BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi bukanlah hal yang baru untuk menjadi bahan perbincangan di

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mampu menghilangkan kesenjangan sosio-ekonomi masyarakat. 1

BAB I PENDAHULUAN. oleh semua negara di dunia. Kemiskinan tidak bisa dianggap mudah untuk

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh negara berkembang termasuk Indonesia. Masalah kemiskinan

BAB 1 PENDAHULUAN. Permasalahan kemiskinan senantiasa menarik dikaji karena merupakan masalah serius

BAB I PENDAHULUAN. zakat dan Infaq merupakan ibadah yang tidak hanya bersifat vertikal (hablun min

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam memahami zakat masih sedikit di bawah shalat dan puasa.

BAB I PENDAHULUAN. dijauhi. Diantara perintah-perintah tersebut adalah saling berbagi - bagi

BAB I PENDAHULUAN. minallah atau dimensi vertikal dan hablum minannas atau dimensi horizontal.

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan di akhirat nanti. Islam sangat memegang tinggi prinsip solidaritas yang

BAB I PENDAHULUAN. yang berlawanan dengan semangat dan komitmen Islam terhadap. yang sejahtera dan baik yang menjadi tujuan utama mendirikan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, infaq, dan shadaqah merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang

BAB I PENDAHULUAN. oleh seluruh bangsa di dunia, termasuk Indonesia. Salah satu problematika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Zakat merupakan salah zatu dari rukun Islam, seornag mukmin

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dalam perannya pada aspek sosial-ekonomi yang sangat besar.

BAB I PENDAHULUAN. mengendalikan tujuan perusahaan. Good Corporate Governance yang. seringkali digunakan dalam penerapannya di perusahaan-perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. pada Al-Qur an dan Hadist. Dana zakat yang terkumpul akan diberikan kepada

BAB I PENDAHULUAN. Di tengah problem sosial masyarakat Indonesia dan tuntutan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran dan kemiskinan merupakan masalah di banyak negara,

I. PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan sebuah fenomena umum yang terjadi pada negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) merupakan ibadah yang tidak hanya

BAB 1 PENDAHULUAN. itu juga berfungsi sebagai dana masyarakat yang dimanfaatkan untuk kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan juga berarti akses yang rendah dalam sumber daya dan aset produktif untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. berkaitan erat dengan namanya harta. Harta merupakan titipan dari Allah kepada

BAB I PENDAHULUAN. merupakan negara berpenduduk muslim terbesar di dunia. 1 Agama Islam

BAB I PENDAHULUAN. muslim dengan jumlah 88,1 persen dari jumlah penduduk indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Menciptakan. Manifestasi dari kesadaran tersebut, bagi manusia akan tercapai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut pernyataan standar akuntansi keuangan PSAK No 109, Zakat

BAB I PENDAHULUAN. sebanyak 38,4 juta jiwa (18,2%) yang terdistribusi 14,5% di perkotaan dan 21,1% di

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan tantangan utama yang dihadapi negara-negara. Asia-Afrika. Jika menggunakan indikator Bank Dunia, yang mematok

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dituntut untuk memiliki transparansi dan akuntabilitas. Organisasi

BAB I PENDAHULUAN. ingin berkembang. Indonesia yang merupakan Negara berkembang tentunya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia, yaitu kurang dari $ USA. Pada awal tahun 1997

BAB I PENDAHULUAN. secara layak. Menurut Siddiqi mengutip dari al-ghazali dan Asy-Syathibi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan yang sering dihadapi oleh negara-negara

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data dari Badan Perencana Pembangunan (Bappenas) menyatakan bahwa jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per

BAB I PENDAHULUAN. 90-an dan setelah tahun 90-an memiliki beberapa perbedaan yang mendasar. Pada

BAB I PENDAHULUAN. akademis serta bermunculannya lembaga perekonomian islam di Indonesia. Begitu

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGELOLAAN ZAKAT, INFAK DAN SHADAQAH

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa melaksanakan pembangunan yang bersifat fisik materil dan mental

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dideklarasikan satu dekade lalu, wacana tentang Millennium

BAB I PENDAHULUAN. harta dan dilarang untuk memubazirkan dan menyia-nyiakannya, karena

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan adalah kurangnya atau terbatasnya barang-barang dan jasa-jasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad M. Saefuddin, Ekonomi dan Masyarakat dalam Perspektif Islam, (Jakarta: CV Rajawali, 1987), h.71.

BAB I PENDAHULUAN. manusia khususnya bangsa Indonesia, dan tidak sedikit umat yang jatuh

BAB 1 PENDAHULUAN. Adanya perbedaan harta, kekayaan dan status sosial dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 238 Juta Jiwa. Dengan jumlah mayoritas muslim mencapai

BAB IV EFEKTIVITAS PENDISTRIBUSIAN ZAKAT DI BAZ KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. untuk kesejahteraan masyarakat, selain itu juga dapat berupa shodaqoh

BAB I PENDAHULUAN. dengan ekonomi dan sosial yang baik tanpa bergantung kepada orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan hal yang terpenting bagi setiap Negara,

BAB I PENDAHULUAN. di dunia dan di akhirat. Disamping itu, Islam juga mengajarkan kepada

BAB I PENDAHULUAN. terencana yang dilakukan secara sadar oleh masyarakat atau pemerintah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (BKKBN) dalam Diskusi dua mingguan Pimpinan BKKBN dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kemiskinan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. periode tahun Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Maret 2006

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA

BAB IV ANALISIS PENDAYAGUNAAN DANA ZAKAT DALAM PROGRAM PENUMBUHAN WIRAUSAHA BARU. kesejahteraan masyarakat terutama untuk mengentaskan masyarakat dari

BAB 1 PENDAHULUAN. diwajibkan oleh Allah SWT untuk diberikan kepada mustahik yang telah

yang diwajibkan Allah kepada orang-orang yang berhak. mensucikan orang yang mengeluarkannya dan menumbuhkan pahala. Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. Namun, pada kenyataannya, masih ada yang tidak mendapat bagian. Inilah yang

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

BAB I PENDAHULUAN. Yusuf Qaradhawi, Spektrum Zakat, Zikrul Hakim Jakarta, 2005, hlm. 24

BAB I PENDAHULUAN. Secara demografik dan kultural, bangsa Indonesia, khususnya masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan yang bersifat spritual. Firman Allah QS. Al-Māidah/5: telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-ku, dan telah Ku-ridhai

PERSETUJUAN PEMBIMBING

BAB I PENDAHULUAN. dunia sehingga memiliki potensi zakat yang cukup besar. melansir

PENDAYAGUNAAN ZAKAT PRODUKTIF DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM. (Studi Kasus Pada Lembaga Amil Zakat L-ZIS Assalaam Solo)

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari dua hal, yaitu pertama, kemiskinan itu sebagai akibat dari kemalasan

BAB I PENDAHULUAN. Zakat merupakan salah satu ibadah kepada Allah SWT setelah manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemiskinan merupakan bahaya besar bagi umat manusia dan tidak

Di dalam al-quran telah disebutkan bahwa zakat diperuntukkan kepada 8 as{na>f, sebagaimana surah al- Taubah ayat 60 berikut;

BAB V PEMBAHASAN. 1. Pemberdayaan Zakat oleh BAZNAS dalam Upaya Pengentasan Kemiskinan di. KabupatenTulungagung

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan masalah global, sering dihubungkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk indonesia mencapai 252,20 juta jiwa (BPS: 2015). Dimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan yang sering dihadapi oleh negara berkembang dalam

BAB IV ANALISIS PARTISIPASI MASYARAKAT NAHDLATUL ULAMA DAN PENGELOLAAN DANA TERHADAP KEBERHASILAN PENGELOLAAN LAZISNU KOTA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. yang mampu serta menjadi unsur dari Rukun Islam, sedangkan Infaq dan Shodaqoh

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Zakat Center Thoriqotul Jannah (Zakat Center) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Membicarakan masalah kemiskinan berarti membicarakan suatu masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam. Menurut Aziz

BAB I PENDAHULUAN. harta serta merupakan suatu instrumen sosial yang digunakan untuk. memenuhi kebutuhan dasar fakir miskin. 2

BAB I PENDAHULUAN. maaliyah (ibadah harta). Shalat, puasa dan haji digolongkan ke dalam. lagi yang bersifat ibadah ruhiyyat seperti syahadat.

BAB I PENDAHULUAN. Zakat merupakan ibadah yang mengandung dua dimensi yaitu dimensi hablum minallah atau

SKRIPSI PENGARUH ZAKAT YANG DIKELOLA BAZDA TERHADAP PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. Zakat secara demografik dan kultural, sebenarnya memiliki potensi. yang layak dikembangkan menjadi salah satu instrumen pemerataan

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali Indonesia. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia tahun 1997 telah

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan praktik Lembaga Keuangan Syariah, baik dalam lingkup

BAB III ANALISIS PENDISTRIBUSIAN ZAKAT BAITUL MAAL HIDAYATULLAH KUDUS

BAB I PENDAHULUAN. warga non-muslim agar memeluk agama Islam. Hal ini diperlukan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang pemilihan judul

BAB 1 PENDAHULUAN. Tahun 2000, perwakilan dari 189 negara termasuk Indonesia menandatangi

kewajiban zakat adalah urusan dengan Allah (vertical ),namun dalam menunaikan

PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 13 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA SOLOK

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu ibadah yang paling penting. Dalam Al-Qur an kerap kali

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu problematika yang melanda umat.

BAB I PENDAHULUAN. selalu mengalami peningkatan. Berdasarkan data pertumbuhan terakhir yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ekonomi bukanlah hal yang baru untuk menjadi bahan perbincangan di kalangan masyarakat. Manusia selalu berusaha untuk memaksimalkan kehidupan ekonomi mereka dengan cara melakukan berbagai macam pekerjaan. Hal itu tidak dapat dipungkiri karena mereka melakukannya untuk memaksimalkan kebutuhan ekonomi mereka. Tanpa bekerja manusia tidak akan mendapatkan penghasilan dan sulit bertahan hidup sehingga timbullah kemiskinan. 1 Seiring dengan kemajuan zaman, ketika diamati lebih seksama banyak masyarakat yang sekarang menderita kemiskinan. Dimana hal tersebut diakibatkan oleh beberapa hal yaitu karena pengangguran maupun pendidikan yang rendah. Kedua hal tersebut sangat menentukan dan sekaligus mendorong kemiskinan bagi masyarakat yang mengalaminya. Sehingga berangkat dari situlah banyak sekali kejadian kriminal dan itu sangat mengganggu ketenangan masyarakat. 2 Kemiskinan pada hakekatnya merupakan persoalan klasik yang telah ada. Sejak umat manusia ada kemiskinan merupakan persoalan kompleks dan tampaknya akan terus terjadi dari masa ke masa. Kemiskinan merupakan salah satu masalah yang selalui dihadapi oleh manusia. Masalah kemiskinan itu sama tuanya dengan usia kemanusiaan itu sendiri dan implikasi permasalahannya dapat 1 Abdurrahman Qadir, Zakat Dalam Dimensi Mahdhah dan Sosial Vol. 1, Cet. 2, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), hal. 24. 2 Ibid., 1

melibatkan keseluruhan aspek kehidupan manusia. Kemiskinan merupakan bahaya besar bagi umat manusia dan tidak sedikit umat yang jatuh peradabannya hanya karena kefakiran. 3 Meningkatnya jumlah kelahiran pada suatu daerah yang tidak diimbangi dengan meningkatnya jumlah produksi akan menjadi masalah yang serius bagi sebuah negara. Menurut Malthus, ketika pertumbuhan pada sebuah negara melebihi kecepatan produksi makanan yang dibutuhkannya maka pertumbuhan tersebut akan memberi dampak yang buruk bagi negara. 4 Indonesia dengan luas wilayah 5.193.250 km 2 merupakan negara kepulauan yang memiliki potensi sumber daya alam yang sangat beragam. Sektor usaha yang tumbuh dan berkembang pun bermacam-macam. Pada tahun 2013 penduduk Indonesia menurut kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Bencana (BKKBN) sebagaimana dikutip oleh harian Republika diperkirakan berjumlah 250 jiwa. 5 Sedang pada tahun 2025, sebagaimana prediksi Badan Pusat Statistik (BPS) yang dikutip oleh BBC, bahwa pertumbuhan penduduk yang ada di Indonesia akan mencapai 273,2 juta jiwa 6. Pertumbuhan yang ada di Indonesia ternyata tidak di imbangi dengan tersedianya lapangan pekerjaan yang cukup. Inilah yang kemudian menjadi 3 Ibid., 4 Akbar Putra Riyadi, Hubungan Tingkat Kelahiran Dengan tingkat Kesejahteraan, dalam www.akbarputrariyadi.blogspot.com/2013/06/hubungan-angka-kelahiran-dengan-tingkat.html/m=, diakses 22 April 2014 5 Djibril Muhammad, Penduduk Indonesia Diperkirakan 250 Juta Jiwa, dalam m.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/07/17mq2oy6-2013-penduduk-indonesia-diperkirakan- 250-juta-jiwa, diakses 22 April 2014 6 BBC, BPS Memperkirakan Penduduk Indonesia Berjumlah 273,2 Juta Jiwa pada 2025 dalam www.bbc.co.uk/indonesia/mobile/berita_indonesia/2010/04/100430_citizenprojection.shtml, diakses 22 April 2014 2

penyebab utama kemiskinan yang ada di Indonesia. Dampaknya, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data kemiskinan pada tahun 2012 yang ada di Indonesia mencapai 28,59 juta orang. 7 Peningkatan kelahiran yang tidak disertai dengan peningkatan produksi sebagaimana yang dijelaskan dalam teori Malthus diatas ternyata juga terjadi di Tulungagung, sebuah kabupaten di pesisir Selatan yang terkenal dengan penghasil marmer ini pada tahun 2012 tercatat mempunyai tingkat kemiskinan sebesar 9,4% (93.600 orang) dari jumlah penduduknya sebanyak 1.048.472 jiwa. Meskipun jumlah ini turun dari tahun sebelumnya (9,90%) namun masih akan menjadi pekerjaan besar untuk menguranginya, mengingat jumlah kelahiran semakin tahun semakin meningkat. 8 Pemerintah selaku penyelenggara dan penjamin kesejahteraan rakyat merespon keadaan ini dengan membuat beberapa kebijakan yang mengarah pada pengentasan kemiskinan dan pengangguran. Polanya beragam, mulai dari bantuan yang sifatnya langsung, seperti Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan pembagian beras untuk orang miskin (Raskin), pelatihan kerja (gratis) yang diselenggarakan oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (DISNAKERTRANS), juga bantuan permodalan seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM). 9 Hanya sayangnya belum semua masyarakat mendapat bantuan ini dan merasakan manfaatnya. Karena itu muncul dan berkembanganya lembaga keuangan Islam (bank dan koperasi) pada tahun-tahun 7 Badan Pusat Statistik, Profil Kemiskinan di Indonesia September 2013, (Jakarta: BPS, 2013) No. 06/01/Th.XVI, 2 Januari 2013 8 Data Badan Pusat Statistik (BPS), Tulungagung tertanggal 10-03-2014 9 TNP2K, Program Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia, dalam www.tnp2k.go.id/id/program/sekilas/, diakses 30 April 2014 3

terakhir ini sangat diharapkan mampu membantu mengatasi permasalahan kemiskinan penduduk yang mayoritas beragama Islam. 10 Dalam hal ini programprogram pemerintah hanya bersifat sosial maka, beberapa ulama atau pakar Islam mengeluarkan bentuk program membuat beberapa kebijakan yang mengarah pada pengentasan kemiskinan dan pengangguran yaitu zakat, infaq dan shadaqah. Zakat, Infaq dan Shadaqah (ZIS) merupakan asset berharga umat Islam sebab berfungsi sebagai sumber dana potensial, yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahateraan seluruh masyarakat. Para pakar dibidang hukum Islam menyatakan bahwa, ZIS dapat menjadi komplementer dengan pembangunan nasional, karena dana ZIS dapat dipergunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya dalam bidang pengentasan kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan serta mengurangi jurang pemisah antara si kaya dengan si miskin, sekaligus meningkatkan perekonomian pedagang kecil yang selalu tertindas oleh pengusaha besar dan mengentaskan berbagai persoalan yang berkaitan dengan problematika sosial kemasyarakatan dan sosial keagamaan. 11 Zakat, infaq, dan shadaqah sebagai landasan ekonomi Islam, serta tiang ekonomi umat mempunyai kedudukan yang istimewa di dalam Islam, karena bukan semata-mata ibadah (seperti shalat dan puasa) melainkan ia sebagai ibadah yang berkaiatan erat dengan ekonomi, keuangan, dan kemasyarakatan. 10 Agustianto Mingka, Peluang, Tantangan dan Outloak Perbankan Syariah pada 2013 dalam www.eramuslim.com/peradaban/ekonmomi-syariah/peluang-tantangan-dan-outlookperbankan-syariah-2013, diakses 08 Maret 2014 11 Ahmad Supardi Hasibuan, Zakat dan pengentasan kemiskinan.dalam http://riau.kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id=10174 diakses tgl. 25 Juni 2014 4

Disamping itu menurut Mubiyarto, zakat, infaq, dan shadaqah mengandung hikmah yang bersifat rohaniah dan filosofis. Hikmah tersebut digambarkan dalam berbagai ayat Al Qur an serta hadits, diantaranya sebagai berikut: 12 1. Menumbuhsuburkan harta dan pahala serta mampu membersihkan diri dari sifat-sifat kikir dan loba. 2. Melindungi masyarakat dari kemiskinan dan kemelaratan sosial. 3. Mewujudkan rasa solidaritas dan kasih sayang diantara sesama manusia. 4. Merupakan manifestasi kegotongroyongan dan tolong menolong dalam kebaikan dan taqwa. 5. Mengurangi kefakirmiskinan yang merupakan masalah sosial. 6. Membina dan mengembangkan stabilitas sosial. 7. Merupakan salah satu jalan dalam mewujudkan keadilan sosial. Menurut Bunasor dalam Al Muslimun, fungsi zakat, infaq, dan shadaqah dalam Islam ada tiga, yaitu: 1. Spiritual; zakat, infaq, dan shadaqah adalah kewajiban manusia sebagai konsekuensi ikatannya dengan Allah. 2. Ekonomi; zakat, infaq, dan shadaqah menghajatkan adanya distribusi pendapatan. 3. Sosial; zakat, infaq, dan shadaqah dimanfaatkan untuk menolong (solidaritas) sesama ummat manusia. 13 12 Retno Wahyuningsih, Eksistensi Zakat, Infaq dan Shadaqoh dalam perekonomian umat, dalam http://islamisasisains.blogspot.com/2009/01/eksistensi-zakat-infaq-danshodaqoh.html, di akses tgl. 25 Juni 2014 13 Ibid,. 5

Di sinilah letak keunggulan sistem Islam, karena dalam Islam selain mendorong ummatnya untuk mencari penghasilan setinggi-tingginya (pertumbuhan ekonomi), Islam juga mendorong dan memberikan sistem distribusi kekayaan yang adil sebagaimana zakat, infaq, dan shadaqah. Dalam hal ini Islam mengobati kemiskinan langsung ke akar permasalahannya, yaitu mengobati keserakahan manusia. Islam memandang bahwa sesungguhnya yang perlu dientaskan terlebih dahulu adalah orang-orang kaya (muzakki), sebab dengan zakat, infaq, dan shadaqah yang mereka salurkan, maka mereka mengentaskan kemiskinan yang terdapat di dalam diri mereka sendiri, seperti sifat tamak, serakah, dan kikir. Jadi Islam membersihkan mereka dari kemiskinan yang sifatnya ruhiyah, setelah itu dampaknya dapat menyebar ke obyek zakat, infaq, dan shadaqah. 14 Dalam penyaluran zakat, masyarakat tidak harus memberikan secara langsung kepada mustahik. Karena sudah ada organisasi amil zakat yang akan mengelola zakat. Sehingga zakat yang diberikan muzakki akan jauh lebih bermanfaat dibandingkan diberikan secara langsung kepada mustahik. Karena jika diberikan melalui organisasi amil zakat tidak hanya bersifat konsumtif karena organisasi amil zakat dapat memproduktifkan zakat yang diberikan muzakki kepada mustahik melalui organisasi amil zakat. Sehingga mustahik suatu saat dapat menjadi seorang muzakki. Menurut jenisnya, secara garis besar organisasi amil zakat dapat dibagi ke dalam dua kategori yaitu yang dikelola oleh pemerintah yang disebut dengan 14 Ibid,. 6

Badan Amil Zakat (BAZ) dan yang dikelola oleh swasta dalam hal ini masyarakat dan dikukuhkan oleh pemerintah disebut juga dengan Lembaga Amil Zakat (LAZ). Sebagai tambahan ada juga lembaga amil zakat yang dibentuk oleh masyarakat secara tidak resmi, tanpa pengukuhan oleh pemerintah yang disebut dengan lembaga amil zakat tradisional. BAZ yang dibentuk di tingkat nasional disebut BAZNAS, dan yang dibentuk di setiap propinsi hingga kecamatan disebut dengan BAZ Daerah. Begitu juga LAZ yang beroperasi secara nasional disebut LAZNAS. Sedangkan Lembaga amil zakat tradisional ada secara sporadis di seluruh tanah air. Pada umumnya mereka berada di daerah di tingkat kecamatan ke bawah. 15 Organisasi amil zakat berupa BAZ dan LAZ telah mendapat payung perlindungan dari pemerintah. Wujud perlindungan pemerintah terhadap kelembagaan pengelola zakat tersebut adalah Undang-Undang RI No 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat. Pada Undang-Undang tersebut pasal 15, untuk pengelolaan zakat di tingkat propinsi dan di tingkat kabupaten atau kota, maka dibentuk BAZNAS propinsi dan BAZNAS kabupaten atau kota. Disamping memberi perlindungan hukum pemerintah juga berkewajiban memberikan pembinaan serta pengawasan terhadap kelembagaan Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) di semua tingkatannya mulai di tingkat nasional, propinsi, kabupaten atau kota sampai kecamatan. Dan pemerintah berhak melakukan peninjauan ulang (pencabutan izin) bila lembaga zakat tersebut melakukan pelanggaran terhadap pengelolaan dana yang dikumpulkan masyarakat baik berupa zakat, infaq, shadaqah, dan wakaf. 16 15 Umrotul Khasanah, Manajemen Zakat Modern Instrument Pemberdayaan Ekonomi Umat, (Malang: UIN-Maliki Press), hal. 158-159. 16 Ibid,. 7

Dalam mewujudkan lembaga zakat yang baik, tentunya dapat belajar dari kesalahan dalam pengelolaan zakat di masa lampau sehingga terdapat perbaikan yang signifikan dalam pengelolaan zakat itu sendiri di dalam sebuah lembaga. Perbaikan tersebut terletak pada mekanisme zakat, diantaranya perencanaan, penghimpunan, penyaluran maupun pendayagunaan. Jumlah Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) di Indonesia dapatlah dijadikan indikator dari tingkat perhatian masyarakat dalam menjadikan zakat sebagai salah satu instrument sosial keagamaan dalam mengurangi masalah kemiskinan di negeri ini. Saat ini, terdapat 429 BAZ (Badan Amil Zakat) tingkat Kota/Kabupaten, 33 BAZ tingkat Provinsi, 4771 BAZ tingkat Kecamatan serta 18 LAZ (Lembaga Amil Zakat) tingkat Nasional. 17 Terkait dengan Lembaga Amil Zakat (LAZ), Lembaga Amil Zakat (LMI) merupakan salah satu organisasi Amil Zakat yang berbasis LAZ yang berada di provinsi Jawa Timur. Sehingga masyarakat yang awalnya hanya memiliki pengetahuan yang minim tentang zakat, infaq, shadaqah, dan wakaf, dengan adanya LMI pengetahuan yang dimiliki menjadi bertambah sehingga minat untuk berbagi kepada sesama semakin meningkat dan salah satunya disalurkan melalui LMI Kabupaten Tulungagung. LMI sebagai lembaga filantropi profesional lembaga ini cukup memiliki peranan penting bagi masyarakat luas khususnya Kabupaten Tulungagung. Cukup banyak hal baru yang diberikan LMI terhadap masyarakat seperti pelayanan dalam bidang kesehatan yaitu bersalin cuma-cuma, santunan sehati dan banana 17 Salman, Mengurai Strategi Pemasaran Organisasi Pengelola Zakat, dalam http://salmanbelajar.multiply.com/journal/item/80/mengurai strategi pemasaran organisasi pengelola zakat?&show_interstitial=1&u=%2fjournal%2fitem diakses tanggal 1 Juni 2014 8

sehati. LMI Kabupaten Tulungagung juga memberikan beasiswa pendidikan melalui beasiswa pintar, sekolah pintar, dan guru pintar. Selain itu LMI juga menyelenggarakan khitan massal dan semua itu diberikan secara gratis kepada masyarakat. 18 Program-program sosial dan pemberdayaan masyarakat tidak mampu yang digulirkan, telah menjadikan dana masyarakat yang dihimpun LMI memiliki nilai tambah dan manfaat yang berlipat ganda bagi masyarakat kurang mampu. Karena LMI berusaha senantiasa menumbuhkan iklim transparansi dan profesionalitas untuk mengawal amanah masyarakat yang demikian besar. 19 Beberapa layanan yang diberikan LMI kepada masyarakat yang telah disebutkan di atas, merupakan layanan yang terdapat pada program yang berbeda. Terdapat beberapa program yang ada di LMI Kabupaten Tulungagung yaitu program sehati, program emas, program yatim, program dakwah dan program pintar. 20 Program yang telah diberikan kepada masyarakat merupakan usaha LMI dalam melaksanakan visi dan misi yang telah dibentuk. Selain bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan bagi umat juga merupakan upaya untuk mendapat ridho dari Allah SWT. Maka dari itu LMI selalu memberi pelayanan yang terbaik kepada masyarakat melalui program-program yang telah ada terkait dengan zakat, infaq, shadaqah, dan wakaf. Mendistribusikan hasil pengumpulan zakat kepada mustahik pada hakikatnya merupakan hal yang mudah, tetapi perlu kesungguhan dan kehati- 18 LMI,Tulungagung,. Sekilas.LMI,.lmicabangtulungagung.blogspot.com/2012/04/v_beh aviorurldevaultvmilo.html diakses tanggal 08 Mei 2012 19 LMI Tulungagung, Sekilas LMI, http://www.lmizakat.org/index.php/profil diakses tanggal 29 Mei 2014 20 Brosur Lembaga Manajemen Infaq (LMI) Kabupaten Tulungagung 9

hatian. Dalam hal ini jika tidak hati-hati mustahik zakat akan semakin bertambah dan pendistribusian zakat akan menciptakan generasi yang pemalas. Pada hal harapan dari konsep zakat adalah terciptanya kesejahteraan masyarakat dan perubahan nasib muzaki-muzaki baru yang berasal dari mustahik. Maksudnya nasib mustahik tidak selamanya ketergantungan pada zakat, karena itu untuk keperluan pendistribusian zakat diperlukan data mustahik baik yang konsumtif maupun yang produktif. Secara umum mustahik dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yakni: 1. Mustahik zakat, infaq dan shadaqah yang produktif, mustahik dalam kategori ini adalah mustahik dari delapan ashnaf yang mempunyai kemampuan, mempunyai potensi dan tenaga untuk bekerja 2. Mustahik zakat, infaq dan shadaqah yang konsumtif adalah mustahik dari delapan kelompok ashnaf yaitu fakir miskin yang tidak mempunyai tenaga, cacat dan tidak mempunyai kemampuan untuk bekerja. Mustahik yang termasuk dalam kategori produktif mestinya diberdayakan, dibina dan dikembangkan. Disinilah ZIS berperan untuk mengubah dan sekaligus meningkatkan perekonomian dan taraf hidup mereka. Mereka yang sudah punya potensi dikembangkan potensinya, bagi yang tidak punya potensi namun memiliki kemampuan dan tenaga perlu dibina dan dilatih sehingga mempunyai skill untuk bekerja bahkan diberikan modal untuk mengembangkan skillnya. Mustahik yang termasuk dalam kategori konsumtif atau tidak produktif mesti mendapat tanggungan hidup dari amil zakat (BAZ dan LAZ). Mereka perlu kebutuhan hidup sepanjang hidupnya bukan sekedar diberi makan pada waktu 10

tertentu tetapi itu berlangsung sepanjang hidup mereka. Kelompok mustahik kategori ini memang benar-benar membutuhkan, dan keberlangsungan hidup mereka sangat tergantung pada orang lain. Pemberberdayaan para mustahik produktif dilakukan dengan melihat latar belakang aktivitasnya. Misalnya seorang fakir miskin diberdayakan dengan memberikan keterampilan, modal dan pembinaan, serta supervisi terhadap modal dan pekerjaan yang dilakukan misalnya seorang pelajar yang miskin diberi beasiswa agar prestasi belajarnya meningkat. Pendistribusian dana ZIS yang demikian mestinya dilakukan secara terencana berkesinambungan serta dievaluasi tingkat keberhasilannya 21 Berkaitan dengan beberapa permasalahan di atas, maka dari itu peneliti mengadakan penelitian dengan judul Pemberdayaan Masyarakat Miskin Melalui Dana Zakat, Infaq dan Shadaqah Di Lembaga Manajemen Infaq (LMI) Tulungagung. B. FOKUS PENELITIAN Berdasarkan latar belakang yang diungkapkan di atas, maka perlu ditetapkan fokus penelitian yang terkait dengan penelitian ini guna menjawab segala permasalahan yang ada. Adapun fokus penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana upaya LMI Tulungagung dalam rangka memberdayakan masyarakat miskin melalui dana zakat, infaq, dan shadaqah? 21 Nita Sukmawati, ZIS Salah Satu Pemberdayaan Umat, dalam http://tugas2kampus.wordpress.com/2013/10/11/174 di akses tgl.26 Juni 2014 11

2. Bagaimana pengelolaan dana zakat, infaq dan shadaqah yang dilakukan oleh LMI Tulungagung? 3. Apa kendala-kendala yang dihadapi oleh LMI Tulungagung dalam memberdayakan masyarakat miskin melalui dana zakat, infaq dan shadaqah? C. TUJUAN PENELITIAN Berkenaan dengan fokus penelitian di atas, penelitian ini memiliki tujuan yang hendak dicapai di akhir kegiatan penelitian ini, yaitu: 1. Untuk mengetahui upaya LMI Tulungagung dalam rangka memberdayakan masyarakat miskin melalui dana zakat, infaq dan shadaqah. 2. Untuk mengetahui pengelolaan dana zakat, infaq dan shadaqah yang dilakukan oleh LMI Tulungagung 3. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi oleh LMI Tulungagung dalam memberdayakan masyarakat miskin melalui dana zakat, infaq dan shadaqah. D. KEGUNAAN HASIL PENELITIAN 1. Secara Teoritis Penelitian ini diharapkan bisa dijadikan sebagai pengembangan keilmuan dan kontribusi keilmuan bagi masyarakat muslim tentang pemberdayaan dana ZIS dan hambatan-hambatan yang seringkali terjadi dalam pengembangannya, sehingga bisa dijadikan referensi ilmiah dalam kajian pengelolaan dan pemberdayaan masyarakat miskin secara logis dan teoritis. 2. Secara Praktis 12

a. Untuk LMI Tulungagung: Penelitian ini diharapkan dapat menemukan kendala pemberdayaan dana ZIS dan memberikan sumbangan problem solving bagi pengelola lembaga sosial Islam sehingga tercipta strategi pengembangan zakat, infaq dan shadaqah yang produktif. Sekaligus evaluasi kendala-kendala dalam pemberdayaan masyarakat miskin melalui dana ZIS. b. Untuk peneliti selanjutnya: Penelitian ini diharapkan bisa membantu memberikan langkah awal bagi peneliti selanjutya yang hendak meneliti tentang sistem pemberdayaan dana ZIS beserta kendala yang menghambat perkembangannya. c. Untuk Jurusan Perbankan Syariah: penelitian ini bisa digunakan oleh mahasiswa sebagai penambah wawasan akademik dan pengembangan karya-karya Ilmiah rujukan ilmiah bagi insan akademis. E. PENEGASAN ISTILAH 1. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya yang membangun daya masyarakat dengan mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki serta berupaya untuk mengembangkannya. 22 2. Zakat adalah nama bagi sejumlah harta tertentu yang telah mencapai syarat tertentu yang diwajibkan oleh Allah untuk dikeluarkan dan diberikan kepada yang berhak menerimanya dengan persyaratan tetentu pula. 23 22 Daniel Sukalele, Pemberdayaan Masyarakat Miskin di Eram Otonomi Daerah, dalam wordpress.com/about/pemberdayaan-masyarakat-miskin-di-era-otonomi-daerah diakses tgl. 25 Juni 2014 23 Didin Hafidhuddin, Zakat Infak Sedekah, (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), hal. 13 13

3. Infaq adalah mengeluarkan sebagian harta atau pendapatan / penghasilan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan ajaran Islam. 24 4. Sedekah menurut terminologi syariat, pengertian sedekah sama dengan pengertian infaq termasuk juga hukum dan ketentuan - ketentuannya. 25 5. Lembaga Manajemen Infaq (LMI) adalah lembaga filantropi profesional yang berkhidmat mengangkat harkat martabat masyarakat dhuafa (masyarakat kurang mampu) melalui penghimpunan dan ZISWAF (Zakat, Infaq, Shadaqah, dan Wakaf) masyarakat dari dana Corporate Social Responsibility. 26 6. Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuhan kebutuhan dasar, atau sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. 27 F. SISTEMATIKA PENULISAN SKRIPSI Untuk mempermudah pemahaman dalam tulisan ini maka dibuat sistematika pembahasan sebagai berikut: Bab I merupakan pendahuluan yang menguraikan tentang latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, penegasan istilah, penelitian terdahulu, dan sistematika pembahasan. Dengan pendahuluan ini dimaksudkan agar pembaca dapat mengetahui konteks 24 Ibid,. hal. 14 25 Ibid,. hal.15 26 Saifullah, LMI Lembaga Manajemen Infaq dalam www.izakat.org/index.php?option=com_content&view=article&id=2148itemid=111 diakses tanggal 20 Mei 2014 27 World Bank, Kemiskinan, dalam Id.wikipeda.org/wiki/kemiskinan diakses Tgl. 20 Mei 2014 14

penelitian. Pendahuluan ini berisi hal-hal pokok yang dapat dijadikan pijakan dalam memahami bab-bab selanjutnya. Bab II berisi uraian tentang kajian teori yang dapat digunakan sebagai bahan analisa dalam membahas objek penelitian. Kumpulan kajian teori yang akan dijadikan pisau analisa dalam membahas objek penelitian di mana akan dilakukan dalam bab IV. Tanpa ada ulasan kajian teori yang mendahului pembahasan dalam sebuah penelitian, maka akan terjadi ketidakjelasan hasil penelitian. Oleh sebab itu kajian teori ini diletakkan sebelum bab IV. Dalam bab II ini peneliti akan memaparkan tentang pemberdayaan dana ZIS. Bab III berisi tentang metode penelitian yang dipakai dalam rangka mencapai hasil penelitian secara maksimal, yang memuat jenis penelitian, pendekatan yang dipakai, sumber data dalam penelitian, metode pengumpulan data, serta metode pengolahan dan analisis data. Sehingga dari sini dapat diketahui kesesuaian antara metode yang dipakai dengan jenis penelitian yang dilakukan. Bab IV berisi tentang uraian hasil penelitian dan pembahasan deskripsi hasil penelitian tentang pemberdayaan masyarakat miskin melalui dana ZIS di LMI Tulungagung. Bab ini disusun sebagai bagian dari upaya menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam rumusan masalah. Selain itu untuk lebih mengetahui dan memahami tujuan dari penelitian ini, maka pada bab ini akan diuraikan tentang paparan data dan analisa hasil penelitian, 15

gambaran umum lokasi penelitian, data pengelolaan, penyaluran, dan pendistribusian dana ZIS di lokasi penelitian. Bab V berisi penutup yang meliputi kesimpulan dari penelitian dan saransaran. Penelitian ini akan diakhiri dengan kesimpulan dan saran yang dapat diberikan kepada berbagai pihak yang terkait. Kesimpulan dimaksudkan sebagai konklusi penelitian. Hal ini penting sebagai penegasan kembali terhadap hasil penelitian yang ada dalam bab IV. Sehingga pembaca dapat memahaminya secara konkret dan utuh. Sedangkan saran merupakan harapanharapan peneliti kepada para pihak yang berkompeten dalam masalah yang dikaji dalam penelitian ini, agar penelitian dapat memberikan kontribusi bagi pengelolaan zakat, infaq, dan shadaqah selanjutnya. 16