PETUNJUK PELAKSANAAN PELAPISAN ULANG JALAN PADA DAERAH KEREB PERKERAS DAN SAMBUNGAN NO. 006/T/BNKT/1990

dokumen-dokumen yang mirip
TATA CARA PERENCANAAN PEMISAH NO. 014/T/BNKT/1990

TATA CARA PERENCANAAN PENGHENTIAN BUS NO. 015/T/BNKT/1990

PETUNJUK TERTIB PEMANFAATAN JALAN NO. 004/T/BNKT/1990

STANDAR SPESIFIKASI KEREB NO. 011/S/BNKT/1990 DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DIREKTORAT PEMBINAAN JALAN KOTA

PETUNJUK LOKASI DAN STANDAR SPESIFIKASI BANGUNAN PENGAMAN TEPI JALAN

Perencanaan Geometrik Jalan

Spesifikasi bukaan pemisah jalur

PEDOMAN. Perencanaan Separator Jalan. Konstruksi dan Bangunan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Pd. T B

BAB III LANDASAN TEORI

Spesifikasi kereb beton untuk jalan

Penampang Melintang Jalan Tipikal. dilengkapi Trotoar

PEDOMAN. Perencanaan Median Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan. Pd. T B

Perencanaan Geometrik & Perkerasan Jalan PENDAHULUAN

PETUNJUK PERAMBUAN SEMENTARA SELAMA PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN

SPESIFIKASI KHUSUS-2 INTERIM SEKSI 6.6 LAPIS PENETRASI MACADAM ASBUTON LAWELE (LPMAL)

PENANGANAN DAERAH ALIRAN SUNGAI. Kementerian Pekerjaan Umum

POTONGAN MELINTANG (CROSS SECTION) Parit tepi (side ditch), atau saluran Jalur lalu-lintas (travel way); drainase jalan; Pemisah luar (separator);

BAB 2 PENAMPANG MELINTANG JALAN

DIVISI 4 PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN SEKSI 4.1 PELEBARAN PERKERASAN

BAB II PENAMPANG MELINTANG JALAN

REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA SPESIFIKASI KHUSUS INTERIM SEKSI 6.6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah umum Jalan sesuai dalam Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor 38 Tahun 2004 tentang JALAN, sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

254x. JPH = 0.278H x 80 x 2.5 +

BAB III LANDASAN TEORI. memberikan pelayanan yang optimal bagi pejalan kaki.

D4 JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERBANDINGAN KONSTRUKSI PERKERASAN LENTUR DAN PERKERASAN KAKU PADA PROYEK PEMBANGUNAN PASURUAN- PILANG KABUPATEN PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

PEDOMAN. Perencanaan Trotoar. Konstruksi dan Bangunan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 1-27

PANDUAN SURVAI DAN PERHITUNGAN WAKTU PERJALANAN LALU LINTAS NO. 001 /T/BNKT/1990 DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DIREKTORAT PEMBINAAN JALAN KOTA

Spesifikasi geometri teluk bus

Tabel Tingkat Kerusakan Struktur Perkerasan Lentur

BAB I PENDAHULUAN. Permukaan tanah pada umumnya tidak mampu menahan beban kendaraan

TATA CARA PERENCANAAN FASILITAS PEJALAN KAKI DI KAWASAN PERKOTAAN

SISTEM DRAINASE PERMUKAAN

ANALISA DESAIN OVERLAY DAN RAB RUAS JALAN PONCO - JATIROGO LINK 032, STA KM

BAB III LANDASAN TEORI. tanah adalah tidak rata. Tujuannya adalah menciptakan sesuatu hubungan yang

BAB III LANDASAN TEORI

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN

Perencanaan Jalur Ganda Kereta Api Surabaya -Krian

5/11/2012. Civil Engineering Diploma Program Vocational School Gadjah Mada University. Nursyamsu Hidayat, Ph.D. Source:. Gambar Situasi Skala 1:1000

BAB V MEDIAN JALAN. 5.2 Fungsi median jalan

BAB IV PERENCANAAN. Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen SKBI

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN

SKRIPSI PERBANDINGAN PERHITUNGAN PERKERASAN LENTUR DAN KAKU, DAN PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (STUDI KASUS BANGKALAN-SOCAH)

PERENCANAAN GEOMETRI JALAN REL KERETA API TRASE KOTA PINANG- MENGGALA STA STA PADA RUAS RANTAU PRAPAT DURI II PROVINSI RIAU

JENIS KERUSAKAN JALAN PADA PERKERASAN LENTUR LOKASI CIRI CIRI PENYEBAB AKIBAT CARA PENANGANAN

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN REL ANTARA BANYUWANGI-SITUBONDO- PROBOLINGGO

BAB II KERANGKA TEORITIS. NO.: 011/T/Bt/1995 Jalur Pejalan Kaki yang terdiri dari :

BAB III LANDASAN TEORI

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN PADA PROYEK PENINGKATAN JALAN BATAS KABUPATEN TAPANULI UTARA SIPIROK (SECTION 2)

KONSEP THE CITY OF PEDESTRIAN. Supriyanto. Dosen Tetap Prodi Teknik Arsitektur FT UNRIKA Batam

Kelandaian maksimum untuk berbagai V R ditetapkan dapat dilihat dalam tabel berikut :

PERENCANAAN ULANG PENINGKATAN JALAN BANGKALAN BATAS KABUPATEN SAMPANG STA KABUPATEN BANGKALAN PROPINSI JAWA TIMUR

PEDOMAN PEMBANGUNAN PRASARANA SEDERHANA TAMBATAN PERAHU DI PERDESAAN

BAB 3 LANDASAN TEORI. perencanaan underpass yang dikerjakan dalam tugas akhir ini. Perencanaan

PERBANDINGAN PERKERASAN LENTUR DAN PERKERASAN KAKU TERHADAP BEBAN OPERASIONAL LALU LINTAS DENGAN METODE AASHTO PADA RUAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perancangan Peningkatan Ruas Jalan Ketapang Pasir Padi (KM PKP s/d KM PKP ) Di Kota Pangkalpinang Provinsi Kep.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam perencanaan lapis perkerasan suatu jalan sangat perlu diperhatikan, bahwa bukan cuma karakteristik

GAMBAR KONSTRUKSI JALAN

BAB II KOMPONEN PENAMPANG MELINTANG

Pembimbing : Ir. Imam Prayogo ( )

BAB 1 PENDAHULUAN Tahapan Perencanaan Teknik Jalan

PENGANTAR PERENCANAAN JALAN RAYA SO324 - REKAYASA TRANSPORTASI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2006

FANDY SURGAMA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. atau jalan rel atau jalan bagi pejalan kaki.(

Memperoleh. oleh STUDI PROGRAM MEDAN

BAB V PENUTUP I FC 30 20, '1" II FC 50 17, '7" III FC 50 66, '1" IV FC 50 39, '6" V FC 50 43, '8"

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI. Mulai. Persiapan. Identifikasi Masalah dan Kebutuhan Data. Pengumpulan Data. 1. Kondisi Data Primer eksisting : jalan, meliputi :

BAB III METODA PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Peningkatan arus bongkar muat pelabuhan Tanjung Perak Surabaya

ABSTRAK PERENCANAAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN JALAN NGIPIK KECAMATAN KEBOMAS KABUPATEN GRESIK

MODIFIKASI PERANCANGAN JEMBATAN TRISULA MENGGUNAKAN BUSUR RANGKA BAJA DENGAN DILENGKAPI DAMPER PADA ZONA GEMPA 4

Oleh : ARIF SETIYAFUDIN ( )

Nama : Mohammad Zahid Alim Al Hasyimi NRP : Dosen Konsultasi : Ir. Djoko Irawan, MS. Dr. Ir. Djoko Untung. Tugas Akhir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Perkembangan Teknologi Jalan Raya

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PANDUAN PENENTUAN KLASIFIKASI FUNGSI JALAN DI WILAYAH PERKOTAAN

Persyaratan umum sistem jaringan dan geometrik jalan perumahan

GORONG-GORONG Anita Winarni Dwi Ratna Komala Novita Priatiningsih

Volume 5 Nomor 1, Juni 2016 ISSN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

BAB V EVALUASI V-1 BAB V EVALUASI

III. METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah dengan analisis studi kasus

Pd T Perambuan sementara untuk pekerjaan jalan

PERSYARATAN TEKNIS JALAN UNTUK RUAS JALAN DALAM SISTEM JARINGAN JALAN PRIMER < < <

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Rancangan Tata Letak Jalur Stasiun Lahat

BAB 3 Bab 3 METODOLOGI PENELITIAN

OPTIMALISASI DESAIN JEMBATAN LENGKUNG (ARCH BRIDGE) TERHADAP BERAT DAN LENDUTAN

1. PENDAHULUAN. Jalan memiliki syarat umum yaitu dari segi konstruksi harus kuat, awet dan kedap. Supardi 1)

USULAN JUDUL. tugas akhir yang akan saya laksanakan, maka dengan ini saya mengajukan. 1. Rancangan Jalan Tambang Pada PT INCO Tbk, Sorowako

PERENCANAAN ULANG PENINGKATAN JALAN DENGAN PERKERASAN LENTUR JALAN RAYA GRESIK STA STA KABUPATEN GRESIK PROPINSI JAWA TIMUR

UU NO. 38 TAHU UN 2004 & PP No. 34 TA AHUN 2006 TENTANG JALAN DIREKTORAT BINA TEKNIK DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN DAN TEBAL PERKERASAN LENTUR PADA RUAS JALAN GARENDONG-JANALA

Transkripsi:

PETUNJUK PELAKSANAAN PELAPISAN ULANG JALAN PADA DAERAH KEREB PERKERAS DAN SAMBUNGAN NO. 006/T/BNKT/1990 DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DIREKTORAT PEMBINAAN JALAN KOTA

PRAKATA Dalam rangka mewujudkan peranan penting jalan dalam mendorong perkembang- an kehidupan bangsa, sesuai dengan U.U. no. 13/1980 Tentang Jalan, Pemerintah berkewajiban melakukan pembinaan yang menjurus ke arah profesionalisme dalam bidang pengelolaan jalan, baik di pusat maupun di daerah. Adanya buku-buku standar, baik mengenai Tata Cara Pelaksanaan, Spesifikasi, maupun Metoda Pengujian, yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, pengoperasian dan pemeliharaan merupakan kebutuhan yang mendesak guna menuju ke pengelolaan jalan yang lebih baik, efisien dan seragam. Sambil menunggu terbitnya buku-buku standar dimakud, buku "Petunjuk Pelaksanaan Pelapisan Ulang Perkerasan Jalan pada Daerah Kereb dan Sambungan" 'ini dikeluarkan guna memenuhi kebutuhan intern di lingkungan Direktorat Pembinaan Jalan Kota. Menyadari akan belum sempurnanya buku ini, maka pendapat dan saran dari semua pihak akan kami hargai guna penyempurnaan di kemudian hari. Jakarta, Januari 1990. DIREKTUR PEMBINAAN JALAN KOTA DJOKO ASMORO i

DAFTAR ISI Halaman I. DESKRIPSI... 1 1.1. Maksud dan Tujuan... 1 1.2. Ruang.Lingkup... 2 II. PELAKSANAAN... 2 2.1. Permasalahan... 2 2.2. Pelapisan pada daerah berkerep... 2 2.2.1. Kemiringan melintang... 3 2.2.2. Kemiringan Memanjang... 4 2.3. Pelapisan pada Daerah Sambungan... 4 2.3.1. Pertemuan dengan Lapisan Lama (antara perkerasan lentur)..... 4 2.3.2. Sambungan antara Perkerasan Lentur dan Perkerasan Kaku... 5 2.3.3. elapisan pada Daerah Jembatan dan Gorong-gorong... 5 ii

PETUNJUK PELAKSANAAN PELAPISAN ULANG PEKERJAAN JALAN PADA DAERAH KEREB DAN SAMBUNGAN I. DESKRIPSI 1.1. Maksud dan Tujuan Pada jalan di daerah perkotaan, banyak dijumpai bangunan pelengkap jalan yang berupa trotoar, pulau, median, seperator dimana pada bangunan ini digunakan kereb sebagai konstruksi bagian tepinya. Dengan adanya kereb ini, outlet dari pada sistem drainase permukaan perkerasan disediakan dengan cara membuat lubang pada kereb dengan ukuran dan jarak yang sesuai. Trotoar, pulau, median, separator dan outlet drainase tersebut dapat berfungsi dengan baik bilamana tinggi dan elevasi dari padanya dapat dipertahankan disamping kebersihan dari outlet yang perlu dijaga. Pada umumnya pelapisan ulang (overlay) perkerasan dilakukan dengan kurang memperhatikan kepentingan untuk mempertahankan ketinggian dan elevasi dari bangunan pelengkap jalan tersebut sehingga fungsi dari padanya menjadi terganggu. Selain itu, di dalam pelaksanaan pelapisan ulang sering pula dihadapkan pada keadaan khusus antara lain pelapisan ulang yang harus dilakukan di atas lantai jembatan, gorong-gorong maupun di atas perkerasan yang aspalnya kurang ataupun berlebihan. Pelapisan ulang pada perkerasan yang sifatnya khusus sebagaimana disebut di atas perlu dilaksanakan dengan cara yang khusus agar dicapai hal sebagai berikut: - Menjaga supaya semua kereb dan outlet drainase tetap berfungsi. - Menjaga agar sambungan-sambungan dapat dilalui secara nyaman. 1.2. R.uang Lingkup Dalam buku petunjuk ini, pembahasan atau pengaturan dibatasi pada masalah pelaksanaan fisik antara lain peningkatan, perbaikan dan pemeliharaan jalan. Hal-hal lain yang berkaitan dengan pekerjaan persiapan, material, perencanaan campuran, pengendalian mutu dan lain-lain dapat dilihat pada buku petunjuk untuk jenis lapisan perkerasan yangbersangkutan yang secara resmi diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga. II. PELAKSANAAN 2.1. Permasalahan Untuk melaksanakan pelapisan ulang di daerah yang telah mempunyai kereb yang merupakan bagian dari trotoar, median, pulau, separator, dan sistem 1

drainase yang baik, serta masalah sambungan, maka selain mengikuti syaratsyarat pelaksanaan pelapisan dari buku petunjuk yang telah diterbitkan sesuai dengan jenis bahan ;yang; dipakai, juga harus diperhatikan masalah pertemuan dengan outlet sistem drainase dan masalah ketinggian minimum kereb. 2.2. Pelapisan pada Daerah Ber Kereb Membuat lapis tipis dengan ketebalan minimum 2 cm pada daerah pertemuan dengan kereb dan outlet outlet dapat dilakukan sejauh tidak merubah fungsi outlet dan kereb, atau dengan mempertahankan tebal pelapisan ulangyang tetap dengan membongkar lapisan perkerasan lama di sekitar pertemuan dengan kereb dan outlet drainase. (gambar 3.1.). Mempertahankan tebal dari pelapisan ulang diseluruh permukaan perkerasan adalah yang terbaik. Untuk mengatasi masalah ketinggian kereb dan pertemuan dengan outlet drainase dapat dilakukan dengan merubah : - Kemiringan melintang dari sebagian tepi jalan. (Gbf. III). - Kemiringan memanjang, dari lapisan baru di sekitar pertemuan dengan kereb dan outlet drainase. 1 2.2.1. Kemiringan Melintang Kemiringan melintang dari suatu perkerasan pada umumnya 2%. Apabila kemiringan melintang tersebut tetap sampai dengan pertemuan dengan kereb dan outlet drainase maka fungsi dari kereb dan outlet drainase akan berkurang. Untuk mengatasi hal tersebut, dilakukan dengan membongkar lapisan perkerasan lama pada daerah pertemuan dengan kerebdan outletdrainase sedemikian rupa sehingga tebal pelapisan ulang tetap sama seluruh permukaan perkerasan. Ilal ini dapat dilakukan dengan merubah kemiringan melintang pada daerah kereb. Batas maksimum kemiringan melintang yang dapat diterima adalah 5%. Untuk mendapatkan hasil yang memadai maka lebar dari pembongkaran lapisan lama dipakai rumus sebagai berikut: dimana : W = 100 g 2 g1 (t 1 + t 2 ) w = lebar pembongkaran lapisan. g 1 = kemiringan normal arah melintang g 2 = kemiringan melintang di daerah pertemuan dengan kereb dan outlet drainase. t 1 = tebal pelapisan ulang t 2 = beda tinggi dari permukaan lapisan lama dengan tinggi pemukaan apisan baru pada pertemuan dengan kereb dan outlet drainase. t 2 dapat diambil sama dengan nol apabila belum pernah dilakukan overlay. Lebar minimum dari pembongkaran lapisan lama diambil : w = 1,25 m (lihat Gambar 3.1). 2

2.2.2. Kemiringan Memanjang Apabila jalan tersebut dilengkapi dengan kereb di mana perkerasan di daerah kereb itu akan berfungsi sebagai saluran pengumpul, maka dibutuhkan kemiringan minimal 0,4% untuk mengeluarkan air dengan baik ke saluran pembuang. Apabila kemiringan < 0,4% maka akan terjadi genangan-genangan air pada alur kereb tersebut. Untuk mengatasinya dilakukan dengan menaikkan perkerasan pada daerah di antara 2 outlet sebesar maksimum 25 mm dan pada outlet diturunkan ketinggian perkerasan maksimum 25 mm, sehingga akan terjadi beda kemiringan memanjang >0,4% untuk jarak tiap outlet 6 m (lihat Gambar 2.). 2.3. Pelapisan pada Daerah Sambungan 2.3.1. Pertemuan dengan Lapisan Lama (antara perkerasan lentur) Bila pelapisan ulang dilakukan tidak menyeluruh (segmental), maka pada daerah-daerah pertemuan dengan lapisan lama atau berbeda jenis harus diperhatikan: - Kemungkinan terjadi retakan, - Beda tinggi dari permukaan lapisan lama dengan lapisan baru untuk mencapai kenyamanan dalam mengendarai kendaraan. 2.3.1.1. Pertemuan Arah Melintang Pada arah melintang jalan dilakukan pembongkaran lapisan lama. Panjang pembongkaran dilakukan sedemikian rupa sehingga mengurangi jumlah lapisan aspal yang akan dibongkar dan faktor kenyamanan mengendarai terpenuhi. Maksimum perubahan kemiringan yang diijinkan akibatadanya pelapisan ulang ini adalah 2% untuk kecepatan > 60 km/jam dan 1% untuk kecepatan < 60 km/jam. 2.3.1.2. Pertemuan Arah Memanjang. Untuk keperluan pelebaran jalan pada sambungan arah memanjang dibutuhkan pembongkaran lapisan lama selebar minimum 15 cm. Sebelum dilapis harus dilakukan pekerjaan perataan dengan ATB, dan pelapisan tack-coat pada bidang vertikal lapisan lama baik pada arah melintang maupun arab memanjang (lihat Gambar 3). 2.3.2. Sambungan antara perkerasan lentur dan perkerasan kaku. Pada prinsipnya sambungan arah melintang antara perkerasan kaku dan perkerasan lentur sama dengan sambungan perkerasan lentur dan perkerasan lentur. Dalam hal ini pelapisan dilakukan untuk perkerasan lenturnya. 3

Untuk pertemuan arah memanjang antara perkerasan kaku dan perkerasan lentur tidak dibahas. 2.3.3. Penanganan Pada Daerah Jembatan dan Gorong-Gorong Pada daerah pertemuan dengan jembatan dan gorong-gorong biasanya akan terjadi penurunan tanah pada daerah opritnya. Faktor yang harus diperhatikan pada perencanaan alinyemen vertikal pada daerah tersebut adalah kenyamanan pengendara dan jarak pandang. Apabila perbedaan tinggi antara permukaan perkerasan rata-rata dan tinggi jembatan/gorong-gorong 1 m cara penyelesaiannya dilakukan seperti cara di bawah ini: g % Untuk h 1.0 Meter L 8 = L H Kecepatan rencana (km/iam) Kemiringan Maksimum g (%) Ls + LH (meter) Faktor Yang Diutamakan 40 5 40 Penampilan 60 4 50 Penampilan 80 3 60 Penampilan dan jarak Henti Bila perbedaan tingginya >_ 1 m, maka perhitungan alinyemen vertikalnya harus mengikuti perencanaan geometrik yang ada. 4

W = 100 g g 2 1 ( t 1 + t 2 ) UNTUK LAPISAN ULANG DENGAN TEBAL YANG SAMA W = 100 g g 2 1 C W ( t 1 + t 2 ) t3 = tl + 100 ( g3 g1 ) UNTUK PELAPISAN ULANG DENGAN TEBAL YANG BERBEDA L = 100 g2 g1 ( t1 + t2 ) UNTUK DAERAH DENGAN ARAH KEMIRINGAN YANG BERLAWANAN PERKERASAN LAMA YANG DIBONGKAR GAMBAR 1. KEMIRINGAN MELINTANG 5

L ( g G) DIMANA : U = METER 2g U. g h = 100 METER TAMPAK SAMPING TAMPAK ATAS GAMBAR 2. KEMIRINGAN MEMANJANG 6

t2 max = ti g : Luar Kota 1% t2 min = 2 C : Dalam kota 2% SAMBUNGAN ARAH MELINTANG SAMBUNGAN ARAH MEMANJANG PERKERASAN LAMA YANG DIBONGKAR GAMBAR 3: PERTEMUAN DENGAN LAPISAN LAMA 7