PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT PANCAR-TERIMA FM-DIRECT SEQUENCE SPREAD SPRECTRUM PADA FREKUENSI 40 MHz

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II DASAR TEORI. sesuai dengan sinyal pemodulasinya. Modulasi ada dua macam, yaitu modulasi

SISTEM KOMUNIKASI CDMA Rr. Rizka Kartika Dewanti, TE Tito Maulana, TE Ashif Aminulloh, TE Jurusan Teknik Elektro FT UGM, Yogyakarta

ANALISIS PERBANDINGAN TEKNOLOGI SPREAD SPECTRUM FHSS DAN DSSS PADA SISTEM CDMA

Dalam sistem komunikasi saat ini bila ditinjau dari jenis sinyal pemodulasinya. Modulasi terdiri dari 2 jenis, yaitu:

Code Division multiple Access (CDMA)

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. Blok diagram carrier recovery dengan metode costas loop yang

BAB 3 PERANCANGAN DAN REALISASI

Introduction to spread spectrum (SS) Alfin Hikmaturokhman,MT

Perancangan dan Pembuatan Tahap RF Downlink 436,9 Mhz untuk Portable Transceiver Ground Station Satelit Iinusat-01

I. ANALISA DATA II. A III. A IV. A V. A

BAB II CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (CDMA) CDMA merupakan singkatan dari Code Division Multiple Access yaitu teknik

SAINTEKBU Jurnal Sains dan Teknologi Vol.1 No. 2 Desember RANCANG BANGUN SIMULASI SISTEM KOMUNIKASI SPREAD SPECTRUM (Perangkat Lunak)

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS

FREQUENCY HOPPING SPREAD SPECTRUM RECEIVER DENGAN PSEUDO NOISE CODE

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM. Dalam tugas akhir ini dirancang sebuah modulator BPSK dengan bit rate

Rancang Bangun Demodulator FSK pada Frekuensi 145,9 MHz untuk Perangkat Receiver Satelit ITS-SAT

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT. modulator 8-QAM seperti pada gambar 3.1 berikut ini: Gambar 3.1 Blok Diagram Modulator 8-QAM

APLIKASI RANGKAIAN TERINTEGRASI DIRECT DIGITAL SYNTHESIZER (DDS) SEBAGAI PEMBANGKIT SINYAL FREQUENCY HOPPING SPREAD SPECTRUM (FHSS)

DAFTAR ISI. Abstrak... Abstract... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Gambar... Daftar Tabel... BAB I Pendahuluan Latar Belakang...

PRINSIP KERJA TRANSCEIVER Oleh : Sunarto YBØUSJ

PEMANCAR DAN PENERIMA RADIO MOD. f c AUDIO AMPL. f LO MOD FREK LOCAL OSCIL

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM

Perancangan Sistem Modulator Binary Phase Shift Keying

BAB III Perencanaan Jaringan VSAT Pada Bank Mandiri dengan CDMA

FREQUENCY HOPPING SPREAD SPECTRUM TRANSMITTER DENGAN PSEUDO NOISE CODE

BAB III PERANCANGAN PEDOMAN PRAKTIKUM

BAB III PERANCANGAN SISTEM DAN SIMULASI

Sistem Modulator dan Demodulator BPSK dengan Costas Loop

PERANCANGAN DAN REALISASI PLL(88-108) MHZ DENGAN INDIKATOR LED SAAT DAERAH FREKUENSI LOCK DAN UNLOCK

BAB III PERANCANGAN SISTEM

Implementasi Direct Sequence Spread Spectrum pada DSK TMS320C6416T

MODULASI SPREAD SPECTRUM UNTUK PENINGKATAN PERFORMANSI SISTEM KOMUNIKASI DI LINGKUNGAN TNI-AL

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Tabel PS/NS untuk Up dan Down Counter 3 bit. 23

Perancangan dan Realisasi Sistem Pentransmisian Short Message dan Sinyal Digital pada

LABORATORIUM SWITCHING DAN TRANSMISI Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom Jl. D.I. Panjaitan 128 Purwokerto

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

TUGAS KOMUNIKASI DIGITAL CODE DIVISION MULTIPLE ACCES

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

Implementasi Direct Sequence Spread Spectrum pada DSK TMS320C6416T

MODULATOR DAN DEMODULATOR BINARY ASK. Intisari

1. PENGERTIAN PEMANCAR RADIO

MODULATOR DAN DEMODULATOR. FSK (Frequency Shift Keying) Budihardja Murtianta

TTG3B3 - Sistem Komunikasi 2 Multiple Access

DASAR TELEKOMUNIKASI ARJUNI BP JPTE-FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. Arjuni Budi P. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FPTK-UPI

Modulasi Digital. Levy Olivia Nur, MT

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. 500 KHz. Dalam realisasi modulator BPSK digunakan sinyal data voice dengan

PEMODELAN SISTEM AUDIO SECARA WIRELESS TRANSMITTER MENGGUNAKAN LASER POINTER

Teori Dasar 5 BAB II TEORI DASAR. Sistem spread spectrum telah dikembangkan sejak pertengahan tahun

HAND OUT EK. 481 SISTEM TELEMETRI

PERANCANGAN ALAT PEMESANAN MAKANAN DI RESTORAN SECARA WIRELESS

PERANCANGAN DEMODULATOR BPSK. Intisari

SINYAL & MODULASI. Ir. Roedi Goernida, MT. Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung

Analisa Kinerja Alamouti-STBC pada MC CDMA dengan Modulasi QPSK Berbasis Perangkat Lunak

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

Perancangan dan Pembuatan Tahap RF Downlink 2.4 GHz Untuk Pengiriman Citra Pada Sistem Komunikasi Satelit Nano

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

BAB II TINJAUAN TEORITIS

POLITEKNIK NEGERI MALANG 2016

BOBI KURNIAWAN, JANA UTAMA Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia

Kata Pengantar. Bandung, Februari 2015 Penyusun. (Agung Rismawan)

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN ALAT. Pada perancangan alat untuk sistem demodulasi yang dirancang, terdiri dari

MODULASI. Ir. Roedi Goernida, MT. Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung

Rancang Bangun Modulator BPSK untuk Komunikasi Citra pada ITS-Sat

Pemancar dan Penerima FM

HAND OUT EK. 462 SISTEM KOMUNIKASI DIGITAL

Quadrature Amplitudo Modulation-16 Sigit Kusmaryanto,

Visualisasi dan Analisa Kinerja Kode Konvolusi Pada Sistem MC-CDMA Dengan Modulasi QPSK Berbasis Perangkat Lunak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Budihardja Murtianta. Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik UKSW Jalan Diponegoro 52-60, Salatiga

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) A-276

Seminar Nasional Informatika 2009 (semnasif 2009) ISSN: UPN Veteran Yogyakarta, 23 Mei 2009

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Blok Diagram Modulator 8-QAM. menjadi tiga bit (tribit) serial yang diumpankan ke pembelah bit (bit splitter)

MODUL MODULATOR-DEMODULATOR BINARY PHASE SHIFT KEYING (BPSK) MENGGUNAKAN METODE COSTAS LOOP

DATA ANALOG KOMUNIKASI DATA SUSMINI INDRIANI LESTARININGATI, M.T. Transmisi Analog (Analog Transmission) Data Analog Sinyal Analog DATA ANALOG

PETUNJUK PELAKSANAAN PRAKTIKUM PRAKTIKUM TEKNIK TELEKOMUNIKASI 4 ET 3200

BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB II DASAR TEORI. Modulasi adalah pengaturan parameter dari sinyal pembawa (carrier) yang

Visualisasi dan Analisa Kinerja Kode Konvolusi Pada Sistem MC-CDMA Dengan Modulasi QAM Berbasis Perangkat Lunak

Arie Setiawan Pembimbing : Prof. Ir. Gamantyo Hendrantoro, M. Eng, Ph.D.

BAB II DASAR TEORI. dengan cara modulasi dan gelombang elektromagnetik. Gelombang ini melintas dan

Amplitude Modulation. SISTEM KOMUNIKASI Semester Ganjil 2016/2017 Program Studi S1 Teknik Telekomunikasi Universitas Telkom

RANCANG BANGUN ALAT PEMBANGKIT EFEK SURROUND DENGAN IC BUCKET-BRIGADE DEVICE (BBD) MN 3008

LABORATORIUM SISTEM TELEKOMUNIKASI SEMESTER III TH 2015/2016

Simulasi Pengiriman Dan Penerimaan Informasi Menggunakan Teknologi Spread Spektrum

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA. Bab ini membahas tentang pengujian alat yang dibuat, adapun tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG

TUGAS MATA KULIAH KAPITA SELEKTA Desain Sistem PLC 1 Arah Dosen: Bp. Binsar Wibawa

IMPELEMENTASI,SIMULASI DAN ANALISIS PARAMETER VCO (VOLTAGE CONTROLED OSCILLATOR)

Rancang Bangun Demodulator FSK 9600 Baud untuk Perangkat Transceiver Portable Satelit IiNUSAT - 1

Gambar 2.1 Skema CDMA

Satuan Acara Perkuliahan Arjuni Budi P.

TEE 843 Sistem Telekomunikasi. 7. Modulasi. Muhammad Daud Nurdin Jurusan Teknik Elektro FT-Unimal Lhokseumawe, 2016

REALISASI PLL SYNTHESIZER UNTUK PEMANCAR TV VHF PADA PITA FREKUENSI 174 MHz 202 MHz

ABSTRACT. data. signal sensitivity, and noise resistant up to 200 mv.

BAB II LANDASAN TEORI

Transkripsi:

44 PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT PANCAR-TERIMA -DIRECT SEQUENCE SPREAD SPRECTRUM PADA FREKUENSI 40 MHz Andi Andriana 1, Heroe Wijanto 2, Budianto 3 1 Divisi Core Network Engineering - PT Telekomunikasi Seluler (Telkomsel) 2 Program Magister Teknik Telekomunikasi - Sekolah Tinggi Teknologi Telkom, Bandung 3 Jurusan Teknik Elektro - Sekolah Tinggi Teknologi Telkom, Bandung 1 andi_andriana@telkomsel.co.id, 2 hrw@stelkom.ac.id, 3 bud@stttelkom.ac.id Abstrak Penelitian ini telah menghasilkan perangkat pancar-terima -DSSS (Frequency Modulation Direct Sequence Spread Spectrum). Pemancar meliputi LPF 4 khz, proses modulasi Pita Sempit berlebar pita 8 KHz pada frekuensi pembawa 40 MHz, sinyal pembawa termodulasi frekuensi mengalami penebaran ke lebar pita 2 MHz oleh sinyal kode acak semu, daya pemancar 1,37 Watt. Sedangkan perangkat penerima -DSSS meliputi pre-amplifier, balance modulator, Phase Lock Loop (PLL) dan penerima Super-heterodyne konversi ganda pada frekuensi IF 455 khz. Processing Gain sistem ini diperoleh sebesar 261,1 atau 24,16 db. Dari hasil pengujian, sistem -DSSS ini mampu bekerja pada lingkungan jamming setelah menurunkan levelnya dengan cara menebarkan pada bandwidth cukup lebar. Kata kunci : sistem transceiver -DSSS, Pita Sempit, PLL, penerima super-heterodyne Abstract This research has been realized a -DSSS (Frequency Modulation Direct Sequence Spread Spectrum) transceiver. The transmitter consists of LPF 4 khz, Narrow-band process with 8 khz of bandwidth on 40 MHz of carrier frequency, frequency modulated carrier signal spreading to 2 MHz of bandwidth due to the pseudo random code, and spread power of 1,37 Watt. On the other hand, the -DSSS receiver includes pre-amplifier, balance modulator, Phase Lock Loop (PLL), and double conversion Superheterodyne working on 455 khz of IF frequency. The Processing Gain of system is 261,1 or 24,16 db. The test result shows that this -DSSS System is capable of working on jamming environment, where the level of jamming signal could be decreased through spreading it into a wide enough bandwidth. Keywords: -DSSS transceiver system, Narrow-Band, PLL, super-heterodyne receiver 1. Pendahuluan Sistem Spread Spectrum dikembangkan sejak pertengahan tahun 1950-an di bidang militer ketika dibutuhkan sistem komunikasi yang tahan terhadap interferensi dan jamming, aman dari penyadapan dan kemampuan akses jamak (multiple access). Penerapan lain teknologi spread spectrum adalah pada sistem komunikasi bergerak seluler Code Division Multiple Access (CDMA) dengan efisiensi spektral sangat tinggi. Penilitian ini bertujuan menghasilkan perancangan dan implementasi sistem perangkat transceiver -DSSS (Fequency Modulation Direct Sequence Spread Spectrum). Perangkat sistem dibuat dengan spesifikasi berikut: - lebar pita sinyal informasi 4 khz, - proses modulasi pita sempit selebar 8 KHz, - frekuensi pembawa 40 MHz, - sinyal ditebarkan ke lebar pita 2 MHz oleh sinyal kode acak semu, - daya pemancar 1,37 Watt, - diskriminasi dengan PLL (phase lock loop), - penerima Super-heterodyne konversi ganda bekerja pada frekuensi IF 455 khz, - Processing Gain sebesar 250 atau 24 db. 2. Sistem Transceiver -DSSS Spread Sprectrum adalah penebaran spektral sinyal informasi pada rentang alokasi frekuensi sangat lebar, jauh melebihi bandwidth minimum yang diperlukan. Pada sistem pemancar -DSSS, sinyal informasi termodulasi dimodulasi lagi oleh deretan kode penebar biner acak semu. Di penerima -DSSS, setelah proses sinkronisasi, dilakukan demodulasi untuk menghasilkan sinyal informasi kembali. Skematika sistem transceiver -DSSS ditunjukkan pada Gambar 1. Faktor perbaikan pada sistem penerima spread spectrum disebut Processing Gain (PG), yaitu: BW RF PG = (1) BW 0 dengan BW RF adalah bandwidth sinyal spread spectrum yang ditransmisikan dan BW 0 adalah bandwidth sinyal informasi. Performansi (S/N) penerimaan sinyal pada lingkungan jamming (J) dapat dihitungkan dari: S J IN ( db) = ( db) (2) N S S J OUT ( db) = GP ( db) ( db) (3) N S

45 3. Realisasi Sistem Perangkat -DSSS 3.1 Perangkat Pemancar -DSSS Fungsi setiap blok pada perangkat pemancar -DSSS di Gambar 2, dijelaskan sebagai berikut: a. Pre amplifier, untuk menguatkan sinyal listrik sangat lemah yang berasal dari microphone. b. LPF Aktif 4 khz, sebagai pembatasi lebar pita sinyal informasi. LPF aktif direalisasikan untuk frekuensi cut off 4 khz dan redaman 25 db pada 8 khz (orde 4) dengan IC Motorola MC1741. c. Modulator 20 MHz, adalah pembangkit sinyal pembawa 20 MHz yang juga berfungsi sebagai modulator pita sempit. Osilator direalisasikan dalam rangkaian Colpitts dengan transistor Motorola 2N2222A dan pengendali kristal 20 MHz, dengan modulator reaktansi melalui dioda varaktor MV2105. d. Pelipat 2 Frekuensi, adalah penghasil sinyal pembawa 40 MHz dari masukan sinyal 20 MHz. Rangkaian pelipat 2 frekuensi direalisasikan dengan penguat tertala dua tingkat dari transistor 2SC2026 yang memiliki f T = 2 GHz.. e. Balance Modulator, merupakan mixer dari IC Motorola MC1946, sebagai spreader sinyal pembawa termodulasi dengan sinyal kode penebar dari PRG yang telah diubah menjadi pulsa berlebar pita terbatas oleh BTF, sehingga menghasilkan sinyal -DSSS. Modulator Spreader De-spreader Demodulator informasi Pseudorandom Generator Pseudorandom Generator Akuisisi dan Tracking informasi recovery Gambar 1. Diagram Skematik Sistem -DSSS Balance Modulator 40 MHz DSSS 40 MHz Pre-Amp LPF 4 KHz Modulator 20 MHz Pelipat 2 Frekuensi Penguat Daya 1 Watt Speech in Clock PRG BTF ke penerima 1 MHz 8 MHz Gambar 2. Skematik Perancangan Perangkat Pemancar -DSSS Sequence Code Generator dari penerima MC13135 40 MHz DSSS 40 MHz Speech out Audio-Amp Detector IF 2 455 KHz Penguat IF IF 1 10,7 MHz Lokal Osilator Kedua 10,245 MHz Balance Modulator Penguat RF Penerima Narrow Band Phase Lock Loop 50,7 MHz Gambar 3. Skematik Perancangan Perangkat Penerima -DSSS Perancangan Dan Realisasi Perangkat Pancar-Terima -Direct Sequence Spread Sprectrum Pada Frekuensi 40 MHz (Andi Andriana)

46 f. Pembangkit Pulsa Detak, menghasilkan pulsa detak 1 MHz pengendali generator kode penebar acak semu (PRG) dan 8 MHz pengendali BTF. Pembangkit pulsa detak dibangkitkan oleh kristal 16 MHz dan gerbang NAND dari IC 74LS93. g. PRG (Pseudorandom Noise Generator), sebagai pembangkit kode acak semu MLS dengan periode N = 2 r 1 bit berkecepatan 1 Mcps, direalisasikan menurut polinomial (1+X 3 +X 10 ). h. BTF (Binary Transfersal Filter), sebagai pembatas lebar pita sinyal kode acak semu dengan mengubah bentuk sinyal NRZ menjadi pulsa raised cosine waktu terbatas. i. Penguat Daya, menguat sinyal -DSSS agar memiliki daya sinyal yang cukup untuk dipancarkan, yaitu 1,37 Watt pada frekuensi 40 MHz, dengan lebar pita 2 MHz. 3.2 Perangkat Penerima -DSSS Perangkat penerima -DSSS, seperti diperlihatkan di Gambar 3, terdiri dari beberapa bagian blok sebagai berikut: a. Penguat RF b. Balance Modulator, diimplementasikan dari IC Motorola MC1946 sebagai despreader sinyal -DSSS 40 MHz oleh kode penebar lokal sinkron 1 Mcps untuk menghasilkan sinyal 40 MHz berpita sempit 8 khz. c. Phase Lock Loop (PLL), merupakan osilator lokal-i yang bertugas menghasilkan sinyal pembawa lokal 50,7 MHz. VCO (Voltage Controled Oscillator) direalisasikan dengan IC MC1648 yang mampu bekerja sampai 225 MHz. Dioda varactor yang digunakan adalah MV2105 dengan kapasitansi 13,5pF 16,5pF. Detektor Fasa dan programmable prescaler dibuat dari IC MC145166 (Dual PLL). d. Pencampur I, berfungsi untuk menghasilkan frekuensi IF sebesar 10,7 MHz. e. Osilator lokal II, bertugas untuk menghasilkan sinyal berfrekuensi 10,245 MHz f. Pencampur II, berfungsi melakukan proses pencampuran sinyal keluaran pencampur I dengan osilator lokal II, sehingga dihasilkan frekuensi IF sebesar 455 khz. g. Penguat IF, berfungsi menguatkan sinyal frekuensi IF agar memiliki daya yang cukup untuk melakukan proses deteksi sinyal h. Detektor, berfungsi untuk mendeteksi sinyal sehingga dapat diperoleh kembali sinyal informasinya. Detektor direalisasikan menggunakan IC MC13135 yang terdiri dari dua buah osilator lokal, dua buah pencampur, penguat IF dan detektor, serta penguat operasional dengan beberapa kelebihan berikut : frekuensi kerja hingga 200 MHz. tegangan kerja rendah, yaitu 2,0 6,0 VDC arus kerja kecil, yaitu 3,5 ma i. Penguat audio, berfungsi menguatkan sinyal audio yang berfrekuensi 20 Hz 20 khz. 4. Pengukuran dan Evaluasi Sistem Perangkat 4.1 Pengukuran Perangkat Pemancar -DSSS 4.1.1 Pre-Amplifier dan LPF Pada frekuensi 4 khz, Pre-Amplifier dengan level masukan 45,31 mvpp memberikan level keluaran 3,625 Vpp, sehingga diperoleh penguatan 80 kali atau 38 db. Hasil pengamatan sinyal masukan dan keluaran Pre-Amplifier ditunjukan di Gambar 4.a, yang juga menunjukkan Pre-Amplifier masih bersifat linier pada penguatan 38 db. (a) Pre-Amplifier Tegangan (mvpp) 2200 2000 1800 1600 1400 1200 1000 800 600 400 200 0 0,1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Frekuensi (khz) (b) Respons LPF Gambar 4. Penguatan Pre-Amplifier dan Respons LPF Pengukuran respons LPF 4 khz dilakukan dari perubahan level keluaran ketika diberikan sinyal masukan yang dijaga konstan 2 Vpp dengan frekuensi diubah-ubah pada langkah 0,5 khz. Respons frekuensi LPF hasil realisasi ditunjukkan pada Gambar 4.b, terlihat frekuensi cut off terjadi pada 3,83 khz, lebih sempit 171,37 Hz atau 4,25% dari cut off yang diinginkan 4 khz. 4.1.2 Sinyal Modulasi Modulator diamati dengan memberi masukan sinyal pemodulasi sinusoidal 4 khz. Gambar 5.a menunjukan bahwa kondisi carrier null terjadi pada amplituda sinyal pemodulasi 12,5 Vpp, sehingga diperoleh angka sensitivitas modulator : K f = β 0 f m /A m = 2,4 4kHz/(½ 12,5V) = 1,536 khz/v. (a) Carrier Null 12,5 Vpp (b) Amplitudo 2,672 Vpp Gambar 5. Spektral sinyal dengan input 4 khz Di Gambar 5.b ditunjukkan hasil pengamatan untuk masukan modulator berupa sinyal pemodulasi sinusoidal 4 khz beramplituda 2,672 Vpp, yang memperlihatkan lebar pita spektral sinyal 8 khz. 4.1.3 Pengujian PRG dan BTF Keluaran PRG 1 Mcps diperlihatkan pada Gambar 6.a, bagian atas sebelum difilter dan bagian

47 bawah sesudah difilter oleh BTF. Rangkaian PRG menggunakan shift register 10 tingkat, sehingga diperoleh periode acak-semu 2 10 1 = 1023 chip. Gambar 6.b memperlihatkan pola mata keluaran BTF dimana tampak sinyal NRZ keluaran PRG telah diubah ke bentuk pulsa raised cosine waktu terbatas. penguatannya sebesar 112,23 atau 41 db, sepeti terlihat pada Gambar 7.b. (a) Uji Penguat Daya (Tx) (b) Uji Penguat RF (Rx) Gambar 7. Penguat Daya (Tx) dan Penguat RF (Rx) (a) Deretan Pulsa (b) Pola Mata Gambar 5. Sinyal kode penebar acak-semu 1 Mcps 4.1.3 Speader dan Sinyal -DSSS Pengujian karakteristik balance modulator sebagai spreader dilakukan dengan memberikan sinyal sinusoidal 1 MHz dan sinyal 40 MHz dari modulator pada kedua masukannya. Pada Gambar 6.a diketahui level suppressed carrier terhadap terhadap pita sisinya adalah 30 db, dengan kedua sisinya yang balance tak-sempurna. 4.2.2 Despreading dan Down Converting Pada Gambar 8.a terlihat hasil despreading pada level 3,59 dbm dengan masih terdapatnya spektral sinyal kode penebar pada sisi-sisi spektral sinyal pita sempit. Hal ini merupakan akibat kurang sempurnanya sinkronisasi kode penebar pada sinyal -DSSS yang diterima dengan deretan kode penebar lokal di penerima. PLL sebagai sumber pembawa lokal I dibangun dari osilator kristal 14,31818 MHz yang cukup stabil, kemudian dilakukan pembagian 2048 (internal IC MC145166) untuk menghasilkan frekuensi referensi 6,9 khz. Pada Gambar 8.b terlihat keluaran VCO pada level 3,08 dbm. Keluaran VCO ini telah menunjukan sinyal keluaran PLL yang sudah terkunci stabil pada 50,7 MHz. (a) Balance Modulator (b) Spektral sinyal -DSSS Gambar 6. Proses Spreading (span 5 MHz) Gambar 6.b menunjukan spektral sinyal - DSSS keluaran balance modulator sebagai spreader yang sangat dominan menghasilkan main lobe. Ini berarti BTF sebagai pembentuk pulsa raised cosine bekerja sesuai rancangan. Sinyal -DSSS selebar dua kali chip rate PRG 1 Mcps, yaitu 2 MHz. 4.1.4 Penguat Daya (a) Pita Sempit 40 MHz Hasil Despreading (span 5 MHz) (b) Keluaran PLL 50,7 MHz sebagai Pembawa Lokal I (span 500 khz) Pengujian dilakukan dengan menghubungkan seluruh tingkat penguat daya sekaligus, sehingga terukur daya pancar melalui Osiloskop, seperti terlihat pada Gambar 7.a. Penguat daya dapat memberikan penguatan yang masih linear pada keluaran 1,37 Watt. 4.2 Pengukuran Perangkat Penerima -DSSS 4.2.1 Penguat RF Pengujian pada frekuensi 40 MHz menunjukkan bahwa Penguat Daya pada penerima memberikan level keluaran 1,578 Vpp ketika diberi masukan pada level 14,06 mvpp, sehingga dapat dihitung (c) Pita Sempit 10,7MHz Down Converting I (span 500 khz) (d) Pita Sempit 455 khz Down Converting II (info 4 khz) (span 500 khz) Gambar 8. Hasil Depreading dan Down Converting Pada Gambar 8.c terlihat bahwa keluaran Mixer-I adalah 10,7 MHz dengan level 17,73 dbm, yang merupakan selisih frekuensi sinyal -DSSS 40 MHz dengan osilator lokal-i 50,7 MHz. Di Gambar 8.d diperlihatkan bahwa Mixer-II pada 455 khz dengan level 12,91 dbm, yang merupakan selisih frekuensi keluaran Mixer-II 10,7 MHz dengan osilator lokal-ii 10,245 MHz, kaetika diberikan sinyal pemodulasi 4 khz. Perancangan Dan Realisasi Perangkat Pancar-Terima -Direct Sequence Spread Sprectrum Pada Frekuensi 40 MHz (Andi Andriana)

48 4.3 Performansi di Lingkungan Jamming 4.3.1 Hasil Despreading Terganggu Jamming Untuk mensimulasikan lingkungan jamming, dipancarkan sinyal sinusoidal 40 MHz dari suatu generator bertegangan 2,063 Vpp pada jarak 25 cm dari penerima -DSSS. Pengamatan dilakukan ketika sinyal -DSSS dengan informasi 4 khz dipancarkan pada jarak 1 meter dari penerima. Gambar 9.a dan 9.b menunjukkan perbedaan antara sinyal hasil despreading tanpa dan dengan jamming. Pada Gambar 9.b terlihat sinyal jamming ditebarkan oleh kode penebar lokal pada bandwidth selebar 2 MHz dengan level 65,5 dbm, sementara level sinyal hasil despreading 29,1 dbm. Secara perhitungan, pemancaran sinyal - DSSS 40 Mhz dengan daya 1,37 W atau 31,36 dbm, dengan semua feeder dan antena diabaikan, dalam jarak 1 meter terjadi redaman ruang bebas 4,49 db, sehingga diperoleh level daya terima S = 26,87 dbm. Sedangkan sumber jamming 40 MHz bertegangan 2,063 Vpp yang memancar pada beban 50 Ω, pada jarak 25 cm ke penerima menyebabkan level jamming J = 18,98 dbm. Dari Persamaan (2) diperoleh kualitas sinyal input (S/N) IN = 7,89 db. Dengan Processing Gain PG = 261,1 = 24,16 db, dari Persamaan (3) diperoleh kualitas sinyal setelah despreading di penerima (S/N) OUT = 32,05 db. despreading, dan sinyal jamming berjarak 25 cm dari penerima dengan level 2,063 Vpp. Sinyal terima ini diamati pada IF 10,7 dalam span 50 khz. Dari Gambar 9.c terlihat bahwa sinyal IF tanpa jamming diterima baik pada level 21,78 dbm. Sedangkan pada Gambar 9.d terlihat bahwa sinyal IF dengan jamming telah mengalami cacat akibat oleh level jamming yang cukup mengganggu. 5. Kesimpulan Dari pengujian terhadap hasil realisasi sistem transceiver -DSSS, diambil kesimpulan bahwa Sinyal pita sempit 7,7 khz telah dapat ditebarkan oleh sinyal PRG 1 Mcps ke rentang bandwidth 2 MHz pada frekuensi 40 MHz, sehingga diperoleh PG = 261,1 atau 24,16 db. Terjadi ketidaksempurnaan proses despreading yang disebabkan oleh delay transmisi. Semakin besar Processing Gain, performansi sinyal terima semakin baik. Sinyal jamming pada penerima -DSSS akan ditebarkan pada bandwidth yang sangat lebar, sehingga turun levelnya turun hingga tidak mengganggu penerimaan sinyal informasi. S/N input penerima sebesar 7,89 db, sedangkan S/N output penerima diperoleh 32,05 db. Hendaknya sistem dilengkapi dengan proses sinkronisasi (akuisisi dan tracking), sehingga dihasilkan penerimaan sinyal berkualitas baik. Balance modulator sebagai spreader sinyal dengan kode penebar hendaknya dibuat hingga suppressed carrier serendah mungkin dan kedua sisinya balance hampir sempurna. Daftar Pustaka (a) Pita Sempit 40 MHz despresding tanpa jamming (info 4 khz) (span 5 MHz) (c) Pita Sempit 10,7MHz non-dsss tanpa jamming (info 4 khz) (span 50 khz) (b) Pita Sempit 40 MHz despreading dengan jamming (info 4 khz) (span 5 MHz) (d) Pita Sempit 10,7MHz non-dsss dengan jamming (info 4 khz) (span 50 khz) Gambar 9. Performansi pada Lingkungan Jamming 4.3.2 Gangguan Jamming pada Sistem Non-DSSS Pada pengamatan ini, sinyal informasi 4 khz dimodulasi kemudian langsung dikuatkan dengan daya 1,37 Watt, tanpa lebih dulu dilakukan spreading, sehingga bandwidth transmisi tetap selebar 8 khz ( pita sempit). Pemancar juga ditempatkan pada jarak 1 m dari penerima tanpa [1] Boylestad, R. and L. Nashelsky, Electronic Devices and Circuit Theory. Prentice Hall. [2] Cooper, G. R. and C. D. McGillem. 1986. Modern Communication and Spread Spectrum, Singapore: MacGraw-Hill. [3] Dixon, R. C. 1994. Spread Spectrum Systems with Commercial Applications. 3 rd Ed. New York: Jhon Wiley and Sons, Inc. [4] Doberstein, D. 1996. A 16 KBS Full Duplex Spread Spectrum Receiver RF Data Link. President DKD Instruments. [5] Meel, J. Introduction Spread Spectrum. Rotselaar, Belgium: Sirius Communications. [6] Peterson, R.L., R.E. Ziemer, D.E. Borth, 1985. Introduction to Spread Spectrum Communications. Prentice Hall. [7] Williams, A. B. Electronic Filter Design Handbook. McGraw-Hill.