PERATURAN MENTERI NEGARA LII\iGKUNGAN HIDUP MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

dokumen-dokumen yang mirip
Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Usaha dan/atau kegiatan pembangkit listrik tenaga termal adalah usaha dan/atau kegiatan

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN BIJIH BESI

MEMUTUSKAN: Menetapkan :PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENGOLAHAN KELAPA.

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN INDUSTRI OLEOKIMIA DASAR

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 09 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN INDUSTRI RAYON

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENGOLAHAN KEDELAI

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 08 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN INDUSTRI PETROKIMIA HULU

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENGOLAHAN KEDELAI

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 06 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 05 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI INDUSTRI GULA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MEMUTUSKAN: Menetapkan :PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENGOLAHAN RUMPUT LAUT.

4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN BIJIH BAUKSIT

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 04 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN INDUSTRI MINYAK GORENG

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 06 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI INDUSTRI ROKOK DAN/ATAU CERUTU

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 02 TAHUN 2006 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KEGIATAN RUMAH PEMOTONGAN HEWAN

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PETERNAKAN SAPI DAN BABI

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PETERNAKAN SAPI DAN BABI

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 06 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI INDUSTRI ROKOK DAN/ATAU CERUTU

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 09 TAHUN 2006 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN BIJIH NIKEL

LEMBAR OBSERVASI UNTUK PIMPINAN ATAU PEGAWAI DI BIDANG LINGKUNGAN ANALISIS PENGOLAHAN LIMBAH PADA PLTU LABUHAN ANGIN DI KABUPATEN TAPANULI TENGAH

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 06 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 113 TAHUN 2003 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN BATU BARA

PERATURAN :MENTER! NEGARA LINGKUNGAN HID UP NOMOR: o4 TAHUN 2006 TENTANG BAKUMUTU AIRLIMBAH BAGIUSAHADAN ATAUKEGIATAN PERTAMBANGAN BIJill TIMAH

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 04 TAHUN 2006 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN BIJIH TIMAH

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Baku Mutu Air Limbah. Migas. Panas Bumi.

GUBERNUR LAMPUNG PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN DI PROVINSI LAMPUNG

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

2016, No Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan K

2016, No Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); 2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah (

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN,

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 58/MENLH/12/1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN RUMAH SAKIT LINGKUNGAN HIDUP

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN,

MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 52/MENLH/10/1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN HOTEL LINGKUNGAN HIDUP

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NO. 58 TAHUN 1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN RUMAH SAKIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP-52/MENLH/10/1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN HOTEL

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 112 TAHUN 2003 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH DOMESTIK MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 42/MENLH/10/1996 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN MINYAK DAN GAS SERTA PANAS BUMI

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PERIZINAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH KE LAUT

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP-42/MENLH/10/1996 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN MINYAK DAN GAS SERTA PANAS BUMI

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP-58/MENLH/12/1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN RUMAH SAKIT

KEPUTUSAN GUBERNUR KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 157A/KPTS/1998

LAMPIRAN 1 TABEL PENGAMATAN SWA PANTAU IPAL (diisi oleh operator IPAL) Hari dan tanggal. COD (mg/l)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG BAKU MUTU LINGKUNGAN HIDUP DAN KRITERIA BAKU KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 58 Tahun 1995 Tentang : Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit

Database of Indonesian Laws Web Site

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 69 TAHUN 2013 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KEGIATAN DAN/ATAU USAHA

GUNAKAN KOP SURAT PERUSAHAAN FORMULIR PERMOHONAN IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH KE SUMBER AIR

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 52 Tahun 1995 Tentang : Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Hotel

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2001 KEPUTUSAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR: 26 TAHUN 2001 TENTANG

KRITERIA PROPER PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 51/MENLH/10/1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN INDUSTRI

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 02 TAHUN 2008 TENTANG PEMANFAATAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

KRITERIA PROPER PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

2011, No Menetapkan : 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup N0. 42 Tahun 1996 Tentang : Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Minyak Dan Gas Serta Panas Bumi

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 3 Tahun 1998 Tentang : Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kawasan Industri

KEPUTUSAN GUBERNUR KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 65 TAHUN 1999

Kriteria PROPER Pengendalian Pencemaran Air 2014

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LAMPIRAN 1. FOTO PERESMIAN IPAL PRODUKSI

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 01 TAHUN 2010 TENTANG TATA LAKSANA PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

LEMBARAN DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2001 KEPUTUSAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR: 6 TAHUN 2001 TENTANG

FORMULIR ISIAN IZIN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR KE LAUT. 1. Nama Pemohon : Jabatan : Alamat : Nomor Telepon/Fax. :...

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR. Presiden Republik Indonesia,

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP-03/MENLH/1/1998 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KAWASAN INDUSTRI

SALINAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 20 ayat (5) 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 51/MENLH/10/1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN INDUSTRI

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 02 TAHUN 2008 TENTANG PEMANFAATAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 169 TAHUN 2003

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup tent

Transkripsi:

HALlNAN Menimbang PERATURAN MENTERI NEGARA LII\iGKUNGAN HIDUP NOMOR 08 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA TERMAL MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, a. bahwa dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup perlu dilakukan upaya pengendajian terhadap usaha darr/ atau kegiatan yang berpotensi menimbulkan pencemaran dan/a tau perusakan lingkungan hidup; b. bahwa. usaha darr/ atau kegiatan pernbarigkit listrik tenaga termal merupakan salah satu usaha darr/atau kegiatan yang berpotensi menimbulkan pencernaran darr/atau peru.sakan lingkungan hidup, oleh kareria itu perlu dilakukan pengendalian terhada.p pembuangan air limbah dan usaha dari ' atau kegiatan pembangkit listrik tenaga termal; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, serta untuk untuk melaksanakan ketentuan Pasal 21 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, perlu menetapkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup tentang Baku Mutu Air Limbah bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pernbangkit Listrik Tenaga Termal; Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1985 tentang Ketenagalistrikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 74, Tambahan Lernbaran Negara Republik Indonesia Nornor 331'7); 2. Undang-Undang Nomor 23 Tahur. 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lernbarun Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lernbaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699); 3. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1

2003 Nomor 115, Tambahan Lernbaran Negara Republik Indonesia Nomor 4327); 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 20C4 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor l25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Unclang Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah [Lembaran Negara Republik Indonesia. Tahun 2008 Nomor 59, 'I'ambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pcncernaran danyatau Perusakan Laut (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3816); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3838); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4161); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerint.ahan Daerah Kabupaterr/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lernbaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 9. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 94 Tahun 2006; MEMUTUSKi\N: Menetapkan : PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA TERMAL. 2

Pasal1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Usaha darr/atau kegiatan pembangkit listrik tenaga terrnal adalah usaha dany atau kegiatan yang menggunakan bahan bakar baik padat, cair, dan gas maupun campuran serta menggunakan uap panas bumi untuk menghasilkan tenaga listrik. 2. Air lirnbah adalah sisa dad suatu hasil usaha dany atau kegiatan yang berwujud cair. 3, Proses utama adalah proses yang menghasilkan air limbah yang bersurnber dari proses pencucian (dengan atau tar.pa bahan kimia} dad semua peralatan logam, blowdown cooling tow er) blowdown boiler, laboratorium, dan regenerasi resin water treatment plant. 4. Kegiatan pendukung adalah kegiatan yang meliputi kegiatan fasilitas air pendingin, kegiatar. fasilitas desalinaei, kegiatan fasilitas stockpile batu bara, dan kegiatan air buangan dad fasilitas flue gas desulphurization (FGD) sistem sea water scrubber. 5. Oily water adalah air limbah yang mengandung minyak yang berasal dari drainase lantai kerja, kebocoran (seepage), kebocoran air limbah dari pencucian peralatan-peralatan, dan tumpahan dari kegiatan operasional yang dibuang ke media lingkungan melalui kolam separator atau oil separator atau oil catcher atau oil trap. 6. Blowdown boiler adalah upaya. untuk mengeluarkan air buangan minimum dari proses resirkulasi air boiler berdasarkan best engineering practice. 7, Blowdown cooling tower adalah upaya untuk mengeluarkan air buangan hasil kondensasi dari proses pendinginan cooling tower berdasarkan best engineering practice. 8. Air bahang adalah air limbah dari sumber proses pendinginan yang menggunakan air laut sebagai air baku yang diaiirkan satu kali lewat (once through system) melalui kondensor menuju badan airflaut.. 9. Desalinasi atau reverse osmosis (ROJ adalah proses pernurnian air yang n.enghasilkan air limbah berupa brine reject. 10. Flue gas desulphurizatiori (FGD) Sistem sea water wet scrubber aclalah sistern penyerapan sulfur dari emisi gas buang dengan menggunakan 13.11' laut. 11. Stockpile batu bara adalah timbunan batu bara yang merighasilkan air limbah berupa air limpasan. 12. Water treatment. plant (WTP) atau demineralisasi adalah proses pemurnian air baku untuk keperluan proses maupun domestik. 13. Baku mutu air limbah adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemar dan!atau jumlah unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam air limbah yang akan dibuang atau dilepas ke dalam sumber air dari suatu usaha danzatau kegiatan. 3

14. Kauer maksimurn air limbah adalah kadar tertinggi yang masih diperbclehkan dibuang ke lingkungan. 1 c ;). Kondisi normal adalah kondisi operasi yang sesuai dengan parameter desain operasi. 15. Kondisi tidak normal adalah koridisi operasi di luar parameter cperasi normal dan masih dapat dikendajikan yaitu: start-up) shutdown dan upset. 17. Kondisi darurat adalah kondisi operasi di luar parameter operasi normal dan tid.ak dapat dikendalikan. 18. Titik penaatan adalah satu atau lebih lokasi yang dijadikan acuan untuk pemantauan dajam rangka penaatan baku mutu air limbah. 19. Instansi I terkait adalah instansi yang bertanggung jawab eli bidang ketenagalistrikan. 20. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pernerintnhan di bidang pengelolaan lingkungan hidup. Pasal2.Jcnis usaha danjatau kegiatan yang diatur dalam Peraturan Menteri mi meliputi kegiatan: a. Pembangkit Litrik Tenaga Uap (PLTU); b. Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG); c. Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU); d. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD); dan e. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP). Pasa13 Air limbah dari usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaks'ud dalarn Pasal 2 bersumber dari: a. proses utama; c. kegiatan pendukung; dan c. kegiatan lain yang menghasilkan oily water. Pa.3al 4 Baku mutu air limbah yang diatur dalam Peraturan Menteri ini meliputi: a. baku rnutu air lirnbah sumber proses utama sebagaimana tercanturn dalam Lampiran I yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini; b. baku mutu air lirnbah sumber kegiatan pendukung sebagaimana tercantum dalarn Lampiran II yang merupaka.n bagi.an yang tidak t.erpisahkan dari Peraturan Menteri irii; dan c. baku mutu air limbah sumber kegiatan lain yang menghasilkan oily water sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang merupakan ba.gian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. 4

Pasal 5 (If Dalam kondisi normal, baku mutu air limbah sebagaimana climaksud dalam Pasal 4 setiap saat tidak boleh dilampaui oleh perianggung jawab usaha darr/atau kegiatan pembangkit listrik tenaga termal sebagaimana dimaksud dalarn Pasal2. (2) Bagi usaha dan/atau kegiatan y ang beroperasi setelah ditetapkannya Peraturan Menteri ini, khusus untuk parameter suhu air bahang, diberlakukan baku mutu berdasarkan hasil kajian dengan ketentuan lebih ketat daripada baku mutu air limbah sebagairnana dimaksud daj.am Pasal 4. (3) Baku mutu air limbah sebagaimana dimaksud pada ayat (I) ditetapkan berdasarkan kadar maksimum. Pasa16 (J) Pemerintahan daerah provinsi dapat menetapkan: a. baku mutu air limbah bagi usaha danlatau kegiatan pernbangkit. listrik tenaga termal dengan ketentuan sarna atau lebih ketat daripada baku rnutu sebagaimana dirnaksud dalam Pasal4; danjatau b. param.eter tarnbahan di luar parameter sebagaimana tercanturn dalam Larnpiran Peraturan Menteri ini setelah mendapat persetujuan dari Mente.ri. (2) Menteri da pat rnenyetujui atau menolak parameter tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b paling lama 90 (sembilai puluh) hari kerja sejak diterimanya permchonan rerscbut dengan memperhatikan saran dan pertimbangan insransi teknis terkait. (3) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dirr.aksud pada ayat (2) Menteri tidak memberikan keputusan terhadap perrnohonan se bagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, permohonan dianggap disetujui. (d) Penolakan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disertai dengan alasan penolakan. (5) Baku mutu air limbah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dit.etapkan dengan peraturan daerah provinsi. Pasal 7 Da13.n ' hal hasil kajian kelayakan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) dad usaha dan/atau kegiatan pembangkit listrik tenaga termal mensyaratkan baku mutu air limbah lebih ketat daripada baku mutu air limbah sebagaimaria, dimaksud dalam Pasal 4 atau Pasal 6, diberlakukan baku mutu air limbah bagi usaha danjatau kegiatan pernbangkit list:rik tenaga terrnal yang dipersyaratkan oleh AMDAL. Pasal8 Dalam hal hasil kajian mengenai pembuangan air lirnbah bagi usaha danjatau kegiatan pernbangkit listrik tenaga termal mensyaratkan baku mutu ai r l.mbah lebih ketat daripada baku mutu air limbah sebagairnana dirnaksud dalam Pasal 4, Pasal 6, atau Pasal 7 diberlakukan baku mutu air limbah berdasarkan hasil kajian. 5

Pasa19 Penanggungjawab u saha dan/atau kegiatan pembangkit Iistrik tenaga termal wajib: a. mengidentifikasi sumber-sumber air limbah, terrnasuk mernberi kode nama dan kuantitasnya; b. menentukan koordinat sumber air limbah, titik penaatan, dan titik pembuangan air limbah; c. melakukan pendokurnentasian saluran air limbah; d. melakukan pengolahan air limbah sehingga 111UtU air limbah yang c1ibuang tidak rnelarnpaui baku mutu air limbah yang diatur dalarn Peraturan Menteri ini; e. menggunakan sistem saluran air limbah kedap air sehingga tic.ak terjadi perembesan air limbah ke lingkungan; f. memisahkan saluran pembuangan air limbah denga.n saluran limpasan air hujan; g. memasang alat ukur debit atau laju alir air limbah dan melakukan pencatatan debit harian air limbah; h. melakukan pencatatan produksi bulanan senyatanya; 1. tidak melakukan pengenceran air limbah, termasuk menc.ampurkan buangar. bekas pendingin ke dalam aliran pembuangan air limbah; J. melakukan kalibrasi atau uji fungsi (function check) alat ukur air limbah; k. membuat log book system atau electronic enterprise syste.m. perigelolaan air limbah; 1. menyusun dan menetapkan prosedur penanganan kondisi tidak normal dan keadaan darurat; rn. memeriksa kadar parameter baku mutu air limbah sebagaimana tercantum dalam lampiran Peraturan Menteri ini secara berkala paling sedi.kit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan dan setiap 1 (satu) kali dalarn 3 (tiga) bulan dilakukan di laboratorium yang terakreditasi; n. memeriksa kadar parameter baku mutu air limbah khusus untuk PLTD di laboratorium yang terakreditasi paling sedikit 1 (satu) kali dalam 6 (enam) bulan; o. melakukan pemantauan debit air limbah harian dari air Iimbah proses utama dan air bahang; :r:'. menghitung beban pencernaran air limbah dengan rnengalikari debit air limbah dengan konsentrasi parameter baku mutu air 1im.bah; q. menyampaikan laporan mengenai pencatatan produksi buianan senyatanya, hasil analisa laboratorium, kadar parameter, debit air limbah harian, dan beban pencernaran air limbah sebagaimana dirnaksud dalam huruf h, huruf m, huruf 0, dan huruf p, 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan dan hasil analisa laborato:rium seoagairnana dimaksud dalam huruf n, 1 (satu) kali dalam 6 (enam) bulan kepada bupati/walikota dengan tembusan kepada gubernur, Menteri, dan instansi teknis; r. mernberitahukan terjadinya kejadian tidak normal dan keadaan darurat dalam jangka waktu 1 x 24 jam kepada bupati/walikota dengan tembusan 6

kepada gubernur, Meriteri dan iristansi teknis; dan s. melaporkan upaya penanggulangan kejadian tidak normal dan keadaan darurat paling lama 7 x 24 jam kepada bupati/walikota dengan ternbusan kepada gubern.ur. Menteri dan instansi teknis. Pasall0 (1) Baku mutu air limbah bagi usaha dan/atau kegiatan pembangkit listrik tenaga termal yang telah ditetapkan lebih longgar sebe1um Peraturan Menteri ini ditetapkan, waiib menvesuaikan dengan Peraturan Menteri ini paling lama 1 (sa.tu) tahun. (2) lzin pernbuangan air limbah bagi usaha darr/ atau kegiatan pembangki: listrik ten aga termal yang sudah ada sebelum Peraturan Menteri ini berlaku, dinyatakan tetap berlaku sampai habis masa berlakunya izin. Pasal 11 Pada saat Peratutan Menteri irii mulai berlaku, sernua peraturan perundangundangan yang berkaitan dengan baku mutu air limbah bagi usaha dan.ratau kegiatan pernbangkit listrik tenaga termal yang telah ada dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Menteri ini. Pasal 12 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di.jakarta Pada tanggal : 7 Apro.L 2009 MENTERINECrARA LlNGKUNGAN HIDUP,.td RACHMAT WITOELAR 7

Lampiran I Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nornor : 08 I'ahun 2009 Tanggal :7 April 2009 SAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA TERMAL SUMBER PROSF~S UTAMA A Sumber Proses Utama No. Parameter Satuan "- Kadar Maksimum 1. ph - 6-9. 2. TSS mg/l 10C 3. Minyalc dan Lemak mg/l 10 4. Klorir Bebas (Cb)* mg/l 0,5 -- 5. Krorniurn Total (Cr) mg/l 0,5 6. Tembaga (Cu) mg/l 1 ----- 7. Eesi (Fe) rng/l 3 ---- 8. Seng (Zn) mg/l 1 -_.- 9. Phosphat tp04-) ** rng/l 10 -- Catatan: * Apabila cooling tower blowdown dialirkan ke IPAL H Apabila melakulcan injeksi Phospat B. Sumber Blowdown Boiler --- --- No. Parameter Satuan Kadar Maksirnum 1. ph - 6-9 - - 2. Ternbaga (Cu) mg/l 1 -- 3. Besi (Fe) mg/l 3 Catatan: Apabila sumber air limbah blowdown boiler tidak dialirkan ke IPAL 8

C. Surnber Blowdown Cooling Tower No. Parameter Satuan Kadar Maksirnum f-----+-- -- 1. ph - 6-9 f-----+----- 2. Kloril 1 Bebas (C12) mg/l 1-3. Zinc { Zn) mg/l 1 4, PhosE hat (PQ4-) mg/l 10 r -- Catatan : Apabila surnber air limbah bloiodoum cooling tower tidak dialirkun lee IPAL D. Sumber Demineralisasi/WTP o. Parameter Satuan Kadar Mal :Simum l. ph - 6-2. TSS mg/l 10 Catatan : Apabila sumber air lirnbah demincralisasijwtp tidak dialirkan ke IPAL o I MENTERINEGARA LlNGKUNGAN HIDUP, Ltd RACHMAT WITOELAR 9

Lampiran II Peratu..an Menteri Ncgara Lingkungan hidup Nomor : 08 Tahun 20C9 Tanggal : 7 AprL), 20(19 BAKU MUTU AIR L:IM13AH BAGI USAHA DAN ATAU KE;OIATAN PEMBANQKlT LISTRIK TENAGA TERMAL SUMBER KEGIATAN PENDUKUNG A. Surnber Pendingin (Air Bahang) No. Parameter Satuan Kadar Maksin rurn 1. Tcmperatur oc 40* 2. Klorin Bebas (Cb) mg.'l 0,5 Catatan: Apabila sumber air bahang tidak dialirkan ke IPAL * Merupakan hasil pengukuran rata-rata bulanan di oulet kondenso.: )j'. Sumber Desalinasi No. Parameter Satuan Kadar MakSimu~ l. ph - 6-9 2, Salinitas 0/ 0 0 Pada radius 30 m dari lokasi pen..buangan 8..1r limbah ke taut, kadar salinitas 8.lr limbah sudah haros sarna dengan kadar salinitas alami. --- Catatan : Apabila sumber air limbah desalinasi tidak dialirkan ke IPAl C. Sumber F'GD Sistem Sea Vt'ater Wet Scrubber '-.-- - No. Parameter 8atuan Kadar Maksir 1. ph - 6-9 m~ 2. 804 (2.) % Kenaikan kadar. rnaksimum parameter SuIfat 4% dibanding kadaj; Sulfat titik penaatan Inlet air Iau; Catatan : Apabila surnber air limbah FGD Sistem Sea Water Wet Scrubber tidak dialirkan xeipal - 10

L\. Sumber Coal Stockpile. _ ~ No. Parameter Satuan Kadar Maksimum l. ph - 6-9 2. TSS mg/l 200 3. Fe mg.'l 5 4. Mn m&/l 2 - _. = Catf!tI11'\ : Al'~bUt!l. sumber alr llmbah Coal Stoekpile tlelak dlailrkan ke IflAL MENTERINEGARA LINGKUNGAN HIDUP, ttd RACHMAT WITOELAR

Larnpiran III Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 08 'l'8l',un 2009 Tanggal : 7 April 20C9 BAl{U MUTU AIR LIMBAH BAOI USAHA DAN ATAU Kl~GlA'fAl'\' PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA TERMAL AIR LIMBAH MENGANDUNG MINYAK (OILY WATER).----~-...------- No. Paramet et Satuan Kadar Maksimum I ------ 1. COD' mg/l 300 --- - --- 2. TOC*' mg/l 110 3. Minyak clan Lemak rng/l 15 Catalan: Apabila sumber air limbah mengandung minyak tidak dialirkan ke IPAL * Parameter COD hanya berlaku sarnpai dengan tanggal 31 Desember 2009 ** Pars.meter Total Orqanu: Carbon (TOC) mulai berlaku pa.da tanggul 1 -Jan uari 2010 - MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, ttd <' ~ "'~ ' sesuai dengan aslinya /"... '':Depu'-ti, ENLH Bidang 1... '!.: ' PenaatanLingkungan, "' ' ::., ~ ~} RACHMAT WITOELhR 12