MENGENAL KARST. Oleh : Heri Susanto Kasubbid Pertambangan, Energi, Pertanian dan Kelautan Pada Bidang Perencanaan Pengelolaan SDA dan LH

dokumen-dokumen yang mirip
BENTANG ALAM KARST. By : Asri Oktaviani

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GEOMORFOLOGI DAN GEOLOGI FOTO GL PEGUNUNGAN PLATEAU DAN KARST

SALINAN. Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN KAWASAN KARS DI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hamparan karst di Indonesia mencapai km 2 dari ujung barat sampai

C. Batas Wilayah Secara administratif area pendataan berada di Desa Bandung Rejo dan Desa Sumber Bening, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang.

Prioritas Ekosistem Karst Dengan Perkembangan Ekonomi Masyartakat

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 1456 K/20/MEM/2000 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KAWASAN KARS

PENGANTAR. bahasa Slovenia (kras) yang berarti lahan gersang berbatu. Sebenarnya istilah ini

DIFERENSIASI MORFOLOGI KARST KABUPATEN TUBAN-JAWA TIMUR. Oleh: Mokhammad Awaluddin Zaenuri.

PENGELOLAAN BERKELANJUTAN KAWASAN KARST CITATAH RAJAMANDALA. Oleh: Yoga Candra Maulana, S.Pd *) ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk fenomena pelarutan batuan lain, seperti gypsum dan batu garam. 1

1 BAB I PENDAHULUAN. lainnya tidak selalu sama. Bentukan khas pada bentang alam ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .

KEPUTUSAN MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI NOMOR : 1518 K/20/MPE/1999 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN KARS MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI,

mengakibatkan Kabupaten Gunungkidul dikatakan sebagai daerah miskin air dan bencana kekeringan menjadi permasalahan yang sering dihadapi oleh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGARUH STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP STABILITAS GOA SEROPAN, KECAMATAN SEMANU, KABUPATEN GUNUNG KIDUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Oleh; Bani Nugroho

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

III.1 Morfologi Daerah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. bentanglahan (landscape ecosystem), yang selanjutnya dipakai sebagai dasar bagi

KARAKTERISTIK MORFOLOGI CEKUNGAN KARST GUNUNGSEWU MALALUI DATA GDEM ASTER

METODE GEOLISTRIK IMAGING KONFIGURASI DI- POLE-DIPOLE DIGUNAKAN UNTUK PENELUSURAN SISTEM SUNGAI BAWAH TANAH PADA KAWASAN KARST DI PACITAN, JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BUPATI BANDUNG BARAT

TANAH / PEDOSFER. OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd

Serial:Powerpoint Presentasi: HIDROLOGI/ KONDISI AIR DAERAH KARST. Oleh : Tjahyo Nugroho Adji (Kelompok Studi Karst Fakultas Geografi UGM)

POTENSI SUMBERDAYA ALAM KARS KECAMATAN

KLASIFIKASI BENTUKLAHAN

5.1 PETA TOPOGRAFI. 5.2 GARIS KONTUR & KARAKTERISTIKNYA

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 4. Dinamika Lithosferlatihan soal 4.6

PEMBENTUKAN RESERVOAR DAERAH KARST PEGUNUNGAN SEWU, PEGUNUNGAN SELATAN JAWA

A. Pembentukan Batu Gamping

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELARANGAN PENAMBANGAN DI KAWASAN KARST KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PERKEMBANGAN SISTEM HIDROLOGI KARST DI KARST PIDIE, ACEH. Karst Research Group Fak. Geografi UGM

UNIVERSITAS INDONESIA MORFOMETRI ORNAMEN GUA (SPELEOTHEM) DI KAWASAN KARS BUNIAYU, SUKABUMI, JAWA BARAT SKRIPSI

PENGELOLAAN KAWASAN KARST DAN PERANANNYA DALAM SIKLUS KARBON DI INDONESIA

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH CILEUNGSI DAN SEKITARNYA

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

SEBARAN BUKIT KARST DI WILAYAH KABUPATEN SIJUNJUNG

5.1 Peta Topografi. 5.2 Garis kontur & karakteristiknya

Batuan beku Batuan sediment Batuan metamorf

Lebih dari 70% permukaan bumi diliputi oleh perairan samudra yang merupakan reservoar utama di bumi.

KONDISI GEOLOGI DAN SPELEOLOGI KARST AKETAJAWE Resort Binagara dan Sekitarnya, Kecamatan Wasile Selatan Halmahera Timur

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

INVENTARISASI POTENSI KAWASAN KARST PAMEKASAN, MADURA UTARA

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Wonogiri, sebuah Kabupaten yang dikenal dengan sebutan kota. GAPLEK dan merupakan salah satu Kabupaten di Indonesia yang

B. DANAU. c. Danau Vulkan-Tektonik adalah danau yang terjadi karena gerakan tektonik dan letusan gunung api. Contoh : Danau Toba.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah

KARAKTERISASI JENIS MINERAL ORNAMEN GUA SALUKANG KALLANG DENGAN METODE X-RAY DIFFRACTION

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terluas ( hektare) di dunia setelah kawasan karst di Cina dan Vietnam

Tjahyo Nugroho Adji Karst Research Group Fak. Geografi UGM

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN. Perubahan Bentangalam

Ciri Litologi

Oleh: I Gede Tawan Made Suryadi, I Wayan Treman *) Jurusan Pendidikan Geografi ABSTRAK

ACARA IV POLA PENGALIRAN

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB IV FASIES BATUGAMPING GUNUNG SEKERAT

PEMBENTUKAN RESERVOIR DAERAH KARST PEGUNUNGAN SEWU, PEGUNUNGAN SELATAN JAWA. Oleh : Salatun Said Hendaryono

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG

BAB II TINJAUAN GEOLOGI REGIONAL

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

GEOLOGI DAERAH KLABANG

PEDOSFER BAHAN AJAR GEOGRAFI KELAS X SEMESTER GENAP

geografi Kelas X PEDOSFER II KTSP & K-13 Super "Solusi Quipper" F. JENIS TANAH DI INDONESIA

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia

TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa

BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATA GUNA LAHAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

KAJIAN KARAKTERISTIK DAN POTENSI KAWASAN KARST UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA DI KECAMATAN PONJONG KABUPATEN GUNUNGKIDUL

IDENTIFIKASI JENIS-JENIS TANAH DI INDONESIA A. BAGAIMANA PROSES TERBENTUKNYA TANAH

PEMETAAN GEOLOGI METODE LINTASAN SUNGAI. Norma Adriany Mahasiswa Magister teknik Geologi UPN Veteran Yogyakarta

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV DISTRIBUSI FASIES BATUGAMPING

BAB II TINJAUAN UMUM

Karst dan Proses Pelarutan. (Verstappen, 1983). Secara genesis bentuklahan dibagi menjadi sembilan dan bentuklahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 TUJUAN 1.3 LOKASI PENELITIAN

Metode Tracer Test untuk Mencari Hubungan Antar Sistem Sungai Bawah Tanah Di Akuifer Karst

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

Geomorfologi Terapan INTERPRETASI GEOMORFOLOGI CITRA SATELIT SEBAGAI DASAR ANALISIS POTENSI FISIK WILAYAH SELATAN YOGYAKARTA

PERSPEKTIF HIDROLOGIS DAN STRUKTUR BAWAH TANAH DALAM MITIGASI BENCANA MATA AIR REKAHAN

I. Pendahuluan Tanah longsor merupakan sebuah bencana alam, yaitu bergeraknya sebuah massa tanah dan/atau batuan menuruni lereng akibat adanya gaya

BAB I PENDAHULUAN. Kecenderungan masyarakat yang menempati daerah bentanglahan Karst

bahwa Kawasan Bentang Alam Karst Langkat memiliki

IDENTIFIKASI KARSTIFIKASI PADA KARAKTERISTIK DOLINA Studi Kasus: Kecamatan Ponjong dan Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunung Kidul

DAMPAK PENAMBANGAN DI KAWASAN KARS MAROS TERHADAP LINGKUNGAN 1) Oleh: Totok Prawitosari 2) I. PENDAHULUAN

BENTUK LAHAN (LANDFORM) MAYOR DAN MINOR

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Transkripsi:

MENGENAL KARST Oleh : Heri Susanto Kasubbid Pertambangan, Energi, Pertanian dan Kelautan Pada Bidang Perencanaan Pengelolaan SDA dan LH (Tulisan ini didedikasikan untuk kegiatan Menuju Biduk-biduk sebagai Ekowisata Geologi Karst di Kalimantan yang dilaksanakan di Kec. Biduk-Biduk, Kab. Berau tgl. 5 6 Oktober 2016) Secara etimologis, karst adalah nama suatu daerah di Timur Laut Kota Trieste Slovenia karena kekhasan bentang alamnya. Pada abag ke-19 seorang geologiwan Cvijic meneliti tentang daerah tersebut dan mengabadikan bentang alam didaerah tersebut dengan istilah karst. Kars atau dalam bahasa inggris dan jerman disebut karst, atau dalam bahasa italia carso dalam bahasa Slovenia kras dan dalam bahasa Indonesia disebut juga dengan istilah curing, kars ata kras. Dalam kamus Bahasa Inggris (Webster s third new international dictionary, 1986), karst diuraikan sebagai :.is a limestone region which is marked by sinks, abrupt ridges, irregular protuberant rocks, caverns and underground stream, yang dimaknai sebagai : suatu kawasan batu gamping yang ditandai oleh adanya cekungan, lereng terjal, tonjolan bukit berbatu (gamping) tak beraturan, bergua dan mempunyai sistem aliran air bawah tanah. Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia karst diartikan sebagai : Daerah yang terdiri atas batuan kapur yang berpori sehingga air dipermukaan tanah selalu merembes dan menghilang kedalam tanah (permukaan tanah selalu gundul karena kurang vegetasi). Sedangkan menurut Ford dan Wiliams (1989), mendefinisikan karst sebagai kawasan yang memiliki karakteristik relief dan drainase yang khas, terutama disebabkan oleh derajat pelarutan batuan-batuannya yang intensif. Rancangan Peraturan Pemerintah tentang perlindungan dan pengelolaan ekosistem karst mendefinisikan ekosistem karst sebagai tatanan bentang alam

karst dengan semua benda, daya, keadaan dan mahluk hidup yang merupakan satu kesatuan utuh menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas dan produktifitas lingkungan hidup. Sedangkan karst itu sendiri didefinisikan sebagai bentang alam yang terbentuk akibat proses pelarutan air pada batu gamping dan/atau dolomit. Batuan dasar dari pembentukan karst adalah batu gamping atau limestone atau sering masyarakat menyebutnya dengan batu kapur atau batu putih. Batu gamping atau limestone adalah merupakan batuan sedimen yang terdiri dari mineral calcite atau calcium carbonate (CaCO3) terbentuk secara organik, mekanik dan kimia. Organik, Pengendapan binatang karang/cangkang siput, foraminifera, koral/kerang. Mekanik, Bahan organic yang kemudian terbawa arus dan terendapkan pada lokasi yang tidak terlalu jauh dari tempat semula. Kimia, terjadi dalam kondisi iklim dan suasana lingkungan tertentu dalam air laut atau air tawar, umumnya pada air laut. Foto : Bentuk dan kenampakan batu gamping atau batu kapur (Batu Hapu, Kalsel; sumber foto : Luluk, P3E Kalimantan)

Batu gamping atau lime stone tersebut kemudian mengalami proses pelarutan yang diawali dengan larutnya CO2 pada batu gamping kedalam air membentuk H2CO3. Adapun proses pelarutan dirumuskan dengan reaksi sebagai berikut : CaCO3 + H2O + CO2 ------ Ca 2+ + 2HCO3 Beberapa faktor yang mempengaruhi proses karstifikasi itu berlangsung : 1. Kondisi batuan (mudah larut, kompak, tebal dan banyak rekahan). 2. Curah hujan yang cukup. 3. Ketinggian batuan terekspose (memungkinan perkembangan sirkulasi air secara vertikal). 4. Temperatur. 5. Penutupan hutan. 6. H2CO3 secara fisika dan kimia membentuk bentukan bentukan alam yang khas yang kemudian dikenal dengan karst atau kawasan karst. Beberapa ciri ciri batu gamping atau lime stone yang memungkinkan terjadi proses pelarutan atau karstifikasi dengan baik diantaranya : 1. Batu gamping yang tebal 2. Curah hujan yang tinggi 3. Banyak terdapat rongga atau celah akibat adanya kekar 4. Keberadaan yang lebih tinggi daripada daerah sekitar 5. Penutupan vegetasi yang rapat. 6. Proses karstifikasi yang terjadi dalam ruang dan waktu geologi yang sangat lama. Dikarenakan karst adalah bentang alam, sehingga berdasarkan kenampakan topografi telah dilakukan beberapa pengklasifikasian oleh beberapa pakar, dengan didasarkan pada perkembangan pembentuk karst (Cvijic, 1914), berdasarkan morfologi (Gvojdeckij, 1965) dan berdasarkan pada iklim (Sweeting, 1972). Beberapa tipe karst yang sering digunakan dan muncul dalam literatur karst diantaranya :

1. Labirynt karst, dicirikan oleh koridor-koridor atau ngarai memanjang yang terkontrol oleh kekar atau sesar. 2. Polygonal karst, berupa karst kerucut atau karst menara dari sudut pandang morfometri dolin. Foto : Bentuk polygonal karst (sumber : Bahan ajar karst Indonesia) 3. Karst fosil, terbentuk pada masa geologi lampau dan saat ini proses karstifikasinya telah berhenti. 4. Ekso karst, bentukan morfologi karst yang berada di permukaan bumi. 5. Endo karst, bentukan morfologi karst yang berada dibawah permukaan bumi. Beberapa bentukan morfologi eksokarst yang umum digunakan oleh para peneliti karst : 1. DOLINE Dolline berasal dari bahasa slavia dolina yang berarti lembah. Doline merupakan cekungan tertutup berbentuk bulat atau lonjong dengan ukuran

beberapa meter hingga lebih kurang satu kilometer. Doline sering juga disebut dengan sinkhole, sink, swallow hole, cenote dan blue hole. Beberapa bentukan dan istilah doline : a. Cockpit doline (Sweeting, 1972), doline yang umum terbentuk didaerah tropis. b. Doline mangkok (Cvijic, 1893), dicirikan perbandingan lebar dan kedalaman 10:1 dan kemiringan lereng berkisar antara 10o 12o. c. Doline corong (Cvijic, 1893), dicirikan dengan diameter yang mencapai dua atau tiga kali kedalamannya dengan kemiringan lereng mencapai 30o 40o. d. Doline sumur (Cvijic, 1893), dicirikan diameter yang lebih kecil daripada kedalamannya, menyerupai sumur dengan kemiringan lereng vertikal berupa singkapan batuan. e. Doline simetri (Williams,1985), berbentuk bulat atau elip dengan kemiringan lereng ke segala arah hampir sama. f. Doline a simetri (Williams, 1985), dengan sisi satu dan lainnya memiliki kemiringan yang berbeda. Gambar sketsa bentuk Doline : A. doline mangkok, B. doline corong, C. doline sumuran.

Foto : Bentuk kenampakan doline dari bentang alam karst (Sumber : www.slideshare.net) 2. POLJE Berasal dari bahasa Slovenia yang berarti lading yang dapat ditanami. Ford and Williams (1992) mengklasifikasi Polje menjadi 3 kelompok yaitu Border Polje, struktural polje dan base level polje. a. Border Polje (Polje perbatasan), terbentuk apabila sistem hidrologi didominasi oleh masukkan air dari luar sistem karst. Tipe ini berkembang apabila muka air tanah batuan non karbonat terhampar hingga ke batuan karbonat. b. Struktural Polje (Polje struktural), terbentuk oleh control faktor struktur geologi, biasanya berasosiasi dengan graben atau sesar. c. Baselevel Polje (Polje baselevel), terbentuk apabila muka air tanah memotong permukaan tanah. Umumnya terbentuk dibagian bawah (outflow) dari kawasan karst. 3. UVALA Merupakan gabungan dari doline doline dengan ukuran berkisar antara 500 1000 meter dan kedalaman antara 100 200 meter.

Gambar : Tipe tipe Polje menurut Ford and Williams, 1989. Beberapa bentukan endokarst yang umum dijumpai : 1. Aliran sungai bawah permukaan 2. Speleoterm/ornamen ornamen di dalam gua : a. Stalaktit merupakan sebuah kata yang dalam bahasa Yunani artinya adalah menetes. Stalaktit ini merupakan suatu jenis speleothem atau mineral sekunder yang letaknya menggantung berada di langit- langit gua b. Stalagmit merupakan pembentukan gua secara vertikal atau atas bawah. Stalagmit ini dapat terbentuk dari kumpulan kalsit. Kalsit- lasit ini berasal dari air- air yang menetes. Stalagmit ini dapat kita temukan di lantai gua

Gambar : sketsa pengertian stalaktit dan stalagmite (https://kutukamus.wordpress.com/2013/08/13/stalaktit-stalagmit) c. Pilar / Tiang Stalaktit dan stalakmit yang menyatu dari dasar hingga atap goa (istilah umumnya column) atau stalakmit tipis yang menjulang tinggi tetapi tidak mencapai atap goa. Pada gambar disebelah mereka masih kecil dan baru bertemu dan yang dilingkar merah adalah bentuk penyatuan menjadi pilar/tiang.

d. Flowstone Endapan kalsium karbonat yang terkumpul di dinding atau dasar goa dimana air menetes atau mengalir di atas batuan. Flowstone terlihat juga seperti air terjun dari batu. e. Gourdam Ornamen yang berbentuk seperti kumpulan terasering sawah.

f. Helictites Bentukan kalsium karbonat yang melengkung atau menonjol ke samping dengan lubang kecil ditengahnya. Tumbuh kesegala arah mirip akar serabut. Tidak seperti stalaktit yang satu arah. g. Shield Ornamen berbangun cawan yang tumbuh dengan membentuk sudut besar.

Daerah daerah yang dicirikan sebagai kawasan karst sebagai berikut : 1. Banyak terdapat gua atau berupa cekungan-cekungan. Foto Gua Si Gending, Biduk-biduk Kab. Berau, Kaltim (Sumber : Lukman POKDARWIS Biduk-biduk) 2. Ditemukan adanya telaga atau mata air. Foto : Air terjun Bidadari, Biduk-biduk Kab. Berau (Sumber foto : Lukman POKDARWIS Biduk-biduk)

3. Terdapat aliran sungai yang masuk kedalam tanah. Foto gua Sigending, Biduk-biduk, Kab. Berau (Sumber Foto : Lukman, Pokdarwis Bidukbiduk) 4. Permukaan yang terbuka nampak kasar, berlubang-lubang dan runcing. Foto Permukaan karst di Biduk-biduk, Kab. Berau (Sumber Foto : Lukman POKDARWIS Biduk-biduk)

5. Terdapat bukit bukit kecil yang sambung menyambung 6. Terdapat sungai bawah tanah. 7. Adanya endapan sedimen lempung berwarna merah sebagai akibat dari pelapukan batu gamping.

Sumber Referensi : 1. Kawasan karst di Indonesia, Potensi dan pengelolaannya, 1999, Kementerian Negara Lingkungan Hidup. 2. Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 3. Karst Hidrogeology and Geomorfology, 1989, Derek Ford and Paul Williams. 4. Bahan ajar Geomorfology dan Hidrology Karst, oleh Eko Haryono dan Tjahyo Nugroho Adji, Kelompok Studi Karst Fakultas Geografi UGM. 5. Bahan presentasi Mengenal kawasan karst dan tindakan preventif sederhana pelestariannya, 2015, Tjahyo Nugroho Adji.