I. PENDAHULUAN. aparatur pemerintah dan kalangan-kalangan yang memiliki akses kekuasaan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Nasional mengamanatkan bahwa setiap warga negara berusia 7-15 tahun. Sekolah) yang menyediakan bantuan bagi Sekolah dengan tujuan

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Perkembangan Dana BOS di Bandar Lampung

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu pekerjaan atau perencanaan. Mentri dalam Negeri

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kunci dalam peningkatan taraf hidup sebuah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. akan dilakukan perubahan dari dana APBN menjadi dana perimbangan. yang dilakukan melalui mekanisme transfer ke daerah dalam bentuk

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 22

BAB I PENDAHULUAN. menuju pemerintahan daerah yang demokratis dan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia telah diatur di dalam Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

A. PENGANTAR Sekolah merupakan salah satu instansi tempat perwujudan cita-cita bangsa dalam rangka mencerdaskan anak bangsa sesuai amanat UUD 1945.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tahun), sampai saat ini pemerintah masih dihadapkan pada berbagai

I. PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,

MEMBERDAYAKAN KOMITE SEKOLAH UNTUK MENINGKATKAN MUTU LAYANAN PENDIDIKAN. Oleh : Alpres Tjuana, S.Pd., M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. yang ingin sekolah tapi terbentur dengan biaya. Anak-anak banyak yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian Pendidikan merupakan hak setiap warga negara (UUD 1945 Pasal 29)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan salah satu indikator untuk kemajuan pembangunan suatu bangsa.

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

BAB I PENDAHULUAN. pada pembukaan UUD 1945 yang menyatakan bahwa Negara berkewajiban

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang baik, perlu ada peran serta pihak-pihak seperti: stakeholder

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Sejak jatuhnya pemerintahan Orde Baru dan digantikan dengan gerakan

RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN TENTANG EVALUASI PELAKSANAAN BOS TINGKAT SDN DI KABUPATEN BANJAR KERJASAMA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. mengamanatkan bahwa setiap warga negara yang berusia 7-15 tahun wajib mengikuti

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009

III. METODE PENELITIAN. Peneliti berusaha untuk menggambarkan bagaimana proses implementasi

BAB 14 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN

BAB I PENDAHULUAN. memburuk, yang berdampak pada krisis ekonomi dan krisis kepercayaan serta

Analisis Perbedaan Persepsi Stakeholders Ters Atas Transparansi, Partisipasi Dan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Bantuan Operasional Sekolah

WALIKOTA BANJAR. PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 32.a TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA SEKOLAH (APBS)

Pembiayaan Pendidikan Perspektif PP 48 Tahun 2008 dengan Perpres 87 Tahun Bahan Kajian

BAB I PENDAHULUAN. Dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 06 Tahun 2014 Tentang Desa

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi, teknologi informasi komunikasi (TIK) semakin lama

BAB I PENDAHULUAN. reformasi dalam keuangan negara. Sejak disahkannya UU No 22 tahun 1999

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUPATI KEPULAUAN YAPEN

LAPORAN PELAYANAN INFORMASI PUBLIK TAHUN 2015 PPID PPATK

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. nasional bertumpu pada tiga tema, yaitu : 1. Pemerataan dan perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan UU. No 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah bahwa

PELAYANAN INFORMASI PUBLIK

LAPORAN HASIL PENGUKURAN TINGKAT TRANSPARANSI PENDANAAN PARTAI POLITIK DI TINGKAT DEWAN PIMPINAN PUSAT

BUPATI POLEWALI MANDAR

BAB I PENDAHULUAN. pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan sistem tata kelola pemerintahan di Indonesia telah melewati serangkain

BAB I PENDAHULUAN. perannya yang signifikan dalam mencapai kemajuan di berbagai bidang

Pembentukan TIM PENGEMBANG SEKOLAH/ MADRASAH (TPS/M)

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor penyebab..., Rika Aristi Cynthia, FISIP UI, Universitas Indonesia

HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI KOMITE SEKOLAH DENGAN PEMENUHAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KEPANJEN KABUPATEN MALANG

PENJELASAN ATAS UNDANGUNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK

penduduknya bekerja sebagai petani dan tingkat pendidikan relatif rendah, dengan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PEMBEBASAN BIAYA PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI,

BAB V PENUTUP. Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. TAHAPAN UU No 5 Tahun 1974 UU No 22 Tahun 1999 UU No 32 Tahun 2004 Tahapan Pencalonan

PETUNJUK TEKNIS LOMBA TATA KELOLA BOS TINGKAT SMP

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN GRATIS

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 5 Tahun 2008 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era reformasi yang diikuti dengan diberlakukannya kebijakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dapat dikatakan sebagai sebuah kebutuhan bagi setiap orang,

1 BAB I PENDAHULUAN. memperoleh layanan pendidikan dasar yang lebih bermutu. Pemerintah

PENDAHULUAN. kendatipun disebut sebagai karya agung yang tidak dapat terhindar dari

BAB I PENDAHULUAN. Pendapatan dan Belanja Sekolah (APBS). Penyusunan APBS seharusnya. dilakukan dalam waktu singkat sekitar satu bulan sebelum tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BUPATI GUNUNG MAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNG MAS NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN DI KABUPATEN GUNUNG MAS

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah memberikan perhatian yang sungguh-sungguh dalam memberantas

BAB 1 PENDAHULUAN. selaku pejabat publik dengan masyarakat. Dan komunikasi tersebut akan berjalan

I. PENDAHULUAN. tinggi (Katz, dalam Moeljarto 1995). Pembangunan nasional merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Konsep Good governance atau tata kepemerintahan yang baik merupakan

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 98 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR TAHUN 2009 TENTANG

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERCEPATAN PEMBERANTASAN KORUPSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

LANGKAH KEBIJAKAN PETA JALAN PNPM MANDIRI 2012

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 17 TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi pada bidang politik mulai merambah pada bidang

BAB 9 PEMBENAHAN SISTEM DAN POLITIK HUKUM

BAB I PENDAHULUAN. Setelah Orde Baru jatuh dikarenakan reformasi maka istilah Good

Pencegahan dan Upaya Pemberantasan Korupsi

LAPORAN TAHUNAN LAYANAN INFORMASI PUBLIK. Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) Tahun 2016

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI III DPR RI DENGAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA

2017, No Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); M

Partisipasi Masyarakat dalam Pencegahan Pelanggaram HAM dan Pengingkaran Kewajiban

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu penyebabnya adalah faktor ekonomi keluarga. tanpa dukungan dana yang cukup. Menurut Peraturan Pemerintah No 48, tahun

I. PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia adalah negara kesatuan, dalam penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. ras, etnis, bahasa dan juga agama yang beragam, karena itulah Indonesia disebut sebagai

`````````````````` LAPORAN TAHUNAN LAYANAN INFORMASI PUBLIK PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI (PPID) PEMBANTU PELAKSANA

BAB I PENDAHULUAN. menumbangkan kekuasaan rezim Orde Baru yang sentralistik digantikan. arti yang sebenarnya didukung dan dipasung sekian lama mulai

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENDANAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

BAB I PENDAHULUAN. pengalokasian sumber daya dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah. Otonomi

DAYA DUKUNG DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) DI SD NEGERI WONOTINGAL 04 KECAMATAN CANDISARI KOTA SEMARANG TESIS

Hubungan antara MPR dan Presiden

2 Pelanggaran di Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih da

BAB 1 PENDAHULUAN. diperlukan demi menyelamatkan kelangsungan hidup bangsa dan negara kesatuan

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterpurukan pemerintah semenjak jatuhnya rezim Orde Baru dibawah kepemimpinan Soeharto pada tanggal 21 Mei 1998 menjadi pemandangan yang wajar dilihat maupun didengar oleh masyrakat. Keterpurukan itu semakin diperparah bersamaan dengan menjamurnya perilaku korupsi yang dilakukan aparatur pemerintah dan kalangan-kalangan yang memiliki akses kekuasaan. Pada situasi yang memprihatinkan ini, lahirlah beberapa lembaga anti korupsi pada era Reformasi, baik dari unsur pemerintah maupun non pemerintah yang berusaha memperbaiki nasib bangsa Indonesia untuk berubah ke arah yang lebih baik. Melalui unsur pemerintah, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) termasuk lembaga anti korupsi yang bekerja untuk memberantas atau menupas tuntas kasus-kasus korupsi yang merugikan negara. Secara resmi, Komisi Pemberantasan Korupsi secara resmi dibentuk oleh pemerintah pada bulan Desember Tahun 2003 dengan berdasarkan Undang- Undang No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Tugas utama yang harus dilakkan oleh KPK adalah melakukan koordinasi dengan instansi yang berwenang untuk melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi serta melakukan monitor terhadap penyelenggaraan

2 pemerintahan negara. Komisi Pemberantasan Korupsi ini pun memberi ruang yang sangat luas kepada masyarakat agar ikut berpartisipasi aktif mengawasi, mencegah dan memberantas tindak pidana korupsi sehingga KPK pun bekerjasama dengan lembaga-lembaga publik, kemasyarakatan, sosial dan swadaya masyarakat lainnya yang disertai dengan perumusan peran masingmasing dalam upaya pemberantasan korupsi. Pada masa sekarang ini tentu perlu adanya dukungan terhadap KPK selaku lembaga yang mengontrol kasus-kasus yang terjadi, terutama di Lampung. Dukungan terhadap KPK datang dari sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang sudah cukup lama mengikuti dan mengawasi segala tindakan yang berbau Korupsi di Lampung. LSM Komite Anti Korupsi (KoAK) yang ada di Lampung ini sedang gencar-gencarnya mengawasi dan menumbuhkan kesadaran masyarakat terhadap pendidikan anti korupsi yang mulai diterapkan dengan harapan semakin bertambahnya masyarakat yang sadar akan bahaya korupsi. Saat ini LSM KoAK sedang mengawasi dan mengontrol serta berusaha menyadarkan kesadaran para wali murid terhadap peredaran dan transparansi dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Seperti yang diketahui Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan bahwa setiap warga negara yang berusia 7-15 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar. Pasal 34 ayat 2 menyebutkan bahwa Pemerintah dan pemerintah daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya, sedangkan dalam ayat 3

3 menyebutkan bahwa wajib belajar merupakan tanggung jawab negara yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. Konsekuensi dari amanat undang-undang tersebut adalah Pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan pendidikan bagi seluruh peserta didik pada tingkat pendidikan dasar (SD dan SMP) serta satuan pendidikan lain yang sederajat. Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang dimulai sejak bulan Juli 2005, telah berperan secara signifikan dalam percepatan pencapaian program wajar 9 tahun. Oleh karena itu, mulai tahun 2009 pemerintah telah melakukan perubahan tujuan, pendekatan dan orientasi program BOS, dari perluasan akses menuju peningkatan kualitas. Melalui program BOS, sekolah dituntut kemampuannya untuk dapat merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi serta mempertanggungjawabkan pengelolaan biaya-biaya pendidikan tersebut secara transparan kepada masyarakat dan pemerintah. Pengelolaan pembiayaan pendidikan akan berpengaruh secara langsung terhadap kualitas sekolah, terutama berkaitan dengan sarana prasarana dan sumber belajar. Banyak sekolah yang tidak dapat melakukan kegiatan belajar mengajar secara optimal, hanya karena masalah keuangan, baik untuk menggaji guru maupun untuk pengadaan sarana prasarana pembelajaran. Berkaitan dengan pelaksanaan dana BOS, pada tahun 2012 pemerintah pusat dan DPR mengalokasikan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) sebesar Rp 27,6 triliun untuk jenjang pendidikan dasar (sumber: majalah sapu lidi edisi

4 Januari 2013). Dana BOS ini merupakan bagian program pemerintah untuk menuntaskan wajib belajar sembilan tahun dan telah digulirkan sejak tahun 2005. Memasuki tahun ketujuh, penyaluran dan penggunaan dana BOS masih mengalami berbagai permasalahan baik dalam penyaluran maupun penggunaannya Pada tahun 2012 Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) mengalami perubahan mekanisme penyaluran dan. Pada tahun anggaran 2011 penyaluran dana BOS dilakukan melalui mekanisme transfer ke daerah kabupaten/kota dalam bentuk Dana Penyesuaian untuk Bantuan Operasional Sekolah, mulai tahun anggaran 2012 dana BOS disalurkan dengan mekanisme yang sama tetapi melalui pemerintah provinsi. Bantuan Operasional Sekolah sendiri merupakan bantuan pemerintah pusat kepada seluruh SD/MI dan SMP/MTs se-indonesia, baik negeri maupunswasta. Bantuan ini diberikan kepada siswa melalui sekolah yang langsung ditrasfer ke rekening sekolah masing-masing. Bantuan tersebut diharapkandapat mengurangi atau bahkan menghapus biaya pendidikan yang selama ini diberikan kepada masyarakat.seperti yang diamanatkan oleh UUD 1945, yang mengupayakan anggaran pendidikan segera mencapai 20 % dari total APBN/APBD. Pengelolaan dan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) merupakan informasi terbuka. Masyarakat, khususnya wali murid berhak mengetahui penggunaan dana BOS yang dilakukan oleh pihak sekolah. Namun yang terjadi adalah para wali murid di setiap sekolah merasa takut untuk meminta keterangan penggunaan dana BOS tersebut yang merupakan hak mereka sendiri. Kesadaran akan hak mereka ini tentu juga menjadi pekerjaan

5 rumah bagi LSM atau Instansi yang berusaha menegakkan dan meningkatkan akan kesadaran tersebut. Banyak wali murid di Bandar Lampung khususnya tidak mengetahui akan hak mereka untuk mendapatkan informasi terhadap peredaran dan pengalokasian dana BOS yang dikeluarkan oleh pemerintah kepada sekolah-sekolah tempat anak mereka menuntut ilmu. Ketidakpahaman mereka inilah yang menggugah LSM KoAK untuk melakukan beberapa program yang diharapkan akan menambah pengetahuan para wali murid akan haknya. Para wali murid tersebut sesungguhnya dilindungi oleh Undang- Undang No. 14 tahun 2008 tentang keterbukaan informasi publik. Berbagai macam program telah dilakukan KoAK terkait permasalahan dana BOS tersebut. Program-program tersebut bukannya tanpa hambatan, berbagai hambatan dalam akses masuk ke sekolah guna menggali informasi juga dialami oleh LSM KoAK seperti pihak sekolah yang masih bersikeras merasa sah dalam melakukan pungutan karena adanya persetujuan para orang tua siswa melalui rapat komite sekolah. Hal tersebut menurut peneliti akan menghambat program KoAK dalam mewujudkan transparansi pengelolaan dana BOS. Program yang dilakukan KoAK saat ini adalah yang kedua kalinya setelah program assistensi dan pendampingan dalam pembuatan RKAS dan juga menentukan RAPBS mengalami hambatan. Kurangnya partisipasi dalam program pertama KoAK akhirnya melahirkan program lanjutan yaitu dengan mengadvokasi wali murid terkait hak mereka untuk mengetahui informasi dana BOS selaku informasi publik.

6 Pada penelitian ini, penulis tertarik untuk meneliti bagaimana cara dan usaha serta menganalisa strategi advokasi yang digunakan oleh LSM KoAK dalam mewujudkan transparansi dana BOS dan kesadaran para wali murid akan hak mereka yang dilindungi oleh UU. No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Penelitian ini dilakukan pada SDN 1 Langkapura dan SMPN 10 Bandar Lampung karena pada kedua sekolah tersebut terdapat pungutan sukarela namun bersifat wajib, maksudnya adalah penggantian nama uang komite sekolah menjadi sumbangan sukarela namun pada praktiknya jumlah uang yang akan disumbangkan sudah ditentukan terlebih dahulu, artinya sudah tidak sukarela lagi, hal ini tidak seharusnya terjadi karena biaya operasional sekolah tersebut sudah dibantu dengan BOS sehingga menimbulkan kecurigaan dana BOS yang dipakai itu memang benar kurang atau dialokasikan kurang transparan. Berdasarkan majalah sapu lidi edisi Januari 2013 yang diterbitkan oleh KoAK juga menyebutkan masih adanya perlakuan diskriminatif dan masih adanya pungutan berupa pembelian Lembar Kerja Siswa (LKS) yang seharusnya tidak diperbolehkan lagi. Banyak pendekatan-pendekatan dan juga metodelogi yang digunakan LSM KoAK dalam memperlancar tugas pengabdian mereka kepada masyarakat. Penelitian ini juga menggambarkan bagaimana prinsip dan teori clean governance digunakan dalam mewujudkan tata kelola kepemerintahan yang baik. Pada konteks penelitian ini adalah bagaimana pihak sekolah yang menerima bantuan dana dari pemerintah pusat dapat menggunakan dan memenejemen keuangan tersebut dengan berdasarkan pada prinsip clean governance yaitu transparansi penggunaan dana BOS.

7 Penelitian ini bukan menjadi penelitian pertama yang berbicara mengenai permasalahan dana BOS. Terdapat penelitian sebelumnya yang juga meneliti tentang alokasi dana BOS dengan judul Evaluasi pemanfaatan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) pada kegiatan pembelajaran di SD Impres Tamajane Kota Makassar dengan penulis Siti Rahmawati Arfah Alumnus Universitas Hassanudin tahun 2012. Adanya beberapa perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah pada penelitian sebelumnya, peneliti hanya berfokus pada bagaimana mengevaluasi pemanfaatan dana BOS terhadap kelangsungan belajar pada SD Impres Tamajene di Kota Makassar, sedangkan pada penelitian ini bertujuan pada bagaimana dana BOS tersebut dapat dialokasikan secara transparan dan akuntabel sesuai dengan prinsip-prinsip penyaluran dan penggunaan dana BOS. Penelitian ini menganalisa bagaimana strategi advokasi yang dilakukan oleh LSM KoAK guna mewujudkan alokasi dana BOS yang transparan. Penelitian ini sangat penting, karena transparan merupakan salah satu prinsip yang harus ditegakkan dalam pengalokasian dana BOS tersebut. Strategi advokasi yang dilakukan LSM KoAK diharapkan akan menjadi cikal bakal peran serta masyarakat dalam mewujudkan Indonesia bebas dari Korupsi. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang dipaparkan pada latar belakang diatas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah :

8 1. Bagaimanakah Implementasi program advokasi yang digunakan oleh LSM KoAK dalam mewujudkan transparansi pengelolaan dana BOS di SDN 1 Langkapura? 2. Bagaimanakah Implementasi program advokasi yang digunakan oleh LSM KoAK dalam mewujudkan transparansi pengelolaan dana BOS di SMPN 10 Bandar Lampung? C. Tujuan Penulisan Sesuai dengan rumusan masalah diatas, tujuan dari penulisan ini adalah: 1. Untuk mengetahui Implementasi program advokasi LSM KoAK yang dilihat dari cara pendidikan, organisir, pemantauan dan kampanye dalam mewujudkan transparansi dana BOS di SDN 1 Langkapura. 2. Untuk mengetahui Implementasi program advokasi LSM KoAK yang dilihat dari cara pendidikan, organisir, pemantauan dan kampanye dalam mewujudkan transparansi dana BOS di SMPN 10 Bandar Lampung. D. Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Akademis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengembangan ilmu terutama bagi Ilmu Pemerintahan mengenai teori-teori Implementasi terutama implementasi strategi advokasi yang dilakukan oleh LSM KoAK dalam mewujudkan transparansi dana BOS.

9 b. Kegunaan Praktis 1. Hasil penelitian ini bermanfaat bagi LSM untuk menjadi penilaian dan masukan dari pihak kampus untuk memperbaiki implementasi strategi advokasi mereka mendatang. 2. Hasil penelitian ini juga bermanfaat bagi masyarakat agar mereka ikut serta terlibat dalam pengawasan dan mewujudkan transparansi pengelolaan dana BOS.