EFEKTIVITAS PENERIMAAN PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN DI KABUPATEN BANTUL

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah

KONTRIBUSI DAN EFEKTIFITAS PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN PROVINSI SUMATERA SELATAN

ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN ROKAN HULU TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan suatu daerah otonom dapat berkembang sesuai dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi

LAJU PERTUMBUHAN PAJAK RESTORAN, HOTEL DAN HIBURAN DALAM PAD KOTA KEDIRI

BAB III KONTRIBUSI PENDAPATAN PAJAK PARKIR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan daerahnya sendiri, membuat peraturan sendiri (PERDA) beserta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan otonomi daerah memberikan kewenangan kepada daerah

EFEKTIVITAS PAJAK PENGAMBILAN DAN PENGOLAHAN BAHAN GALIAN MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN DI KABUPATEN MINAHASA SELATAN

KONSTRIBUSI PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KABUPATEN PAMEKASAN

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki banyak pulau dan di dalamnya terdapat daerah provinsi,

Keywords: Local Revenue, Local Taxes, effectivity and Contributions

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH KOTA MALANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional,

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

Contribution and effectiveness Comparative Analysis Of Local Tax Revenue Pangkalpinang city with Revenue Bangka.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk. membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2011).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah khususnya pemerintah kota merupakan

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar yang berkedudukan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam kajian pustaka ini, akan dijelaskan mengenai pengertian pajak, jenisjenis

EFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI

POTENSI PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN DI KABUPATEN SUMBAWA TAHUN Oleh: Nining Sudiyarti ABSTRAK

ANALISIS PERANAN PAJAK DAERAH DALAM RANGKA PENINGKATAN PENDAPATAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO

ANALISIS KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR. Calen (Politeknik Bisnis Indonesia) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. daerah adalah untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat dimana

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan perekonomiannya, Indonesia harus meningkatkan pembangunan

tatanan. Penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Pusat maupun

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik

KONTRIBUSI PAJAK SARANG BURUNG WALET TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN BANGKA INDUK

EFEKTIVITAS PAJAK HIBURAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) (Studi Kasus Pada Pemerintah Daerah Kota Kediri)

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB P2) TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN JEMBER

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 56 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan. Oleh karena itu, daerah harus mampu menggali potensi

BAB I PENDAHULUAN. daerah menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 yaitu PAD. Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya disingkat PAD, adalah

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk dikembalikan ke masyarakat walaupun tidak dapat dirasakan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Mardiasmo, 2009:21). digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Rochmat Soemitro (dalam Waluyo, 2010) pajak adalah iuran kepada kas

EVALUASI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB) SETELAH PENETAPAN UU NO

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 52 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN BUPATI BANTUL,

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak terlepas dari keberhasilan penyelenggaraan pemerintah propinsi maupun

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah, namun di sisi lain memberikan implikasi tanggung jawab yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi diperoleh dari perpajakan sebesar Rp1.235,8 triliun atau 83% dari

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan berdasarkan prinsip dari otonomi daerah. Dalam Undang Undang No. 32

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Rezlyanti Kobandaha., H.R.N. Wokas. Analisis Efektivitas, Kontribusi

Yerni Pareang Alumni Fakultas Ekonomi Universitas Balikpapan. Yudea Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Balikpapan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sedangkan pengertian pajak menurut Marihot P. Siahaan (2010:7) adalah: 1. Yang berhak memungut pajak hanyalah negara.

BAB I PENDAHULUAN. adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN,

ANALISIS EFEKTIVITAS PENERIMAAN PAJAK HOTEL DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PAJAK DAERAH DI KOTA KOTAMOBAGU

UIN MALIKI MALANG ABSTRACT

ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA BANJARMASIN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang sehingga

BAB I PENDAHULUAN. pada sensus penduduk yang dilakukan pada 1 Mei 15 Juni 2010 tercatat paling

ANALISIS PERBANDINGAN KONTRIBUSI PAJAK REKLAME KABUPATEN MINAHASA SELATAN DAN KABUPATEN MINAHASA TERHADAP PAJAK DAERAH TAHUN

ANALISIS PENERIMAAN PAJAK REKLAME, PAJAK HIBURAN, PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA YOGYAKARTA PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan dan kesejahteraan seluruh rakyat. Dalam rangka mewujudkan tujuan

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA BATAM. Hikmah. Universitas Putera Batam

BUPATI BULULUKUMBA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR : 1 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN

BAB I PENDAHULUAN. pulihnya perekonomian Amerika Serikat. Disaat perekonomian global mulai

BAB I PENDAHULUAN. dari luar negeri dapat berupa pinjaman dari negara lain.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TENTANG BUPATI SRAGEN,

BAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain Good Governance, terdapat salah satu aspek di dalamnya yaitu

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar pembangunan tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar.

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan.

ANALISIS EFEKTIVITAS PENERIMAAN PAJAK REKLAME DALAM UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (Studi pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Kediri)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORI. untuk pengeluran umum (Mardiasmo, 2011; 1). menutup pengeluaran-pengeluaran umum (Ilyas&Burton, 2010 ; 6).

KONTRIBUSI PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN KUTAI BARAT

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi ini menandakan pemerataan pembangunan di Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. dengan potensi dan kepentingan daerah itu sendiri. yang sesuai denganperaturan perundang-undangan. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, melalui pengeluaran-pengeluaran rutin dan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa, dan negara. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK PENERANGAN JALAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PEKALONGAN SYAIFUL AMRI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD)

EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN KUTAI TIMUR

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 39 SERI B

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 23Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-

BUPATI KONAWE UTARA,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang

Transkripsi:

EFEKTIVITAS PENERIMAAN PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN DI KABUPATEN BANTUL (Studi Kasus pada DPPKAD Kabupaten Bantul YOGYAKARTA) Penulis: Nina Yulianasari, SE.M.Sc Abstract According Bantul Regency Regulation No. 08 Year 2010, Regional Tax is mandatory contribution to the region that are owed by the individual or entity that is enforceable under the law, by not getting rewarded directly and used for regional purposes for the greatest welfare of the people. This research is descriptive quantitative. The research object in Bantul. Effectiveness of Non Metallic Minerals Tax and rocks in Bantul can be considered to be very effective. It can be seen from the achievement of the targets set each year with an average effectiveness of 184.68% per year. Tax contributions nonmetallic minerals and rocks to the total tax revenue in Bantul area in 2008 to 2011 was an average of 2.76% per year. While the contribution of tax non-metallic minerals and rocks to the total revenue is the average of 0.52% per year. Keywords: Local Taxes, tax effectiveness. A. Latar Belakang Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan terbesar bagi pemerintah yang didapat dari iuran wajib rakyat kepada negara. Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, pemerintah diberikan kewenangan seluas luasnya untuk mengelola asset daerahnya dalam merinci dan memungut pendapatan bagi daerahnya sendiri. Agar suatu daerah propinsi atau kabupaten dapat memberikan hasil atau pendapatan dapat dilakukan melalui Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang diambil atau dipungut dari pajak dan retribusi. 1

Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 08 Tahun 2010, Pajak Daerah adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Kabupaten Bantul memiliki luas wilayah 508,85 km2 dengan topografi sebagai dataran rendah dan lebih dari separonya adalah daerah perbukitan di bagian barat dan pada bagian selatan adalah daerah dengan keadaan alamnya yang berpasir dan sedikit berlagun. Selain itu Kabupaten Bantul juga mempunyai keunggulan di sektor pertanian dan sumber daya alamnya. Bahan tambang yang ada meliputi pasir/kerikil, tanah liat, batu putih/batu gamping, kalsit, breksi, batu apung, mangaan, andesit, tras, bentonit, dan pasir besi. Melihat melimpahnya potensi pertambangan bahan galian mineral bukan logam dan batuan di Kabupaten Bantul maka sebenarnya dari sektor ini diharapkan mampu menyumbang pendapatan asli daerah (PAD) lebih besar dari yang selama ini dicapai. Hal ini disebabkan karena kurangnya kesadaran masyarakat dalam membayar pajak. Kebanyakan dari mereka hanya melakukan penambangan tanpa melaksanakan kewajiban perpajakan. Potensi potensi yang ada di Kabupaten Bantul seharusnya dapat dimaksimalkan lagi untuk menambah sumber penerimaan yang diterima oleh daerah. Dari latar belakang tersebut diatas maka penulis tertarik untuk mengambil judul yaitu: EFEKTIFITAS PENERIMAAN PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN DI KABUPATEN BANTUL. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah mengenai: 1. Bagaimana efektifitas penerimaan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan di Kabupaten Bantul selama 4 (empat) tahun terakhir? 2

2. Berapa besar kontribusi Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan terhadap Pajak Daerah dan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bantul? 3. Apa saja kendala yang dihadapi oleh aparatur pajak dalam pelaksanaan pemungutan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan? C. Landasan Teori 1. Definisi pajak Definisi atau pengertian pajak menurut Prof. Dr Rochmat Soemitro, SH. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. (Mardiasmo, 2006). 2. Pajak Daerah Adapun jenis-jenis Pajak Daerah berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bantul No.08 Tahun 2010 tentang Pajak Daerah Pasal 2, jenis pajak daerah terdiri atas: Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet. 3. Dasar Hukum Pajak Daerah 1. UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah 2. UU No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah 3. UU No.28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah 4. PP No. 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah 5. PP No. 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah 3

4. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan 1. Pengertian Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan Berdasarkan Peraturan Bupati Bantul No. 52 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, pengertian Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah pajak yang dikenakan atas kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan, baik dari sumber alam di dalam atau permukaan bumi untuk dimanfaatkan. 2. Subjek dan Objek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan Berdasarkan Peraturan Bupati Bantul No. 52 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan Pasal 4, yang dimaksud sebagai Subjek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah orang pribadi atau Badan yang dapat mengambil mineral bukan logam dan batuan di wilayah Kabupaten Bantul. Sedangkan Objek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan yang meliputi: batu kapur, batu apung, batu hitam, batu putih, batu pecah, pasir dan batu, bentonit, granit, kalsit, pasir dan kerikil, pasir kuarsa, tanah urug, tanah serap (fullers earth), tanah liat dan tras. Serta kegiatan pengolahan mineral bukan logam dan batuan yang belum dipungut pajak mineral bukan logam dan batuan yang dibuktikan dengan menunjukkan bukti pembayaran pajak pada saat pengambilan. Dalam Peraturan Bupati Bantul No.52 Tahun 2010 pada pasal 3 ayat 3 menyebutkan, dikecualikan dari Objek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah: a. Kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan yang nyatanyata tidak dimanfaatkan secara komersial, seperti kegiatan 4

pengambilan tanah untuk keperluan rumah tangga, pemancangan tiang listrik atau telepon, penanaman kabel listrik atau telepon dan penanaman pipa air atau gas. b. Kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan yang merupakan ikutan dari kegiatan pertambangan lainnya, yang tidak dimanfaatkan secara komersial. 3. Dasar Pengenaan, Tarif dan Tata Cara Perhitungan Pajak a. Dasar Pengenaan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan. Dasar pengenaan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah Nilai Jual Hasil pengambilan mineral bukan logam dan batuan. Nilai jual dihitung dengan cara mengalikan volume atau tonase hasil pengambilan dengan nilai pasar atau harga standar masing-masing jenis mineral bukan logam dan batuan. Berikut ini adalah tabel harga standar untuk setiap objek pajak mineral bukan logam dan batuan. Harga Standar Objek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan No Objek Pajak Harga/ m 3 1 Batu kapur Rp 8.000.00 2 Batu apung Rp15.000.00 3 Batu hitam Rp 6.000.00 4 Batu putih Rp 6.000.00 5 Batu pecah Rp 6.000.00 6 Pasir dan batu Rp 6.000.00 7 Bentonit Rp15.000.00 8 Granit Rp12.000.00 9 Kalsit Rp12.000.00 10 Pasir dan kerikil Rp 6.000.00 11 Tanah urug Rp 5.000.00 5

12 Pasir kuarsa Rp 6.000.00 13 Tanah serap Rp 6.000.00 14 Tanah liat Rp13.000.00 15 Tras Rp 5.000.00 b. Tarif Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan Tarif Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan yang ditetapkan oleh pemerintah Kabupaten Bantul sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bantul No.08 Tahun 2010 tentang Pajak Daerah adalah sebesar 25 % (dua puluh lima persen). c. Cara Perhitungan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan Besaran pokok Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tariff pajak dengan dasar pengenaan pajak, dengan rumus sebagai sebagai berikut : Pajak terutang = Volume x Harga Standar x 25 % 4. Wilayah Pemungutan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan yang terutang dipungut di wilayah Daerah tempat pengambilan atau pengolahan bahan galian bukan logam dan batuan. 5. Masa Pajak dan Saat Terutangnya Pajak Berdasarkan PERBUP Nomor 52 Tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan Pasal 9 menyebutkan bahwa masa pajak adalah jangka waktu yang lamanya satu bulan takwim. Pajak yang terutang dalam masa pajak terjadi pada saat kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan. 6. Tata Cara Pemungutan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan 6

Mengenai tata cara pemungutan pajak mineral bukan logam dan batuan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul sesuai dengan Peraturan Bupati No.52 Tahun 2010 adalah pemungutan pajak tidak boleh diborongkan. Setiap Wajib Pajak wajib membayar sendiri pajak yang terutang atau berdasarkan surat ketetapan pajak. Untuk wajib pajak yang memenuhi kewajiban perpajakan berdasarkan penetapan Kepala Dinas dibayar menggunakan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) atau dokumen lain yang dipersamakan yaitu berupa karcis atau nota perhitungan. Sedangkan untuk Wajib Pajak yang memenuhi kewajiban perpajakan sendiri dibayar dengan menggunakan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD), Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB) atau dengan Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan (SKPDBT). 7. Efektifitas dan Kontribusi Efektifitas yaitu hubungan antara output dan tujuan atau dapat juga dikatakan merupakan ukuran seberapa jauh tingkat output tertentu, kebijakan dan prosedur dari organisasi. Efektifitas digunakan untuk mengukur hubungan antara hasil pungutan suatu pajak dengan tujuan atau target yang telah ditetapkan (Mardiasmo,2006). Rumus pengukuran efektifitas untuk pemungutan pajak adalah sebagai berikut: Efektifitas = realisasi penerimaan pajak target penerimaan pajak x 100% Dari pengertian efektivitas tersebut dapat disimpulkan bahwa efektifitas bertujuan untuk mengukur rasio keberhasilan. Semakin besar rasio maka semakin efektif. Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 690.900.327 Tahun 1996, penentuan tingkat efektivitas digolongkan ke dalam kategori sebagai berikut (Yuni Mariana, 2005): 7

a. Hasil perbandingan >100% : Sangat Efektif. b. Hasil perbandingan >80%-100% : Efektif. c. Hasil perbandingan <80% : Tidak Efektif. Sedangkan untuk dapat menghitung kontribusi penerimaan pajak mineral bukan logam dan batuan terhadap pajak daerah dan Pendapatan Asli Daerah dihitung menggunakan rumus sebagai berikut: Kontribusi terhadap Pajak Daerah = Kontribusi terhadap PAD = realisasi penerimaan pajak total penerimaan pajak daerah x100% realisasi penerimaan pajak total PAD x 100% D. Metodelogi Penelitian Sifat Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif karena hanya menggambarkan keadaan objek penelitian atau masalah yang ada dalam penelitian. Menurut Sugiono (2007) Analisis kuantitatif dalam suatu penelitian dapat didekati dari dua sudut pendekatan, yaitu analisis kuantitaf secara deskriptif dan analisis kuantitatif secara inferensial. Sesuai dengan namanya deskriptif hanya akan mendeskripsikan keadaan suatu gejala yang telah di rekam melaui alat ukur kemudian diolah sesuai dengan fungsiya. Hasil pengolahan tersebut selanjutnya dipaparkan dalam bentuk angka angka sehingga memberikan suatu kesan lebih mudah ditangkap maknanya oleh siapapun yang membutuhkan informasi tentang keberadaan gejala tersebut. E. Analisis dan Hasil 1. Kontribusi Pajak Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Bantul Kabupaten Bantul sebagai suatu daerah otonomi, harus dapat menggali sumber-sumber keuangan secara optimal agar dapat menjalankan pemerintahan 8

dan melaksanakan pembangunan daerah secara mandiri. Salah satu sumber keuangan di Kabupaten Bantul adalah berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD). Berikut ini adalah tabel yang menyajikan PAD Kabupaten Bantul selama 4 (empat) tahun terakhir. Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bantul Tahun 2010-2013 Pendapatan 2010 2011 2012 2013 Asli Daerah (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % Pajak Daerah 12.070.898.864 17,15 14.108.451.479 15,91 16.541.249.955 20,26 35.068.591.777 27,21 Retribusi Daerah 37.169.638.611 52,81 58.205.951.445 65,63 15.978.422.097 19,57 17.798.603.458 13,81 Hasil Pengelolaan Kekayaan 3.449.914.968 4,90 7.512.838.195 8,47 7.424.932.058 9,09 7.290.930.554 5,66 Daerah yang Dipisahkan Lain-lain PAD yang Sah 17.697.075.383 25,14 8.864.121.572 9,99 41.702.235.183 51,08 68.741.960.385 53,33 Total PAD 70.387.527.826 100 88.691.362.691 100 81.646.839.293 100 128.900.086.174 100 Sumber: DPPKAD Kabupaten Bantul 2. Pajak Daerah Kabupaten Bantul Pajak daerah yang dikelola oleh pemerintah Kabupaten Bantul diantaranya adalah pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak mineral bukan logam dan batuan, pajak parkir, pajak air tanah, pajak sarang burung wallet dan pajak BPHTB. Kontribusi masing-masing pajak daerah dapat dilihat pada tabel berikut: 9

Data Realisasi Penerimaan Pajak Daerah Kabupaten Bantul Tahun 2010 sampai dengan 2013 Pajak 2010 2011 2012 2013 Daerah (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % P. Hotel 37.455.000 0,31 48.340.000 0,34 91.689.000 0,55 131.241.900 0,37 P. Restoran 149.261.025 1,24 188.874.430 1,34 393.816.400 2,38 1.522.413.345 4,34 P. Hiburan 77.380.700 0,64 91.851.050 0,65 149.914.202 0,91 222.246.988 0,63 P. Reklame 415.753.000 3,44 1.244.917.012 8,82 1.928.535.601 11,66 2.078.745.604 5,93 P. Penerangan Jalan 10.834.709.060 89,76 12.138.890.000 86,04 13.523.963.363 81,76 14.830.420.831 42,29 P. MBLB 543.959.061 4,51 378.934.486 2,69 428.649.389 2,59 445.485.716 1,27 P. Parkir 12.381.000 0,10 16.644.500 0,12 24.682.000 0,15 30.675.000 0,09 P. Air Tanah - - - - - - 128.349.465 0,37 P. Sarang Burung 2.050.000 0,01 Wallet - - - - - - BPHTB - - - - - - 15.676.962.927 44,70 Total Pajak Daerah 12.070.898.846 100 14.108.451.478 100 16.541.249.955 100 35.068.591.776 100 Sumber: DPPKAD Kabupaten Bantul Dari tabel di atas menunjukkan bahwa secara keseluruhan setiap tahunnya masing-masing penerimaan pendapatan pajak mengalami kenaikkan, kecuali pada pajak mineral bukan logam dan batuan yang setiap tahunnya tidak selalu naik. Pada tahun 2013 masuk 3 (tiga) pungutan pajak baru yaitu pajak air tanah, pajak sarang burung wallet dan BPHTB yang berpengaruh besar terhadap penerimaan pendapatan pajak daerah. Realisasi penerimaan pajak daerah tahun 2013 meningkat dua kali lipat dari tahun sebelumnya. 10

3. Kontribusi Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan terhadap Pajak Daerah dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi pajak mineral bukan logam dan batuan terhadap pajak daerah maupun pendapatan asli daerah yaitu dengan menggunakan analisis rasio. Berikut ini adalah tabel yang menyajikan besarnya kontribusi pajak mineral bukan logam dan batuan terhadap pajak daerah dan pendapatan asli daerah: Data Realisasi Penerimaan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan terhadap Pajak Daerah dan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bantul Tahun 2010-2013 Tahun Pajak MBLB Pajak Daerah PAD Kontribusi Pajak MBLB (Rp) (Rp) (Rp) Pajak PAD Daerah (%) (%) 2010 543.959.061 12.070.898.864 70.387.527.826 4,51 0,77 2011 378.934.486 14.108.451.479 88.691.362.690 2,69 0,43 2012 428.649.389 16.541.249.955 81.646.839.293 2,59 0,53 2013 445.485.716 35.068.591.777 128.900.086.173 1,27 0,35 Rata-rata Kontribusi Pajak MBLB 2,76 0,52 Sumber: DPPKAD Kabupaten Bantul 4. Analisis Efektivitas Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan a. Target Pajak Cara menentukan target pajak di Kabupaten Bantul yaitu berdasarkan pada prediksi terhadap kemungkinan-kemungkinan yang terjadi di masa mendatang yang memiliki dampak langsung terhadap pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah serta melihat dari rata-rata penerimaan pajak daerah pada periode sebelumnya. 11

Prediksi tersebut juga melihat dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang merujuk pada kegiatan pembangunan fisik infrastruktur daerah Kabupaten Bantul. Target dapat ditetapkan naik dari tahun sebelumnya atau minimal sama dengan tahun sebelumnya tergantung dari prediksi yang telah dilakukan. Berikut ini disajikan tabel data target pajak mineral bukan logam dan batuan di Kabupaten Bantul selama 4 (empat) ahun terakhir: Target Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan Kabupaten Bantul Tahun 2010-2013 Tahun Target (Rp) 2010 150,000,000 2011 300,000,000 2012 350,000,000 2013 350,000,000 Sumber: DPPKAD Kabupaten Bantul b. Efektivitas Pajak Efektivitas adalah tingkat pencapaian hasil program dengan target yang telah ditetapkan. Efektivitas dalam pemungutan pajak mineral bukan logam dan batuan merupakan perbandingan antara hasil pungutan pajak terhadap target. Yang dimaksud dengan hasil pungutan adalah realisasi dari penerimaan pajak mineral bukan logam dan batuan. Semakin besar realisasi penerimaan pajak yang didapat dari target yang telah ditetapkan 12

berarti pungutan pajak tersebut adalah sangat efektif. Efektivitas pajak mineral bukan logam dan batuan dapat dilihat pada tabel berikut: Efektifitas Pemungutan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan Kabupaten Bantul Tahun 2010-2013 Tahun Target (Rp) Realisasi (Rp) Efektifitas (%) Keterangan 2010 150.000.000 543.959.061 362,64 Sangat Efektif 2011 300.000.000 378.934.486 126,31 Sangat Efektif 2012 350.000.000 428.649.389 122,47 Sangat Efektif 2013 350.000.000 445.485.716 127,28 Sangat Efektif Rata-rata 184,68 Sangat Efektif Sumber: DPPKAD Kabupaten Bantul 5. Kendala yang Dihadapi dalam Pelaksanaan Pemungutan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan Dalam pelaksanaan pemungutan pajak mineral bukan logam dan batuan yang dilakukan oleh pemerintah daerah Kabupaten Bantul, dengan adanya tiga system tersebut dinilai sudah cukup baik. Namun tetap saja masih banyak kendala-kendala yang ditemukan pada praktek di lapangan. Kendala tersebut merupakan faktor penghambat bagi peningkatan realisasi penerimaan pajak mineral bukan logam dan batuan. Hambatan-hambatan yang sering dihadapi oleh aparatur pajak antara lain: 1) Kurangnya kesadaran wajib pajak dalam hal membayar pajak. Bagi sebagian besar wajib pajak, membayar pajak adalah suatu beban. Padahal dengan membayar pajak kita juga dapat menikmati hasil pembangunan untuk kepentingan umum walaupun dampak yang kita rasakan tidak secara langsung. 13

2) Banyaknya para penambang liar atau penambang yang tidak berijin. Sebagian besar penambang liar ini adalah masyarakat sekitar yang bermukim di sekitar area pertambangan dan tidak ada tindakan yang tegas dari pemerintah daerah untuk menertibkan para penambang liar tersebut. F. Kesimpulan dan Saran Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Efektifitas Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan di Kabupaten Bantul dapat dinilai sangat efektif. Hal ini dapat dilihat dari pencapaian dari target yang telah ditetapkan setiap tahun dengan efektifitas rata-rata sebesar 184,68% per tahun. 2. Kontribusi pajak mineral bukan logam dan batuan terhadap total penerimaan pajak daerah di Kabupaten Bantul pada tahun 2008 sampai dengan 2011 adalah rata-rata sebesar 2,76% per tahun. Sedangkan kontribusi pajak mineral bukan logam dan batuan terhadap total Pendapatan Asli Daerah adalah rata-rata sebesar 0,52% per tahun. 3. Dalam pelaksanaan pemungutan pajak mineral bukan logam dan batuan, masih terdapat beberapa kendala yang menyebabkan kurang optimalnya pendapatan pajak tersebut. Kendala tersebut antara lain banyaknya para penambang liar yang tidak berijin dan kesadaran wajib pajak untuk membayar pajak dinilai masih rendah. Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis dapat mengemukakan beberapa saran yang diharapkan mampu untuk dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pemerinta Kabupaten Bantul dalam mengambil kebijakan maupun untuk meningkatkan kinerja pelaksanaan pemungutan pajak mineral bukan logam dan batuan, yaitu sebagai berikut: 14

1. Untuk dapat menimbulkan kesadaran wajib pajak untuk membayar pajak, hendaknya DPPKAD melakukan sosialisasi secara berkala kepada masyarakat serta selalu memberikan informasi terbaru mengenai peraturan-peraturan tentang pemugutan pajak mineral bukan logam dan batuan. 2. Harus lebih meningkatkan kinerja agar penerimaan pendapatan pajak mineral bukan logam dan batuan naik sehingga kontribusinya terhadap pajak daerah maupun pendapatan asli daerah menjadi lebih besar dari tahun-tahun sebelumnya. 3. Disamping upaya meningkatkan pendapatan pajak mineral bukan logam dan batuan, pemerintah daerah juga harus melakukan upaya untuk memperbaharui lokasi yang rusak akibat dari kegiatan penambangan mineral bukan logam dan batuan tersebut. DAFTAR PUSTAKA Devas, Nick.al., 1989, Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia, Jakarta: Universitas Indonesia. Mahmudi, 2007, Manajemen Kinerja Sektor Publik, Yogyakarta:UPP STIM YKPN. Mardiasmo, 2006, Perpajakan, Edisi Revisi, Yogyakarta: Andi. Munawir, H.S., 1997, Perpajakan, Yogyakarta: Liberty. Peraturan Bupati Bantul Nomor 52 Tahun 2010, Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan. Peraturan Bupati Bantul Nomor 80 Tahun 2011, Tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah. Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 08 Tahun 2010, Tentang Pajak Daerah. Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 17 Tahun 2011, Tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 16 Tahun 2007 15

Tentang Pembentukan Organisasi Dinas Daerah Di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Bantul. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009, Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Waluyo, 2006, Perpajakan, Edisi Satu, Jakarta: Salemba Empat. Yuni Mariana, 2005, Analisis Kontribusi Pajak Parkir Pada Dispenda Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung, Skripsi 16