BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kependidikan sebagai unsur yang mempunyai posisi sentral dan strategis

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengambilan keputusan, maka akuntansi sering disebut sebagai bahasa

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PENILAIAN KINERJA KEPALA SEKOLAH DI KABUPATEN BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu persoalan pendidikan yang sedang dihadapi bangsa

BAB I PENDAHULUAN. penyesuaian yang bermakna sehingga bangsa Indonesia dapat mengejar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 yang direvisi dengan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. dengan perbaikan manajemen pendidikan. Tidak ada lembaga sekolah yang baik

BAB I PENDAHULUAN. dan globalisasi yang semakin terbuka. Sejalan tantangan kehidupan global,

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. SMA Negeri 2 Sarolangun) dapat disimpulkan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nursyifa Faujiah, 2014 Pengaruh Motivasi Dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Mengajar Guru Di Smk 45 Lembang

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu

Latihan: UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH 2012

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang bermutu. Karwati (2013:47) ada tiga pilar fungsi sekolah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhammad Khoerudin, 2016

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN. Setelah melalui serangkaian proses pengamatan empirik, kajian teoritik, penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di Indonesia telah digariskan dalam undang-undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dimensi dalam kehidupan mulai dari politik, sosial, budaya, dan

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga pendidikan sebagai salah satu bentuk pelayanan publik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tuti Rohayati, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Upaya penyelenggaraan pendidikan formal yang berkualitas sangat

BAB 1. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jantes, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Efektivitas sebuah sekolah untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Sumatera Utara bermula

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia bukan merupakan tugas yang

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan belajar atau proses pendidikan. Sebagai organisasi pendidikan

2014 PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH D AN PENGARUHNYA TERHAD AP KINERJA MENGAJAR GURU D I SMK SMIP YPPT BAND UNG

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan organisasi/perusahaan dalam menjawab tantangan bisnis di masa

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran di sekolah. Usaha meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rina Hanifah, 2013

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 41 SERI E

BAB I PENDAHULUAN. Kepala sekolah merupakan jabatan karir yang diperoleh seseorang setelah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas sangat erat

MENGULAS KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH. DI ERA OTONOMI Oleh: Dr. H. Yoyon Bahtiar Irianto, M.Pd. (FIP-UPI)

BAB I PENDAHULUAN. Di era reformasi yang telah berjalan sejak beberapa tahun yang lalu,

BAB I PENDAHULUAN. antara lain melalui pengembangan kemampuan kepala sekolah. Pernyataan ini mengindikasikan bahwa untuk memajukan sekolah dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini tantangan yang dihadapi lembaga-lembaga pendidikan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Kepala sekolah selaku pemimpin secara langsung merupakan contoh nyata

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan fungsinya, pengawas sekolah sering berhadapan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sama lain saling berkaitan dan saling menentukan. Sedang sifat unik, menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu disiplin ilmu yang berkembang demikian

URGENSI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPALA SEKOLAH DALAM UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME. Nurdin Hidayat STKIP-PGRI Bandar Lampung ABSTRAK

2017, No tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Republik Indone

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat

BAB I PENDAHULUAN. profesionalnya, dan sebaliknya kinerja yang di bawah standar kerja

BAB I PENDAHULUAN. pada mutu output pengajarannya. Bila seluruh guru menunjukkan. pemimpin pengajaran yang bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan.

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG

1. Terdapat hubungan yang signifikan positif dan berarti Pelaksanaan Supervisi

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Suryadi (2011: 2) warga negara berhak memperoleh pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Selfi Yugastiyani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Tatanan kehidupan masyarakat yang semrawut merupakan akibat dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. masalah pendidikan. Guru memegang peran utama dalam pembangunan pendidikan,

KOMPETENSI TENAGA KEPENDIDIKAN 1. KOMPETENSI PENGAWAS/PENILIK PAUD

BAB I PENDAHULUAN. tokoh teladan bahkan menjadi tokoh identifikasi diri. Di sekolah guru merupakan

SOAL PILIHAN GANDA. Agus Sukyanto,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai sarana vital dalam pengembangan Sumber Daya. Manusia, merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari

KINERJA PENGAWAS SEKOLAH DASAR NEGERI DI KECAMATAN POSIGADAN KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW SELATAN. Irawan Kasiaradja¹, Abd.Kadim.Masaong 2, Arifin 3.

Instrumen AKPK Kepala Sekolah

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Manajemen merupakan hal yang sangat penting dalam semua bidang

A. Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor sangat penting dalam pembangunan nasional dimana pembangunan itu sendiri membutuhkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Setiap unit usaha atau organisasi merupakan sebuah sistem, yang

BAB I PENDAHULUAN BAB I

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

PEDOMAN PENILAIAN PEMILIHAN KEPALA SEKOLAH BERPRESTASI TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, terutama setelah diberlakukannya Undang-Undang Republik

Manajemen Strategik dalam Pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan terhadap sumberdaya manusia yang ada, materi, dan sumberdaya

BAB I PENDAHULUAN. terdidik yang mampu menjawab tantangan-tantangan yang. masa mengisyaratkan bahwa secara keseluruhan mutu SDM Indonesia saat ini

BAB I PENDAHULUAN. guru, siswa, orang tua, pengelola sekolah bahkan menjadi tujuan pemerintah.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan merupakan suatu proses transformasi nilai nilai budaya

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. dan teknik penilaian yang sesuai. Desain organisasi PAUD didalamnya terdapat

BAB I PENDAHULUAN. kita saat ini adalah peningkatan mutu pendidikan. Mengingat dalam konteks

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 51 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51

&DIKTI. Keuangan Negara DEPARTEMEN KAJIAN & AKSI STRATEGIS

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan, baik secara pendidikan formal, non formal maupun

2015 PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KUALITAS PENDIDIK TERHADAP MUTU PENDIDIKAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kepala Madrasah memerlukan orang-orang yang mampu memimpin. pekerjaan profesi menuntut keterampilan tertentu yang diperoleh melalui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. jauh ketinggalan dibandingkan dengan kebutuhan masyarakat. Sehingga

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pelaksanaan sistem otonomi daerah menuntut pengelolaan lembaga pendidikan dilakukan dengan menggunakan sistem manajemen berbasis sekolah yang implementasinya memberikan kesempatan yang besar bagi sekolah dalam melakukan berbagai inovasi pengelolaan sekolah yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan sekolah. Sebagai konsekuensi dari praktek pelaksanaan manajemen sekolah tersebut diperlukan kemampuan manajerial yang cukup memadai dari seorang kepala sekolah, guru dan staf lainnya dalam mengelola sekolah. Mulyasa (2009:24) memberikan pandangan terkait pentingnya peningkatan kemampuan kepala sekolah sebagai berikut: Paradigma pendidikan yang memberikan kewenangan luas kepada sekolah dalam mengembangkan berbagai potensinya memerlukan peningkatan kemampuan kepala sekolah dalam berbagai aspek manajerialnya, agar dapat mencapai tujuan sesuai dengan visi dan misi yang diemban sekolahnya. Konteks otonomi daerah dalamkajian kepala sekolah menjadi topik yang aktual terkait dengan tuntutan kemampuan yang secara dinamis harus terus mengalami peningkatan. Mengingat pentingnya sosok seorang kepala sekolah sebagai pemimpin suatu organisasi pendidikan pada satuan pendidikan. Kepala Sekolah memegang peranan penting dalam penyelenggaraan pendidikan dimana sebagai faktor penentu kearah mana organisasi yang dipimpinnya akan bermuara. Kondisi idealnya seorang kepala sekolah selaku manajer dituntut memiliki kemampuan yang dapat mendukung tugas pekerjaan dalam mengelola keseluruhan komponen yang ada dalam

2 organisasi, kemudian mampu mengantisipasi terhadap perubahan yang dihadapi lingkungannya, mengoreksi kelemahan dan sanggup membawa organisasi dalam hal ini sekolah kepada tujuan pendidikan. Tingkat kemampuan manajerial kepala sekolah akan ditunjukkan dari seberapa besar keberhasilan sekolah dalam memberikan mutu layanan pendidikan yang seharusnya. Kemampuan tersebut menjadi ideal dimiliki oleh seorang kepala sekolah, namun kondisi yang nampak saat ini masih kurangnya tingkat kemampuan manajerial kepala sekolah dalam mengelola organisasinya. Pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah menuntut kepala sekolah untuk menjalankan kepemimpinan profesional yang didalamnya disertai dengan kemampuan manajerial,dan integritas kepribadian, serta sikap demokratis dan transparan dalam setiap pengambilan keputusan dalam mewujudkan visi sekolah menjadi capaian keberhasilan tujuan pendidikan. Analisis SWOT yang dilakukan Mulyasa (2009: 72-76) menilai kewenangan yang luas yang dimiliki kepala sekolah dalam sistem manajemen pendidikan harus dapat mengimplementasikan visi menjadi aksi bagi sekolah yang dipimpinnya. Berikut dipaparkan faktor penghambat yang diuraikan menjadi kelemahan dan tantangan kepala sekolah profesional dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan adalah sebagai berikut sebagai berikut: 1. Sistem politik yang kurang stabil 2. Rendahnya sikap mental 3. Wawasan kepala sekolah yang masih sempit 4. Pengangkatan kepala sekolah yang belum transparan 5. Kurang sarana prasarana 6. Lulusan kurang mampu bersaing 7. Rendahnya kepercayaan masyarakat 8. Birokrasi 9. Rendahnya produktivitas kerja 10. Belum tumbuhnya budaya mutu

3 Keadaan tersebut merupakan fenomena yang terjadi dilapangan terkait faktor penghambat profesionalisme kepala sekolah. Sistem politik yang kurang stabil menyebabkan ketidakstabilan pengganggaran alokasi biaya pendidikan; masih ditemukannya kepala sekolah yang kurang disiplin saat menjalankan tugasnya, kurang mootivasi bahkan semangat kerja; wawasan kepala sekolah yang masih sempit ditengah kebutuhan peningkatan kualitas sekolah; pengangkatan kepala sekolah yang belum transaparan yang menghambat tumbuh kembang kemampuan kepala sekolah; kurangnya sarana prasarana pendidikan yang menyebabkan kepala sekolah kurang mampu menunjukkan kemampuannya dalam mengelola sekolah; rendahnya kepercayaan masyarakat yang disebabkan kurang sinkronnya kompetensi lulusan dengan kebutuhan di masyarakat; dan lain sebagainya. Kemampuan manajerial kepala sekolah merupakan bagian dari profesionalisme kepala sekolah dalam menjalankan tugas pokoknya. Evaluasi terhadap kemampuan manajerial kepala sekolah tersebut seperti yang dipaparkan dalam berita harian republika.co.id (23 Juni 2010), Menteri Pendidikan M. Nuh menilai kemampuan Manajerial Kepala Sekolah yang masih rendah padahal kecakapan kepala sekolah dalam mengelola sekolah akan berdampak pada peningkatan prestasi siswa. Senada dengan hal tersebut paparan Abi Sujak dalam berita harian tersebut menambahkan: Belum maksimalnya kemampuan manajerial kepala sekolah di Indonesia juga dikatakan Kepala Subdirektorat Program Direktorat Tenaga Kependidikan Ditjen PMPTK Kemendiknas, Abi Sujak. Kepala sekolah Indonesia, kata dia, bagus dalam kepribadian dan masalah sosial saja namun belum andal dalam mengelola sekolah dan supervisi akademik. Kemudian dalam edukasi.kompas.com (24 Juli 2012), dipaparkan kompetensi dan kinerja kepala sekolah di jenjang TK, SD, SMP, dan

4 SMA/SMK masih rendah disebabkan beberapa kasus, seperti yang dipaparkan Siswandari (Kepala Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah Kemendikbud) mengatakan bahwa: banyak kepala sekolah yang sudah dilatih hingga memenuhi standar nasional tidak dipilih bupati/ wali kota. Pengangkatan kepala sekolah mengabaikan kompetensi. Padahal, jika sekolah dipimpin kepala sekolah yang tak kompeten, sekolah sulit untuk maju. Masih dalam situs edukasi.kompas.com tersebut memaparkan kondisi kompetensi kepala sekolah dipetakan sebagai berikut: Berdasarkan pemetaan kompetensi kepala sekolah di 31 provinsi, ternyata kompetensi sosial dan supervisi kepala sekolah umumnya rendah. Dalam penelitian kompetensi kepala sekolah ditetapkan batas minimal kelulusan 76. Kenyataannya, nilai 85 hanya pada dimensi kompetensi kepribadian. Adapun kompetensi manajerial dan wirausaha rata-rata 74, supervisi 72, dan sosial 63. Untuk kemajuan sekolah, dibutuhkan kepala sekolah yang kompetensinya di atas rata-rata. Kalau cuma rata-rata, perbaikan di sekolah tidak terlalu signifikan, baik untuk guru maupun siswa, ujar Siswandari. Dengan demikian untuk menunjang kepala sekolah dalam menjalankan tugas pokoknya diperlukan upaya-upaya untuk meningkatkan kemampuannya terutama kemampuan dalam manajerial. Kondisi tersebut menggambarkan diperlukannya sistem pengangkatan kepala sekolah bukan hanya karena pengalamannya sebagai guru namun dengan mempertimbangkan pengangkatan berdasarkan kemampuan dan keterampilan profesional pada bidang manajemen pendidikan. Kemudian dalam prosesnya diperlukan pembinaan yang sistematik dan berkesinambungan dalam mengasah kemampuan kepala sekolah. Keadaan tersebut tentunya bukan tanpa jalan keluar, dilapangan telah terbentuk wadah-wadah serta cara dalam memecahkan masalah tersebut

5 melaluicara peningkatan kemampuan kepala sekolah dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: pembinaan kemampuan profesional kepala sekolah melalui wadah musyawarah kepala sekolah (MKS) maupun kelompok kerja kepala sekolah (KKKS); revitaliasasi MGMP dan MKKS di sekolah yang dikoordinir pengawas sekolah; peningkatan disiplin sehingga dapat menciptakan iklim sekolah yang kondusif dan menumbuhkan motivasi kerja; pembentukan kelompok diskusi profesi dengan melibatkan pengawas, kepala sekolah, komite, dan tenaga kependidikan lainnya dalam memecahkan masalah yang dihadapi sekolah. Pengembangankemampuan kepala sekolah dalam menunjukkan kinerjanya perlu dilaksanakan secara terus menerus dan terencana, mengingat tuntutan akan peningkatan kualitas pendidikan dalam upaya mencapai lulusan yang berdaya saing terus meningkat, sehingga peningkatan kemampuan kepala sekolah tersebutdalam suatu sistem merupakan tugas dan wewenang para pengawas yang berada dibawah tanggung jawab Kepala Dinas Pendidikan Nasional. Dalam kerangka pendidikan nasional, terdapat peran pengawas sekolah yang memiliki ruang lingkup tugas, tanggung jawab dan wewenang untuk melaksanakan kegiatan pengawasan akademik dan manajerial pada satuan pendidikan yang dibinanya. Terdapat rincian kegiatan yang menjadi tugas pengawas dalam PERMENPAN Nomor 21 tahun 2010 salah satunya melaksanakan pembinaan guru dan kepala sekolah, dan memantau pelaksanaan kedelapan standar pendidikan nasional. Pelaksanaan pembinaan pengawas atau dikenal dengan istilah supervisi yang dilakukan pengawas ini bermuara pada peningkatan mutu pendidikan yang dilakukan melalui supervisi pada pengelolaan sekolah dan proses pembelajaran pada sekolah binaan yang menjadi tanggung jawab kepengawasan. Peran pengawas dalam melakukan supervisi kepada sekolah

6 binaannya dikaitkan dengan salah satu tugas supervisi yang dilakukan dalam upaya membantu kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan lainnya untuk meningkatkan mutu dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran. Supervisi yang dilakukan pengawas dalam penelitian ini difokuskan pada supervisi manajerial yang menitikberatkan pada pengamatan akan aspek-aspek pengelolaan sekolah sebagai pendukung efektivitas pembelajaran. Di dalam bahan ajar Diklat Pengawas yang disajikan Ruhyanani (2013:7) dikemukakan: Supervisi manajerial adalah bantuan profesional yang diberikan kepada kepala sekolah dan staf dalam mengelola pendidikan untuk mempertinggi kinerja sekolah sehingga mencapai sekolah efektif. Berdasarkan pengertian tersebut dalam menjalankan supervisi manajerial yang dilakukan pengawas dilakukan kepada kepala sekolah sebagai bentuk bantuan profesional dalam mengelola sekolah yang dipimpinnya sehingga menuntun sekolah pada peningkatan efektivitas kinerja yang diharapkan. Peran pengawas yang dipaparkan Rivai, dan Sylviana Murni (2009: 819), menyatakan bahwa kepala sekolah memerlukan bimbingan dalam melaksanakan manajemen yang transparan dan akuntabel, dalam menerapkan kepemimpinan partisipatif. Peran tersebut lebih memperjelas pentingnya keberadaan pengawas dalam membimbing kepala sekolah menjalankan tugasnya. Sejalan dengan hal tersebut dalam menjalankan tugas pelaksanaan supervisi manajerialnya pengawas sekolah dituntut memiliki kompetensi supervisi manajerial seperti yang tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan NasionalNomor 12 tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah dimana dimensi kompetensi pengawas sekolah terdiri dari kompetensi kepribadian, kompetensi supervisi manajerial, kompetensi supervisi akademik, kompetensi evaluasi pendidikan, kompetensi penelitian

7 pengembangan, dan kompetensi sosial. Dimensi kompetensi supervisi manajerial mengacu pada kemampuan pengawas dalam menguasai metode dalam supervisi yang mampu meningkatkan mutu pendidikan dan melaksanakan pembinaan kepala sekolah dalam pengelolaan dan administrasi satuan pendidikan berdasarkan manajemen peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Pelaksanaan supervisi manajerial pengawas yang menjadi salah satu fokusnya adalah kepala sekolah, senada dengan hal tersebut dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor13 tahun 2007 mengenai standar kepala sekolah/madrasah, kepala sekolah harus memiliki kompetensi yang meliputi dimensi kompetensi kepribadian, kompetensi manajerial, kompetensi kewirausahaan, kompetensi supervisi dan kompetensi sosial. Kompetensi manajerial kepala sekolah disini berisi kompetensi kepala sekolah dalam hal pengelolaan kedelapan standar pendidikan dimulai dari proses merencanakan, mengelola, dan memonitoring, evaluasi serta pelaporan. Gambaran terhadap pelaksanaan supervisi manajerial yang dilakukan pengawas terhadap kepala sekolah melalui pembinaan yang dilakukan pengawas diawali dengan perencanaan untuk melakukan pengawasan kepada sekolah binaannya kemudian dilakukan berbagai kegiatan pengawasan manajerial, sampai kepada pelaporan hasil kepengawasan. Dewasa ini kehadiran pengawas tidak lagi sebagai sosok yang ditakuti karena dikhawatirkan mencari-carikan kesalahan dalam pengelolaan sekolah, namun kini kehadiran pengawas sesuai dengan tugas pokoknya melakukan pembinaan terhadap kemajuan sekolah, sumber daya manusia, melaksanakan evaluasi dan tindak lanjut terhadap fenomena yang ditemukan sebagai langkah dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan pada tingkat satuan pendidikan.

8 Berdasarkan pemaparan dari gambaran fenomena permasalahan dan tuntutan kemampuan manajerial sekolah yang sinkron dengan tuntutan pembinaan pengawas sekolah melalui supervisi manajerial pengawas, peneliti tertarik untuk mengkaji mengenai Pengaruh Supervisi Manajerial Pengawas terhadap Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah Dasar Di KecamatanPurwakarta Kabupaten Purwakarta B. Identifikasi dan Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, identifikasi terhadap masalah yang dipaparkan yakni sistem politik yang tidak stabil menyebabkan ketidakpastian dalam alokasi anggaran belanja untuk pendidikan, rendahnya sikap mental kepala sekolah dalam hal disiplin dan motivasi kerja, minimnya partisipasi kepala sekolah dalam kegiatan pembinaan di KKKS yang menyebabkan sempitnya wawasan yang dimiliki, pengangkatan kepala sekolah yang belum transparan, dan perilaku kepemimpinan yang tidak transparan berujung pada menurunnya rasa memiliki dari stakholder sekolah. Kondisi tersebut menjadi salah satu akibat pada salah satu penilaian kepala sekolah melalui Uji Kompetensi kepala sekolah yang belum mendapatkan hasil yang maksimal. Dalam kondisi ideal kepala sekolah dituntut memiliki kelima dimensi kompetensi yakni dimensi kompetensi kepribadian, kompetensi manajerial, kompetensi kewirausahaan, kompetensi supervisi dan kompetensi sosial. Kemampuan manajerial seorang kepala sekolah amat menentukan, karena dengan kemampuan yang dimilikinya dapat menggambarkan kearah mana tujuan sekolah akan dibangun. Upaya meningkatkan kemampuan manajerial kepala sekolah banyak hal yang dapat dilakukan, seperti halnya upaya-upaya yang dilakukan kepala sekolah sendiri seperti halnya dalam mengikuti workshop untuk kepala

9 sekolah sehingga dapat terus menggali kemampuannya, berpartisipasi aktif dalam kegiatan yang dilakukan Kelompok Kerja Kepala Sekolah dimana didalamnya sebagai wadah bagi kepala sekolah dalam berbagi ilmu dan pengalaman serta peningkatan kemampuannya, serta baik itu melalui kegiatan yang dilakukan pengawas melalui pembinaan dan pengarahan yang dilakukan sebagai tanggung jawab pengawas dalam melakukan pengawasan terhadap sekolah binaanya. Salah satu tugas pokok pengawas dalam melaksanakan pembinaan terhadap kepala sekolah yakni melalui supervisi manajerial. Melalui metode dan teknik supervisi manajerial yang dilakukan pengawas yang dilakukan dalam kegiatan kepengawasan tersebut dikatakan supervisi manajerial pengawas. Untuk memperjelas dan membatasi masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, penulis merumuskan permasalahan yang akan ditelitidalam penelitian ini sebagai berikut: a. Bagaimana supervisi manajerial pengawas di Kecamatan Purwakarta Kabupaten Purwakarta? b. Bagaimana kemampuan manajerial kepala Sekolah Dasar di Kecamatan Purwakarta Kabupaten Purwakarta? c. Seberapa besar pengaruh supervisi manajerial pengawas terhadap kemampuan manajerial kepala sekolah di Kecamatan Purwakarta Kabupaten Purwakarta? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran yang aktual mengenai pengaruh supervisi manajerial pengawas terhadap kemampuan manajerial kepala sekolah di Kecamatan Purwakarta Kabupaten Purwakarta.

10 2. Tujuan Khusus Sedangkan yang menjadi tujuan khusus dari penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui gambaransupervisi manajerial pengawas di Kecamatan Purwakarta Kabupaten Purwakarta; b. Untuk mengetahui gambaran kemampuan manajerial kepala sekolah dasar di Kecamatan Purwakarta Kabupaten Purwakarta; dan c. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh supervisi manajerial pengawas terhadap kemampuan manajerial kepala sekolah di Kecamatan Purwakarta Kabupaten Purwakarta. D. Manfaat/Signifikansi Penelitian Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat/signifikansi dari segi teoritisdan praktis. Sehingga hasil dari penelitian ini secara teoritis dan praktik tersebut dapat memberikan kontribusi terhadap keilmuan Administrasi Pendidikan, karena ranah yang peneliti angkat dalam penelitian ini sesuai dengan Disiplin Keilmuan Administrasi Pendidikan yaitu Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) pada bidang pengembangan dengan menyangkut kemampuan manajerial kepala sekolah yang secara strategis diperlukan dalam membangun organisasi sekolah sehingga mampu mencapai tujuan pendidikan. Secara praktis, beberapa manfaat yang diharapkan, diantaranya: 1. Bagi peneliti, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti mengenai salah satu disiplin ilmu Administrasi Pendidikan dalam lingkup pengembangan sumber daya manusia yakni pengembangan kemampuan kepala sekolah melalui kegiatan supervisi yang dilakukan pengawas. 2. Bagi akademisi/lembaga pendidikan, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran terhadap pelaksanaan supervisi manajerial

11 yang dilakukan pengawas sehingga dapat secara sistematik dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan kepala sekolah dalam menggali kemampuan manajerialnya. E. Struktur Organisasi Skripsi Struktur organisasi dari skripsi ini terdiri dari beberapa unsur yang terintegrasi, berikut penulis gambarkan dalam struktur organisasi skripsi berdasarkan Peraturan RektorUniversitas Pendidikan Indonesia Nomor 4892/UN40/HK/2013 yang dikemas dalam buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Tahun 2013. Secara sistematis struktur skripsi ini terdiri dari bagian awal, inti, dan penutup. Pada bagian awal, struktur skripsi terdiri dari judul penelitian, lembar pengesahan, pernyataan keaslian skripsi dan bebas plagiarisme, kata mutiara, kata pengantar, ucapan terimakasih, abstrak yang menggambarkan secara general atau uraian singkat dari keseluruhan isi skripsi, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran. Pada bagian inti, struktur skripsi ini terdiri dari lima bab. Bab pertama merupakan Pendahuluan yang dari latar belakang dimana menggambarkan alasan rasional dan pentingnya permasalahan untuk diteliti, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat/signifikansi penelitian, dan struktur organisasi skripsi.bab kedua adalah Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis Penelitian terdiri dari kajian pustaka yang melandasi kedua variabel dalam penelitian dari segi teoritis dan konseptual yakni kajian supervisi manajerial pengawas dan kemampuan manajerial kepala sekolah, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian. Bab tiga membahas Metode Penelitian yang membahasdimulai dari lokasi dan subjek populasi/sampel penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik

12 pengumpulan data, dan analisis data. Bab keempat membahas mengenaihasil Penelitian dan Pembahasan memaparkan hal-hal yang menyangkut pengolahan data berupa pemaparan data dan analisis atau pembahasan dari hasil pengolahan data. Bab kelima adalah Kesimpulan dan Rekomendasimenjelaskan mengenai kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan dan rekomendasi yang diberikan baik untuk lembaga yang diteliti sampai kepada paparan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya.pada bagian terakhir,penelitian ini terdapat bagian penutup dari struktur skripsi terdiri dari daftar pustaka dan lampiran-lampiran yang dibutuhkan dalam melengkapi dan memperlancar penelitian.