BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PEDAHULUAN. Jika melihat negara Cina sekarang, kita akan melihat negara yang maju.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai gagasan pemersatu bangsa Indonesia dengan tujuan melanjutkan revolusi kita

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dian Ahmad Wibowo, 2014

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rinrin Desti Apriani, 2013

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Arni Febriani, 2013

2015 STRATEGI MAO TSE TUNG DALAM PERANG SAUDARA DI CHINA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1936 sampai 1939 merupakan salah satu peristiwa penting yang terjadi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kepemimpinan Perempuan Pembawa Perubahan di Desa Boto Tahun ,

Pasang surut hubungan partai komunis dan partai nasionalis di cina tahun

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa

BAB V KESIMPULAN. Sosialisme di China Tahun , maka dapat diambil kesimpulan baik dari segi

2015 PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini, penulis akan menguraikan metode penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. sebuah Operasi yang diberi nama Operasi Overlord. Dalam Operasi ini Sekutu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. skripsi Irak Di Bawah Kepemimpinan Saddam Hussein (Kejayaan Sampai

yang korup dan lemah. Berakhirnya masa pemerintahan Dinasti Qing menandai masuknya Cina ke dalam era baru dengan bentuk pemerintahan republik yang

BAB I PENDAHULUAN. Setelah Indonesia merdeka secara de facto dan de jure, maka Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. karena kekalahannya dalam Perang Dunia II. Jendral Douglas MacArthur yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

2014 PERKEMBANGAN PT.POS DI KOTA BANDUNG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rubi Setiawan, 2013

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kerajaan-kerajaan di Nusantara, kedudukan perempuan berada

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan sosial yang dibahas dalam studi ini terjadi di Semenanjung

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Elfa Michellia Karima, 2013 Kehidupan Nyai Di Jawa Barat Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi yang dipelopori oleh negara-negara Barat tak bisa dipungkiri

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. menjadi landasan utama pemikiran marxisme. Pemikiran marxisme awal yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian

I. METODE PENELITIAN. masalah bagi sebuah penelitian. Hal ini sesuai dengan pendapat Husin Sayuti

BAB I PENDAHULUAN. Dalam realitas kehidupan, perbedaan peran sosial laki-laki dan perempuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aam Amaliah Rahmat, 2013

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sejarah yang merupakan salah satu jenis penelitian yang bertujuan untuk

BAB III DESAIN/PENDEKATAN PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian sejarah yang berusaha menelaah kembali

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ai Rospirawati, 2013

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Wacana pemikiran Islam tentang sistem pemerintahan Islam mengalami sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Faktor kondisi geografis, sumber daya manusia, dan sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sugeng Teza Bastaman, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dalam periode , yang ditandai dengan munculnya konflik-konflik

BAB III METODE PENELITIAN. berjudul Peranan Kardinal di Kerajaan Prancis pada Masa Pemerintahan Louis XV

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab III Metodologi Penelitian merupakan bagian penguraian metode penelitian yang

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA

2015 DAMPAK PERANG AUSTRO-PRUSIA TERHADAP HUBUNGAN POLITIK AUSTRIA DAN HONGARIA

BAB I PENDAHULUAN. kita. Konflik tersebut terjadi karena interaksi antar kedua negara atau lebih

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nurhidayatina, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Papua New Guinea (PNG) berdiri sebagai sebuah negara merdeka pada

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan sosial lahir dari situasi yang dihadapi masyarakat karena adanya

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Bulan September tahun 1948 merupakan saat-saat yang tidak akan

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada Masyarakat Banten memiliki berbagai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam

BAB III METODE PENELITIAN

2015 PERISTIWA MANGKOK MERAH (KONFLIK DAYAK DENGAN ETNIS TIONGHOA DI KALIMANTAN BARAT PADA TAHUN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi mempunyai peranan yang sangat penting sebagai pelaku

2014 PASANG SURUT KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN UJUNG GENTENG

DESKRIPSI MATAKULIAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam merekonstruksi fakta-fakta historis mengenai dinamika industri

BAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia

BAB I PENDAHULUAN. Skripsi ini mengkaji tentang upaya penerimaan konsep equality oleh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. skripsi yang berjudul Pengaruh Tarekat Bektasyiyah Terhadap Korps

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. skripsi yang berjudul Pemikiran Jean Jacques Rousseau dalam Bidang Politik.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang penulis pergunakan dalam studi ini adalah Metode Historis,

BAB 1 PENDAHULUAN. Kajian mengenai perkembangan industri moci di Cikole dan dampaknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

2015 PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 2001) hal 44. Universitas Indonesia. 1 S.Suroso, Asal Usul Teori Sosialisme, Marxisme sampai Komune Paris (Jakarta : Pustaka Pena,

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang banyak dijalankan oleh negara Eropa bagian barat dan bagian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masyarakat Banten terdapat dua tipe kepemimpinan tradisional yang samasama

BAB I PENDAHULUAN. untuk dipelajari. Dari segi sejarah, agama, kepercayaan, budaya, bahkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang patut diperhitungkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Masuknya Timor Timur ke dalam Negara Republik Indonesia disahkan

2015 DAMPAK DOKTRIN BREZHNEV TERHADAP PERKEMBANGAN POLITIK DI AFGHANISTAN

2015 AGAMA DAN POLITIK

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Republik Rakyat Cina (RRC) merupakan negara di kawasan Asia Timur yang saat ini disebut sebagai salah satu negara industri maju bersama Jepang dan Korea Selatan. Kemajuan negeri yang identik dengan warna merah ini tidak lepas dari bagaimana sejarah membentuk Cina itu sendiri sejak masa dinasti hingga saat ini. Sejak tahun 1949, Cina diproklamasikan sebagai negara komunis yang diketuai oleh Mao Ze Dong dan bertahan sebagai salah satu negara komunis hingga saat ini. Selain itu, Cina juga dikenal sebagai negara dengan seratus aliran filsafat yang melahirkan paham-paham yang membentuk masyarakat cina sebagai suatu kesatuan yang terstruktrur. Seperti Confusianisme, Taoisme, Mohisme, Legalisme dan banyak aliran filsafat lainnya. Bahkan, aliran-aliran filsafat ini berkembang hingga saat ini dan menyebar ke berbagai daerah khususnya di sekitar kawasan Asia Timur (Wiriatmadja, 2003: 108-109). Keberhasilan Cina hingga sampai saat ini tidak lepas dari kehidupan politik yang berpengaruh pada kestabilan sebuah negara. Kehidupan politik di Cina merupakan produk dari masa revolusi yang panjang yang berlangsung paling tidak dari tahun 1911 sampai tahun 1949 dan meliputi tiga perombakan sistem politik secara kekerasan (Townsend, 1997: 173). Dunia politik Cina saat ini tidak hanya dikuasai oleh kaum pria, namun para perempuannya pun memiliki pengaruh yang besar dalam kemajuan bangsa ini. Kehidupan perempuan perempuan tidak jauh berbeda dengan kehidupan perempuan di Indonesia yang menganggap bahwa derajat laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan atau dengan kata lain perempuan dikatakan sebagai manusia lemah dibandingkan laki-laki sehingga kedudukan perempuan tidak lebih sebagai pelengkap dari kejayaan laki-laki.

2 Kedudukan perempuan dalam pemerintahan Cina biasanya terbatas hanya sebagai Selir atau istri seorang Kaisar. Hal tersebut tidak lepas dari pengaruh ajaran Konghucu yang mengatakan bahwa pria dan wanita tidak boleh duduk di ruangan yang sama pada saat mereka telah berusia tujuh tahun (Muray, 1983:14). Dalam ajaran Konghucu ini perempuan hanya bertugas untuk melayani suami dan keluarga suaminya. Kedudukan perempuan ditegaskan lagi oleh ajaran Konfusius yang merupakan pembenaran secara akali atas sistem kemasyarakatan. Menurut Konfusius keharmonisan dalam masyarakat bersifat hirarkis dan anti egaliter yang didasarkan pada jenis kelamin, usia, pertalian saudara, dan fungsi sosial. Konfusianisme menekankan doktrin superordinasi subordinasi dalam lima norma dasar tentang hubungan-hubungan. Dalam etika Konfusian kelima norma dasar kesopanan tentang hubungan dalam masyarakat tersebut menjadi tuntunan hidup bermasyarakat. Kelima norma dasar tersebut meliputi hubungan antara Raja dengan rakyatnya yaitu kesetiaan mutlak rakyat kepada penguasa, kebaktian kepada orang tua (filial piety) yaitu rasa hormat dan patuh anak kepada ayahnya, cinta kasih dalam hubungan suami dengan istri, rasa hormat adik kepada kakaknya, dan sifat dapat dipercaya dalam hubungan antar teman (Yu- Lan,1990:26). Dalam perkembangannya tidak banyak perempuan yang aktif dalam dunia politik. Umumnya mereka hanya dilibatkan pada perkawinan politik atau jaminan antara dua keluarga yang berpengaruh dalam bentuk persekutuan kekuatan. Namun pada masa Dinasti Tang (618-906), kedudukan perempuan mulai naik kelas dengan memiliki Kaisar seorang perempuan untuk pertama kalinya dalam sejarah yang bernama Wu Zetian (605-690). Wu Zetian merupakan satusatunya perempuan dalam sejarah Cina yang mengangkat dirinya sebagai Kaisar. Pemerintahan Wu Zetian memiliki pengaruh besar bagi Dinasti Tang. Besarnya kekuasaan Wu Zetian ini dibuktikan dengan adanya catatan sejarah pada masa itu yang mengatakan bahwa Kekuasaan negara kini berada di tangan sang Ratu. Kenaikan atau penurunan pangkat, hidup atau mati, semuanya bergantung pada sabda sang Ratu. Sementara itu Kaisar hanya duduk diam berpangku tangan (Taniputera, 2009:331).

3 Kedudukan perempuan mulai mengalami perubahan seiring dengan kebijakan yang dilakukan oleh Wu Zetian selama masa pemerintahannya, dengan menentang kebijakan Konfusius mengenai kedudukan dan keberadaan perempuan Cina dengan memberlakukan kebijakan untuk meningkatkan pendidikan bagi kaum perempuan. Pada masa Dinasti Qing (1644-1912) dikenal pula seorang perempuan yang bernama Cixi. Cixi merupakan salah satu selir yang berpengaruh pada masa Kaisar Hsien-feng dan perempuan berpengaruh kedua dalam sejarah Cina setelah Wu Zetian. Cixi tidak mengangkat dirinya sebagai Kaisar, tetapi dirinya berpengaruh dalam kekuasaan Dinasti Qing dengan menjadi penguasa di belakang layar bagi dua Kaisar Dinasti Qing. Meskipun tidak menjadi Kaisar tapi kekuasaannya setara dengan kedudukan Kaisar yang dibuktikan dengan besarnya pengaruh Cixi dalam menentukan siapa Kaisar selanjutnya dengan mengangkat Kaisar yang masih balita (Puyi) yang merupakan Kaisar terakhir pada masa Dinasti. Tidak hanya dalam menentukan seorang Kaisar, Cixi pula yang menentukan kebijakan pemerintahan pada saat itu sehingga Kaisar hanya dijadikan alat Cixi untuk meneruskan kekuasaannya, meskipun hanya di belakang layar. Cixi sendiri pernah terlibat dalam pemberontakan Boxer tahun 1091 yang bertujuan untuk mengusir bangsa Barat dari Cina. Runtuhnya Dinasti Qing yang merupakan akhir dari masa Dinasti yang sudah berabad-abad lamanya menguasai Cina dan dimulainya Cina baru dengan berdirinya Republik Cina pada tanggal 1 Januari 1912 oleh Sun Yat Sen. Pada masa ini dikenal sebuah gerakan yang menuntut perubahan terhadap kedudukan perempuan yang disebut gerakan Wusi Yundong. Wusi Yundong terjadi pada tanggal 4 mei 1919 yang dilakukan oleh para mahasiswa Cina yang menuntut suatu perubahan dalam bidang ilmu pengetahuan seperti kesusteraan, budaya dan pendidikan. Gerakan ini mengubah pola pikir orang tua untuk lebih terbuka dan mengirimkan anak perempuan mereka bersekolah sampai perguruan tinggi serta mengubah pandangan masyarakat Cina tentang wanita sehingga mulai timbul persamaan derajat dalam bidang pendidikan, salah satunya adalah untuk kuliah di universitas. Para perempuan

4 Cina belajar menjadi ahli hukum, dokter, politikus, dan lain-lain. Bahkan ada dari mereka yang melanjutkan pendidikan mereka ke luar negeri. Wusi Yundong telah memberikan pengaruh di berbagai segi kehidupan masyarakat Cina dan arti penting dari Wusi Yundong adalah kebangkitan kaum perempuan untuk menuju kebebasan dan mencapai persamaan hak. Setelah berdirinya Republik Rakyat Cina pada tahun 1949 dan kemenangan Partai Komunis Cina (PKC), ruang lingkup perempuan Cina semakin luas dan berkembang hingga saat ini. bahkan didalam Undang-undang Dasar dan Dasar-dasar Haluan politik Republik Rakyat Cina No 5 yang berisi antara lain bahwa wanita Cina mempunyai Hak yang sama dengan pria dalam segala kehidupan (Sukisman,1989:48). Undang-undang tersebut menegaskan bahwa PKC menempatkan pria dan perempuan dikedudukan yang sama disegala aspek kehidupan termasuk politik. Perempuan juga mempunyai hak untuk mencalonkan diri sebagai anggota parlemen. Tidak sedikit perempuan Cina yang memiliki kedudukan penting dalam pemerintahan Cina seperti Song Qingling yang dikenal aktif di ranah politik bersama sang suami yaitu Dr. Sun Yat Sen. Ia pernah terpilih dua kali sebagai Ketua Kehormatan Rapat Persekutuan Anti-Imperialisme Internasional dari tahun 1927 sampai 1929. Ketika masa Mao Ze Dong (1949-1976), Song Qingling terpilih sebagai Wakil Presiden Pemerintah Rakyat Pusat dan Ketua Komite Penghubung Perdamaian Kawasan Asia-Pasifik sekitar tahun 1952. Selain Song Qingling, dikenal pula Cai Chang (1900-1990) yang pernah ikut serta dalam Long March yang dipimpin oleh Mao Ze Dong. Ia merupakan pelopor dan pemimpin gerakan wanita Tiongkok (Cina) dan pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional Tiongkok ke empat dan lima. Wanita lain yang berpengaruh dalam dunia politik Cina adalah istri dari Zhou Enlai yaitu Deng Yingchao (1904-1992) yang pernah 3 kali menjabat sebagai Wakil Ketua Gabungan Wanita seluruh Tiongkok. Ada pula Shi Liang (1990-1985) yang dikenal sebagai pemimpin gerakan anti-jepang dan pernah menjabat sebagai Menteri Kehakiman pemerintah rakyat pusat. Di abad ke 21, ada Wu Yi yang menjabat sebagai Perdana Menteri RRC pada tahun 2003.

5 Diantara perempuan-perempuan tersebut dikenal pula tokoh perempuan yang bernama Jiang Qing (Madame Mao) yang menjadi fokus penelitian penulis. Ia merupakan istri dari pendiri RRC yang sebelumnya merupakan seorang seniman sebelum menikah dengan Mao Ze Dong. Dalam Pemerintahan Mao, Jiang Qing terlibat dalam sebuah gerakan besar yang merupakan salah satu dari kebijakan Mao Ze Dong saat itu yang dinamakan Revolusi Kebudayaan. Revolusi Kebudayaan Proletar merupakan periode paling penting dalam politik China setelah tahun 1949. Revolusi ini merupakan kampanye yang paling besar. Kehidupan di kota-kota besar berhenti, produksi juga berhenti. Banyak bangunan dan gedung yang rusak, termasuk kelenteng, gereja dan masjid. Jumlah korban manusia diperkirakan sebesar 729.511 jiwa. Pada tahun 1978 ketika Deng Xiaoping mengumumkan kebijakan merehabilitasi korban Revolusi Kebudayaan, tercatat sedikitnya 300.000 orang yang menjadi korban tuduhan palsu. Deng Xiaoping sendiri yakin bahwa ada 2,9 juta orang mengalami berbagai macam penganiayaan selama kampanye tersebut (James Wang, 1985:30) Dari data tersebut dapat dilihat betapa revolusi tersebut berdampak besar bagi negara Cina pada saat itu. Akibat dari gerakan revolusi kebudayaan ini tidak lepas dari siapa yang memimpin gerakan yang berlangsung selama 10 tahun tersebut yaitu Jiang Qing. Dari sinilah Jiang Qing membuat momentum karir politiknya sebagai wakil pemimpin suatu gerakan. Seperti sejarah menulis bahwa meskipun posisi perempuan Cina sebagai orang nomor dua atau hanya di balik layar tetapi kekuasaannya lebih dari posisi yang didapatkan. Seperti halnya Jiang Qing, meskipun secara struktural Jiang Qing hanya sebagai wakil ketua dari gerakan Revolusi Kebudayaan tetapi kekuasaannya untuk memimpin gerakan ini melebihi dari peran Cheng Bo da sebagai Ketua gerakan tersebut. Revolusi kebudayaan ini banyak diatur oleh Jiang Qing. Dalam revolusi kebudayaan tersebut, Jiang Qing menjadi wakil ketua dari tim revolusi kebudayaan di bawah pimpinan Cheng Bo da. Namun, Cheng Bo da justru tidak berperan secara signifikan terhadap revolusi kebudayaan. Tetapi Jiang Qing yang lebih banyak berperan dalam menggerakkan revolusi kebudayaan yang berlangsung dari tahun 1966 sejak dicetuskannya gerakan ini oleh Mao Ze Dong

6 hingga berakhir tahun 1976 yang ditandai atas kematian dari Mao Ze Dong pada tanggal 9 September 1976. Dalam beberapa literatur penulis menemukan bahwa Jiang Qing dikenal sebagai salah satu perempuan yang berpengaruh di dunia. Terlebih setelah tampil sebagai tokoh penggagas dari revolusi kebudayaan yang berlangsung selama hampir 10 tahun lamanya. Revolusi ini pulalah yang kemudian merubah Cina, tidak hanya bagi Mao tetapi Cina keseluruhannya. Keterlibatan Jiang Qing dalam Revolusi kebudayaan inilah yang membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini. 1.2 Rumusan dan Batasan Masalah dominasi Dalam penelitian ini yang menjadi masalah utama adalah Bagaimana keterlibatan Jiang Qing dalam Revolusi Kebudayaan Cina dan dampaknya bagi kekuasaan Mao Ze Dong?. Untuk Membatasi dalam penelitian ini, penulis membatasi dengan pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana latar belakang terjadinya Revolusi Kebudayaan Cina? 2. Bagaimana proses berlangsungnya gerakan Revolusi Kebudayaan Cina? 3. Bagaimana latar belakang kehidupan politik Jiang Qing? 4. Bagaimana Jiang Qing menggerakan Revolusi Kebudayaan di Cina? 5. Bagaimanakah dampak yang ditimbulkan akibat keterlibatan Jiang Qing dalam Revolusi Kebudayaan Cina terhadap kekuasaan Mao Ze Dong? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penulisan ini adalah untuk menjawab rumusan masalah di atas, yakni: 1. Menjelaskan latar belakang Revolusi Kebudayaan Cina. 2. Menjelaskan proses berlangsungnya gerakan Revolusi Kebudayaan Cina 3. Menjelaskan latar belakang dan keterlibatan Politik Jiang Qing. 4. Menganalisis usaha Jiang Qing dalam menggerakan Revolusi Kebudayaan Cina.

7 5. Menganalisis dampak yang ditimbulkan akibat keterlibatan Jiang Qing dalam Revolusi Kebudayaan di Cina terhadap kekuasaan Mao Ze Dong 1.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data 1.4.1 Metode Penelitian Dalam Penelitian ini penulis menggunakan metode historis atau metode sejarah. Metode historis adalah suatu usaha untuk mempelajari dan mengenali fakta-fakta serta menyusun kesimpulan mengenai peristiwa masa lampau. Dalam penelitian ini dituntut menemukan fakta, menilai dan menafsirkan fakta-fakta yang diperoleh secara sistematis dan objektif untuk memahami masa lampau. Selain itu metode historis juga mengandung pengertian sebagai suatu proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau (Gottschalk, 1986: 32). Adapun langkah-langkah yang akan penulis gunakan dalam melakukan penelitian sejarah ini sebagaimana dijelaskan oleh Ismaun (2005: 48-50). 1. Heuristik Di dalam heuristik, penulis mencoba mencari dan mengumpulkan sumbersumber yang berkaitan dan sesuai dengan masalah yang diangkat oleh penulis. Sumber-sumber tersebut hanya berasal dari sumber buku, dokumen/ arsip dan hasil browsing internet yang dijadikan alat dalam pencarian sumber. 2. Kritik Setelah melalui tahap heuristik yaitu mencari dan mengumpulkan sumber, langkah berikutnya adalah penulis melakukan kritik atas sumber yaitu dengan melakukan analisis terhadap sumber yang telah penulis dapatkan, apakah sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Tahap ini bertujuan untuk memilah dan menyaring keotentikan sumber-sumber yang telah ditemukan. Pada tahap ini penulis melakukan pengkajian terhadap sumber-sumber yang didapat untuk mendapatkan kebenaran sumber. Pada tahap ini kritik dibagi dua menjadi kritik eksternal dan internal. Kritik eksternal ditunjukan untuk melihat orientasi sumber. Sedangkan dalam kritik internal lebih ditunjukan untuk menilai kredibilitas sumber dengan mempersoalkan isinya, kemampuan perbuatannya, tanggung

8 jawab dan moralnya. Pada tahap ini penulis membandingkan isi dari buku satu dengan buku yang lainnnya apakah ada kesesuaian dengan masalah yang penulis angkat. 3. Interpretasi Pada tahap ini penulis mencoba memaknai atau memberikan penafsiran terhadap fakta-fakta yang diperoleh selama penelitian dengan cara menghubungkan satu sama lainnya sehingga didapatkan deskripsi yang jelas mengenai Peranan Jiang Qing Dalam Revolusi Kebudayaan di Cina Tahun 1966-1976. Di dalam Interpretasi juga terdapat eksplanasi yaitu penjelasan. 4. Historiografi Terakhir adalah historiografi yakni menyajikan hasil temuannya pada tiga tahap sebelumnya mengenai Madame Mao : The White Bone Demon (Peranan Jiang Qing Dalam Revolusi Kebudayaan di Cina dengan cara menyusun dalam bentuk tulisan dengan jelas dengan gaya bahasa yang sederhana menggunakan tata bahasa penulisan yang baik dan benar sesuai kaidah yang berlaku. 1.4.2. Teknik Pengumpulan Data Penulis melakukan teknik pengumpulan data dengan menggunakan studi literatur. Studi Literatur merupakan teknik yang digunakan oleh penulis dengan membaca berbagai sumber buku dan mencari sumber lewat browsing internet yang berhubungan, serta mengkaji sumber lain berupa dokumen seperti arsip yang mendukung penulisan karya ilmiah ini. Setelah sumber-sumber ditemukan, dianalisis, ditafsirkan kemudian dituangkan dalam bentuk tulisan yang ilmiah sesuai dengan kaidah penulisan yang berlaku di Universitas Pendidikan Indonesia (Ismaun, 2005: 125-131). Dalam upaya mengumpulkan bahan untuk keperluan penyusunan proposal skripsi, penulis melakukan teknik pengumpulan data yang bertujuan untuk memperoleh data yang dapat menunjang penelitian. Teknik penulisan pun akan disesuaikan dengan pedoman penulisan karya ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia tahun 2012.

9 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.5.1 Akademis 1. Memperkaya khazanah kepustakaan mengenai sejarah 1.5.2 Praktis kawasan Asia Timur terutama sejarah Cina. 2. Menambah wawasan baik itu bagi peneliti sendiri maupun masyarakat pada umummnya 3. Memberikan kontribusi dalam penelitian sejarah mengenai peranan Jiang Qing dalam Revolusi Kebudayaan Cina tahun 1966-1976 1. Mengetahui mengenai sejarah terjadinya Revolusi Kebudayaan Cina 2. Mengetahui mengenai peran Jiang Qing di perpolitikan Cina khususnya ketika masa Revolusi Kebudayaaan 3. Sebagai materi bagi siswa SMA (Sekolah Menengah Atas) khususnya yang berkaitan dengan peran Cina pada perang dingin 1.6 Struktur Organisasi Skripsi Adapun struktur organisasi skripsi dalam penulisan karya ilmiah yang dilakukan oleh penulis adalah: BAB I Pendahuluan Dalam bab ini berisi latar belakang penulisan yang menjadi alasan penulis dalam melakukan penelitian mengenai Madame Mao : The White Bone Demon (Peranan Jiang Qing Dalam Revolusi Kebudayaan di Cina yang ditujukan sebagai bahan penulisan skripsi, rumusan dan batasan masalah,

10 tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode dan teknik pengumpulan data serta sistematika penulisan dalam penyusunan skripsi. BAB II Kajian Pustaka Pada bab ini menjelaskan mengenai perangkat teoritis dalam berpikir yang berisi konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini. Adapun konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah suatu konsep yang berkaitan dengan permasalahan yang diangkat yakni tentang Madame Mao : The White Bone Demon (Peranan Jiang Qing Dalam Revolusi Kebudayaan di Cina Tahun 1966-1976). Penjelasan materi-materi tersebut adalah berupa data-data yang diperoleh dari hasil kajian pustaka. Dari hasil kajian pustaka inilah dipaparkan beberapa konsep. Konsep-konsep yang dikembangkan dalam bab ini adalah konsep yang relevan dengan penelitian yang dilakukan. BAB III Metode dan Teknik Penelitian Dalam bab ini penulis memaparkan bagaimana metode penelitian dan teknik yang dilakukan terhadap suatu sumber yang berkaitan dengan kajian peneliti. Metode yang digunakan adalah metode historis dan teknik yang digunakan adalah studi literatur. Pada tahap ini penulis melakukan langkahlangkah penelitian sejarah yang berupa heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi mengenai Madame Mao : The White Bone Demon (Peranan Jiang Qing Dalam Revolusi Kebudayaan di Cina. BAB IV UPAYA JIANG QING DALAM REMAOISASI REVOLUSI KEBUDAYAAN CINA TAHUN 1966-1976 Bab ini merupakan sebuah pemaparan dari hasil penelitian mengenai Madame Mao : The White Bone Demon (Peranan Jiang Qing dalam Revolusi Kebudayaan di Cina, dalam bab ini berisikan mengenai informasi dan data-data yang diperoleh penulis selama proses penelitian tentang Peran Jiang Qing dalam Revolusi Kebudayaan di Cina Tahun 1966-1976 dan Dampaknya bagi Kekuasaan Mao Ze Dong. Pemaparan dalam bab ini diuraikan

11 dalam bentuk uraian deskriptif yang bertujuan untuk menjelaskan semua keterangan yang didapat dari hasil penelitian secara terinci. Dalam bab ini pula ditemukan jawaban-jawaban atas permasalahan-permasalahan yang ada pada rumusan masalah yang antara lain : Pertama, mengenai Latar Belakang terjadinya gerakan Revolusi Kebudayaan Cina. Kedua mengenai proses berlangsungnya gerakan Revolusi Kebudayaan di Cina. Ketiga, Kehidupan Politik Jiang Qing. Keempat, mengenai usaha Jiang Qing dalam menggerakkan Revolusi Kebudayaan di Cina selama tahun 1966-1976. Kelima, mengenai dampak yang ditimbulkan akibat keterlibatan Jiang Qing dalam Revolusi Kebudayaan di Cina Terhadap Kekuasaan Mao Ze Dong. BAB V Kesimpulan dan Saran Pada bab ini merupakan pembahasan terakhir dimana penulis memberikan suatu kesimpulan yang merupakan interpretasi terhadap jawaban masalah yang dirumuskan dalam penelitian yaitu Madame Mao : The White Bone Demon (Peranan Jiang Qing dalam Revolusi Kebudayaan di Cina. Interpretasi penulis ini disertai dengan analisis penulis dalam membuat kesimpulan atas jawaban-jawaban dari permasalahan-permasalahan yang dirumuskan dalam suatu rumusan masalah. Selain itu, dalam bab ini juga berisikan saran dari penulis yang diajukan kepada berbagai pihak yang berkepentingan dalam penelitian ini. Terutama saran bagi kontribusi penelitian ini terhadap mata pelajaran sejarah di Sekolah.