dengan usaha pemeliharaannya (BAPPENAS, 2006). Sasaran yang akan dicapai Dinas Peternakan Provinsi Jawa Tengah selama tahun dalam kaitannya

dokumen-dokumen yang mirip
kota-kota besar yang mempunyai jaringan transportasi yang memadahi, sehingga susu yang dihasilkan dapat segera sampai ke konsumen akhir, mmengingat su

Semiloka Nasional Prospek Industri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas Indonesia. Kenaikkan harga susu dunia yang tinggi seharusnya dapat mengu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PROSPEK DAN PENGEMBANGAN USAHA SAPI PERAH DI JAWA TENGAH MENYONGSONG MDG s 2015

IV. ANALISIS DAN SINTESIS

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

7.2. PENDEKATAN MASALAH

IR. SUGIONO, MP. Lahir : JAKARTA, 13 Oktober 1961

I. PENDAHULUAN. menghadapi krisis ekonomi di Indonesia. Salah satu sub sektor dalam pertanian

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Pasar bebas bukan saja merupakan peluang namun juga ancaman. yang harus dihadapi oleh industri yang berkeinginan untuk terus maju dan

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 2

PEMASARAN SUSU DI KECAMATAN MOJOSONGO DAN KECAMATAN CEPOGO, KABUPATEN BOYOLALI. P. U. L. Premisti, A. Setiadi, dan W. Sumekar

PENDAHULUAN. produksi yang dihasilkan oleh peternak rakyat rendah. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012), produksi susu dalam negeri hanya

Peran Koperasi Unit Desa (KUD) Andini Luhur Getasan dalam Pengembangan Usaha Ternak Sapi Perah di Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Analisis Pemasaran Susu Segar di Kabupaten Klaten

I. PENDAHULUAN. Pertanian telah terbukti sebagai sektor yang mampu bertahan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tahun 2011 sebanyak ekor yang tersebar di 35 Kabupaten/Kota.

KEBIJAKAN EKONOMI INDUSTRI AGRIBISNIS SAPI PERAH DI INDONESIA

PENGKAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN USAHA SAPI PERAH RAKYAT DI KABUPATEN TRENGGALEK

KERAGAAN PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG YANG DIFASILITASI PROGRAM PENYELAMATAN SAPI BETINA PRODUKTIF DI JAWA TENGAH

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)

BAB I. PENDAHULUAN. [Januari, 2010] Jumlah Penduduk Indonesia 2009.

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, p Online at :

Tinjauan Tentang Populasi Sapi Potong dan Kontribusinya terhadap Kebutuhan Daging di Jawa Tengah

ANALISIS PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH (Studi Kasus di Perusahaan X, Desa Cibeureum Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor) SKRIPSI SHCYNTALIA HERTIKA

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia saat ini sudah semakin maju. Dilihat dari

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada

BAB V STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN SAPI PERAH KUD GIRI TANI

VII. SISTEM PENGELOLAAN USAHA TERNAK SAPI MANDIRI CISURUPAN. 7.1 Struktur Organisasi dan Pengambilan Keputusan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan peternakan pada subsistem budidaya (on farm) di Indonesia

PENDAHULUAN. kebutuhan susu nasional mengalami peningkatan setiap tahunnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ILMU PRODUKSI TERNAK PERAH PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga permintaan susu semakin meningkat pula. Untuk memenuhi

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

Susu : Komoditi Potensial Yang Terabaikan

Dampak Penurunan Harga Susu terhadap Agribisnis Sapi Perah Rakyat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Strategi Pengembangan Usaha Peternakan Sapi Perah Rakyat di Kabupaten Boyolali

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. berbagai permasalahan persusuan pun semakin bertambah, baik

PENDAHULUAN. dimiliki oleh petani masih dalam jumlah yang sangat terbatas.

KAJIAN TINGKAT INTEGRASI PADI-SAPI PERAH DI NGANTANG KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu produk peternakan yang berperan dalam

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Industri susu di Indonesia merupakan salah satu industri pangan yang

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

UPAYA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAPI PERAH DAN PENINGKATAN PRODUKSI SUSU MELALUI PEMBERDAYAAN KOPERASI SUSU

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. maju dalam produk susu, hal ini terlihat akan pemenuhan susu dalam negeri yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kehidupan manusia dan merupakan salah satu sumber protein hewani yang

PEDOMAN KOORDINASI PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN PERSUSUAN NASIONAL BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1. Dalam Instruksi Presiden ini yang dimaksud dengan:

PRODUKTIVITAS DAN ANALISA KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI POTONG DI YOGYAKARTA (POSTER) Tri Joko Siswanto

KEBIJAKAN IMPOR SUSU: MELINDUNGI PETERNAK DAN KONSUMEN

BAB I PENDAHULUAN. segar sampai produk-produk olahan yang berbahan baku susu sapi.

KAJIAN KEPUSTAKAAN. sumber utama protein, kalsium, fospor, dan vitamin.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Uraian Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB III TINJAUAN DATA

IDENTIFIKASI UMKM (USAHA MIKRO KECIL MENENGAH) PETERNAKAN SAPI DI KECAMATAN TAWANGSARI KABUPATEN SUKOHARJO

ANALISIS FINANSIAL USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH (Studi Kasus Peternakan HMB Agro, Desa Sukajaya Kecamatan Taman Sari Kabupaten Bogor)

POLA PENGEMBANGAN KOMODITI JAGUNG HIBRIDA. di KAB. SUMBA TIMUR

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Swasembada susu nasional saat ini masih sulit tercapai, hal ini terlihat lebih dari 75

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan

ANALISIS PERKEMBANGAN KOPERASI SUSU YANG BERWAWASAN AGRIBISNIS

PROGRAM PENGEMBANGAN BUDIDAYA SAPI PERAH DI LUAR PULAU JAWA. (Dairy Farming Development Program Outside Java Island)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah

BAB I PENDAHULUAN. turun, ditambah lagi naiknya harga benih, pupuk, pestisida dan obat-obatan

PENGARUH PERUBAHAN TEKNOLOGI TERHADAP PERKEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: A. ARU HADI EKA SAYOGA L2D

SEBARAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DAN DAMPAKNYA TERHADAP PRODUKSI PADI DI PROPINSI JAWA TENGAH

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK SAPI POTONG DAN SAPI BAKALAN KARAPAN DI PULAU SAPUDI KABUPATEN SUMENEP

PEMBENTUKAN MODEL UNIT PELAYANAN JASA ALAT DAN MESIN SAPI PERAH

Analisis Profitabilitas pada Usaha Peternakan Sapi Perah di Kabupaten Semarang

Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, p 1-7 Online at :

PERFORMA PRODUKSI SUSU DAN REPRODUKSI SAPI FRIESIAN-HOLSTEIN DI BPPT-SP CIKOLE LEMBANG SKRIPSI YUNI FITRIYANI

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah.

BAB 1 PENDAHULUAN Potensi Pengolahan Susu Di Kabupaten Boyolali

RINGKASAN PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia masih merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

ANALISIS PEMASARAN SUSU SEGAR DI KABUPATEN KLATEN THE ANALYSIS OF FRESH MILK MARKETING IN KABUPATEN KLATEN

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK SAPI PERAH KECAMATAN BANYUMANIK, KECAMATAN GETASAN, DAN KECAMATAN CEPOGO. D. Anindyasari, A. Setiadi, dan T.

BAB I. PENDAHULUAN. gizi yang tinggi yang disekresikan oleh kelenjar mamae dari hewan betina

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 1 Maret 2013

Mukson, E. Prasetyo, B. M. Setiawan dan H. Setiyawan Laboratorium Sosial Ekonomi Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. sangat mendukung berkembangnya sektor pertanian dan peternakan.

PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI BENGKULU DALAM MENDUKUNG AGRIBISNIS YANG BERDAYA SAING

Transkripsi:

PENGUATAN KELEMBAGAAN PEMASARAN SUSU UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN INDUSTRI SAPI PERAH DI JAWA TENGAH (Strengthening the Institutional on Milk Marketing to Support the Development of Dairy Cattle Industry in Central Java) CAHYATI SETIANI dan TEGUH PRASETYo Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah ABSTRACT Milk production in Central Java has decreased during the period of 2002-2006. Most of the fresh milk has been sold to milk processing industries (IPS), only a little that goes directly o the consumers fresh milk marketing involved the village cooperative unit (KUD), Indonesian Cooperative Milk Unity (GKSI) and IPS. The role of KUD as a single market on milk has supplied to IPS as a major consumer. Milk marketing chains from farm gate to IPS involves middle man or loper, collected by KUD and sent to GKSL Selling milk directly to consumer was found in Semarang, Surakarta, Pekalongan and Tegal. Recently, there is a change in milk marketing chains in Central Java that milk goes directly from farmers gate or KUD to IPS. This marketing chains were more profitable to farmers due to price differences among them. Keywords : Dairy cattle, institutional, milk marketing ABSTRAK Produksi susu di Jawa Tengah menurun selama periode 2002-2006. Sebagian besar (>90%) susu dipasarkan ke Industri Pengolahan Susu (IPS) dengan melalui beberapa lembaga pemasaran dan sekitar 10% dipasarkan dalam bentuk segar. Pemasaran susu terkait langsung dengan Koperasi Unit Desa (KUD), Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) dan IPS sebagai lembaga jalur pemasaran susu. KUD memegang pasar tunggal bagi susu segar dengan IPS sebagai konsumen utama. Rantai pemasaran susu dari peternak sampai ke IPS melalui pengumpul atau loper yang selanjutnya ditampung di KUD dan disalurkan melalui GKSI. Penjualan susu secara langsung ke konsumen banyak dilakukan di Kota Semarang, Surakarta, Pekalongan, dan Tegal. Di Jawa Tengah akhir-akhir ini sedang terjadi perubahan jalur pemasaran susu yaitu dari kelompok petemak atau KUD langsung ke IPS. Jalur pemasaran susu yang dilakukan secara langsung ke IPS lebih menguntungkan peternak karena terjadi perbedaan harga. Kata kunci : Sapi perah, kelembagaan, pemasaran susu PENDAHULUAN Pengembangan sapi perah mempunyai dampak positif terhadap perekonomian daerah dan nasional. Dampak positif tersebut antara lain adalah penghematan devisa negara, menciptakan lapangan kerja, pendapatan petemak clan perbaikan gizi masyarakat (KARIYASA dan KASRYNO, 2004). Tujuan utama pemeliharaan sapi perah saat ini adalah memperoleh produksi susu, pedet (anak sapi) dan pupuk kandang. Kawasan usaha sapi perah pada umumnya ada di sekitar kota besar yang mempunyai jaringan transportasi yang memadahi, karena memudahkan pemasaran dan dapat membentuk jalur tataniaga susu. Usaha sapi perah di Jawa Tengah masih bersifat subsisten oleh peternak kecil dan belum mencapai usaha yang berorientasi ekonomi. Tingkat produktivitas temak masih rendah disebabkan karena kurangnya modal serta pengetahuan/ketrampilan peternak yang mencakup aspek reproduksi, pemberian pakan, pengolahan pasca panen, penerapan sistem recording, pemerahan, sanitasi, dan pencegahan penyakit. Selain itu pengetahuan peternak tentang tata niaga perlu ditingkatkan sehingga keuntungan yang diperoleh sebanding 449

dengan usaha pemeliharaannya (BAPPENAS, 2006). Sasaran yang akan dicapai Dinas Peternakan Provinsi Jawa Tengah selama tahun 2006-2009 dalam kaitannya dengan pengembangan industri sapi perah, adalah (1). Meningkatnya populasi sebesar 0,84 %/tahun, (2). Meningkatnya produksi susu 0,73 /tahun, (3). Tercapainya peningkatan produktivitas susu sapi perah 8 liter/ekor/hari, (4). Menurunnya angka kesakitan (morbiditas) dibawah 4%/tahun (DINAs PETERNAKAN PROVINSI JAWA TENGAH, 2006). Pemasaran susu saat ini sebagian besar didominasi oleh satu lembaga sehingga harga yang diterima petani sangat tergantung dari keputusan satu lembaga. Kondisi ini mengarah pada pasar monopsonic, sehingga posisi tawar peternak menjadi lemah. Namun ada beberapa kelompok peternak yang sudah mulai membangun jaringan pasar secara langsung dengan industri pengolahan susu (IPS). Sebagian besar produksi susu diserap oleh IPS (PRASETYO et al., 2007Makalah ini membahas kajian tentang penguatan kelembagaan pemasaran susu untuk mendukung pengembangan industri sapi perah di Jawa Tengah. METODE PENGKAJIAN Kajian ini dilakukan di Kabupaten Boyolali, Semarang, dan Klaten pada Oktober- November 2007. Pemilihan lokasi didasarkan pada nilai location quotient (LQ), carrying capacity, tingkat pertumbuhan, dan sarana prasana, serta arahan dari Dinas Peternakan Provinsi Jawa Tengah. Metode pengkajian yang digunakan adalah studi pustaka, participatory rural appraissal (PRA), dan diskusi. Data dan informasi yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder, meliputi potensi susu dan lembaga pemasaran susu di Jawa Tengah. Data sekunder diperoleh dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Provinsi Jawa Tengah 2006-2010, Laporan Tahunan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Tengah, dan Rencana Strategis Dinas Peternakan Provinsi Jawa Tengah. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan petugas dinas peternakan Provinsi Jawa Tengah, koperasi, industri pengolahan susu dan peternak utamanya yang berada di lingkup wilayah Kabupaten Boyolali, Semarang, dan Klaten. Data yang dikumpulkan dianalisis secara deskriptif. Potensi susu HASIL DAN PEMBAHASAN Populasi sapi perah selama lima tahun terakhir mengalami penururnan, dimana pada tahun 2002 sebanyak 119 ribu ekor, menurun pada tahun 2006 menjadi 115 ribu ekor. Penurunan populasi tersebut diikuti oleh penurunan produksi susu dimana pada tahun 2002 sebesar 80 juta liter, dan turun pada tahun 2006 menjadi 71 juta liter (Gambar 1). Produksi susu mengalami penurunan rata-rata 4,68% per tahun. Penurunan produksi susu selain disebabkan oleh penurunan populasi juga disebabkan oleh penurunan kualitas bibit sapi perah. Sentra produksi susu di Jawa Tengah adalah di Kabupaten Boyolali, Semarang, Klaten, Magelang, Banyumas, Kota Salatiga, Kota Semarang, Surakarta, Pekalongan dan Tegal. Produksi susu di lokasi pengkajian paling tinggi berada di Kabupaten Boyolali dengan peningkatan rata-rata paling rendah dibandingkan dengan lokasi lainnya. Di Kabupaten Klaten walaupun produksi susu paling rendah tetapi tingkat pertumbuhannya paling tinggi (label 1). Ketersediaan dan kebutuhan susu di Jawa Tengah terdapat kecenderungan terjadi peningkatan kebutuhan susu yang tidak diikuti dengan peningkatan ketersediaan secara signifikan (label 2). Dan sisi konsumsi tampak bahwa kebutuhan susu dari tahun 1998 sampai 2006 terus mengalami kenaikan yaitu dari 2,64 kg/kapita /tahun menjadi 3,16 kg/kapita/tahun. Sebagian besar konsumsi tersebut dipasok dari bahan baku susu impor yaitu sekitar sekitar 70 %. Pada tahun 2006 kebutuhan susu di Jawa Tengah adalah sebanyak 170 juta kg, dan pada tahun 2008 diperkirakan meningkat menjadi 180 juta kg. Kebutuhan tersebut dipasok dari susu segar sebanyak 41% atau 71 juta kg. Kebutuhan susu segar pada 2008 diperkirakan akan meningkat menjadi 79 juta kg. 4 5 0

Produksi Susu di Jam Tengah 2002-2006 L w 0 v.~r O 4 84000 82000 80000 78000 76000 74000 72000 70000 68000 66000 64000 2002 2003 2004 2005 2006 Gambar 1. Produksi susu di Jawa Tengah 2002-2006 Tabel 1. Produksi susu di lokasi pengkajian Kabupaten 2002 2003 2004 2005 2006 Rata-rata Rata-rata kenaikan pertumbuhan (%) (%) Boyolali 30.777.829 31.177.928 30.564.850 27.295.835 29.461.368 (1,09) (2,18) Klaten 7.578.504 7.740.252 3.566.552 3.887.126 4.047.353 (14,51) (20,35) Kab. Semarang 24.855.528 26.455.613 24.351.667 21.365.294 18.199.994 (7,50) (7,98) Jawa Tengah 80.129.318 82.941.722 78.231.136 70.693.094 71.375.710 (2,85) (3,88) Sumber : STATISTIK PETERNAKAN PROvINSI JAWA TENGAH (2006) Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan susu dari tahun ke tahun terus meningkat, demikian juga ditinjau dari harga jual. Hal ini menunjukkan bahwa usaha sapi perah mempunyai prospek yang baik, sehingga diperlukan upaya konkrit dengan mendorong investasi agar usaha sapi perah dapat lebih produktif, efektif dan efisien sehingga mampu mampu memenuhi permintaan, menyerap tenaga kerja serta dapat meningkatkan pendapatan peternak. Lembaga pemasaran susu Pemerahan susu umumnya dilakukan pada pagi dan sore hari yang ditempatkan pada milk can, kemudian dikumpulkan oleh loper susu, dan selanjutnya susu diproses dengan cara pasteurisasi dan didinginkan di Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI). Susu tersebut kemudian diangkut melalui tangki menuju ke IPS. Beberapa IPS yang selama ini bekerja dengan koperasi adalah PT Sari Husada di Yogyakarta, PT Friesen Flag dan Indomilk di Jawa Barat. Produk akhir yang diproses di IPS antara lain adalah susu kental manis dan susu bubuk. Sebagian kecil (<10%) susu dipasarkan dalam bentuk segar dan didistribusikan ke warung-warung, kemudian dimasak dan disajikan dalam bentuk segar. Sebagian besar (90%) pemasaran susu terkait langsung dengan KUD. Koperasi dan IPS merupakan pelaku utama yang memegang jalur pemasaran susu dan KUD memegang pasar tunggal bagi susu segar. 45 1

Tabel 2. Ketersediaan dan kebutuhan susu di Jawa Tengah Uraian 2006 2007 Ketersediaan (kg) : Sumber: STATISTIK PETERNAKAN PROVINSI JAWA TENGAH (2006) 2008 Perkiraan Produksi susu (segar) 71.375.710 75.501.804 79.866.419 5,781 Pemasukan susu (susu olahan) 102.613.856 102.874.017 103.577.063 0,468 Total Ketersediaan 173.989.566 178.375.821 183.443.482 2,681 Kebutuhan susu (kg) : Konsumsi masyarakat 104.570.355 105.524.000 106.577.063 0,955 Pengeluaran 54.890.233 58.060.887 61.417.276 5,779 Susu yang tercecer 4.063.303 4.303.602 4.552.385 5,847 Untuk pakan/pedet 7.128.602 7.550.180 7.986.641 5,847 Total kebutuhan 170.652.493 175.438.669 180.533.365 2,854 Stock ketersediaan (kg) 3.337.073 2.937.152 2.910.117 (6,616) r (%) Perbedaan harga yang disebabkan karena adanya variasi jalur pemasaran susu disajikan pada Gambar 2. Setelah susu diterima KUD, dan disalurkan melalui GKSI sebelum ke IPS memiliki perbedaan harga jual susu dibandingkan dengan yang dari KUD langsung ke IPS. Hal ini tentu menjadi perhatian bagi peternak yang ingin memperoleh pendapatan yang lebih baik. 3.300 Konsumen susu segar GKSI Petemak 1600-2000 Pengumpul di tingkat kelompok 1700-2000 KUD di tingkat kecamatan 2300-2700 IPS 3000 Pengecersusu segar Penguatan kelembagaan pemasaran.susu Harga susu segar di Jawa Tengah pada Juni tahun 2004 pernah mengalami penurunan yaitu dari Rp. 1.200/liter, menjadi Rp. 1.100/liter, dan meningkat ke harga semula pada Desember tahun 2004. Pada tahun 2004 mulai Gam bar 2. Jakur pemasaran susu di Jawa Tengah dirintis oleh beberapa kelompok peternak di Kabupaten Semarang dengan merubah jalur pemasaran susu dari kelompok langsung disalurkan ke IPS. Tampaknya model ini mulai berkembang, sehingga pada tahun 2007 harga susu telah mengalami peningkatan. Walaupun 452

Semiloka Nasional Prospek Industri Sapt Perah Menuju Perdagangan Bebas - 2020 masih bervariasi namun harga jual susu yang diterima antara Rp. 2.000 - Rp. 2.700 per liter. Beberapa kelompok di Kabupaten Boyolali juga mulai merintis jalur pemasaran susu langsung ke IPS. Produksi susu dari peternak dalam satu kelompok dikumpulkan di ketua kelompok dan langsung di salurkan ke IPS. Hal ini dilakukan dengan alasan apabila dikumpulkan pada loper terjadi penurunan kualitas susu yang berdampak pada harga susu, sehingga jalur pemasaran susu dapat lebih pendek. Penguatan kelembagaan pemasaran susu tidak hanya ditingkat peternak. Kinerja kelembagaan di tingkat penampung maupun pengolahan hasil juga perlu diperkuat dan diperbaiki. Kasus tentang GKSI yang pernah selama 4 hari tidak menerima sussu dari peternak karena alasan manajemen, merupakan pengalaman yang tidak perlu terjadi. Peternak merasa sangat dirugikan, sehingga diperlukan aturan main yang mengikat antara pihak peternak dengan pihak penampung dan atau pengolahan susu. Hal ini sangat penting, mengingat pihak peternak selalu dalam posisi yang lemah dan dirugikan. Pengembangan industri sapi perah Populasi sapi perah selama lima tahun terakhir mengalami penuruman, dimana pada tahun 2002 sebanyak 119 ribu ekor, dan turun menjadi 115 ribu ekor pada tahun 2006 (Gambar 3). Sentra produksi susu di Jawa Tengah adalah Kabupaten Boyolali, Kota Semarang, Klaten, Magelang, Banyumas, Kota Salatiga, Semarang, Surakarta, Pekalongan dan Tegal. Produktivitas sapi perah relatif belum optimal, rata-rata batu mencapai produksi susu segar 7,95 liter/hari/ekor. Tabel 3 menunjukkan bahwa penurunan populasi terjadi di Kabupaten Klaten, sedangkan peningkatan populasi terjadi di Kabupaten Boyolali dan Semarang. Gam bar 3. Populasi ternak api perah di Jawa Tengah Tabel 3. Populasi ternak sapi perah (ST) di lokasi pengkajian (2001-2005) Kabupaten/Kota 2001 2002 2003 2004 2005 Rata-rata (Ekor) (Ekor) (Ekor) (Ekor) (Ekor) (Ekor) Kota Boyolali 59,525 63,848 56,193 57,948 58,792 59,261 Kabupaten Klaten 7,109 7,899 7,899 5,809 5,859 6,915 Kabupaten Semarang 30,286 27,692 28,241 30,625 31,888 29,746 Jawa Tengah 114,916 119,026 111,336 110,691 114,116 114,017 Sumber : STATISTIK PETERNAKAN PROVINSI JAWA TENGAH (2006) 4 5 3

Usaha peternakan sapi perah tingkat rumahtangga dapat memberikan keuntungan jika jumlah yang dipelihara minimal sebanyak 6 ekor, walaupun tingkat efisiensinya dapat dicapai dengan pemeliharaan 2 ekor dan ratarata produksi 15 1/hari. Untuk mencapai tingkat produksi yang tinggi, pemberian dan pengelolaan pakan harus sesuai dengan kebutuhan ternak. Minimum pakan yang dapat dimanfaatkan (terserap) oleh ternak diusahakan sebesar 3,5%-4% dari bahan kering (SABRAm, 1994). Usahatani ini pada dasarnya membutuhkan masukan sarana dan prasarana produksi yang memadai. Berdasarkan kondisi lapang yang ada, sarana dan prasarana yang membutuhkan perbaikan adalah tempat penampungan/penyimpanan susu. Selain itu mengingat susu mudah rusak dan tenggang waktu yang dibutuhkan agar susu tidak ruak sekitar 4 jam, dibutuhkan tempat penampungan yang lebih besar (volume), serta lokasi lebih didekatkan ke sentra sapi perah. Pengembangan industri sapi perah dapat dilakukan melalui : (1) Peningkatan skala usaha, (2) Perbaikan sarana penampungan susu, (3) Penataan lalu lintas pemasaran, (4) Pengembangan kelembagaan, dan (5) Diversifikasi usaha. Penataan lalu lintas susu perlu ditingkatkan, sehingga tidak terjadi inefisiensi. Pewilayahan lokasi produksi susu yang dilakukan dengan model KUD sudah tepat, namun manajemen belum optimal dan sering teijadi perbedaan harga. Peningkatan kinerja lembaga produksi sampai pengolahan hasil merupakan salah satu hal yang perlu dilakukan baik secara teknis maupun manajemen. Mengingat resiko usaha sapi perah sangat tinggi, diperlukan diversifikasi usaha bagi peternak. Jenis usaha perlu dikaitkan dengan usaha sapi perah yang dilakukan, baik yang bersifat mengurangi biaya maupun yang bersifat meningkatkan nilai tambah. Jenis usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi biaya adalah pembuatan industri rumahtangga (tahu) yang limbahnya dapat dimanfaatkan untuk pakan. KESIMPULAN DAN SARAN Populasi sapi perah di Jawa Tengah selama lima tahun terakhir mengalami penurunan dimana pada tahun 2002 sebanyak 119 ribu ekor dan turun menjadi 115 ribu ekor pada tahun 2006. Hal ini mengakibatkan penurunan produksi susu sebanyak 80 juta liter menjadi 71 juta liter. Kebutuhan susu dari tahun ke tahun terus meningkat sehingga menunjukkan bahwa usaha sapi perah mempunyai prospek yang baik. Oleh karena itu diperlukan upaya konkrit dengan mendorong investasi agar usaha sapi perah dapat lebih produktif, efektif dan efisien sehingga mampu mampu memenuhi permintaan, menyerap tenaga kerja serta dapat meningkatkan pendapatan peternak. Penguatan kelembagaan pemasaran susu perlu dilakukan tidak hanya di tingkat peternak, namun juga kinerja di tingkat penampung maupun pengolahan hasil. Pengembangan industri sapi perah dapat dilakukan melalui : (1) Peningkatan skala usaha, (2) Perbaikan sarana penampungan susu, (3) Penataan lalu lintas pemasaran, (4) Pengembangan kelembagaan, dan (5) Diversifikasi usaha. DAFFAR PUSTAKA BAPPENAS. 2006. Pengembangan ekonomi masyarakat pedesaan. Bappenas. Jakarta. DINAS PETERNAKAN PROPINSI JAWA TENGAH. 2006. Statistik Peternakan Provinsi Jawa Tengah. Ungaran. DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA TENGAH. 2006. Laporan Tahunan. Dinas Peternakan Provinsi Jawa Tengah. Ungaran. DINAS PETERNAKAN PRovINSI JAWA TENGAH. 2006. Rencana Strategis Dinas Peternakan 2006-2009 Provinsi Jawa Tengah. Ungaran. KARIYASA dan KASRYNO. 2004. Dinamika pemasaran dan prospek pengembangan ternak sapi di Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Jakarta. PRASETYO, T., DJOKO PRAMONO, SARJANA, MURYANTo, dan CAHYATI SETIANI. 2007. Pengembangan sistem usaha sapi perah. Dinas Peternakan Provinsi Jawa Tengah. Ungaran SABRANi. 1994. Teknologi pengembangan sapi Sumba Ongole. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta 4 5 4

DISKUSI Jawaban : Pertanyaan : Apakah menurut Saudara peningkatan skala usaha optimal yang terdiri dari 4 ekor sapi laktasi, 1 ekor sapi kering dan 2 ekor pedet sudah dapat mencukupi kehidupan petemak? Apa dasarnya?. Peningkatan skala usaha optimal yang terdiri dari 4 ekor sapi laktasi, I ekor kering dan 2 ekor pedet sudah dapat mencukupi kehidupan peternak. Hal ini akan menghasilkan pendapatan rata-rata sebesar Rp. 2 juta/bulan yang relatif lebih besar dibandingkan dengan rata-rata UMR Provinsi Jawa Tengah sebesar Rp. 800 ribu/bulan. Dasar perhitungan adalah sebagai berikut : 4 ekor laktasi dengan rata-rata produksi 10 I/ekor/hari @ Rp. 2.500 = Rp. 100 ribu/hari Estimasi biaya produksi sebesar 50%, sehingga diperoleh pendapatan susu Rp. 1,5 juta/bulan Estimasi pendapatan dari pedet dan pupuk kandang sebesar Rp. 6 juta/tahun Estimasi pendapatan usaha sapi perah menjadi Rp. 2 juta/bulan 4 5 5