PENINGKATAN POPULASI DAN KERAGAMAN JENIS HUTAN KOTA DENGAN PERAN SERTA MASYARAKAT DI KOTA JAMBI

dokumen-dokumen yang mirip
Sumber : Manual Pembibitan Tanaman Hutan, BPTH Bali dan Nusa Tenggara.

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

Teknik Membangun Persemaian Pohon di Desa

Oleh : Iskandar Z. Siregar

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

Pembuatan Pembibitan Tanaman

PEDOMAN PENGUNDUHAN BENIH PADA PANEN RAYA DIPTEROKARPA 2010

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TEKNIK PENGADAAN BIBIT ULIN DENGAN PEMOTONGAN BIJI BERULANG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN KEDIKLATAN

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang

PENCAMPURAN MEDIA DENGAN INSEKTISIDA UNTUK PENCEGAHAN HAMA Xyleborus morstatii Hag. PADA BIBIT ULIN ( Eusideroxylon zwageri T et.

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag

USAHA PEMBIBITAN JABON YANG DISUSUN OLEH NAMA: ELISKA ERLIANDA NPM:

I b M KELURAHAN KAMPUNG BARUH KECAMATAN TABIR DALAM PERBANYAKAN BIBIT DAN PENANAMAN PEMERKAYAAN TANAMAN AREN (Arenga pinnata (Wurmb.) Merr.

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

Kegiatan Pembelajaran 2. Penyiapan Tempat Pesemaian. A. Deskripsi

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 ANALISIS SITUASI

Bibit yang berkualitas merupakan salah satu faktor utama yang mampu menunjang keberhasilan

Penanganan bibit Acacia mangium (mangium) dengan perbanyakan generatif (biji)

MATERI DAN METODE. Riau Jalan H.R Subrantas Km 15 Simpang Baru Panam. Penelitian ini berlangsung

MATERI DAN METODE. Jl. HR. Soebrantas KM 15 Panam, Pekanbaru. Penelitian ini dilaksanakan pada

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur.

TEKNOLOGI SAMBUNG PUCUK PADA DUKU KUMPEH

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Cara Menanam Cabe di Polybag

TINGKAT PENERAPAN SISTEM BUDIDAYA MANGROVE PADA MASYARAKAT PULAU UNTUNG JAWA, KEPULAUAN SERIBU

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari sampai Maret B. Penyiapan Bahan Bio-slurry

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan dengan memberi perlakuan (treatment) terhadap objek. penelitian serta adanya kontrol penelitian.

TEKNIK PENYEMAIAN CABAI DALAM KOKER DAUN PISANG Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP Widyaiswara Muda Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Jambi

TEKNIK PENANAMAN, PEMELIHARAAN, DAN EVALUASI TANAMAN

Oleh : Iskandar Z. Siregar

Perkembangbiakan Tanaman

I. PENDAHULUAN. Buku Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa ( BPKPM ) ini merupakan

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Tata Ruang Lahan Daerah Penelitian. Menurut penataan ruang Kaupaten Lebak lokasi penambangn ini

III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur,

BUDIDAYA KEMIRI DI LERENG PEGUNUNGAN GAWALISE DESA UWEMANJE KABUPATEN SIGI SULAWESI TENGAH. Yusran 1), Erniwati 1), Sustri 1) 1

Budidaya Tanaman Obat. Elvira Syamsir

III. MATERI DAN METODE. beralamat di Jl. H.R. Soebrantas No. 155 Km 18 Kelurahan Simpang Baru Panam,

S i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Dari kedua faktor tersebut diperoleh 9 kombinasi, adapun kombinasi perlakuannya sebagai berikut:

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

PENDAMPINGAN PEMBUATAN RUMAH PUPUK KOMPOS DI KAMPUNG BELAKANG KAMAL JAKARTA BARAT

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR

Bercocok Tanam Tomat dalam Pot/Polybag Oleh: Muhamad Ichsanudin (Produk Spesialis Terong dan Tomat PT EWINDO)

Menanam Sayuran Dengan Teknik Vertikultur

Teknologi Budidaya Tanaman Sayuran Secara Vertikultur

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. pertumbuhan tanaman cabai merah telah dilakukan di kebun percobaan Fakultas. B.

MATERI DAN METODE. A 2 : 120 g/tanaman. A 3 : 180 g/tanaman

mencintai, melestarikan dan merawat alam untuk kualitas hidup lebih baik Talaud Lestari

Pertumbuhan Bibit Cempaka (Magnolia elegans (Blume.) H.Keng) pada Tempat Sapih Politub dan Polibag 1

UNTUK MENDUKUNG PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

BUDIDAYA SUKUN 1. Benih

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2016 Agustus 2016 yang

USAHA KEBUN KAYU DENGAN JENIS POHON CEPAT TUMBUH

III. MATERI DAN METODE

BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. )

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan

DEPARTEMEN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL JAKARTA

BAHAN DAN METODE. penelitian ini dilakukan di Gang Metcu, Desa Guru Singa, Kecamatan

III. MATERI DAN METODE. HR. Soebrantas KM 15 Panam, Pekanbaru. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

III. MATERI DAN METODE

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

Gambar 1. Tata Letak Petak Percobaan

Sumber : Setiadi (2005) Oleh : Ulfah J. Siregar. ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 4 th -6 th May

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

Inti dari kegiatan rehabilitasi adalah menanam bibit di lapangan. Apabila penanaman dilakukan dengan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

STUDI AWAL PERBANYAKAN VEGETATIF NYAWAI (Ficus variegata) DENGAN METODE STEK

2 METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan. Rancangan Penelitian

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan laboratoriun lapangan terpadu

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Makalah. Tanaman Buah dalam Pot. Tabulampot

SERANGAN HAMA DAN PENYAKIT PADA BIBIT MERANTI (Shorea leprosula Miq.) DI PERSEMAIAN. NGATIMAN Balai Besar Penelitian Dipterokarpa

BAGIAN KETUJUH PEDOMAN PENANAMAN TURUS (KANAN - KIRI) JALAN NASIONAL GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN (GERHAN) BAB I PENDAHULUAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Caulifloris. Adapun sistimatika tanaman kakao menurut (Hadi, 2004) sebagai

Benih panili (Vanilla planifolia Andrews)

Benih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica)

Teknik Budidaya Tanaman Pepaya Ramah Lingkungan Berbasis Teknologi Bio~FOB

MATERI DAN METODE. = 0 minggu = 1 minggu = 2 minggu = 3 minggu = 4 minggu = 5 minggu = 6 minggu = 7 minggu = 8 minggu P 1 P 2 P 3 P 4 P 5 P 6 P 7 P 8

Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi)

Aris Sudomo. Balai Penelitian Kehutanan Ciamis. Jl. Raya Ciamis-Banjar Km 4 Po Box 5 Ciamis 46201; Telp. (0265) ABSTRAK

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA

III BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan. Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012.

Bibit Sehat... Kebun Kopi Selamat

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Perternaka UIN Suska Riau. Pelaksanaan penelitian ini berlangsung dari tanggal

AGROFORESTRI TEMBESU (Fagraea fragrans) BERBASIS KELAPA SAWIT DI KABUPATEN MUARO JAMBI

Transkripsi:

PENINGKATAN POPULASI DAN KERAGAMAN JENIS HUTAN KOTA DENGAN PERAN SERTA MASYARAKAT DI KOTA JAMBI Hamzah, Rike Puspitasari Tamin, dan Nursanti Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi ABSTRAK Di Kota Jambi hutan kota juga belum dibangun dan dikelola dengan baik. Kota Jambi belum rindang dengan pepohonan terutama pada tempat-tempat di bagian pinggiran kota. Tempat-tempat tersebut belum banyak mendapat perhatian, namun di sisi lain lebih mudah ditata karena tidak banyak berbenturan dengan bangunan kota yang sudah ada dan populasi pohonnya masih rendah. Untuk itu tempat-tempat tersebut perlu mendapat prioritas sebelum meningkatnya tantangan terhadap pembangunan hutan kota tersebut. Pembangunan hutan kota perlu melibatkan masyarakat, mengingat hutan yang dibangun berada di dekat atau di tengah pemukiman masyarakat dan bahkan lahannya sering merupakan miliki masyarakat. Masyarakat perlu diajak bertukar pikiran dan berdiskusi tentang pentingnya hutan kota. Langkah ini sangat penting mengingat selain pemerintah, masyarakat selalu memegang peranan penting dalam pembangunan hutan kota. Setelah itu mereka diajak bekerjasama dalam menyiapkan bibit, menentukan lokasi penanaman, melakukan penanaman dan pemeliharan tanaman. Pada setiap diskusi tim pengabdian perlu menanamkan rasa memiliki dari masyarakat akan hutan kota yang dibangun. Dengan demikian masyarakat tentunya akan memelihara dan menjaga tanaman dari berbagai gangguan. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan di Kelompok Tani Jaya Bersama Kelurahan Bagan Pete Hidayah Kelurahan Kenali Asam Bawah Kecamatan Kotabaru Kota Jambi. Kata Kunci : hutan kota, mahoni, asam jawa PENDAHULUAN Kota Jambi merupakan salah kota di Indonesia yang berkembang dengan pesat. Secara administratif kota ini terdiri atas 8 kecamatan dan 62 kelurahan, dengan luas 205,35 km2. Untuk mengantisipasi perkembangan pengelolaan kota, dalam waktu dekat ini akan dilakukan pemekaran dengan membentuk beberapa kecamatan baru. Kota Jambi memiliki penduduk sebanyak 589.331 jiwa atau kepadatan 2.772,09 jiwa per km2 (BPS Kota Jambi, 2014). Jumlah penduduk ini tentunya akan terus bertambah dan akan membutuhkan tambahan tempat tinggal, tempat berusaha, tempat rekreasi dan sebagainya namun menghuni ruang dengan luas lahan yang tetap. Sebagai kota yang sedang berkembang pesat, Kota Jambi sebagaimana kota-kota lainnya mulai menghadapi padatnya bangunan yang menjulang tinggi, kemacetan lalu lintas, masalah sampah, kawasan kumuh, pedagang kaki lima yang menutupi badan jalan serta polusi yang berupa kebisingan, debu di udara dan pencemaran air (Dahlan, 1992). Pada lokasi tertentu sering terjadinya genangan air yang cukup dalam setelah hujan, sebagai akibat areal yang semula berfungsi sebagai resapan air telah berubah menjadi bangunan. Untuk menghadapi situasi dan permasalahan tersebut Kota Jambi perlu membuat rencana pembangunan kota yang di antaranya mengatur tata ruang, pengendalian penduduk, penanganan dan pengolahan sampah, resapan air dan pembangunan areal yang dapat menjadi paru-paru kota guna menjaga kesehatan lingkungan dan mengatasi polusi. Paruparu kota berupa komunitas pohon yang tumbuh di perkotaan yang saat ini populer dikenal sebagai hutan kota. Di Kota Jambi hutan kota juga belum dibangun dan dikelola dengan baik. Kota 44

Jambi belum rindang dengan pepohonan terutama pada tempat-tempat di bagian pinggiran kota. Tempat-tempat tersebut belum banyak mendapat perhatian, namun di sisi lain lebih mudah ditata karena tidak banyak berbenturan dengan bangunan kota yang sudah ada dan populasi pohonnya masih rendah. Untuk itu tempat-tempat tersebut perlu mendapat prioritas sebelum meningkatnya tantangan terhadap pembangunan hutan kota tersebut. Pembangunan hutan kota perlu melibatkan masyarakat, mengingat hutan yang dibangun berada di dekat atau di tengah pemukiman masyarakat dan bahkan lahannya sering merupakan miliki masyarakat. Masyarakat perlu diajak bertukar pikiran dan berdiskusi tentang pentingnya hutan kota. Langkah ini sangat penting mengingat selain pemerintah, masyarakat selalu memegang peranan penting dalam pembangunan hutan kota. Setelah itu mereka diajak bekerjasama dalam menyiapkan bibit, menentukan lokasi penanaman, melakukan penanaman dan pemeliharan tanaman. Pada setiap diskusi tim pengabdian perlu menanamkan rasa memiliki dari masyarakat akan hutan kota yang dibangun. Dengan demikian masyarakat tentunya akan memelihara dan menjaga tanaman dari berbagai gangguan. Wilayah bagian barat Kota Jambi merupakan salah satu tempat yang masih tersedia ruang bagi dilakukannya penanaman tanaman hutan kota. Bagian kiri dan kanan jalan yang masuh daerah miliki jalan (DMJ) belum banyak memiliki tanaman pinggir jalan. Di daerah ini juga terdapat sebuah lembaga pendidikan Hidayah dengan santri yang cukun banyak dan lahan cukup luas namun belum rindang dan di lahan bagian belakangnya belum ditumbuhi pepohonan. Di samping bertujuan meningkatkan populasi pohon, pembangunan hutan kota perlu pula meningkatlkan keragaman jenis pohon. Keragaman pohon ini penting mengingat suatu jenis memiliki sifat khas tertentu yang tidak dimiliki oleh jenis-jenis lainnya. Ada pohon yang memiliki perakaran dalam, ada yang mempunyai kemampuan menyerap debu atau karbodioksida dengan baik dan ada pula yang berfungsi sebagai penghasil pakan satwa. Permasalahan Mitra Sebagian masyarakat perkotaan belum mengerti apa yang dimaksud dengan hutan kota dan belum memahami akan pentingnya hutan kota bagi kehidupan di kota. Hal yang sama terjadi pada mitramitra kegiatan pengabdian kepada masyarakat tentang hutan kota. Mitra pengabdian belum mengetahui jenis-jenis tanaman yang dapat tumbuh baik pada wilayah perkotaan serta belum mengetahui sifat-sifat tajuk dari berbagai jenis tanaman. Selain itu mitra tidak mengetahui lokasi penanaman yang tepat agar setelah pohon besar tidak menganggu fasilitasfasilitas umum seperti jaringan kabel listrik, rambu-rambu lalu lintas, iklan dan sebagainya. Rambu-rambu lalu lintas fungsinya sangat penting bagi keselamatan dan kelancaran tarnsportasi. Jaringan listrik harus bebas dari bersentuhan dengan tajuk tanaman agar tidak terjadi bahaya kebakaran dan sengatan arus listrik. Tanaman hutan kota juga tidak boleh menutup papan iklan atau reklame agar pesan iklan atau reklame tersebut tetap terbaca dengan baik oleh masyarakat. Solusi yang Ditawarkan Untuk mengatasi terbatasnya pemahaman mitra terhadap arti, fungsi dan pembangunan hutan kota, maka ditawarkan beberapa solusi terhadap permasalahan tersebut di antaranya : 1. Menjelaskan kepada mitra tentang apa yang dimaksud dengan hutan kota. 2. Menjelaskan kepada mitra tentang fungsi dan penting hutan kota bagi mitra maupun masyarakat perkotaan secara umum. 3. Menjelaskan kepada mitra tentang jenisjenis tumbuhan yang dapat digunakan untuk dijadikan sebagai komponen hutan kota. 4. Menjelaskan kepada mitra tentang pengadaan benih, pembibitan, penanaman dan pemeliharaan tanaman 45

mahoni ( Swietenia macrophylla), Dadap ( Erythrina cristagalli) dan bintangur laut ( Calophyllum innophyllum) dalam pembangunan hutan kota. 5. Mendemonstrasikan kepada mitra pengunduhan buah, ekstraksi benih, pengeringan benih, pembersihan benih, pengemasan dan penyimpanan benih beberapa jenis tanaman serta pengecambahan, penyapihan, pemeliharaan bibit, penentuan lokasi penanaman, penanaman dan pemeliharaan tananam. METODE PELAKSANAAN Waktu dan Tempat Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan di Kelompok Tani Jaya Bersama Kelurahan Bagan Pete Kecamatan Kotabaru Kota Jambi. Waktu kegiatan dimulai sejak persiapan akan berlangsung selama 9 (sembilan) bulan yaitu dari bulan Maret 2015 sampai dengan bulan November 2015. Kelompok sasaran Adapaun kelompok sasaran dilaksanakannya kegiatan pengabdian yaitu Kelompok Tani Jaya Bersama Kelurahan Bagan Pete Kecamatan Kotabaru dan di Pesantren Pondok Karya Pembangunan (PKP) Al-Hidayah Kelurahan Kenali Asam Bawah Kecamatan Kotabaru Kota Jambi Metode Penyuluhan Kegiatan pengabdian ini bertujuan untuk memberi pemahaman akan hutan kota, fungsi dan pentingnya hutan bagi masyarakat yang hidup di kota. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan penyuluhan. Penyuluhan pertama-tama dilakukan dengan mempresentasikan bahan penyuluhan dalam format power point kepada mitra. Setelah presentasi dilakukan diskusi dua arah secara informal dan kekeluargaan guna menciptakan terjadinya sambung rasa atau keakraban antara tim pengabdian dan mitra. Penyuluhan paling tidak dilakukan dua kali. Di bagian awal kegiatan dilakukan penyuluhan dengan materi penjelasan tentang pengertian hutan kota, fungsi dan manfaat hutan kota, pemilihan jenis penyusun hutan kota, pengadaan benih, penaburan benih dan pembibitan. Di bagian pertengahan kegiatan dilakukan penyuluhan kedua dengan materi penentuan waktu tanam, pembuatan lubang tanam, pupuk dasar, penanaman dan pemeliharaan. Pada kedua penyuluhan yang akan dilaksanakan, dilakukan inisisasi pembentukan kelembagaan pada mitra yang nantinya menjadi pengelola dari hutan kota yang dibangun. Demonstrasi Setelah penyuluhan pertama dilakukan demonstrasi tentang pengunduhan buah, ekstraksi benih pengeringan, pembersihan, sortasi, pengemasan dan penyimpanan benih. Benih yang akan disediakan adalah mahoni, dadap dan bintangur laut. Selanjutnya dilakukan kegiatan penaburan benih pada bak kecambah (dari papan) dengan media kecambah pasir sungai. Bak tabur diberi naungan dengan paranet sehingga intensitas cahaya yang masuk sebesar sekitar 30 %. Bak tabur disiram setiap hari agar terjaga kelembabannya. Penanaman dilakukan bila bibit sudah siap tanam dan curah hujan masih cukup tinggi agar ketersedian air tanah cukup untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Penentuan titik tanam dilakukan dengan mempertimbangan kondisi lokasi. Kegiatan setelah penanaman adalah pemeliharaan tanaman. Pemeliharaan tanaman meliputi kegiatan pengendalian gulma yang dilakukan sekali setiap dua bulan. Pengendalian hama dan penyakit tanaman merupakan kegiatan pemeliharaan yang dilakukan jika ada gejala serangan pada tanaman. Selain itu pemeliharan yang dilakukan adalah penunggalan batang (singling), yaitu jikan batang bercabang dua atau lebih maka cabang batang dipotong sehingga meninggalkan satu batang saja pada tanaman. 46

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengertian hutan kota berdasarkan PP No. 63 Tahun 2002 Tentang Hutan Kota adalah suatu hamparan lahan yang bertumbuhan pohon-pohon yang kompak dan rapat di dalam wilayah perkotaan baik pada tanah negara maupun tanah hak, yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang berwenang. Hutan kota dapat berbentuk taman, kebun raya, arboretum, perindang tepi jalan, tempat rekreasi, bantaran sungai, halaman-halaman kantor, hotel, rumah sakit, sekolah, pekarangan rumah dan lapangan olah raga serta bahkan termasuk pepohonan yang tumbuh di pemakanan. Bibit Tanaman hutan yang dipilih untuk kegiatan pengabdian ini adalah bibit mahoni (Swietenia macrophylla King.) dan bibit asam jawa ( Tamarindus indica L.). Mahoni merupakan pohon pengahasil kayu untuk tujuan kayu pertukangan dengan karakteristik kayu yang memiliki warna dan penampakan serat yang indah sehingga bernilai ekonomis tinggi. Mahoni menjadi salah satu pohon andalan untuk dikembangkan sebagai bahan baku industri kehutanan yang dapat ditanam sebagai tanaman pokok maupun tanaman pengisi pada Hutan Tanaman Industri (HTI), Hutan Tanaman Rakyat (HTR), Hutan Rakyat (HR), Hutan Kota (HK) maupun tanaman peneduh jalan (Mindawati dan Megawati, 2013). Asam jawa merupakan tanaman yang mudah ditemukan di sekitar kita terutama di pinggir jalan raya. Tanaman asam jawa digunakan sebagai tanaman peneduh pinggir jalan karena tanaman ini memiliki daun yang kecil sehingga dalam perawatannya mudah dan juga tanaman ini memiliki batang dan akar yang keras sehingga tidak mudah tumbang bila terkena angin. Buah dari tanaman asam jawa ini biasanya digunakan sebagai bumbu masakan dan dan juga sebagai penambah rasa asam. Tanaman asam jawa ini memiliki manfaat dan khasiat bagi tubuh yang bisa digunakan sebagai obat herbal untuk mengobati berbagai macam penyakit. Persiapan Pembibitan Pada tahap persiapan ini meliputi persiapan alat dan bahan yang digunakan untuk pembibitan, yang terdiri dari pembuatan naungan, media perkecambahan dan media pembibitan. Pada kegiatan pengabdian ini benih mahoni yang digunakan adalah benih yang diambil dari pohon induk di hutan kampus Universitas Jambi kampus Mendalo. Sedangkan untuk benih asam jawa diperoleh dari Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BP-DAS) Batanghari. Pembibitan tanaman mahoni mulai dari tahap persiapan sampai pada pemeliharaan tanaman dilakukan di Kecamatan Kotabaru Kota Jambi. Tim pengabdian bersama santri wanita PKP Al- Hidayah mengecambahkan, menyapih, dan memelihara dan membudidayakan bibit mahoni dan asam jawa untuk pengkayaan hutan kota dalam hal ini penanaman pengkayaan dilakukan di Kelompok Tani Jaya Bersama Kelurahan Bagan Pete Kecamatan Kotabaru Kota Jambi. Kegiatan ini dilakukan secara bersamaan dengan kegiatan penyuluhan. Kegiatan Penyuluhan Kegiatan penyuluhan dilakukan di dua lokasi. Lokasi pertama, penyuluhan dilakukan kepada santriwati Pesantren Kecamatan Kotabaru Kota Jambi yang berjumlah 32 orang santriwati. Pemilihan santriwati sebagai respoden karena lokasi yang disediakan untuk kegiatan pembibitan dilakukan di wilayah santriwati. Di PKP Al-Hidayah antara santriwan dan santriwati dilakukan pemisahan lingkungan baik untuk ruang belajar maupun asrama. 47

Gambar 1. Para Santriwati PKP Al-Hidayah yang Mengikuti Kegiatan Penyuluhan Materi Penyuluhan berisi tentang bagaimana membuat pembibitan mahoni dan asam jawa meliputi tahapan kegiatan : deskripsi tanaman, persyaratan tumbuh, teknik budidaya (ekstraksi benih, penyimpanan benih, perkecambahan, persemaian, pemeliharaan di persemaian), teknik penanaman (penyiapan lahan, sistem penanaman, jarak tanam, pembuatan lubang tanam, pengangkutan bibit, penanaman, pemeliharaan) ceramah materi penyuluhan yang diberikan dan aktif dalam kegiatan diskusi bersama. Gambar 2. Suasana Kegiatan Penyuluhan dimana Anggota Tim Pengabdian Sedang Memaparkan Materi Penyuluhan Kegiatan yang kedua dilakukan di kelompok Tani Jaya Bersama Kelurahan Bagan Pete Kecamatan Kotabaru. Hampir sama dengan kegiatan penyuluhan pengabdian di lokasi PKP Al-Hidayah, anggota kelompok Tani Jaya Bersama juga sangat antusias dalam mendengarkan isi Gambar 3. Ketua Tim Pengabdian Sedang Memberikan Materi Penyuluhan di Kelompok Tani Jaya Bersama 48

Kegiatan Demonstrasi Pembibitan dan Penanaman Kegiatan demonstrasi pembibitan mahoni dimulai dari bagaimana cara mengektrasi benih mahoni. Kegiatan ekstraksi dilakukan dengan cara kering yaitu buah diperam kemudian dijemur di bawah sinar matahari selama 1 4 hari hingga merekah atau bisa dilakukan pemecahan secara manual sampai benih keluar dari buah. Sayap benih dipotong sebagian tetapi tidak sampai merusak struktur bagian dalam benih. Sebelum penyimpanan, kadar air benih harus diturunkan terlebih dahulu dengan cara dijemur selama 1 2 hari lalu lering anginkan selama 1 hari hingga kadar air mencapai 5 8 %, kemudian benih disimpan dalam wadah kedap udara. Gambar 4. Suasana Demonstrasi Teknik Ekstraksi Benih Mahoni Kegiatan selanjutnya yaitu bagaimana membuat bedeng persemaian. Persemaian dapat dibuat secara permanen untuk penyediaan bibit dalam jumlah banyak atau persemaian sementara untuk areal tanam terbatas. Selanjutnya mengecambahkan benih mahoni di dalam bak tabur. Tahapan dari kegiatan pengecambahan benih mahoni ini antara lain : (1) media dilakukan sterilisasi. Media semai merupakan campuran tanah dan pasir halus dengan perbandingan 1 : 1 atau 2 : 1 yang ditaruh pada bak kecambah; (2) ukuran bak kecambah 5 x 1 m atau 2 x 1 m. Perkecambahan benih dilakukan dengan cara menabur benih dan membenamkannya dalam media sedalam 2/3 bagian dengan posisi sayap di atas; (3) bak kecambah diberi naungan dari paranet 60%. Untuk menjaga kelembabab pada bedeng tabur, dilakukan penyiraman dua kali atau lihat kondisi media; (4) benih yang sudah berkecambah selanjutnya disapih ke dalam kantong plastik/polybag ukuran 8 x 15 cm. Gambar 5. Beberapa Santriwati Sedang Mempraktekan Cara Mengecambahkan Benih Mahoni 49

Langkah kegiatan selanjutnya yaitu penyapihan semai ke dalam polybag. Halhal yang harus diperhatikan dalam kegiatan ini antara lain : penyapihan semai dari bak kecambah ke dalam polybag harus dilakukan hati-hati agar akar tidak patah/rusak; semai ditanam secara berdiri tegak dan akar semai tidak melipat; penyapihan dilakukan pada pagi atau sore hari di bawah naungan; bibit yang telah disapih dipindahkan dan disusun pada bedeng sapih berukuran 5 x 1 m untuk dipelihara menjadi bibit sampai siap tanam. Gambar 6. Bibit Mahoni dan Asam Jawa yang Siap Untuk Ditanam Kegiatan selanjutnya adalah kegiatan penanaman bibit mahoni dan asam jawa di lingkutan PKP Al-Hidayah. Kegiatan penanaman meiputi kegiatan : penyiapan lahan, penentuan jarak tanam, pembuatan lubang tanam, pengangkutan bibit, dan penanaman bibit. Gambar 7. Suasana Penanaman Mahoni dan Asam Jawa di Pesantren Pondok Karya Pembangunan (PKP) Al - Kecamatan Kotabaru Kota Jambi 50

KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan uraian mengenai kegiatan BOPTN di Kelompok Tani Jaya Bersama Kelurahan Bagan Pete Kecamatan Kotabaru Kota Jambi dalam pengecambahan benih mahoni dan asam jawa serta penanaman bibit mahoni dan asam jawa disimpulkan bahwa respons dari mitra yaitu Kelompok Tani Jaya Bersama Kelurahan Bagan Pete Kecamatan Kotabaru Kota Jambi dalam kegiatan pengabdian BOPTN ini cukup positif dan memiliki animo yang tinggi untuk melakukan kegiatan pembibitan dan penanaman. Setelah kegiatan ini dilakukan diharapkan kelompok Tani Mitra tetap mau melanjutkan pembibitan dan perbanyakan serta penanaman mahoni dan asam jawa. Selain itu diharapkan anggota kelompok tani dan para santriwan santriwati tetap bersemangat dan disiplin dalam memelihara tanaman yang telah ditanam di lahan mereka agar bisa menjadikan hutan kota di Provinsi Jambi sebagaimana mestinya. UCAPAN TERIMA KASIH Tim pelaksana mengucapkan terima kasih banyak kepada Fakultas Kehutanan Universitas Jambi atas dukungan dana melalui Dana DIPA PNBP Universitas Jambi Nomor : DIPA/042.04.2.400088/2015 Tanggal 15 April 2015 untuk kegiatan pengabdian ini. Hal yang sama disampaikan kepada LPPM, Univeristas Kelompok Tani Jaya Bersama Kelurahan Bagan Pete Kecamatan Kotabaru Kota Jambi, Dekan Fakultas Kehutanan Universitas Jambi atas bantuan, fasilitasi dan kerjasamanya. DAFTAR PUSTAKA Dahlan, E.N., 1992. Hutan Kota untuk Pengelolaan dan Peningkatan Kualitas Lingkungam Hidup. Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI), Jakarta. Fakuara, Y. 1987.Konsepsi Pengembangan Hutan Kota. Laporan Penelitian Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. 51