3. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN NOMOR : P.14/VI-BPPHH/2014 TENTANG

2 Mengingat : kembali penilaian kinerja pengelolaan hutan produksi lestari dan verifikasi legalitas kayu pada pemegang izin atau pada hutan hak; c. ba

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN NOMOR : P.95/Menhut-II/2014 TENTANG

Nomor : P.38/Menhut-II/2009, Nomor : P.68/Menhut-II/2011, Nomor : P.45/Menhut-II/2012, dan Nomor : P.42/Menhut-II/2013

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGECEKAN DEKLARASI KESESUAIAN PEMASOK

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR:

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 52 Tahun : 2014

2 Standar Biaya Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 t

berjumlah 2 (dua) orang, dan 1 (satu) orang

KONSEP. Revisi Permenhut Nomor P.43/Menhut-II/2014 jo. PermenLHK Nomor P.95/Menhut-II/2014

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 7/Menhut-II/2009 TENTANG PEDOMAN PEMENUHAN BAHAN BAKU KAYU UNTUK KEBUTUHAN LOKAL

MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 38/Menhut-II/2009 TENTANG STANDARD DAN PEDOMAN PENILAIAN KINERJA PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI

GUBERNUR GORONTALO KEPUTUSAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR 252 / 17 / VI /2015 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.141, 2009 DEPARTEMEN KEHUTANAN. Penilaian. Kinerja. Verifikasi. Legalitas. Pemegang Izin. Pedoman.

8. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 36/M-DAG/PER/9/2007 sebagaimana telah diubah dengan Nomor 46/M-DAG/PER/9/2009 tentang Penerbitan Surat Izin Usa

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI LESTARI NOMOR : P.14/PHPL/SET/4/2016 TENTANG

3. ISO/IEC 17021:2011 Conformity Assessment-Requirement for Bodies Providing Audit and Certification of Management Systems.

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 17/Menhut-II/2009 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF TERHADAP PEMEGANG IZIN USAHA INDUSTRI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.47, 2009 DEPARTEMEN KEHUTANAN. Tata Cara. Sanksi Administratif. Pemegang Izin. Pengenaan. Pencabutan.

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 15 TAHUN 2010 T E N T A N G TATA CARA IZIN USAHA INDUSTRI PRIMER HASIL HUTAN KAYU RAKYAT

BUPATI SINJAI BUPATI SINJAI,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P. 68/Menhut-II/2011 TENTANG

P03 Rev.C 01/06/2016 : Pedoman Sertifikasi Legalitas Kayu Secara Kelompok

DRAF REVISI. 21. ISO/IEC 17000:2004 Conformity assessment vocabulary and general prinsiples

2015, No Nomor P.13/Menhut-II/2013 tentang Standar Biaya Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu; Men

2015, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembar

3) Verifikasi LK pada industry rumah tangga/pengrajin dimungkinkan untuk menugaskan 1 (satu) orang Auditor.

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 51 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

dari satu atau beberapa sumber, milik badan usaha atau perorangan yang ditetapkan oleh Pejabat yang berwenang sesuai ketentuan yang berlaku.

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGECEKAN DEKLARASI KESESUAIAN PEMASOK

kepentingan pemantauan.

PEDOMAN PELAKSANAAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA PEMEGANG IUIPHHK DAN IUI/TDI

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG PELAYANAN ADMINISTRASI TERPADU KECAMATAN KABUPATEN PASURUAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG IJIN USAHA INDUSTRI, TANDA DAFTAR INDUSTRI DAN IJIN PERLUASAN

NGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2007 TENTANG IZIN PEMANFAATAN HUTAN HAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.59/Menhut-II/2011 TENTANG HUTAN TANAMAN HASIL REHABILITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI, IZIN PERLUASAN DAN TANDA DAFTAR INDUSTRI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 12 TAHUN 2001 TENTANG PERIZINAN INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PEKALONGAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG

PEDOMAN PELAKSANAAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA TPT

PERATURAN BUPATI REJANG LEBONG NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.13, 2008 DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN. IZIN USAHA. Industri. Ketentuan. Pencabutan.

PEDOMAN PELAKSANAAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA PEMEGANG IUIPHHK DAN IUI

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 58/Menhut-II/2009. Tentang

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 35/Menhut-II/2009 TENTANG TATA CARA PENERBITAN REKOMENDASI EKSPOR PRODUK KAYU ULIN OLAHAN

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

BUPATI POLEWALI MANDAR PROVINSI SULAWESI BARAT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419); 2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negar

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 11 Tahun 2015 Seri E Nomor 7 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN TERHADAP PELAKU USAHA DALAM RANGKA PENGEMBANGAN EKSPOR

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 06 TAHUN 2012 TENTANG PENATAUSAHAAN HASIL HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN

SVLK & DOKUMEN V-LEGAL. Yuki M.A Wardhana

BUPATI DEMAK PROVVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 40 TAHUN 2015

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA TASIKMALAYA

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN J A K A R T A

this file is downloaded from

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI BARITO UTARA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 1 TAHUN 2010

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI

PEDOMAN PELAKSANAAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA TPT

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 1 TAHUN 2015

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN SUKOHARJO

BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 63 TAHUN 2012

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 13/Menhut-II/2009 TENTANG HUTAN TANAMAN HASIL REHABILITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG

TENTANG HUTAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN,

2 Litbang Komisi Pemberantasan Korupsi serta dengan mempertimbangkan perkembangan kondisi saat ini, maka penatausahaan hasil hutan kayu yang berasal d

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 12 TAHUN 2011 RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG

a. merencanakan kegiatan operasional Balai; d. merencanakan penyelenggaraan pembinaan, pengendalian dan pengawasan penyelenggaraan kegiatan Balai; e.

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 39 TAHUN 2008

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.388, 2009 DEPARTEMEN KEHUTANAN. Izin Usaha. Kawasan Hutan Silvo Pastura. Hutan Produksi

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 59 TAHUN 2008

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor : P.55/Menhut-II/2014 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI PRIMER HASIL HUTAN

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kehutanan tentang Izi

Transkripsi:

BUPATI KLATEN PERATURAN BUPATI KLATEN NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERCEPATAN PELAKSANAAN STANDAR VERIFIKASI LEGALITAS KAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, Menimbang : a. bahwa pemanfaatan hasil hutan hak bertujuan untuk memperoleh hasil yang optimal tanpa mengurangi fungsinya; b. bahwa standar verifikasi legalitas kayu bertujuan untuk menjamin legalitas usaha, legalitas produk berbahan baku kayu, mendorong ketertiban penatausahaan kayu, serta menanggulangi penebangan dan perdagangan kayu ilegal; c. bahwa pelaksanaan standar verifikasi legalitas kayu pada pemilik hutan hak, tempat penampungan terdaftar, usaha industri primer hasil hutan kayu skala kecil, industri rumah tangga/pengrajin, dan usaha industri pengolahan kayu lanjutan belum berjalan dengan baik; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu membentuk Peraturan Bupati tentang Sistem Percepatan Pelaksanaan Standar Verifikasi Legalitas Kayu; Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Provinsi Jawa Tengah;

3. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menjadi Undang- Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4412); 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 5. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 6. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4866); 7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Serta Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4696) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Serta Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4814); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5285); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5404); 12. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.55/Menhut- II/2006 tentang Penatausahaan Hasil Hutan Yang Berasal Dari Hutan Negara; 13. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.35/Menhut- 11/2008 tentang Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.9/Menhut-II/2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri

Kehutanan Nomor P.35/Menhut-II/2008 tentang Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan; 14. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.38/Menhut- II/2009 tentang Standar dan Pedoman Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu Pada Pemegang Izin Atau Pada Hutan Hak sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.42/Menhut-II/2013 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.38/Menhut-II/2009 tentang Standar dan Pedoman Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu Pada Pemegang Izin Atau Pada Hutan Hak; 15. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.30/Menhut- II/2012 tentang Penataausahaan Hasil Hutan Yang Berasal Dari Hutan Hak; 16. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 64/M- DAG/PER/10/2012 tentang Ketentuan Ekspor Produk Industri Kehutanan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 81/M- DAG/PER/12/2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 64/M- DAG/PER/10/2012 tentang Ketentuan Ekspor Produk Industri Kehutanan; 17. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 8 Tahun 2013 tentang Tata Laksana Penilaian dan Pemeriksaan Dokumen Lingkungan Hidup Serta Penerbitan Izin Lingkungan; 18. Peraturan Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan Nomor P.8/VI-BPPHH/2012 tentang Standar dan Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPI) dan Verifikasi Legalitas Kayu (VLK); 19. Peraturan Daerah Kabupaten Klaten Nomor 13 Tahun 2007 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kantor Pelayanan Terpadu Kabupaten

Klaten (Lembaran Daerah Kabupaten Klaten Tahun 2007 Nomor 11, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Klaten Nomor 8); 20. Peraturan Daerah Kabupaten Klaten Nomor 2 Tahun 2008 tentang Penetapan Kewenangan Urusan Pemerintahan Daerah Kabupaten Klaten (Lembaran Daerah Kabupaten Klaten Tahun 2008 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Klaten Nomor 11); 21. Peraturan Daerah Kabupaten Klaten Nomor 11 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Klaten Tahun 2011-2031 (Lembaran Daerah Kabupaten Klaten Tahun 2011 Nomor 11, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Klaten Nomor 66); 22. Peraturan Daerah Kabupaten Klaten Nomor 15 Tahun 2011 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Daerah Kabupaten Klaten Tahun 2011 Nomor 15, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Klaten Nomor 70); 23. Peraturan Daerah Kabupaten Klaten Nomor 20 Tahun 2011 tentang Retribusi Perizinan Tertentu (Lembaran Daerah Kabupaten Klaten Tahun 2011 Nomor 20, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Klaten Nomor 75); 24. Peraturan Daerah Kabupaten Klaten Nomor 16 Tahun 2012 tentang Penyelenggaran Izin Gangguan (Lembaran Daerah Kabupaten Klaten Tahun 2012 Nomor 16, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Klaten Nomor 88); 25. Peraturan Bupati Klaten Nomor 28 Tahun 2007 tentang Pelimpahan Wewenang Penandatanganan Perizinan/Non Perizinan dan Perizinan Tertentu Kepada Kepala Kantor Pelayanan Terpadu Kabupaten Klaten (Berita Daerah Kabupaten Klaten Tahun 2007 Nomor 29); 26. Peraturan Bupati Klaten Nomor 29 Tahun 2007 tentang Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi Kantor

Pelayanan Terpadu Kabupaten Klaten (Berita Daerah Kabupaten Klaten Tahun 2007 Nomor 30); 27. Peraturan Bupati Klaten Nomor 8 Tahun 2009 tentang Standar Operasional Prosedur Pelayanan Perizinan di Kantor Pelayanan Terpadu Kabupaten Klaten (Berita Daerah Kabupaten Klaten Tahun 2009 Nomor 8); 28. Peraturan Bupati Klaten Nomor 45 Tahun 2011 tentang Pedoman dan Tata Cara Pemungutan Pajak Daerah (Berita Daerah Kabupaten Klaten Tahun 2011 Nomor 30); 29. Peraturan Bupati Klaten Nomor 47 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pemungutan dan Pemeriksaan Retribusi Daerah (Berita Daerah Kabupaten Klaten Tahun 2011 Nomor 32); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG SISTEM PERCEPATAN PELAKSANAAN STANDAR VERIFIKASI LEGALITAS KAYU. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan: 1. Kabupaten adalah Kabupaten Klaten. 2. Bupati adalah Bupati Klaten. 3. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah. 4. Sistem Percepatan Pelaksanaan Standar Verifikasi Legalitas Kayu adalah serangkaian kebijakan yang dibuat oleh Pemerintah Daerah dalam rangka mendorong pemenuhan legalitas kayu. 5. Standar Verifikasi Legalitas Kayu yang selanjutnya disingkat SVLK adalah persyaratan untuk memenuhi legalitas kayu/produk yang dibuat berdasarkan kesepakatan para pihak (stakeholder) kehutanan yang memuat standar, kriteria, indikator, verifier, metode verifikasi, dan norma

penilaian sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.38/Menhut-II/2009 sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.42/Menhut- II/2013. 6. Hutan negara adalah hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani hak atas tanah. 7. Hutan hak adalah hutan yang berada pada tanah yang telah dibebani hak atas tanah yang berada di luar kawasan hutan dan dibuktikan dengan alas titel atau hak atas tanah. 8. Pemilik hutan hak adalah pemilik hutan yang berada pada tanah yang telah dibebani hak atas tanah yang berada di luar kawasan hutan dan dibuktikan dengan alas titel atau hak atas tanah yang diakui oleh Badan Pertanahan Nasional. 9. Tempat Penampungan Terdaftar yang selanjutnya disingkat TPT adalah tempat pengumpulan kayu bulat dan/atau kayu olahan yang berasal dari satu atau beberapa sumber, milik badan usaha atau perorangan yang memiliki nilai investasi seluruhnya di bawah Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. 10. Usaha industri primer hasil hutan kayu skala kecil yang selanjutnya disingkat UIPHHK Skala Kecil adalah usaha industri untuk mengolah kayu bulat dan/atau kayu bulat kecil menjadi kayu olahan pada satu lokasi tertentu dengan kapasitas di bawah 2000 m3 (dua ribu meter kubik) pertahun. 11. Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan Kayu skala kecil yang selanjutnya disingkat IUIPHHK skala kecil adalah izin untuk mengolah kayu bulat dan/atau kayu bulat kecil menjadi kayu olahan pada satu lokasi tertentu dengan kapasitas di bawah 2000 m3 (dua ribu meter kubik) pertahun yang diberikan kepada pemilik UIPHHK Skala Kecil oleh pejabat yang berwenang. 12. Industri rumah tangga/pengrajin adalah industri yang memiliki karyawan/tenaga kerja berjumlah 1 sampai 4 orang atau memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. 13. Usaha industri pengolahan kayu lanjutan yang selanjutnya disingkat UIPKL adalah usaha industri pengolahan kayu lanjutan yang memiliki nilai investasi perusahaan seluruhnya sampai dengan Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

14. Tanda Daftar Industri, Surat Izin Usaha Perdagangan, dan Tanda Daftar Perusahaan yang selanjutnya disingkat TDI-SIUP-TDP adalah izin usaha yang diberikan kepada pemilik UIPKL. 15. Dinas Pertanian adalah dinas pertanian Kabupaten Klaten yang membawahi bidang kehutanan. 16. Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah yang selanjutnya disingkat Diperindagkop dan UMKM adalah Disperindagkop dan UMKM Kabupaten Klaten. 17. Dinas Pekerjaan Umum dan yang selanjutnya disingkat DPU adalah DPU Kabupaten Klaten. 18. Badan Lingkungan Hidup yang selanjutnya disingkat BLH adalah BLH Kabupaten Klaten. 19. Satuan Kerja Pengelola Perizinan yang selanjutnya disebut Satker Pengelola Perizinan adalah satker pengelola perizinan Kabupaten Klaten. BAB II TUJUAN DAN RUANG LINGKUP KEBIJAKAN Bagian Kesatu Tujuan Pasal 2 Percepatan pelaksanaan SVLK bertujuan untuk: a. Mengoptimalkan pemanfaatan hasil hutan negara dan hutan hak tanpa mengurangi fungsinya; b. Menjamin legalitas usaha berbahan baku kayu; c. Menjamin legalitas produk berbahan baku kayu; d. Mendorong ketertiban penatausahaan kayu; e. Menanggulangi penebangan dan perdagangan kayu ilegal; dan f. Mendorong dan membantu pemilik hutan hak, TPT, UIPHHK Skala Kecil, industri rumah tangga/pengrajin, dan UIPKL dalam memenuhi SVLK. Bagian Kedua Ruang Lingkup Kebijakan Pasal 3 Kebijakan percepatan pelaksanaan SVLK hanya diperuntukkan bagi pemilik hutan hak, TPT, UIPHHK Skala Kecil, industri rumah tangga/pengrajin, dan UIPKL yang akan, sedang, dan/atau telah memenuhi SVLK.

BAB III KEABSAHAN KAYU ATAU BAHAN BAKU KAYU Bagian Kesatu Pemilik Hutan Hak Pasal 4 (1) Kayu yang berasal dari hutan hak harus dilengkapi dengan surat keterangan asal usul kayu. (2) Surat keterangan asal usul kayu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa: a. Surat Keterangan Asal Usul (SKAU); b. Nota angkutan; atau c. Dokumen lain yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bagian Kedua TPT Pasal 5 (1) Setiap TPT wajib memenuhi ketentuan perizinan dan menampung bahan baku kayu yang berasal dari sumber yang sah. (2) Sumber yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditunjukkan dengan dokumen angkutan hasil hutan kayu atau surat keterangan asal usul kayu yang berupa: a. Surat Keterangan Asal Usul (SKAU); b. Nota angkutan; c. Surat Keterangan Sah Kayu Bulat (SKSKB); d. Faktur Angkutan Kayu Bulat (FA-KB); atau e. Dokumen lain yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bagian Ketiga UIPHHK Skala Kecil Pasal 6 (1) Setiap UIPHHK Skala Kecil wajib memenuhi ketentuan perizinan dan mengolah bahan baku kayu yang berasal dari sumber yang sah.

(2) Sumber yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditunjukkan dengan dokumen angkutan hasil hutan kayu atau surat keterangan asal usul kayu berupa: a. Surat Keterangan Asal Usul (SKAU); b. Nota angkutan; c. Faktur Angkutan Kayu Bulat (FAKB); atau d. Dokumen lain yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 7 Bagi pemegang IUIPHHK Skala Kecil diberlakukan ketentuan yang sama dengan UIPHHK Skala Kecil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6. Bagian Keempat Industri Rumah Tangga/Pengrajin Pasal 8 (1) Setiap industri rumah tangga/pengrajin wajib menggunakan bahan baku kayu yang berasal dari sumber yang sah. (2) Sumber yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditunjukkan dengan dokumen angkutan hasil hutan kayu yang berupa: a. Faktur Angkutan Kayu Olahan (FAKO); b. Nota pembelian, nota penggergajian yang dilengkapi dengan foto copy SKAU, foto copy nota angkutan, atau foto copy Faktur Angkutan Kayu Bulat (FKAB); atau c. Dokumen lain yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bagian Kelima UIPKL Pasal 9 (1) Setiap UIPKL wajib menggunakan bahan baku kayu yang berasal dari sumber yang sah. (2) Sumber yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditunjukkan dengan dokumen angkutan hasil hutan kayu yang berupa: a. Faktur Angkutan Kayu Olahan (FAKO);

b. Nota pembelian kayu bulat, nota penggergajian yang dilengkapi dengan foto copy SKAU, foto copy nota angkutan, atau foto copy Faktur Angkutan Kayu Bulat (FAKB); atau c. Dokumen lain yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 10 Bagi UIPKL yang telah memiliki TDI-SIUP-TDP diberlakukan ketentuan yang sama dengan UIPKL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9. BAB IV KEBIJAKAN PERCEPATAN PELAKSANAAN SVLK Bagian Kesatu Umum Pasal 11 (1) Pemerintah Daerah melakukan percepatan pelaksanaan SVLK pada pemilik hutan hak, TPT, UIPHHK Skala Kecil, pemegang IUPHHK Skala Kecil, industri rumah tangga/pengrajin, UIPKL, dan UIPKL yang telah memiliki TDI-SIUP-TDP yang akan, sedang, dan/atau telah memenuhi SVLK. (2) Percepatan pelaksanaan SVLK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui kegiatan sebagai berikut: a. Percepatan perizinan; b. Pemberian insentif; dan/atau (3) Pemberian fasilitas.pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat melibatkan pihak di luar Pemerintah Daerah sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 12 (1) Jangkauan kegiatan percepatan pelaksanaan SVLK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) mencakup kawasan dan sentra peruntukan industri kecil dan mikro meubel/furniture dan bukan kawasan peruntukan industri kecil dan mikro meubel/furniture. (2) Kawasan peruntukan industri kecil dan mikro meubel/furniture sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. Kecamatan Cawas; b. Kecamatan Juwiring; c. Kecamatan Karangdowo; d. Kecamatan Klaten Utara; e. Kecamatan Ngawen; f. Kecamatan Trucuk; dan g. Kecamatan Wonosari. (3) Bukan kawasan peruntukan industri kecil dan mikro meubel/furniture sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi semua kecamatan di luar kawasan peruntukan industri kecil dan mikro meubel/furniture sebagaimana dimaksud pada ayat (2). Bagian Kedua Percepatan Perizinan Paragraf Kesatu Umum Pasal 13 (1) Pemerintah Daerah melakukan percepatan perizinan kepada TPT, UIPHHK Skala Kecil, industri rumah tangga/pengrajin, dan UIPKL dalam memenuhi SVLK. (2) Percepatan perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. Percepatan dalam mengurus Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan (SPPL); b. Percepatan dalam mengurus izin mendirikan bangunan (IMB); c. Percepatan dalam mengurus izin gangguan (HO); dan d. Percepatan dalam mengurus izin Tanda Daftar Industri (TDI), Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), dan Tanda Daftar Perusahaan (TDP). Paragraf Kedua Percepatan Pengurusan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Pasal 14 (1) Setiap TPT, UIPHHK Skala Kecil, industri rumah tangga/pengrajin, dan UIPKL membuat Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan (SPPL).

(2) Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan (SPPL) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada Kepala BLH. (3) Kepala BLH menerima Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan (SPPL) yang telah lengkap dengan memberikan nomor bukti penerimaan selambat-lambatnya 3 (tiga) hari setelah permohonan diajukan. Paragraf Ketiga Percepatan Perizinan Izin Mendirikan Bangunan Pasal 15 (1) Setiap TPT, UIPHHK Skala Kecil, industri rumah tangga/pengrajin, dan UIPKL mengajukan permohonan IMB kepada Kepala Satker Pengelola Perizinan. (2) Berkas permohonan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diverifikasi oleh Satker Pengelola Perizinan. (3) DPU melakukan cek lokasi setelah berkas permohonan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan lengkap oleh Kepala Satker Pengelola Perizinan. (4) DPU memberikan rekomendasi selambat-lambatnya 4 (empat) hari setelah cek lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) selesai dilakukan. (5) Kepala Satker Pengelola Perizinan menerbitkan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) selambat-lambatnya 2 (dua) hari setelah rekomendasi DPU sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diterima oleh Satker pengelola perizinan. Paragraf Keempat Percepatan Perizinan Izin Gangguan (HO) Pasal 16 (1) Setiap TPT, UIPHHK Skala Kecil, industri rumah tangga/pengrajin, dan UIPKL mengajukan permohonan izin gangguan (HO) kepada Kepala Satker Pengelola Perizinan. (2) Berkas permohonan izin gangguan (HO) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diverifikasi oleh Satker Pengelola Perizinan.

(3) BLH melakukan cek lokasi setelah berkas permohonan Izin Gangguan (HO) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan lengkap oleh Kepala Satker Pengelola Perizinan. (4) BLH memberikan rekomendasi selambat-lambatnya 3 (tiga) hari setelah cek lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) selesai dilakukan. (5) Kepala Satker Pengelola Perizinan menerbitkan HO selambat-lambatnya 2 (dua) hari setelah rekomendasi BLH sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diterima oleh Satker Pengelola Perizinan. Paragraf Kelima Percepatan Perizinan TDI SIUP TDP Pasal 17 (1) UIPKL mengajukan permohonan TDI-SIUP-TDP kepada Kepala Satker Pengelola Perizinan. (2) Berkas permohonan TDI-SIUP-TDP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diverifikasi oleh Satker Pengelola Perizinan. (3) Disperindagkop dan UMKM melakukan cek lokasi setelah berkas permohonan TDI-SIUP-TDP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan lengkap oleh Kepala Satker Pengelola Perizinan. (4) Disperindagkop dan UMKM memberikan rekomendasi selambat-lambatnya 2 (dua) hari setelah cek lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) selesai dilakukan. (5) Kepala Satker pengelola perizinan menerbitkan TDI-SIUP-TDP selambatlambatnya 1 (satu) hari setelah rekomendasi Disperindagkop dan UMKM sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diterima oleh Satker Pengelola Perizinan. Bagian Ketiga Pemberian Insentif Paragraf Kesatu Umum Pasal 18 (1) Pemerintah Daerah memberikan insentif kepada pemilik hutan hak, TPT, UIPHHK Skala Kecil, pemegang IUIPHHK Skala Kecil, industri rumah

tangga/pengrajin, UIPKL, dan UIPKL yang memiliki TDI-SIUP-TDP yang akan, sedang dan/atau telah memenuhi SVLK. (2) Insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa: a. Insentif fiskal; dan/atau b. Insentif nonfiskal. (3) Pemberian insentif fiskal dan/atau insentif nonfiskal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Paragraf Kedua Insentif Fiskal Pasal 19 (1) Insentif fiskal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) huruf a berupa pengurangan tarif retribusi. (2) Pengurangan tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebesar 25% (dua puluh lima persen). (3) Pengurangan tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan kepada TPT, UIPHHK Skala Kecil, pemegang IUIPHHK Skala Kecil, industri rumah tangga/pengrajin, UIPKL, dan UIPKL yang memiliki TDI-SIUP-TDP yang akan, sedang, dan/atau telah telah memenuhi SVLK. (4) Pengurangan tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan oleh masing-masing satuan kerja perangkat daerah (SKPD) pelaksana teknis. Pasal 20 Pengurangan tarif retribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2) juga diberikan kepada pemegang IUIPHHK Skala Kecil dan UIPKL yang telah memiliki TDI-SIUP-TDP yang akan melakukan perpanjangan izin untuk memenuhi SVLK.

Paragraf Ketiga Insentif Nonfiskal Pasal 21 Insentif nonfiskal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) huruf b berupa: a. Promosi atau publikasi; dan/atau b. Pengadaan barang dan jasa Pemerintah Daerah. Pasal 22 (1) Pemerintah Daerah membantu promosi dan publikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf a untuk produk kayu bulat/kayu olahan TPT, UIPHHK Skala Kecil, pemegang IUIPHHK Skala Kecil, industri rumah tangga/pengrajin, UIPKL, UIPKL yang memiliki TDI-SIUP-TDP yang akan, sedang dan/atau telah memenuhi SVLK. (2) Bentuk promosi dan publikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa: a. Mengupayakan sarana promosi pembuatan laman (web) produk kayu bulat/kayu olahan di laman (web) Pemerintah Daerah; b. Menfasilitasi pengadaan bahan baku kayu dan produk kayu yang memiliki sertifikat legalitas kayu; c. Memfasilitasi pameran dan pemasaran produk kayu bulat/kayu olahan yang memiliki sertifikat legalitas kayu di tingkat nasional. Pasal 23 (1) Unit layanan pengadaan Pemerintah Daerah mengadakan pengadaan barang dan jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf b produk kayu bulat/kayu olahan yang berasal dari TPT, UIPHHK Skala Kecil, pemegang IUPHHK Skala Kecil, industri rumah tangga/pengrajin, UIPKL, dan UIPKL yang memiliki TDI-SIUP-TDP yang sedang, dan/atau telah memenuhi SVLK. (2) Memenuhi SVLK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditunjukkan dengan sertifikat asli dan melampirkan foto copy sertifikat pada dokumen pengadaan barang dan jasa. (3) Pengadaan barang dan jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diutamakan berturut-turut sebagai berikut:

a. TPT, UIPHHK Skala Kecil, pemegang IUPHHK Skala Kecil, industri rumah tangga/pengrajin, UIPKL, dan UIPKL yang memiliki TDI-SIUP- TDP yang telah memenuhi SVLK; b. TPT, UIPHHK Skala Kecil, pemegang IUPHHK Skala Kecil, industri rumah tangga/pengrajin, UIPKL, dan UIPKL yang memiliki TDI-SIUP- TDP yang sedang memenuhi SVLK; dan c. TPT, UIPHHK Skala Kecil, pemegang IUPHHK Skala Kecil, industri rumah tangga/pengrajin, UIPKL, dan UIPKL yang memiliki TDI-SIUP- TDP yang akan memenuhi SVLK. Bagian Keempat Pemberian Fasilitas Paragraf Kesatu Umum Pasal 24 (1) Pemerintah Daerah memberikan fasilitas kepada pemilik hutan hak, TPT, UIPHHK Skala Kecil, pemegang IUIPHHK Skala Kecil, industri rumah tangga/pengrajin, UIPKL, dan IUPKL yang memiliki TDI-SIUP-TDP yang akan, sedang, dan/atau telah memenuhi SVLK. (2) Fasilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa: a. Pendampingan; b. Bantuan pembiayaan; c. Pelatihan pengukuran serta pengenalan jenis kayu rakyat bagi calon penerbit Surat Keterangan Asal Usul; dan/atau d. Pendidikan dan pelatihan untuk penerbit Faktur Angkutan Kayu Olahan (FAKO). Paragraf Kedua Pendampingan Pasal 25 (1) Pemerintah Daerah melakukan pendampingan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2) huruf a kepada pemilik hutan hak, TPT, UIPHHK Skala Kecil, pemegang IUIPHHK Skala Kecil, industri rumah tangga/pengrajin, UIPKL, dan IUPKL yang memiliki TDI-SIUP-TDP yang akan, sedang, dan/atau telah memenuhi SVLK.

(2) Pelaksanaan pendampingan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat melibatkan pihak di luar Pemerintah Daerah sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Paragraf Ketiga Bantuan Pembiayaan Pasal 26 (1) Pemerintah daerah membantu pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2) huruf b kepada pemilik hutan hak, TPT, UIPHHK Skala Kecil, pemegang IUIPHHK Skala Kecil, industri rumah tangga/pengrajin, UIPKL, dan IUPKL yang memiliki TDI-SIUP-TDP yang akan, sedang, dan/atau telah memenuhi SVLK dalam penyiapan dan pelaksanaan audit SVLK. (2) Bantuan pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat melibatkan pihak di luar Pemerintah Daerah sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Paragraf Keempat Pelatihan Pengukuran dan Pengenalan Jenis Kayu Rakyat Bagi Calon Penerbit Surat Keterangan Asal Usul Pasal 27 (1) Pemerintah Daerah mengadakan pelatihan pengukuran dan pengenalan jenis kayu rakyat bagi calon penerbit Surat Keterangan Asal Usul sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2) huruf c (2) Pelatihan pengukuran dan pengenalan jenis kayu rakyat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diselenggarakan sendiri oleh Pemerintah Daerah atau dengan melibatkan pihak di luar Pemerintah Daerah sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (3) Pemerintah Daerah mengikutsertakan peserta pelatihan pengukuran dan pengenalan jenis kayu rakyat bagi calon penerbit Surat Keterangan Asal Usul yang diselenggarakan oleh instansi di luar Pemerintah Daerah.

Paragraf Kelima Pendidikan dan Pelatihan untuk Penerbit Faktur Angkutan Kayu Olahan (FAKO) Pasal 28 (1) Pemerintah Daerah mengadakan pendidikan dan pelatihan untuk penerbit Faktur Angkutan Kayu Olahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2) huruf d bagi UIPHHK Skala Kecil yang telah memenuhi SVLK. (2) Pendidikan dan pelatihan untuk penerbit Faktur Angkutan Kayu Olahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat melibatkan pihak di luar Pemerintah Daerah sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB V KELOMPOK KERJA Pasal 29 (1) Dalam rangka mengoordinasikan percepatan pelaksanaan SVLK dibentuk Kelompok Kerja Percepatan Pelaksanaan SVLK (Pokja SVLK). (2) Kelompok kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan pemangku kepentingan (stakeholder) terkait. (3) Susunan organisasi, tugas, dan tata kerja Kelompok kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati. BAB VI PEMBIAYAAN DAN WAKTU PELAKSANAAN Pasal 30 (1) Segala biaya yang timbul sebagai akibat ditetapkannya Peraturan ini dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Klaten dan sumber lain yang sah dan tidak mengikat berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) Percepatan pelaksanaan SVLK dilaksanakan pada saat Peraturan Bupati ini diundangkan dan berakhir pada 31 Desember 2016. (3) Monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan percepatan SVLK dilakukan setiap triwulan dalam tahun berjalan.