BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih dari sekedar realisasi satu sasaran, atau bahkan beberapa sasaran. Sasaran itu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2/22/2012 METODE PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan tujuan dan cita-cita

BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK

BAB I PENDAHULUAN. Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan

BAB II KAJIAN TEORI. A. Keterampilan Mengungkapkan Pendapat. 1. Mengungkapkan pendapat sebagai keterampilan berbicara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Brunner Dalam Romzah (2006:6) menekankan bahwa setiap individu pada waktu

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

BAB II PEMBELAJARAN BERBICARA DAN METODE ROLE PLAYING (BERMAIN PERAN) Para ahli mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian berbicara di

BAB I PENDAHULUAN. manusia dengan yang lainnya. Keterampilan berbahasa yang dimiliki manusia

TINJAUAN PUSTAKA. sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola pikir

Keterampilan Dasar Memimpin dan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang terletak di Jl. Kalikebo, Desa Wiro, Bayat, Klaten berdiri pada

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan proses belajar mengajar Bahasa Indonesia di Sekolah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pengertian pendidikan menurut Undang-Undang SISDIKNAS No. 20

Fembriani Universitas Widya Dharma Klaten ABSTRAK

II. KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Teori Yang Melandasi Model Pembelajaran Make A Match

2). Fokus pada kesadaran pada proses pembelajaran dan tanggung jawab. 3). Peran dosen tidak mengajari tetapi menstimulasi proses yang aktif.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siska Novalian Kelana, 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II. KAJIAN PUSTAKA. kegiatan fisik maupun mental yang mengandung kecakapan hidup hasil interaksi

KETERAMPILAN GURU MEMBIMBING DISKUSI KELOMPOK KECIL DI SD NEGERI GAROT ACEH BESAR. Zulfanidar, Alfiati Syafrina, M. Yamin,

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, pengendalian diri dan keterampilan untuk membuat dirinya berguna di

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

METODE BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS. Oleh : Ari Yanto )

TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencapai tujuan yang ditetapkan (Djamarah dan Zain, 1996:53).

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Mengajar serta mendidik merupakan perbuatan yang bermanfaat dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat menuju kearah yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto

pembelajaran. Sedangkan guru dalam pembelajaran ini hanya membantu dan mengarahkan siswa dalam melakukan eksperimen jika siswa mengalami kesulitan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. akan menghasilkan pencapaian tujuan yang baik pula.

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini merupakan usia yang sangat baik bagi anak-anak untuk. mengembangkan bakat dan potensi yang dimilikinya. Prof. Dr.

BAB I PENDAHULUAN. IPTEK, dituntut sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing secara

KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proaktif (urun rembuk) dalam memecahkan masalah-masalah yang diberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan.

Model Pembelajaran Konstekstual dalam Bidang Studi Ekonomi Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran sangat tergantung pada cara pendidik. Metode adalah cara yang digunakan

BAB V PEMBAHASAN. penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Maka dari iru tugas seorang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,

BAB IV ANALISIS PROBLEMATIKA METODE PEMBELAJARAN. SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM DI MTs NURUL HUDA BANYUPUTIH BATANG

BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. berjalan secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan, mengupayakan agar individu dewasa tersebut mampu menemukan

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam arti belajar. Perubahan yang terjadi dalam aspek-aspek kematangan, pertumbuhan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam mengaplikasikan metode ceramah adalah sebagai berikut:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dalam masa perkembangan, sehingga perlu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata belajar sudah sangat familiar dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan

C. Macam-Macam Metode Pembelajaran

II. KERANGKA TEORETIS. Sesuatu yang telah dimiliki berupa pengertian-pengertian dan dalam batasan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mengajarkan siswa untuk bekerjasama

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Mulyono (dalam Aunurrahman 2011:9) mengemukakan bahwa aktivitas artinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA

Model Pembelajaran kooperatif dengan tipe Group Investigation ini masih. asing bagi siswa kelas XI 6 Program Keahlian Multi Media SMK Kristen BM

BAB I PENDAHULUAN. mampu memecahkan masalah di sekitar lingkungannya. menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya penyelenggaran pendidikan diupayakan untuk membangun

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat dikatakan sebagai salah satu kebutuhan manusia yang

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil 1

BAB II LANDASAN TEORI. Metode pembelajaran adalah suatu teknik penyajian yang dipilih dan

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

2015 PENGGUNAAN METODE SHOW AND TELL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS V SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Media pembelajaran didefinisikan oleh Heinich (dalam Daryanto, 2010: 4) kata

I. PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas guna membangun bangsa yang maju. Kesuksesan di bidang pendidikan merupkan awal bangsa yang maju.

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. baik dari segi kognitif, psikomotorik maupun afektif.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Atas dasar pemikiran tersebut, pendidikan karakter. dengan metode serta pembelajaran yang aktif.

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan menulis merupakan suatu ciri dari orang terpelajar atau bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PUSTAKA. Banyak orang belum mengetahui apa itu leaflet dan apa perbedaannya dengan

BAB II KAJIAN TEORI. dan berbuat. Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang. tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya.

BAB I PENDAHULUAN. dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB V PEMBAHASAN. efektif dan menyenangkan (PAKEM) pada pelajaran PAI kelas VII. di SMPN 1 Kanigoro Blitar tahun ajaran 2015/2016

(produk, proses dan sikap ilmiah). Pembelajaran IPA berawal dari rasa ingin tahu,

Transkripsi:

16 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Metode Pembelajaran Metode pembelajaran adalah teknik atau pendekatan yang digunakan oleh pengajar agar peserta didik dapat memahami isi materi yang akan dipelajari. Pembelajaran yang efektif adalah suatu keterampilan yang dapat dipelajari untuk mengembangkan keterampilan, pengetahuan tentang proses pendidikan termasuk metode pembelajaran yang ada dan cara penggunaannya pada beraneka ragam peserta didik dan lingkungannya ( Bastable, 2002). 1.1.Kedudukan Metode Dalam Pembelajaran Djamarah (2006) menyatakan bahwa kedudukan metode dalam proses pembelajaran adalah metode sebagai: 1.1.2. Alat motivasi ekstrinsik. Metode dalam proses pembelajaran dijadikan sebagai bagian dari motivasi agar peserta didik dengan cepat menerima informasi baru, ide, gagasan, pendapat dan hasil temuan dari pembicara. 1.1.3. Strategi pengajaran. Metode pembelajaran adalah bagian dari strategi pengajaran yang bisa digunakan pengajar saat berinteraksi dengan peserta didik (Djamarah,2006). Dalam kegiatan belajar mengajar dosen harus memiliki strategi agar mahasiswa

17 dapat belajar secara efektif dan efisien dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. (Reilly & Obermann, 2002). 1.1.3. Alat untuk mencapai tujuan. Pembelajaran membutuhkan tujuan yang sangat jelas. Pencapaian tujuan pembelajaran dipengaruhi oleh faktor pengajar dan peserta didik. Pengajar mempunyai cara untuk mempermudah tujuan dapat dicapai salah satunya melalui penggunaan metode pembelajaran. 1.2. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Dalam Penentuan Metode Pembelajaran Setiawati (2008) menyatakan bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi dalam penentuan metode pembelajaran adalah: 1.2.1. Pengajar. Latar belakang pengajar mempengaruhi kompetensi pengajar dalam penyampaian materi atau pesan. Kurangnya kesiapan dan penguasaan metode pembelajaran akan menjadi kendala terhambatnya tujuan pembelajaran, dengan demikian kepribadian yang berbeda-beda dari masing- masing pengajar, latar belakang pendidikan dan pengalaman akan mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode pembelajaran yang digunakan. 1.2.2. Peserta didik. Perbedaan individual peserta didik mulai dari biologis, psikologis, sosial, budaya dan spiritual akan mewarnai suasana proses pembelajaran. Perbedaan individual peserta didik akan mempengaruhi seorang pengajar dalam menentukan

18 metode pembelajaran yang akan membuat suasana pembelajaran lebih dinamis. Metode pembelajaran dapat dijadikan cara memotivasi mahasiswa agar mereka berada dalam kerangka psikologis yang benar untuk belajar materi yang menjemukan, pendekatan reward and punishment yang sederhana dalam penilaian (Zaini, 2002). 1.2.3. Tujuan. Sasaran yang akan dituju dari setiap proses pembelajaran. Tujuan dalam pembelajaran berupa tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum memberikan gambaran akhir peserta didik setelah melalui proses pembelajaran. Tujuan khusus menunjukan kemampuan yang harus dimiliki peserta didik untuk masing- masing tahapan pembelajaran. Penggunaan metode pembelajaran juga harus disesuaikan dengan tujuan yang diinginkan. 1.2.4. Situasi. Situasi pembelajaran dari waktu kewaktu sebaiknya tidak dibuat sama oleh pengajar. Situasi yang sama terus menerus akan membuat peserta didik cepat bosan dan akan menghambat tujuan pembelajaran. Pengajar mengkondisikan pembelajaran untuk peserta didik dapat dilakukan secara individu dan berkelompok. Metode pembelajaran yang digunakan harus melihat situasi saat itu, untuk pendekatan individu metode pembelajarannya akan lebih cocok dengan menggunakan diskusi, sedangkan untuk kelompok biasa menggunakan problem solving.

19 1.2.5. Fasilitas. Fasilitas adalah kelengkapan pendukung dalam proses pembelajaran. Metode pembelajaran bed side teaching tidak dapat terlaksanan apabila tidak tersedianya fasilitas laboratorium. Demikian juga demonstrasi dan simulasi tidak bisa berjalan jika tidak ada alat peraga. 1.3. Jenis- Jenis Metode Pembelajaran Bastable (2002) dan Reilly (1999) menyatakan bahwa metode pembelajaran yang sering digunakan adalah: 1.3.1. Metode ceramah. Bastable (2002) menyatakan bahwa metode ceramah adalah metode yang sangat terstruktur yang digunakan seorang dosen dalam menyampaikan informasi secara verbal dan langsung kepada sekelompok peserta didik dengan tujuan untuk mengajar. Metode ini hanya memberikan sedikit kesempatan bagi dosen dan peserta didik untuk berdialog, tetapi ceramah dapat menjadi metode pengajaran yang efektif untuk memberikan pengetahuan kognitif tingkat rendah. ceramah adalah metode yang efisien dan hemat biaya, untuk menyampaikan banyak informasi kepada sekelompok besar orang secara bersamaan diwaktu yang sama juga dalam batas waktu yang relative singkat. Sedangkan Sagala (2009) menyatakan bahwa agar metode ceramah dapat digunakan secara efektif dan efesien maka dosen harus memperhatikan langkah- langkah pelaksanaan metode ceramah yaitu: membuka pelajaran dengan pendahuluan sebelum di berikan materi pelajaran dengan cara menjelaskan tujuan pembelajaran terlebih dahulu

20 agar mahasiswa mengetahui arah kegiatan pembelajaran dan menjelaskan pokokpokok materi pelajaran yang akan dibahas. Dalam menyajikan bahan harus diperhatikan beberapa faktor yaitu memperhatikan peserta didik selama proses pembelajaran, menyajikan pelajaran secara sistematis, tidak berbelit- belit dan terarah, kegiatan belajar mengajar diciptakan secara variatif, jangan membiarkan peserta didik hanya duduk dan mendengarkan, tetapi beri kesempatan untuk berfikir dan berbuat misalnya pelatihan mengerjakan tugas, mengajukan pertanyaan, membangkitkan motivasi belajar mahasiswa selama proses pembelajaran dan menggunakan media pelajaran yang variatif sesuai dengan tujuan pembelajaran (Sagala, 2009) Menutup pelajaran pada akhir pembelajaran dengan cara mengambil kesimpulan dari semua materi yang di ajarkan, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menanggapi materi pelajaran yang telah diberikan yang berhubungan dengan materi pelajaran dan melaksanakan penilaian secara komprehensif untuk mengukur perubahan tingkah laku Herawani ( 2001) menyatakan bahwa keunggulan metode ceramah adalah dapat digunakan pada orang dewasa, penggunaan waktu yang efisien, dapat dipakai pada kelompok yang besar, tidak terlalu banyak melibatkan alat bantu pengajaran, dan dapat dipakai untuk memberi pengantar pada pelajaran ataupun kegiatan. Bastable (2002) menyatakan metode ceramah mempunyai manfaat untuk memperagakan pola, menampilkan gagasan utama atau menyajikan cara- cara unik dalam memandang informasi. Kuliah adalah metode yang efisien dan hemat biaya untuk menyampaikan banyak informasi kepada sekelompok

21 besar orang secara serempak di waktu yang sama juga dalam batas waktu yang relatif singkat. Kuliah sebaiknya tidak digunakan untuk memberikan informasi yang sama kepada mereka yang dapat membacanya sendiri diwaktu dan tempat lain. Keahlian dosen baik dibidang teori maupun pengalaman, yang banyak membantu mahasiswa dalam memahami pokok bahasan. Dan metode ceramah dapat dengan mudah dilengkapi dengan handout atau alat bantu audiovisual. Herawani ( 2001) menyatakan kekurangan dari metode ceramah adalah menghambat respon dari pendidik sehingga pembicaraan sulit menilai reaksinya, tidak semua pengajar dapat menjadi pembicara yang baik, pembicaraan harus menguasai pokok pembicaraan, dapat menjadi kurang menarik, sulit dipakai untuk anak-anak dan membatasi daya ingat karna satu indera yang dipakai. kelemahannya, metode kuliah tidak efektif untuk mempengaruhi perilaku efektif dan psikomotor seseorang. Metode ini tidak dapat digunakan untuk memberikan banyak stimulasi kepada peserta didik, dan peserta didik hanya mendapat sedikit kesempatan untuk terlibat. Mereka hanya menerima informasi yang disajikan secara pasif, fokus hanya terpusat pada pengajar sehingga partisipan yang paling aktif biasanya adalah orang yang paling banyak tahu yaitu pengajar (Bastable, 2002) Strategi khusus yang dapat memperkuat dampak penggunaan metode ceramah. Setiap kuliah harus mencakup perkenalan, batang tubuh dan kesimpulan. Selama perkenalan, peserta didik perlu diberi garis besar tentang objektif prilaku yang berhubungan dengan topik kuliah beserta penjelasan mengapa objektif itu penting. Mamfaatkan rasa humor dan kepribadian anda untuk membina hubungan

22 baik dengan mahasiswa. Pada batang tubuh, atau penyampaian materi yang aktual. Semua aspek yang penting tercakup secara akurat, logis, kohesif dan memikat, selama kuliah tonjolkan poin- poin yang penting. Penggunaan materi audiovisual, seperti video, proyektor, atau slide juga memberikan variasi pada persentasi. Berikan variasi pada gaya persentasi dan nada suara agar tidak menoton. Bergeraklah dari sisi satu kesisi lain ruangan. Pastikan tidak melampaui jatah waktu yang telah ditetapkan. Kuliah yang panjang akan menyebabkan peserta didik kehilangan minat dan bosan (Djamarah, 2006). Bagian akhir dari metode kuliah ini adalah rangkuman atau kesimpulan yaitu mengulas kembali konsep- konsep penting yang telah disampaikan. Sangat penting untuk diperhatikan bahwa kuliah tidak melampaui batas waktu yang telah ditetapkan sehingga tidak perlu terpaksa berhenti karena waktu sudah habis. Usahakan ada waktu tanya jawab dan merangkum informasi (Bastable, 200). 1.3.2. Metode diskusi kelompok. Diskusi kelompok adalah metode pengajaran dimana peserta didik berkumpul untuk bertukar informasi, perasaan, dan pendapat dengan satu sama lain dan dengan pengajar. Diskusi adalah salah satu tekhnik yang paling lazim digunakan (Bastable, 2002). Diskusi adalah percakapan ilmiah yang responsive berisikan pertukaran pendapat dengan pertanyaan- pertanyaan problematik, ideide dan pendapat yang diberikan oleh bebrapa orang yang bergabung dalam kelompok yang bertujuan untuk memperoleh pemecahan masalah dan mencari kebenaran.

23 Pada pelakasanaan diskusi hal yang harus diperhatikan pendidik adalah masalahnya harus konvensional yaitu harus mencakup pertanyaan dari peserta didik, masalah harus menarik dan bekaitan dengan pengalaman peserta didik. Pendidik harus menempatkan diri sebagai pimpinan diskusi dan memberikan petunjuk tentang pelaksanaan diskusi dan pendidik juga berperan sebagai penengah terhadap pertanyaan yang diajukan peserta didik. Dalam pembelajaran diskusi pendidik seharusnya memperhatikan pembicaraan agar fungsi dosen sebagai pemimpin diskusi dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya (Herawani,2001). Proses kegiatan metode diskusi di mulai dari persiapan, pelaksanaan dan penutup. Pada tahap persiapan yaitu: merumuskan tujuan intruksional tentang alasan untuk berdiskusi dan alasan yang diharapkan. Merumuskan pokok pembicaraan yang ringkas dan jelas dengan mengumpulkan fakta atau informasi mengenai pokok yang akan dibahas kemudian menyusun bahan diskusi dalam urutan logis. Mempertimbangkan latar belakang peserta tentang sejauh mana tingkat pengetahuan yang dimiliki dan hambatan yang terjadi. Menyiapkan kerangka diskusi secara rinci dengan: menentukan aspek- aspek yang perlu dijadikan pokok pembahasan, menentukan waktu yang dibutuhkan untuk dibahas, menulis materi diskusi secara singkat dan jelas, menulis pertanyaan atau pokok permasalahan yang harus didiskusikan, menentukan peraturan- peraturan jalannya diskusi dan menyiapkan fasilitas dengan membatasi bahan diskusi agar tidak terlalu banyak dan menentukan lokasi, mendesaian denah, menyiapkan referensi dan alat- alat keperluan diskusi (Nurhidayah, 2010).

24 Pelaksanaan diskusi yang perlu diperhatikan pengajar adalah menginformasikan tujuan intruksional, mengkomunikasikan pokok yang akan didiskusikan, menjelaskan prosedur diskusi, membagi kelompok diskusi dan membimbing diskusi. Menutup diskusi dengan memberikan kesempatan kelompok untuk melaporkan, memberi kesempatan kelompok lain untuk menanggapinya, memberi feedback, menyimpulkan hasil dan memberi penguatan (Nurhidayah, 2010). Nurhidayah (2010) mengemukakan bahwa manfaat diskusi adalah peserta didik memperoleh kesempatan untuk berfikir dan berlatih untuk mengemukakan pendapat secara bebas, dapat menumbuhkan partisipasi aktif di kalangan peserta didik dan diskusi dapat mengembangkan sikap demokrastis dan dapat menghargai pendapat orang lain, dengan diskusi pelajaran lebih relefan dengan kebutuhan. Adapun kelemahan metode diskusi adalah tidak efektif dipakai pada kelompok yang lebih besar, menyerap waktu yang banyak, keterbatasan informasi yang didapat oleh peserta, membutuhkan pemimpin diskusi yang terampil, kemungkinan didominasi orang yang suka berbicara, dan biasanya sebagian besar orang menghendaki pendekatan formal. Bastable (2002) menyatakan kelebihan metode diskusi adalah metode ini dapat menstimulasi peserta didik untuk memikirkan permasalahan dan masalah serta saling bertukar pengalaman sehingga pembelajaran menjadi semakin aktif. Diskusi kelompok membuka kesempatan untuk berbagi gagasan, mendapat dukungan dari rekan diskusi,memupuk rasa kepemilikan, memberikan bimbingan dan memperkuat pembelajaran terdahulu. Diskusi efektif untuk membantu

25 mahasiswa mengidentifikasi sarana dan menginternalisasi topik yang sedang dibahas dengan cara merefleksikan maknanya bagi diri mereka sendiri. Menurut Arnold dan boggs ( 1989, dalam bastable, 2002) kelompok yang ideal sebaiknya terdiri dari enam sampai delapan orang agar terjadi keanekaragaman gagasan. Kesempatan yang memungkinkan semua anggota untuk menjadi peserta aktif adalah mamfaat utama dari metode diskusi. Metode diskusi ini juga dapat menimbulkan kesulitan jika ada satu atau dua anggota yang cenderung mendominasi diskusi kelompok, tetapi metode ini juga dapat menimbulkan kesulitan jika ada satu atau dua anggota yang cenderung mendominasi diskusi atau menyimpang dari objektif. Peserta didik yang pemalu mungkin akan menolak untuk terlibat atau perlu didorong dan disemangati hingga mau berpartisipasi, sedangkan peserta didik yang melantur atau mendominasi perlu diarahkan kembali secara bijaksana sehingga tidak lagi terlalu menguasai kelompok tanpa merusak kepercayaan anggota kelompok lain (Sagala,2009) Satu cara pendekatan yang bermanfaat adalah memberitahukan kepada kelompok diawal pertemuan bahwa tujuan diskusi tersebut adalah mendengarkan semua anggota dengan meminta mereka memberikan masukan serta pendapat selama diskusi. Dari segi financial, perlu diperhatikan bahwa pada setiap sesi diskusi kelompok dituntut kehadiran seorang dosen yang bertindak sebagai fasilitator dan nara sumber (setiawati, 2008). 1.3.3. Metode demonstrasi. Nurhidayah (2011) menyatakan bahwa metode demonstrasi merupakan metode pengajaran dengan cara memperagakan sesuatu prosedur dengan

26 menggunakan alat. Dalam prakteknya metode demontrasi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Cara tidak langsung dilakukan oleh tenaga perawat yang disaksikan oleh mahasiswa dalam tugas sehari- hari. Cara langsung adalah apa yang dipersiapkan secara teliti dan disajikan oleh peserta dengan keahliannya dibantu pembimbing tentang bagaimana melakukan suatu prosedur keperawatan. Tujuan metode demonstrasi adalah untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang hal- hal yang berhubungan dengan proses mengatur sesuatu, proses membuat sesuatu, proses bekerjanya sesuatu, proses mengerjakan atau menggunakannya, membandigkan sesuatu dengan yang lain, dan untuk mengetahui serta melihat kebenaran dari sesuatu (Nursalam, 2011). Prinsip yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan adalah tujuan demonstrasi harus dirumuskan dengan jelas karena melalui tujuan yang telah ditentukan dapat diketahui kecakapan atau keterampilan apa yang harus dimiliki mahasiswa, demonstrasi harus terlihat dengan jelas oleh setiap mahasiswa karna hanya melalui ini peserta didik dapat mengamati secara detail langkah prosedur yang akan di demonstrasikan, jumlah kelompok atau kelas tidak terlalu besar, tidak lebih dari 10 orang sehingga mahasiswa mendapatkan gambaran yang cukup dari apa yang di demonstrasikan dan demonstrasi harus benar dan sistematis (Nursalam,2011). Sebelum demonstrasi dilaksanakan pembimbing harus menjelaskan dan mengorientasikan mahasiswa pada peragaan yang dilihatnya, mahasiswa harus diberi kesempatan untuk menangani peralatan atau bahan yang akan digunakan demonstrasi dengan tujuan untuk mendapatkan hasil yang efektif, pembimbing

27 harus konsistensi tentang apa yang yang akan diucapkan terhadap apa yang di demonstrasikan, sangat diperlukan alat penunjang demonstrasi seperti gambar, slide atau film,dan demonstrasi harus dilakukan sesuai dengan tahapan dan sistematis (Relly, 2002). Pada metode demonstrasi ada beberapa langkah yang akan dilaksanakan sesuai dengan urutan atau tahapannya yaitu lakukan persiapan untuk demonstrasi diantaranya persiapan tempat yang cukup, persiapan pasien, persiapan alat dan lingkungan, jelaskan tujuan demonstrasi dan hasil yang akan diharapkan, laksanakan secara jelas dan tepat, beri waktu diskusi setelah demonstrasi dan ulangi bagian yang memerlukan penjelasan, beri kesempatan redemonstrasi pada mahasiswa dengan tepat dan diawasi sesuai dengan kebutuhan individu, evaluasi kemajuan mahasiswa sesuai dengan tingkat kemampuan yang diharapkan (Nurhidayah, 2011). Proses bimbingan pada metode demonstrasi yaitu, menyiapkan pengaturan tempat yang memungkinkan demonstrasi dapat dilihat dengan jelas oleh peserta didik. Menjelaskan tujuan demonstrasi. Menjelaskan serta menunjukkan bahan atau alat yang digunakan. Mendiskusikan prinsip penting dalam demonstrasi. Mengidentifikasi hal- hal yang perlu di observasi selama demonstrasi berlangsung. Mendemonstrasikan setiap prosedur dan menekankan pada bagian yang penting. Memantau setiap langkah demonstrasi. Mengintruksikan untuk melakukan redemonstrasi. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengevaluasi diri maupun kelompok tentang lamanya waktu demonstrasi dan kesulitan yang dihadapi. Memberikan umpan balik dan

28 reinforcement. Mengevaluasi proses dan mengidentifikasi kemungkinan modifikasi. Bastable (2002) menyatakan kelebihan metode demonstrasi adalah dapat membuat proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkret, dengan demikian dapat menghindari terlalu banyaknya penggunaan bahasa verbal. Peserta didik diharapkan lebih mudah memahami apa yang dipelajari. proses pengajaran akan lebih menarik. Peserta didik dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dengan kenyataan, dan mencoba melakukanya sendiri. Kekurangan metode demonstrasi adalah metode ini memerlukan keterampilan mengajar secara khusus, karena tanpa di tunjang dengan hal itu, pelaksanaan demonstrasi menjadi tidak efektif. Fasilitas seperti peralatan, tempat, dan biaya yang memadai tidak terlalu tersedia dengan baik. Demonstrasi memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang disamping sering memerlukan waktu yang cukup panjang, yang mungkin terpaksa mengambil waktu atau jam pelajaran lain. 1.3.4. Metode penugasan. Metode penugasan adalah metode penyajian bahan dimana dosen memberikan tugas tertentu kepada mahasiswa agar mahasiswa dapat melakukan kegiatan belajar. Tugas tersebut dapat dilakukan didalam kelas, di laboratorium, di perpustakaan, dirumah, atau dimana saja dimana tugas itu dapat dikerjakan. metode ini diberikan karena bahan pelajaran yang terlalu banyak sementara waktu terlalu sedikit, artinya banyaknya bahan yang tersedia dengan waktu yang kurang seimbang. Agar bahan pelajaran selesai sesuai batas waktu yang ditentukan maka metode inilah yang biasa dipakai dosen untuk mengatasinya. Tugas ini berguna

29 untuk merangsang peserta didik untuk aktif belajar, baik secara individual maupun secara kelompok (Bastable, 2002). Metode penugasan mempunyai beberapa manfaat yaitu peserta didik memperoleh pengetahuan dari hasil percobaan atau penyelidikan yang diperoleh dari hasil belajar. Peserta didik diberi kesempatan untuk memupuk perkembangan dan keberanian, inisiatif, tanggung jawab, dan tugas dapat memperdalam, memperkaya, memperluas wawasan tentang apa yang dipelajari, tugas dapat membina kebiasaan peserta didik untuk mencari dan mengolah sendiri informasi dan komunikasi, dan meode ini dapat meningkatkan motivasi peserta didik dalam proses pembelajaran dengan berbagai variasi sehingga tidak membosankan. Kelemahan metode penugasan adalah mahasiswa sering melakukan penipuan diri dimana mereka hanya meniru pekerjaan orang lain, dan bisa dikerjakan oleh orang lain jika tanpa pengawasan dan jika tugas dirasakan sulit oleh mahasiswa maka akan berpengaruh pada ketegangan mental. Jika tugas diberikan secara umum mungkin peserta didik akan mengalami kesulitan karna sulit menyelesaikan tugas dengan adanya perbedaan individual (Djamarah, 2006). Sagala (2009) menyatakan bahwa untuk mengatasi kelemahan dari metode penugasan dapat dilakukan beberapa cara yaitu tugas yang diberikan kepada mahasiswa harus jelas sehingga mahasiswa mengerti tentang apa yang harus di kerjakan, waktu yang diberikan dalam penyelesaian tugas harus cukup, dan adanya control dan pengawasan terhadap tugas yang diberikan sehingga mendorong mahasiswa untuk belajar dengan sungguh- sungguh dan tugas yang

30 diberikan hendaknya mempertimbangkan minat dan perhatian mahasiswa, diusahakan tugas bersifat ilmiah. 1.3.5. Metode studi kasus. Metode studi kasus berbentuk penjelasan tentang masalah, kejadian, atau situasi tertentu, kemudian peserta didik ditugaskan untuk mencari alternative pemecahannya. Metode ini digunakan untuk mengembangkan keterampilan berfikir kritis dan mendapatkan persepsi baru dari suatu konsep masalah. Metode ini dapat digunakan untuk peserta didik yang mempunyai latar belakang pengetahuan yang cukup dalam masalah tersebut (Reilly, 1999). 1.3.6. Metode problem solving. Reilly (1999) menyatakan bahwa metode problem solving adalah mengajak mahasiswa untuk ikut berfikir bagaimana memecahkan suatu masalah dimulai dari pencarian data, analisa data, penyajian sampai dengan menarik kesimpulan. Keuntungan dari metode problem solving adalah dapat membuat pendidikan disekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan, khususnya di dunia kerja, dapat membiasakan mahasiswa dalam menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil, merangsang pengembangan kemampuan berfikir mahasiswa. Kekurangan metode ini adalah proses belajar mengajar dengan metode ini sering memerlukan waktu yang cukup banyak dan sering terpaksa mengambil waktu pelajaran lain, mengubah kebiasaan mahasiswa dalam mendengarkan dan menerima informasi dari dosen menjadi belajar dengan banyak berfikir memecahkan pemasalahan sendiri atau kelompok yang kadang- kadang

31 memerlukan berbagai sumber belajar, merupakan kesulitas tersendiri pada mahasiswa. 1.3.7. Metode simulasi. Reilly (1999) menyatakan bahwa simulasi adalah metode pembelajaran yang menyajikan pelajaran dengan menggunakan situasi atau proses nyata dan peserta didik terlibat aktif dalam berinteraksi dengan situasi di lingkungannya. Tujuan metode simulasi ini dapat membantu peserta didik dalam mempraktikan keterampilan dalam membuat keputusan dan penyelesaian masalah, mengembangkan kemampuan interaksi antar manusia, memberikan kesempatan peserta didik untuk menerapakan berbagai prinsip dan teori, serta untuk meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. Sedangkan sandra de young (1990, dalam nursalam 2011) menyatakan ada tiga tipe simulasi yaitu : latihan simulasi (simulasi exescise), permainan simulasi (simulation game), dan bermain peran (role playing). Kelebihan simulasi adalah memperkaya pengetahuan, sikap, dan keterampilan serta pengalaman tidak langsung yang diperlukan dalam menghadapi berbagai problema sosial, peserta didik berkesempatan menyalurkan perasaan yang terpendam sehingga mendapat kepuasan, kesegaran, serta kesehatan jiwa, melalui simulasi dapat dikembangkan bakat dan kemampuan yang mungkin dimiliki oleh peserta didik, apakah dalam seni drama, bermain peran dan sebagainya. Kekurangan metode simulasi adalah pengalaman yang diperoleh melalui simulasi tidak selalu tepat dan sempurna dengan kenyataan di lapangan atau dalam kehidupan, fungsinya sering terabaikan karna hanya dijadikan sebagai alat

32 hiburan, pelaksanaan simulasi sering menjadi kaku, bahkan jadi salah arah, karena kurangnya pengalaman, keterampilan, dan penguasaan mahasiswa terhadap sosial yang diperankan, Simulasi dipengaruhi oleh faktor- faktor emosional seperti rasa malu, ragu- ragu atau takut, simulasi menuntut hubungan informal antara pengajar dan peserta didik yang akrab dan fleksible, simulasi menuntut imajinasi peserta didik, Simulasi memerlukan pengelompokan peserta didik secara memadai dan fleksible, serta ruang dan fasilitas yang tidak selalu tersedia dengan baik (Nursalam, 2011). 2. Efektifitas Metode Pembelajaran Pembelajaran yang efektif adalah suatu keterampilan yang dapat dipelajari untuk mengembangkan keterampilan, pengetahuan tentang proses pendidikan termasuk metode pembelajaran yang ada dan cara penggunaannya pada beraneka ragam peserta didik dan lingkungannya. Efektifitas merupakan faktor penting dalam pembelajaran (Bastable, 2002). Pembelajaran yang efektif merupakan kesesuaian antara mahasiswa yang melaksanakan pembelajaran dengan sasaran atau tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Penggunaan metode yang tidak sesuai dengan tujuan pengajaran akan menjadi kendala dalam mencapai tujuan yang dirumuskan (Djamarah,2006). Bastable (2002), menyatakan semua dosen mempunyai keinginan untuk selalu meningkatkan kemampuan. Dorongan untuk mencapai kesempurnaan merupakan suatu proses yang berlangsung terus menerus disepanjang kehidupan professional seorang dosen. Ada beberapa tekhnik yang dipakai dosen untuk

33 meningkatkan keefektifan pengajaran yaitu dengan cara menyajikan informasi dengan penuh antusiasme, selipkan humor saat mengajar, dalam penyampaian materi secara dramatis, pemakaian metode yang sesuai dengan topik bukan yang sesuai dengan kepribadian dosen, pilih kegiatan yang dapat memecahkan masalah, dosen bertindak sebagai model peran, dalam penyajian pakailah anekdot atau contoh, gunakan teknologi, berikan reinforcement positif, teratur dalam memberikan arahan, minta dan berikan umban balik dan memberikan pertanyaan kepada mahasiswa dan memberikan pengulangan apabila sulit dipahami dan yang lebih penting adalah dalam poses pembelajaran atur kecepatan bicara supaya mahasiswa dapat memahami informasi yang diberikan.