titik terlewati. 3. Apabila telah mendapatkan titik yang dituju, selagi melakukan tur untuk mencari solusi dari TSP, semut mengunjungi ruas-ruas dan mengubah tingkat pheromon pada ruas-ruas tersebut dengan menerapkan aturan pembaruan pheromon local. 4. Setelah proses diatas selesai, hitung panjang lintasan masing-masing semut. 5. Kemudian akan didapatkan panjang lintasan yang minimal. 6. Ubah pheromone pada titik-titik yang yang termuat dalam lintasan tersebut. 7. Setelah semua proses telah dilalui, maka akan didapatkan lintasan dengan panjang lintasan yang minimal. 3.2 Algoritma semut dalam penyelesaian TSP menggunakan graf Contoh kasus TSP : Diberikan sejumlah kota dan jarak antar kota. Tentukan sirkuit terpendek yang harus dilalui oleh seorang pedagang bila pedagang itu berangkat dari sebuah kota asal dan menyinggahi setiap kota tepat satu kali dan kembali lagi ke kota asal keberangkatan. Apabila kita mengubah contoh kasus tersebut menjadi persoalan pada graf, maka dapat dilihat bahwa kasus tersebut adalah bagaimana menentukan sirkuit Hamilton yang memiliki bobot minimum pada graf tersebut. Dalam kehidupan sehari-hari, kasus TSP ini dapat diaplikasikan untuk menyelesaikan kasus seperti Pak Pos mengambil surat di kotak pos yang tersebar pada n buah lokasi di berbagai sudut kota. Seperti kita ketahui, bahwa untuk mencari jumlah sirkuit Hamilton di dalam graf lengkap dengan n simpul adalah: (n - 1)!/2. Contoh : Gambar 3.1 Graf di atas memiliki (4 1)!/2 = 3 sirkuit Hamilton (Gambar 3.1), yaitu: I 1 = (a, b, c, d, a) atau (a, d, c, b, a) ==> panjang = 10 + 12 + 8 + 15 = 45 I 2 = (a, c, d, b, a) atau (a, b, d, c, a) ==> panjang = 12 + 5 + 9 + 15 = 41 I 3 = (a, c, b, d, a) atau (a, d, b, c, a) ==> panjang = 10 + 5 + 9 + 8 = 32 39

Sirkuit hamiltonnya dapat dilihat pada gambar 3.2 berikut : Gambar 3.2 Jadi, sirkuit Hamilton terpendek adalah I 3 = (a, c, b, d, a) atau (a, d, b, c, a) dengan panjang sirkuit = 10 + 5 + 9 + 8 = 32. Jika jumlah simpul n = 20 akan terdapat (19!)/2 sirkuit Hamilton atau sekitar 6 x 10 16 penyelesaian. Gambar 3.3 berikut ini adalah contoh hasil penyelesaian TSP menggunakan algoritma semut dengan 16, 44, dan 91 kota (nodes). IV. KESIMPULAN Algoritma semut merupakan suatu algoritma yang berasal dari alam. Algoritma ini terinspirasi oleh perilaku semut dalam menemukan jalur dari koloninya menuju makanan. Algoritma ini menggunakan sistem multi agen, yang berarti kita akan mengerahkan seluruh koloni semut yang masing-masingnya bergerak sebagai agen tunggal. Setiap semut menyimpan daftar memo yang memuat nodes yang sudah pernah ia lalui, dimana ia tidak diijinkan untuk melalui node yang sama dua kali dalam satu kali perjalanan (daftar ini disebut juga sebagai jalur Hamilton, yaitu jalur pada graf dimana setiap node hanya dikunjungi satu kali). Dalam proses perjalanan semut menuju makanan, terdapat suatu mekanisme untuk mencari lintasan optimal yang akan dilalui semut. Berikut prosesnya: 1. Dari sarang, semut berkeliling secara acak mencari makanan sambil mencatat jarak antara node yang ia lalui. 2. Ketika sampai ke makanan, Total jarak dari tiap node yang ia tempuh dijumlahkan untuk mendapatkan jarak dari sarang ke makanan. 3. Ketika kembali ke sarang, sejumlah konsentrasi feromon ditambahkan pada jalur yang telah ditempuh berdasarkan total jarak jalur tersebut. Makin kecil total jarak (atau makin optimal), 40

maka makin banyak kadar feromon yang dibubuhkan pada masing-masing busur pada jalur tersebut. 4. Untuk memilih busur mana yang harusdilalui berikutnya, digunakan sebuah rumus yang pada intinya menerapkan suatu fungsi heuristic untuk menghitung intensitas feromon yang ditinggalkan pada suatu busur. 5. Pada iterasi berikutnya, busur-busur yang mengandung feromon lebih tinggi ini akan cenderung dipilih sebagai busur yang harus ditempuh berikutnya berdasarkan rumus pemilihan busur. Akibatnya, lama-kelamaan akan terlihat jalur optimal pada graf, yaitu jalur yang dibentuk oleh busur-busur dengan kadar feromon yang tinggi, yang pada akhirnya akan dipilih oleh semua multi agen semut. Algoritma optimisasi koloni semut telah digunakan untuk menghasilkan penyelesaian yang mendekati optimal. Aplikasi algoritma semut dalam kehidupan sehari-hari mencakup banyak persoalan, salah satunya adalah Travelling Salesman Problem (TSP). DAFTAR PUSTAKA [1] Chietz. (2006). Algoritma Semut. http://chietz.wordpress.com/2011/12/05/algoritmasemut/. Tanggal akses: 19 Desember 2011 pukul 21.30. [2] Ibnu Sina Wardy, Penggunaan Graf dalam Algoritma Semut untuk Melakukan Optimisasi, ITB Bandung. [3] M. Dorigo, L. M. Gambardella (1997), Ant Colonies for the Traveling Salesman Problem, Cambridge, Massachusetts. London, England. [4] M.Doringo, Maniezzo, V., dan Colorni, A. (1991a). Positive feedback as a search strategy. Technical report 91-016, Dipartimento di Elettronica, Politecnico di Milano, Milan. [5] M.Dorigo, Maniezzo, V., dan Colorni, A. (1996). The Ant System: Optimization by a colony of cooperating agents. IEEE Transactions on Systems, Man, and Cybernetics Part B, 26(1), pp.1-13. [6] M.Dorigo, Socha K. (2007), An Introduction to Ant Colony Optimization, Tech.Rep/IRIDIA/2006-010, Université Libre de Bruxelles, Belgium [7] R, Rina dan M, A. Beny. Solusi Optimal TravellingSalesman Problem dengan Menggunakan Ant Colony System (ACS). ITB Bandung [8] M.Dorigo, dan Stu tzle, T. ( 2004). Ant colony optimization. A Bradford book. The MIT Press Cambridge, Massachusetts London, England. 41