Bahan BAHAN DAN CARA KERJA Larutan HCI 6N, HCl 0,11N, Larutan penyangga tri-sodium sitrat 2H 2 0 dengan 3 variasi ph yang tertentu yaitu ph 3,25 (0,2

dokumen-dokumen yang mirip
Asam amino merupakan komponen utama penyusun

Umumnya bungkil kedelai didatangkan dari beberapa negara seperti Amerika, Argentina, Brazil, Cina dan India., sehingga mutu dan komposisinyapun sangat

Pakan ternak. Dibutuhkan oleh ternak untuk : 1. Hidup pokok 2. Pertumbuhan 3. Produksi 4. Mengganti sel yang rusak pada jaringan

BAB III METODE PENELITIAN. ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab ini bersifat

EFEK ASAM TERHADAP SIFAT TERMAL EKSTRAK GELATIN DARI TULANG IKAN TUNA (Euthynnus affinis)

BAB III BAHAN DAN METODE. Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini terdiri dari: - neraca analitik - Ohauss. alat destruksi Kjeldahl 250ml -

: Mengidentifikasi bahan makanan yang mengandung karbohidrat (amilum dan gula ), protein, lemak dan vitamin C secara kuantitatif.

Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan

Asam Amino dan Protein

MATERI DAN METODE. Daging Domba Daging domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging domba bagian otot Longissimus thoracis et lumborum.

I. TOPIK PERCOBAAN Topik Percobaan : Reaksi Uji Asam Amino Dan Protein

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari

Bab III Bahan dan Metode

BAB III MATERI DAN METODE. pada Ransum Sapi FH dilakukan pada tanggal 4 Juli - 21 Agustus Penelitian

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SUHARTO. Balai Penelitian Ternak, Po Box 221, Bogor RINGKASAN

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

BAB 3 METODOLOGI. 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain studi eksperimental.

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium

WAKTU OPTIMAL HIDROLISIS SENYAWA KITIN DALAM JANGKRIK DAN RAYAP

Metodologi Penelitian. III.1 Bahan dan Alat yang Digunakan dalam Penelitian

Lampiran 1. Diagram Pembuatan Tepung Kaki Ayam Broiler. Kaki Ayam Broiler. Direbus pada suhu 80 0 C selama 60 menit

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM BIOKIMIA I

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Balai Besar Penelitian dan

MATERI DAN METODE. Materi

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul kelarutan senyawa fenolik dan aktivitas antioksidan

Lampiran 1 Media pupuk untuk pertumbuhan Spirulina fusiformis

KOMPOSISI DAN NUTRISI PADA SUSU KEDELAI

BAB III METODE PENELITIAN. formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium

PROTEIN. Yosfi Rahmi Ilmu Bahan Makanan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian tepung keong mas (Pomacea

Bahan kimia : * Asam sulfat pekat 98%, Asam borat 2 % Natrium salisilat, Natrium nitroprusida, Natrium hypokhlorida, Natrium hidroksida, Kalium hidrog

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. seperti Indonesia adalah faktor suhu lingkungan yang cukup tinggi. Kondisi ini

3. Metodologi Penelitian

PENGARUH FERMENTASI TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN DAN ASAM AMINO PADA TEPUNG GAPLEK YANG DIFORTIFIKASI TEPUNG KEDELAI (Glycine max (L))

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

4023 Sintesis etil siklopentanon-2-karboksilat dari dietil adipat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan Oktober 2011 di

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Lampiran 1 Prosedur Analisis ph H2O dengan ph Meter Lampiran 2. Prosedur Penetapan NH + 4 dengan Metode Destilasi-Titrasi (ppm)=

BAB IV Hasil dan Pembahasan

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang kehilangan BK, ADF dan N-ADF secara in vitro

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei 2015 sampai bulan Oktober 2015

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Agustus 2013 di Laboratorium

PENETAPAN KADAR LEMAK KASAR DALAM MAKANAN TERNAK NON RUMINANSIA DENGAN METODE KERING

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penyediaan Pakan Pemeliharaan Hewan Uji

3 METODOLOGI PENELITIAN

LAMPIRAN 1. PROSEDUR ANALISIS CONTOH TANAH. Pertanian Bogor (1997) yang meliputi analisis ph, C-organik dan P-tersedia.

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

BAB III METODE PENELITIAN

Tabel 1. Komposisi Bahan Pakan Ransum Komplit Bahan Pakan Jenis Ransum Komplit 1 (%) Ransum A (Energi Tinggi) 2 Ransum B (Energi Rendah) 3 Rumput Gaja

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian

Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat.

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan adalah 60 ekor itik Cihateup betina fase grower

MATERI DAN METODE. Materi

BAB III METODE PENELITIAN

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ransum dengan suplementasi

BAB III MATERI DAN METODE. dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 sampai April Pelaksanaan penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2014 bertempat di

BAB III METODE PENELITIAN. variasi suhu yang terdiri dari tiga taraf yaitu 40 C, 50 C, dan 60 C. Faktor kedua

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengararuh pemberian ransum dengan suplementasi

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai frekuensi penyajian ransum yang berbeda terhadap kualitas

MATERI DAN METOD E Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penelitian Tahap Pertama

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Sintesis Protein Mikroba dan Aktivitas Selulolitik Akibat

KIMIA. Sesi. Review IV A. KARBOHIDRAT

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. ransum terhadap profil kolesterol darah ayam broiler dilaksanakan pada bulan

adalah fraksi yang tidak larut atau tersisa setelah ekstraksi dengan larutan detergen asam, yaitu selulosa dan lignin (VAN SOEST, 1963). Umumnya ukura

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April s/d Mei Bertempat di

METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang tinggi terhadap kondisi alam setempat (Sumardianto et al., 2013). Selain itu

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Dalam kegiatan penelitian ini yang diperlukan adalah peralatan laboratorium,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2013 di Laboratorium Kimia

Asam Amino, Peptida dan Protein. Oleh Zaenal Arifin S.Kep.Ns.M.Kes

METODOLOGI PENELITIAN. sampel dilakukan di satu blok (25 ha) dari lahan pe rkebunan kelapa sawit usia

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

Transkripsi:

KOMPOSISI ASAM-ASAM AMINO DARI BIJI-BIJIAN DAN KACANG-KACANGAN Saulina Sitompul Balai Penelitian Ternak Ciawi, P.O. Box 221, Bogor 16002 PENDAHULUAN Daging, ikan, susu, telur, biji-bijian dan kacang-kacangan merupakan sumber protein, dimana asam-asam amino merupakan bahan penyusun utama dari protein yang memegang peranan penting bagi makhluk hidup. Sekitar 20 jenis asam amino diperoleh dari hasil hidrolisis protein. Asam-asam amino dibagi menjadi 2 yaitu asam amino esensial dan non-esensial. Asam amino esensial tidak dapat diproduksi dalam tubuh, sedangkan yang nonesensial dapat. Asam amino esensial sering harus ditambahkan dalam bentuk makanan, contoh dari asam-asam amino esensial adalah arginin, treosin, glisin, histidin, leusin, isoleusin, lisin, fenilalanin dan valin. Asam-asam amino umumnya berbentuk kristal, tidak berwarna dan mempunyai titik lebur di atas 2000 C, larut dalam air dan tidak larut dalam pelarut organik non polar (Suharsono, 1970). Unggas dapat hidup, tumbuh dan menghasilkan telur sangatlah tergantung dari makanan yang didapatnya dimana makanan tersebut terdiri dari berbagai macam makanan, diantaranya yang banyak digunakan adalah bijibijian dan kacang-kacangan. Kedua jenis makanan tersebut mengandung asam-asam amino tertentu dengan komposisi yang berbeda, kemampuan unggas untuk menyimpan asam-asam amino pada tubuhnya sangat terbatas (Portsmouth, 1979), oleh karena itu asam amino sering ditambahkan ke dalam makanannya seperti lisin dan metionin. Analisis dad biji-bijian dan kacang-kacangan ini dilakukan untuk me- Iengkapi data-data asam-amino dari contoh yang pernah dikirimkan ke laboratorium Balitnak. Dalam formulasi pakan, terutama untuk unggas, faktor-faktor pembatas yang penting selain protein dan energi metabolisme adalah asam-asam amino. Bahkan pada akhir-akhir ini sudah dipergunakan formulasi pakan berdasarkan kecemaan asam-asam amino, oleh sebab itu komposisi asam amino sangat penting untuk diketahui. Hasil analisis asam-asam amino akan menunjukkan jumlah dan jenis asam amino yang terkandung dalam pakan. 98

Bahan BAHAN DAN CARA KERJA Larutan HCI 6N, HCl 0,11N, Larutan penyangga tri-sodium sitrat 2H 2 0 dengan 3 variasi ph yang tertentu yaitu ph 3,25 (0,2 N Na + +1 % propanol), ph 3, 95 (0,4 N Na+), ph 6,4 (1N Na + ), larutan litium asetat (terdiri dari 168 gram Li(OH)3, 600 ml asam asetat glasial dan 400 ml air bebas ion), larutan ninhydrin (terdiri dari 200 ml larutan "Dimethyl Sulfokside ", 66,66 ml larutan litium asetat, sebanyak 5,32 gram ninhydrin dan 0,22 gram hidridantin dan gas N 2 murni), larutan standar asam-asam amino yang mengandung 0,250µmoles/ ml dan contoh biji-bijian serta kacang-kacangan yang sudah dikeringkan dalam "freeze drier", digiling halus, etanol absolut dan es kering. Alat "Amino Acid Analyzer" Beckman tipe CL 119, neraca analitik 5 desimal, oven, pengering vakum, tabung reaksi pyrex 10 ml yang bertutup, ph meter, pipet tetes, pipet 3 ml, erlenmeyer 1000 ml, pengaduk magnetik serta alat penyaring dengan membran berukuran 0,22 µm. Cara Kerja 1. Hidrolisis protein Sebanyak 50 mg contoh ditimbang, dimasukkan ke dalam tabung pyrex 10 ml yang bertutup, ditambahkan 5 ml HCI 6N, dialiri gas nitrogen murni (Nitrogen HP), tabung ditutup dan diletakkan dalam oven dengan suhu 105-110 C selama 24 jam. 2. Pengeringan Hasil Analisis Hasil hidrolisis dikeluarkan dari dalam oven, dibiarkan sampai suhu ruang, disaring dengan kertas saring whatman No. 41, dipipet 1 ml larutan ke dalam tabung 10 ml, dibekukan dengan es kering dan dikeringkan dalam pengering vakum. 3. Penetapan Asam Amino Hasil hidrolisis yang sudah kering dilarutkan kembali dengan HCI 0,1N hingga volume 3 ml, diaduk dengan "vortex" sampai homogen, disaring dengan alat-alat penyaring yang ukuran membrannya 0,22 ttm sebanyak 100µ1 dari hasil saringan diinjeksikan pada alat. 4. Parameter Alat Sebanyak 100.td contoh diinjeksikan ke dalam alat yang menggunakan resin pertukaran ion (Cation Exchange) W3 buatan Backman dengan ukuran kolom 6x460 mm, tinggi resin 220 mm dan suhu kolom 70 C. Larutan penyangga yang digunakan adalah larutan tri-sodium sitrat dengan 3 variasi 99

ph yaitu ph 3,25 (mengandung 0,2 N Na' dan 1 % propanol), ph 3,95 (mengandung 0,4 N Na') dan ph 6,4 (mengandung 1 N Na +). Kecepatan alir larutan penyangga 33 ml/jam dan kecepatan alir larutan ninhydrin 16,5 ml/jam dan kecepatan kertas pencatat (recorder) 6 inch/jam dan tekanan kolom 400-450 psi. Waktu alir larutan penyangga 1 adalah 37,6 menit, larutan penyangga 2 adalah 86,3 menit, dan untuk larutan penyangga 3 adalah 9 menit. Pencucian dengan NaOH 0,1 N selama 5 menit dan pengaktifan kolom kembali dengan larutan penyangga 1 selama 20 menit. Panjang gelombang 570 dan 440 mm. Larutan standar yang diinjeksikan 0,250 µmoles/ml dengan volume 100 µl. 5. Perhitungan A. Untuk tiap-tiap asam amino (%) adalah t.spl t.std x 0,250 µ moles/ ml X BM.AA X 3 ml X 10-6 X 100 Bobot contoh x 10-3 gr Keterangan t.spl = tinggi puncak contoh t.std = tinggi puncak standar 0,250 t L moles/ ml = konsentrasi standar 3 ml = volume akhir contoh BM AA = Bobot molekul masing-masing asam amino B. Perolehan kembali total asam amino. Total asam amino yang diperoleh x 100 Total Protein Total asam amino adalah total asam-asam amino yang diperoleh dari hasil analisis contoh. Total protein adalah total protein yang terkandung dalam contoh. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis biji-bijian dan kacang-kacangan menunjukkan bahwa kandungan asam amino dalam biji-bijian relatif lebih rendah dari kacangkacangan dan secara umum hasil analisis yang diperoleh relatif sama dengan yang dilaporkan oleh Hartadi dkk. (1980). Kandungan Iisin dalam biji-bijian berkisar 0,3-0,4%, dan pada kacangkacangan 1,1-2,1% ; sedangkan metionin dalam biji-bijian 0,1-0,2%, dan pada kacang-kacangan 0,1-0,6%. Lisin dan metionin merupakan asam amino pembatas yang sangat diperhatikan dalam pakan unggas dan kebutuhan unggas akan lisin 0,45-1 00

0,85% dan metionin 0,10-0,32% (Parkhurt dan Mountney, 1988). Untuk menjadikan biji-bijian sebagai sumber asam amino dibutuhkan tambahan lisin dan metionin ke dalam campuran pakan sedangkan kacang-kacangan dapat memenuhi kebutuhan lisin, sedangkan kebutuhan metionin untuk unggas yang terbaik adalah kacang kedelai. Dilihat dari kandungan protein kasarnya, bijibijian mengandung protein kasar yang jauh lebih rendah dari kacang-kacangan sehingga biji-bijian dalam ransum unggas tidak dipergunakan sebagai sumber protein/asam amino melainkan sebagai sumber energi (Tabel 1). Komposisi asam amino yang terkandung dalam kedelai sangat ideal untuk digunakan sebagai sumber asam amino dalam pakan unggas. Tetapi kacang kedelai mengandung anti-tripsin yang menghambat pertumbuhan unggas. Oleh sebab itu kacang kedelai harus diproses terlebih dahulu untuk menghilangkan senyawa tersebut. Bila diberikan dalam bentuk bungkil maka senyawa anti-tripsin sudah tidak ada di dalamnya dan aman untuk unggas. Tabel 1. Komposisi Asam-asam amino (%) dari biji-bijian dan kacang-kacangan (berdasarkan berat kering ) Asam Amino Jagung Padi Sorgum Gandum Polar Biji Lamtoro clung Kacang Tanah Kacang Hijau Kecang Kedelai Lisin 0,3 0,3 0,3 0,3 0,4 1,7 1,1 1,6 2,1 Histidin 0,3 0,2 0,3 0,3 0,3 0,7 1,0 0,3 1,0 Aginin 0,6 1,2 0,2 0,8 0,8 2,2 3,5 1,4 3,2 Asparkat 1,0 0,9 1,4 0,9 0,8 3,6 4,9 2,5 4,5 Treonin 0,4 0,3 0,6 0,6 0,5 0,7 0,7 0,6 1,5 Serin 0,5 0,4 1,0 0,7 0,3 0,1 2,2 0,4 2,2 Glutamat 1,9 2,2 1,8 0,4 1,9 3,6 7,0 4,6 7,6 Prolin 0,8 0,3 0,5 0,8 0,9 0,8 1,9 0,9 1,9 Glisin 0,4 0,4 0,4 0,7 0,7 2,9 1,8 0,9 1,9 Alanin 0,7 0,5 0,4 0,7 0,4 1,1 1,2 0,9 1,7 Sistin 0,1 0,1 0,3 0,2 0,3 Trace 0,3 0,3 0,4 Valin 0,5 0,4 0,7 0,6 0,3 0,8 1,1 1,1 1,6 Metionin 0,2 0,2 0,1 0,2 0,1 0,2 0,1 0,1 0,6 Isoleusin 0,4 0,3 0,4 0,5 0,5 3,7 0,9 0,9 2,1 Leusin 1,3 0,7 1,3 0,9 0,8 1,4 1,8 1,9 3,3 Tirosin 0,4 0,3 0,5 0,6 0,3 0,6 0,3 0,4 1,5 Fenilalanin 0,5 0,4 0,9 0,6 0,5 0,9 1,5 1,6 2,0 Totalasam 10,3, 9,1 11,1 9,8 9,8 25,9 31,3 20,4 39,1 amino (tanpa triptopan) Total protein 10,9 9,8 12,6 10,8 10,6 27,4 32,9 22,3 42,9 Temuan 94,5 92,9 92,5 90,7 92,4 94,4 95,13 91,5 91,1 kembali Walaupun kacang-kacangan mempunyai kandungan asam amino yang hampir sama, tidak berarti kecernaan asam aminonya sama. Oleh sebab itu analisis asam amino tidak hanya cukup dilakukan terhadap bahan pakan tetapi 1 0 1

juga dilakukan terhadap kotoran unggas guna mengetahui daya cerna asam amino suatu bahan pakan. KESIMPULAN Total asam amino pada biji-bijian lebih rendah dari kacang-kacangan, begitu pula asam amino pembatas dalam unggas yaitu lisin dalam biji-bijian lebih rendah dari kacang-kacangan asam amino pembatas lainnya yaitu metionin dalam biji-bijian relatif hampir sama dengan kandungannya dalam kacang-kacangan, kecuali dalam kacang kedelai yang kandungannya sekitar 0,6%. Perolehan kembali dari masing-masing contoh kacang-kacangan dan biji-bijian berkisar 91,4-95,1%, hal ini menunjukkan kandungan Nitrogen Non Protein dari masing-masing contoh berbeda. SARAN Analisis asam amino untuk kotoran unggas disamping pakan perlu diketahui untuk mendapatkan daya cerna masing-masing asam amino. DAFTAR BACAAN Harold A. Harfer. 1979. Review of Physiological Chemistry, 17th Editor, Lange Medical Publications, p 405-415. Hartadi, H., Resohadiprodjo, S., Lebdosukojo, S. dan Tillman, A.D. 1980. Tabel dari Komposisi Bahan Makanan Ternak untuk Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, hal 131-139. Parkhurst, C.R. dan Mounhrney, G.J. 1988. Poultry Meat and Egg Production, Van Nostrand Reinhold, New York, p 110-121. Portsouth, John. 1979. Food and Water dalam Poultry Keeping, VNR Company, Melbourne, p 130-132 Scheneider, K., M. Neuperth and G. Spiteller. 1985. J. Chromatography 345, p 19-20. Suharsono. 1970. Biokimia, Erlangga, Jakarta, hal 33-45. Wiseman, J. 1987. Feeding of Non-Ruminant Livestock, Butterworth, Wellington, P 72-84. 1 0 2