PERHITUNGAN JATUH TEGANGAN SUTM 20 KV PADA PENYULANG SOKA DI PT. PLN ( PERSERO ) CABANG JAYAPURA Parlindungan Doloksaribu Dosen Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Cenderawasih Abstrak Jatuh tegangan biasanya paling besar terjadi pada saluran distribusi. Hal ini diakibatkan arus dan impedansi saluran. Besar kecilnya jatuh tegangan sangat mempengaruhi kualitas layanan ke beban atau pelanggan. Jatuh tegangan yang terlalu besar akan mengakibatkan gangguan pada peralatan pelanggan. Oleh karena itu PLN telah membuat ambang batas jatuh tegangan (SPLN No. 1/ 1995) yaitu 10 % dari tegangan nominal. Penelitian bertujuan untuk mengetahui seberapa besar jatuh tegangan yang terjadi pada Penyulang Soka. Metode yang dilakukan adalah menggunakan data sekunder dari pihak PLN Cabang Jayapura dan data primer berdasarkan pengukuran langsung dan kemudian dilakukan perhitungan jatuh tegangan. Hasil dari perhitungan jatuh tegangan menunjukkan total jatuh tegangan penyulang Soka adalah 84,37 Volt atau sekitar 0,42 % dari tegangan nominal. Itu artinya jatuh tegangan yang terjadi masih jauh dari ambang batas Standard PLN. Besar jatuh tegangan bervariasi untuk setiap seksi dalam saluran. Jatuh tegangan terbesar terjadi pada seksi III IV yaitu 25,52 Volt sedangkan nilai jatuh tegangan terkecil terjadi pada seksi IV E yaitu 0,07 Volt, Kata kunci: jatuh tegangan, saluran distribusi, tegangan nominal I. PENDAHULUAN Perkembangan sistem kelistrikan saat ini telah mengarah pada peningkatan efisiensi dalam penyaluran energi listrik. Salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi yaitu dengan mengurangi rugi daya dan meminimalkan drop tegangan pada jaringan. Drop tegangan pada sistem distribusi dapat terjadi pada jaringan tegangan menengah (JTM), transformator distribusi, jaringan tegangan rendah (JTR) dan saluran rumah. Ada kalanya, kualitas tegangan yang diterima pelanggan tidak maksimal. Tegangan yang terlalu rendah akan mengakibatkan alat-alat listrik tidak dapat beroperasi sebagaimana mestinya. Salah satu mutu dari pelayanan adalah kondisi tegangan yang terjaga guna mendapatkan mutu daya dan energi semaksimal mungkin. Penyulang Soka SUTM 20 kv merupakan salah satu penyulang yang sumbernya dari PLTD Waena. Pemilihan penyulang ini adalah dikarenakan penyulang ini meyuplai daerah beban yang cukup padat penduduk yaitu daerah Waena sampai Abepura. Hal ini memungkinkan terjadinya jatuh tegangan dan rugi-rugi yang cukup besar pada ujung jaringan. II. JATUH TEGANGAN Jatuh tegangan merupakan besarnya tegangan yang hilang pada suatu penghantar. Besarnya jatuh tegangan dinyatakan baik dalam persen atau dalam besaran Volt. Perhitungan jatuh tegangan praktis pada batas-batas tertentu dengan hanya menghitung besarnya tahanan masih dapat dipertimbangkan, namun pada saluran tegangan menengah masalah indukstansi harus diperhitungkan karena nilainya cukup berarti. Rangkain ekivalen jaringan satu phasa dapat ditunjukkan pada gambar berikut : 51
R XL P+jQ 3. DATA PENELITIAN 3.1 DIAGRAM SATU GARIS PENYULANG SOKA Vk Vt Beban Gambar 1. Rangkaian Ekivalen Jaringan satu phasa. Penyebab Terjadinya Jatuh Tegangan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: a. Tahanan saluran b. Arus saluran c. Faktor daya ( Cos φ ) Besar jatuh tegangan pada saluran dapat dirumuskan dengan: V = I ( R. cos φ + X. sin φ ) L dimana: I = Arus beban ( Ampere ) R = Tahanan rangkaian ( Ohm ) X = Reaktansi rangkaian ( Ohm ) L = Panjang Saluran (Meter) Perusahaan listrik Negara ( PLN ) mengeluarkan ketentuan mengenai batas standard tegangan yang aman untuk pelanggan (SPLN No. 1 Tahun 1995), yaitu maksimum ± 5 % dan minimum 10 % dari tegangan nominal. Gambar 2. Diagram satu garis penyulang Soka 52
2.2 Data Hasil Pengukuran pada Gardu Distribusi No No. gardu Tabel 1. Hasil pengukuran di setiap Gardu Distribusi Kode gardu (Huruf) Alamat gardu KVA Nominal Arus Beban (A) Cos φ 1 46 B RS Dian Harapan 200 5,8 0,98 0,19 2 49 C Komp. SPG 50 1,4 0,9 0,43 3 132 D Depan.Taruna Bhakti 100 2,9 0,94 0,34 4 41 E Komp.Zipur X 100 2,9 0,97 0,24 5 19 F Den intel Waena 250 7,2 0,95 0,31 6 139 G Depan karang P.bln 100 2,9 0,97 0,24 7 146 H Rudy dom P.bln 200 5,8 0,95 0,31 8 150 I Hola plaza 800 5,8 0,95 0,31 9 39 J Jl. Sosial P. bulan 200 5,8 0,96 0,28 10 136 K SMP advent 100 2,9 0,93 0,36 11 67 L Lapangan trikora 160 4,6 0,97 0,24 12 20 M PLN P. bulan 200 5,8 0,95 0,31 13 21 N Perumnas IV luar 100 2,9 0,88 0,47 14 22 O Perumnas IV dalam 400 11,5 0,93 0,36 15 23 P Akes P. bulan 100 2,9 0,97 0,24 16 114 Q Organda 2 160 4,6 0,93 0,36 17 24 R Organda 1 100 2,9 0,92 0,39 Sin φ 2.3 RESISTANSI PENGHANTAR Penghantar yang digunakan pada saluran distribusi (penyulang) Soka adalah jenis AAAC dengan ukuran penampang penghantar 70 mm 2 dan 150 mm 2. Besar resistansi dan reaktansi penghantar AAAC adalah: Penghantar yang menggunakan ukuran penampang 70 mm 2 dan penghantar yang menggunakan penampang 150 mm 2 ditunjukkan Gambar 4 berikut yang merupakan penyederhanaan dari diagram satu garis peyulang Soka. No. 1 2 Jenis Penghantar Resistansi Penghantar Pada 30 0 C ( Ohm/Km ) Reaktansi pada F = 50 Hz (Ohm/Km) AAAC 70 mm 2 0,455 0,340 AAAC 150 mm 2 0,234 0,300 53
Gambar 4. Penyederhanaan kedua Diagram Satu Garis Penyulang Soka Gambar 3. Penyederhanaan pertama diagram satu garis penyulang Soka Gambar 3 menunjukkan penyulang Soka dapat dibagi menjadi 14 bagian/seksi (I sampai dengan XIV) berdasarkan letak dan banyaknya gardu distribusi. Garis biru merupakan penyulang yang menggunakan penghantar ukuran 150 mm 2, sedangkan garis merah merupakan penyulang yang menggunakan penghantar ukuran 70 mm 2. 4. PERHITUNGAN BESAR JATUH TEGANGAN 4.1 MENGHITUNG ARUS SALURAN Setelah arus beban di setiap gardu diketahui seperti ditunjukkan pada pada tabel 1, maka selanjutnya adalah menghitung nilai arus saluran di tiap seksi dengan menyederhanakan kembali diagram satu garis penyulang Soka seperti ditunjukkan pada gambar 5 berikut. Dalam perhitungan arus pada rangkaian listrik paralel seperti pada umumnya, maka perhitungan diawali dari ujung saluran (I 14 ), seterusnya sampai diperoleh arus I 1. Besarnya arus-arus tersebut dapat dapat diurutkan sebagai berikut: I 14 = I R I 13 = I Q + I 14 I 12 = I P + I 13 I 11 = I N + I O + I 12 I 10 = I M + I 11 I 9 = I J + I K + I L + I 10 I 8 = I I + I 9 I 7 = I H + I 8 I 6 = I G + I 7 I 5 = I F + I 6 I 4 = I E + I 5 I 3 = I D + I 4 I 2 = I C + I 3 I 1 = I B + I 2 I 15 = I K + I L Contoh perhitungan: I 14 = I R = 2,9 Ampere I 13 = I Q + I 14 = 4.6 (0,93 + j0,37) + 2,9 (0,92 + j0,39) = (4.278 + jl,702) + (2,668 + j1,131) = 6.946 + j2,833 = 7,50 22,18º Ampere (cosφ 0,92) Dengan menggunakan cara yang sama maka akan diperoleh nilai arus yang lain seperti ditunjukkan pada Tabel 2 berikut. 54
N o 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 Seksi A I I II II C II III III IV IV E IV V V F V VI VI VII VII VIII VIII I VIII IX IX K K L IX X X XI XI O XI - XII XII - XIII XIII - XIV Tabel 2. Hasil Perhitungan Arus Arus Salura n Besar Arus (Amper e) I 1 78,21 0,92 0,39 I 2 72,61 0,92 0,39 I C 1,4 0,9 0,43 I 3 71,28 0,92 0,39 I 4 68,34 0,93 0,36 I E 2,9 0,97 0,24 I 5 65,43 0,93 0,36 I F 7,2 0,95 0,31 I 6 58,22 0,93 0,36 I 7 55,32 0,93 0,36 I 8 49,50 0,93 0,36 I I 5,8 0,95 0,31 I 9 43,69 0,93 0,36 I 15 7,48 0,95 0,31 I L 4,6 0,97 0,24 I 10 30,51 0,92 0,39 I 11 24,75 0,92 0,39 I O 11,5 0,93 0,36 I 12 10,36 0,93 0,36 I 13 7,50 0,92 0,39 I 14 2,9 0,92 0,39 Panjan g Salura n (Km) 0,234 0,244 0,182 0,171 1,147 0,03 0,293 0,155 0,845 0,04 0,126 0,03 0,156 0,53 0,296 0,38 0,345 0,32 0,20 0,36 0,20 4.2. PERHITUNGAN JATUH TEGANGAN Perhitungan jatuh tegangan di tiap seksi dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan: ( ) Contoh perhitungan: ΔV XIII XIV = 2,9 [ (0,455 x 0,92) + ( 0,340 x 0,39) ] x 0,2 = 0,32Volt Dengan cara yang sama, maka diperoleh besar jatuh tegangan untuk setiap seksi yang ditunjukkan pada Tabel 3 berikut. Tabel 3. Hasil Perhitungan Jatuh Tegangan No Seksi Jarak (Km) ΔV (Volt) 1 A I 0,234 6,08 2 I II 0,244 5,88 3 II C 0,182 0,14 4 II III 0,171 4,05 5 III IV 1,147 25,52 6 IV E 0,08 0,07 7 IV V 0,293 6,12 8 V F 0,155 0,60 9 V VI 0,845 16,01 10 VI VII 0,04 0,72 11 VII VIII 0,126 2,03 12 VIII I 0,08 0,15 13 VIII IX 0,156 2,22 14 IX K 0,530 1,25 15 K L 0,296 0,40 16 IX X 0,380 3,85 17 X XI 0,345 4,70 18 XI O 0,320 2 19 XI - XII 0,2 1,13 20 XII - XIII 0,36 1,49 21 XIII - XIV 0,2 0,32 TOTAL 84,73 Perbedaan jatuh tegangan yang signifikan tiap seksi, dapat diperlihatkan pada gambar grafik sebagai berikut : 55
A I I II II C II III III IV IV E IV V V F V VI VI VII VII VIII VIII I VIII IX IX K K L IX X X XI XI O XI - XII XII - XIII XIII - XIV Jurnal Cartenz, Vol.4, No. 6, Desember 2013 ISSN 2088-8031 30 25 25.52 20 15 10 5 0 6.08 5.88 0.14 4.05 0.07 6.12 0.6 16.01 0.72 2.03 3.85 4.7 2.22 1.25 2 0.15 0.4 1.13 1.49 0.32 jatuh tegangan Gambar 5.Grafik Jatuh Tegangan Gambar 5 menunjukkan, jatuh tegangan paling besar terjadi pada seksi III IV yaitu 25,52 Volt. Hal ini disebabkan karena panjang penghantar dari III IV merupakan penghantar terpanjang dari semua seksi yaitu 1,147 Km. Sedangkan untuk nilai jatuh tegangan terkecil berada pada seksi IV E yaitu 0,07 Volt. Walaupun seksi IV E bukan merupakan penghantar terpendek tapi seksi ini memiliki nilai jatuh tegangan yang terkecil dari semua seksi. Hal ini disebabkan arus pembebanan di seksi IV E hanya 2,9 Ampere, selain itu kecilnya jatuh tegangan juga disebabkan oleh resistansi penghantar, karena pada seksi ini digunakan penghantar ukuran 150 mm 2 yang nilai resistansinya lebih kecil dari penghantar ukuran 70 mm 2. Apabila dibandingkan dengan seksi terpendek yaitu seksi VI VII dengan jarak 0,04 Km, akan tetapi seksi ini memiliki arus pembebanan yang besar yaitu 55,32 Ampere. Jadi selain pengaruh jarak penghantar, nilai jatuh tegangan juga dapat dipengaruhi oleh arus pembebanan. Dari hasil perhitungan jatuh tegangan pada penyulang Soka, didapat nilai jatuh tegangan total yaitu 84,73 Volt. Jadi persentase jatuh tegangan adalah: ΔV % = x 100% = 0,42 % Persentase jatuh tegangan di ujung jaringan kurang lebih 0,42 % masih dibawah 10 % yang merupakan standar yang diizinkan SPLN. 5. KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan dan hasil perhitungan yang diperoleh, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Nilai jatuh tegangan terbesar terjadi pada seksi III IV yaitu 25,52 Volt. Sedangkan nilai jatuh tegangan terkecil terjadi pada seksi IV E yaitu 0,07 Volt. 2. Seksi III IV merupakan daerah dengan nilai jatuh tegangan tertinggi, hal ini utamanya disebabkan jarak penghantar yang merupakan penghantar terpanjang diantara seksi-seksi lainnya, yaitu 1,147 Km. 3. Seksi IV E adalah daerah dengan nilai jatuh tegangan terendah dengan nilai arus pembebanan yang kecil serta nilai resistansi penghantar yang kecil 4. Dari hasil perhitungan total jatuh tegangan, didapat nilai jatuh tegangan yang relativ kecil yaitu 84,73 Volt atau dalam persentase yaitu 0,42 %. Artinya jatuh tegangan tersebut masih memenuhi Standard PLN. 56
DAFTAR PUSTAKA Arismunandar A, Kuwahara S. 1979. Teknik Tenaga Listrik. Jakarta: Penerbit Pradya Paramitha. Hutauruk,TS. 1985. Transmisi Daya Listrik. Jakarta :Erlangga. Kadir, Abdul. 2000. Distribusi dan Utilisasi Tenaga Listrik. Jakarta: Universitas Indonesia (UI Press). PT.PLN (PERSERO).1998, Pembekalan Uji Kompetensi Bidang Distribusi. Sulawesi Selatan: DIKLAT Makassar. Utama, Satriya, NP. 2008 Memperbaiki Profil Tegangan Distribusi Primer Dengan Kapasitor Shunt Jurnal Teknologi Elektro. 7 (1),48 Syukri, Mahdi. 2005, Perhitungan Drop Tegangan Pada Jaringan Distribusi Primer Banda Aceh. Jurnal Rekayasa Elektrika Universitas Syiah Kuala. 57