GUBERNUR LAMPUNG PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN DI PROVINSI LAMPUNG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "GUBERNUR LAMPUNG PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN DI PROVINSI LAMPUNG"

Transkripsi

1 e GUBERNUR LAMPUNG PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN DI PROVINSI LAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang : a. bahwa pencemaran yang dihasilkan dari setiap usaha dan/atau kegiatan manusia menyebabkan pencemaran da/atau kerusakan lingkungan hidup, ekosistem dan keseimbangan kehidupan manusia; b. bahwa pencemaran dan/atau kerusakan sebagaimana dimaksud huruf a tersebut di atas, dapat menghambat dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat, pelaksanaan pembangunan dan hasilnya, sehingga perlu dilakukan pengendalian terhadap pembuangan air limbahnya; c. bahwa dengan telah ditetapkannya Peraturan Gubernur Lampung Nomor 17 Tahun 2006 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan di Provinsi Lampung dan telah berubahnya peraturan perundang-undangan tentang ketentuan Baku Mutu Air Limbah oleh Kementerian Negara Lingkungan Hidup, maka Peraturan Gubernur dimaksud perlu ditinjau kembali; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf c tersebut di atas, dipandang perlu menetapkan kembali dengan Peraturan Gubernur Lampung tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan di Provinsi Lampung. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air; 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah beberapa kali, terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008; 3. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara; 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup; 5. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan; 6. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1991 tentang Rawa; 7. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai; 8. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran dan/atau Perusakan Laut; 9. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup; 10. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air; 1

2 11. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota; 12. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air; 13. Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 3 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup; 14. Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 12 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis Daerah Provinsi Lampung; Memperhatikan : 1. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : Kep-51/ MENLH/X/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri; 2. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 110 Tahun 2003 tentang Pedoman Penetapan Daya Tampung Pencemaran Air Pada Sumber Air; 3. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 111 Tahun 2003 tentang Pedoman Mengenai Syarat dan Tata Cara Perizinan Serta Pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah Ke Air atau Sumber Air, sebagaimana telah diubah menjadi Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 142 Tahun 2003; 4. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik; 5. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 113 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pertambangan Batubara; 6. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 202 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pertambangan Bijih Emas dan/atau Tembaga; 7. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut; 8. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 2 Tahun 2006 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Rumah Pemotongan Hewan; 9. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 9 Tahun 2006 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pertambangan Bijih Nikel; 10. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2006 tentang Persyaratan dan Tata Perizinan Pembuangan Air Limbah Ke Laut; 11. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 4 Tahun 2007 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Minyak dan Gas serta Panas Bumi; 12. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2007 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pengolahan Buah-buahan dan/atau Sayuran; 13. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 6 Tahun 2007 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pengolahan Hasil Perikanan; 14. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2008 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Peternakan Sapi dan Babi; 15. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2008 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pengolahan Kelapa; 2

3 16. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 14 Tahun 2008 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pengolahan Daging; 17. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 15 Tahun 2008 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pengolahan Kedelai; 18. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 19 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Lingkungan Hidup Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota; 19. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 6 Tahun 2009 tentang Laboratorium Lingkungan; 20. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 8 Tahun 2009 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pembangkit Listrik Tenaga Termal; 21. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 21 Tahun 2009 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pertambangan Bijih Besi; 22. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 34 Tahun 2009 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pertambangan Bijih Bauksit; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN DI PROVINSI LAMPUNG BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Gubernur ini, yang dimaksud dengan : 1. Gubernur adalah Gubernur Lampung. 2. Bupati/Walikota adalah Bupati/Walikota di Provinsi Lampung. 3. Instansi adalah instansi yang bertanggungjawab dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Kota. 4. Usaha dan/atau Kegiatan adalah suatu aktivitas baik dalam bentuk pemrosesan suatu bahan, pelayanan jasa, penyimpanan dan lain lain yang menghasilkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup berupa pembuangan air 5. Air Limbah adalah limbah dalam wujud cair yang dihasilkan oleh suatu usaha dan/atau kegiatan yang dibuang dari Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) ke lingkungan dan diduga dapat menurunkan kualitas lingkungan. 6. Mutu Air Limbah adalah kondisi kualitas air limbah yang diukur dan diuji berdasarkan parameter-parameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan Peraturan Perundangundangan. 7. Baku Mutu Air Limbah adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemar dan/atau jumlah unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam air limbah yang akan dibuang atau dilepas ke dalam sumber air dari suatu usaha dan/atau kegiatan. 8. Pemanfaatan Kembali adalah penggunaan kembali air limbah yang telah diproses di IPAL untuk proses produksi. 9. Titik Penaatan adalah satu lokasi atau lebih di outlet Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dan/atau inlet pemanfaatan yang dijadikan acuan untuk pemantauan dalam rangka penaatan baku mutu air 3

4 10. Kejadian Tidak Normal adalah kondisi dimana peralatan proses produksi dan/atau instalasi pengolahan air limbah tidak beroperasi sebagaimana mestinya karena adanya kerusakan dan/atau tidak berfungsinya peralatan tersebut. 11. Keadaan Darurat adalah keadaan tidak berfungsinya peralatan proses produksi dan/atau instalasi pengelolaan air limbah tidak beroperasi sebagaimana mestinya karena adanya bencana alam, kebakaran, dan/atau huru-hara. 12. imum adalah ukuran batas tertinggi suatu unsur pencemar dalam air limbah yang diperbolehkan dibuang ke sumber air. 13. Debit atau Kuantitas Air Limbah maksimum adalah volume air limbah terbanyak yang diperbolehkan dibuang ke sumber air setiap satuan produk. 14. Pencemaran imum adalah jumlah tertinggi suatu unsur pencemar yang terkandung dalam air 15. Pencemaran Lingkungan Hidup adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan. 16. Daya Tampung Lingkungan Hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi dan/atau komponen lain yang masuk atau dimasukkan ke dalamnya. BAB II MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2 ud ditetapkannya Peraturan Gubernur ini adalah sebagai pedoman bagi setiap penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan penghasil air limbah, instansi pengelola lingkungan hidup daerah dan pihak lainnya dalam mengupayakan pengendalian pencemaran air akibat buangan air Pasal 3 Tujuan ditetapkannya Peraturan Gubernur ini adalah dalam rangka mewujudkan kelestarian fungsi lingkungan dan menjamin mutu air sehingga air tetap dapat bermanfaat bagi kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya serta dapat dijadikan pedoman dalam upaya pengendalian pencemaran air. BAB III BAKU MUTU AIR LIMBAH JENIS USAHA DAN/ATAU KEGIATAN Pasal 4 (1) Baku mutu air limbah bagi 35 (tiga puluh lima) jenis usaha dan/atau kegiatan yang diatur dalam Peraturan Gubernur ini, meliputi : a. Industri Kertas; b. Industri Karet; c. Industri Minyak Sawit Mentah (Crude Palm Oil / CPO) d. Industri Gula dan Gula Rafinasi; e. Industri Tapioka; f. Industri Alkohol (Etanol); g. Industri Mono Sodium Glutamat dan Bahan Penyedap Rasa. h. Industri Kayu Lapis dan Papan Partikel (Particle Board) i. Industri Minuman Ringan; j. Industri Sabun, Deterjen dan Produk-produk Minyak Nabati; k. Industri Bihun dan Sohun; l. Industri Biskuit dan Roti (Bakery); m. Industri Kacang Garing (Kering); n. Industri Makanan Spesifik; o. Industri Pengolahan Kelapa; 4

5 p. Industri Pengolahan Daging; q. Industri Pengolahan Kedelai; r. Industri Sodium Siklamat; s. Industri Asam Sitrat; t. Pengolahan Buah-buahan dan/atau Sayur; u. Pembekuan Hasil Perikanan (Cold Storage); v. Pengolahan Hasil Perikanan; w. Rumah Potong Hewan; x. Peternakan Sapi dan Babi; y. Penimbunan (Stockpile) Batubara; z. Pembangkit Listrik Tenaga Termal Sebagai Proses Utama; aa. Pembangkit Listrik Tenaga Termal Sebagai Sumber Kegiatan Pendukung; bb. Pembangkit Listrik Tenaga Termal yang Menghasilkan Air Limbah yang Mengandung Minyak; cc. Instalasi, Depo dan Terminal Minyak; dd. Pertambangan Bijih Emas dan Tembaga; ee. Pertambangan Bijih Besi; ff. Pertambangan Bijih Nikel; gg. Pertambangan Bijih Bauksit; hh. Limbah Domestik; ii. Hotel Berbintang; dan jj. Rumah Sakit. (2) Baku mutu air limbah bagi usaha dan/atau kegiatan dimaksud pada ayat (1) sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Peraturan Gubernur ini. (3) Untuk jenis usaha dan/atau kegiatan lainnya diluar yang ditetapkan pada ayat (1), yang belum ada baku mutunya, maka Baku Mutu Air Limbah usaha dan/atau kegiatan tersebut diatur sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Peraturan Gubernur ini. (4) Apabila hasil kajian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) atau hasil kajian Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) suatu usaha dan/atau kegiatan mensyaratkan Baku Mutu Air Limbah lebih ketat dari Baku Mutu Air Limbah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan (2), maka untuk usaha dan/atau kegiatan tersebut diberlakukan Baku Mutu Air Limbah sebagaimana yang dipersyaratkan oleh AMDAL atau UKL dan UPL. BAB IV IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH Pasal 5 (1) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang akan membuang air limbah ke air atau sumber air, wajib memiliki izin tertulis dari Menteri Negara Lingkungan Hidup, Gubernur atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku. (2) Dalam memberikan izin pembuangan air limbah ditetapkan kadar maksimum bagi setiap parameter dan volume limbah cair yang tidak boleh melampaui setiap saat dengan memperhatikan daya tamping badan air serta tidak mengakibatkan penurunan kualitas badan air sesuai dengan peruntukannya. (3) Penetapan volume air limbah maksimum dan beban pencemaran untuk menentukan Mutu Air Limbah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) didasarkan pada produksi bulanan senyatanya dari industri atau kegiatan usaha yang bersangkutan sebagaimana tercantum dalam Lampiran III Peraturan Gubernur ini. 5

6 (4) Izin tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib mencantumkan ketentuan sebagai berikut : a. kewajiban untuk mengolah limbah; b. persyaratan mutu dan kuantitas air limbah yang boleh dibuang ke air atau sumber air atau ke air laut; c. persyaratan cara pembuangan air limbah; d. persyaratan untuk mengadakan sarana dan prosedur penanggulangan keadaan darurat; e. persyaratan untuk melakukan pemantauan mutu dan debit atau kuantitas air limbah; f. persyaratan lain yang ditentukan oleh hasil pemeriksanaan analisis mengenai dampak lingkungan yang erat kaitannya dengan pengendalian pencemaran air bagi usaha dan/atau kegiatan yang wajib melaksanakan analisis mengenai dampak lingkungan; g. larangan pembuangan air limbah secara sekaligus dalam satu saat atau melepaskan air limbah secara mendadak (shock loading); h. larangan untuk melakukan pengenceran air limbah dalam upaya penaatan batas kadar yang dipersyaratkan; dan i. kewajiban melakukan upaya swapantau pengolahan air limbahnya serta melaporkan hasil-hasilnya (5) Ketentuan mengenai syarat, tata cara memperoleh perizinan pembuangan air limbah di air atau sumber air dan air limbah ke laut harus mengikuti ketentuan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 111 Tahun 2003 tentang Pedoman Mengenai Syarat dan Tata Cara serta Pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah ke Air atau Sumber Air. sebagaimana diubah dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 142 Tahun 2003 dan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2006 tentang Persyaratan dan Tata Perizinan Pembuangan Air Limbah Ke Laut; BAB V HAK DAN KEWAJIBAN Pasal 6 (1) Setiap usaha dan/atau kegiatan berhak untuk : a. mendapat pembinaan dan penyuluhan dari pemerintah daerah mengenai peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pengendalian pencemaran air maupun tata cara pengolahan air limbah dalam rangka memenuhi ketentuan Baku Mutu Air Limbah; b. memperoleh rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa pencemaran air dan/atau air laut tidak diakibatkan oleh kegiatannya; dan c. hak-hak lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) Setiap usaha dan/atau kegiatan berkewajiban untuk : a. melakukan pengolahan air limbah dalam suatu Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) sehingga mutu air limbah yang dibuang tidak melampaui baku mutu air limbah sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Peraturan Gubernur ini atau tidak melampaui ketentuan baku mutu air limbah yang ditetapkan dalam izin pembuangan air limbah; b. menggunakan sistem saluran air limbah yang kedap air sehingga tidak terjadi perembesan air limbah ke lingkungan; c. memasang alat ukur debit atau laju alir limbah pada inlet IPAL, outlet IPAL dan/atau inlet pemanfaatan kembali; d. melakukan upaya swapantau pengolahan air limbah yang meliputi : 1) pencatatan debit harian air limbah baik untuk air limbah yang masuk ke IPAL, dibuang ke sumber air atau ke laut dan/atau yang dimanfaatkan kembali; 2) pencatatan ph harian air limbah, penggunaan bahan baku dan jumlah produksi bulanan serta jumlah hari kerja produksi setiap bulan; 6

7 3) memeriksakan kadar parameter air limbah sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Peraturan Gubernur ini atau yang tercantum dalam izin pembuangan air limbah secara berkala, paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan di laboratorium yang terakreditasi atau yang ditunjuk oleh Gubernur. e. tidak melakukan pengenceran air limbah ke dalam aliran buangan air limbah; f. memisahkan saluran pembuangan air limbah dengan saluran limpasan air hujan; g. menetapkan titik penaatan untuk pengambilan contoh uji; h. menyampaikan laporan debit air limbah harian, ph harian, penggunaan bahan baku, jumlah produk, jumlah hari kerja produksi setiap bulan dan kadar parameter air limbah sebagaimana dimaksud dalam huruf d secara berkala paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan kepada Bupati/Walikota dengan tembusan kepada Gubernur dan Menteri serta instansi lainnya yang terkait; dan i. melaporkan kepada Bupati/Walikota dengan tembusan kepada Gubernur dan Menteri mengenai kejadian tidak normal dan/atau keadaan darurat yang mengakibatkan baku mutu air limbah dilampaui serta rincian upaya penanggulangannya paling lambat 2 (dua) kali dalam 24 (dua puluh empat) jam. (3) Selain kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (2), setiap usaha dan/atau kegiatan yang membuang air limbah ke air dan/atau sumber air atau air limbah ke air laut, wajib membuat rencana penanggulangan pencemaran air pada keadaan darurat dan/atau keadaan tidak terduga lainnya. BAB VI TANGGUNGJAWAB Pasal 7 (1) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang membuang air limbah ke air atau sumber air dan air limbah ke laut, bertanggungjawab untuk mencegah dan menanggulangi terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan. (2) Dalam hal terjadi keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada Pasal 6 ayat (3), maka penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan bertanggungjawab melakukan penanggulangan dan pemulihan lingkungan yang tercemar dan/atau rusak. BAB VII PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 8 (1) Pembinaan dan pengawasan terhadap usaha dan/atau kegiatan yang menghasilkan air limbah dilakukan oleh Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota melalui instansi yang bertanggungjawab di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. (2) Pembinaan dan pengawasan oleh instansi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan sekurang-kurangnya setiap 6 (enam) bulan sekali dan apabila dipandang perlu dapat dilakukan setiap 3 (tiga) bulan sekali. (3) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi : a. pembinaan dan penyuluhan mengenai peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup; b. pembinaan tentang pengolahan air limbah; c. penerapan kebijakan-kebijakan insentif reputasi dan disinsentif reputasi; dan d. Evaluasi tingkat ketaatan usaha dan/atau kegiatan dalam melakukan upaya pengendalian pencemaran air. 7

8 BAB VIII LARANGAN DAN SANKSI Pasal 9 Setiap usaha dan/atau kegiatan dilarang membuang air limbah air atau sumber air atau ke laut yang dapat menimbulkan pencemaran, kerusakan lingkungan, kerugian pada orang lain dan/atau lingkungan hidup. Pasal 10 (1) Instansi yang bertanggungjawab dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di Kabupaten/Kota agar memberikan peringatan tertulis kepada penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan di wilayah administratifnya masing-masing yang terbukti telah melanggar Pasal 4 ayat (2) dan Pasal 5 ayat (1) Peraturan Gubernur ini. (2) Peringatan tertulis tersebut pada ayat (1) wajib disampaikan kepada Gubernur Lampung dengan tembusan disampaikan kepada Menteri Negara Lingkungan Hidup. (3) Apabila dalam jangka waktu 30 (tiga puluh hari) sejak dikeluarkannya peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pihak yang diberi peringatan tidak mengindahkan peringatan atau tetap tidak mematuhi ketentuan Pasal yang dilanggarnya, maka instansi yang bertanggungjawab dapat melakukan pelarangan terhadap usaha dan/atau kegiatan untuk melakukan pembuangan air limbah ke air atau sumber air atau pembuangan air limbah ke laut. (4) Bupati/Walikota dapat menghentikan sementara operasional usaha dan/atau kegiatan apabila pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3) dapat membahayakan lingkungan hidup. (5) Bupati/Walikota atau instansi penanggungjawab perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di Kabupaten/Kota dapat mencabut Keputusan tentang penghentian usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) apabila pihak yang diberikan sanksi telah mematuhi ketentuan yang harus dilaksanakan. Pasal 11 Apabila usaha dan/atau kegiatan melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, maka penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan wajib membayar kerugian dan/atau melakukan tindakan tertentu, sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 12 Apabila sanksi yang telah diberikan sebagaimana tersebut pada Pasal 10 ayat (1) dan ayat (3) Peraturan Gubernur ini kepada suatu usaha dan/atau kegiatan yang menimbulkan pencemaran air tidak efektif, dilain pihak perbuatan usaha dan/atau kegiatan tersebut memiliki tingkat kesalahan yang relatif berat, akibat yang ditimbulkan relatif besar serta menimbulkan keresahan masyarakat, maka usaha dan/atau kegiatan tersebut dapat diancam dengan sanksi pidana sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. 8

9 9

10 LAMPIRAN I : PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR : 7 TAHUN 2010 TANGGAL : 17 MARET 2010 BAKU MUTU AIR LIMBAH USAHA DAN/ATAU KEGIATAN DI PROVINSI LAMPUNG 1. Baku Mutu Air Limbah Industri Kertas PROSES/PRODUK A. PULP DEBIT (m 3 /ton) PARAMETER BOD 5 COD TSS Pencemaran Pencemaran Pencemaran Kraft dikelantang , , ,5 Pulp larut , , ,5 Kraft yang tidak dikelantang Mekanik (CMP dan Grounwood) , ,2 75 4,5 Semi kimia Pulp soda De-ink pulp (dari kertas bekas) B. KERTAS Halus Kasar , ,2 Sparet , ,5 45 7,8 Kertas yang dikelantang , ,6 80 2,8 Penjelasan kategori proses di atas diberikan sebagai berikut : A. PULP Proses kraft (dikelantang dan tidak dikelantang) adalah produksi pulp yang menggunakan cairan pemasak natrium hidroksida yang sangat alkalis dan natrium sulfida. Proses kraft yang dikelantang digunakan pada produksi kertas karton dan kertas kasar lain yang berwarna. Pengelantangan adalah penggunaan bahan pengoksidasi kuat yang diikuti dengan ekstraksi alkali untuk menghilangkan warna dari pulp, untuk suatu rentangan produk kertas yang lengkap. Proses pulp larut adalah produksi pulp putih dan sangat murni dengan menggunakan pemasakan kimiawi yang kuat. Pulpnya digunakan untuk pembuatan rayon dan produk lain yang mensyaratkan hampir tidak mengandung lignin. Proses grounwood adalah penggunaan defibrasi mekanis (pemisahan serat) dengan menggunakan gerenda atau penghalus (refiners) dari batu. CMP (proses pembuatan pulp kimia mekanis) menggunakan cairan pemasak kimia untuk memasak kayu secara parsial sebelum pemisahan serat secara mekanik. TMP (proses pembuatan pulp termo-mekanis) merupakan pemasakan singkat dengan menggunakan kukus dan kadang-kadang bahan kimia pemasak, sebelum tahap mekanis. 10

11 Proses semi kimia merupakan penggunaan cairan pemasak sulfit netral tanpa pengelantangan untuk menghasilkan produk kasar untuk lapisan dalam karton gelombang berwarna coklat. Proses soda adalah produksi pulp dengan menggunakan cairan pemasak natrium hidroksida yang sangat alkalis. Proses penghilangan tinta (De-ink) merupakan salah satu proses pembuatan kertas yang menggunakan kertas bekas yang didaur ulang melalui proses penghilangan tinta dengan kondisi alkali dan kadang-kadang dibuat cerah atau diputihkan untuk menghasilkan pulp sekunder, seringkali berkaitan dengan proses konvensional. B. KERTAS Kertas halus berarti produksi kertas halus yang dikelantang seperti kertas cetak dan kertas tulis. Kertas kasar berarti produksi kertas kasar berwarna coklat, seperti linerboard kertas karton berwarna coklat atau karton. Kertas lain berarti produksi kertas yang dikelantang selain yang tercantum dalam golongan halus, seperti kertas karton. 2. Baku Mutu Air Limbah Industri Karet. PARAMETER LATEKS PEKAT Pencemaran KARET BENTUK KERING Pencemaran BOD ,4 COD TSS Amonia Total (sbg NH 3 -N) Nitrogen Total sbg N 15 0,6 5 0, ,4 6,0-9,0 Debit limbah maksimum 40 m 3 per ton produk karet 40 m 3 per ton produk karet 2) pencemaran maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam kilogram parameter per ton produk karet kering atau lateks pekat. 3) Nitrogen Total jumlah N organik + Amonia Total + NO 3 + NO 2 3. Baku Mutu Air Limbah Industri Minyak Sawit (Crude Palm Oil / CPO). PARAMETER Pencemaran BOD ,25 COD 350 0,88 TSS 250 0,63 Minyak dan Lemak 25 0,063 Nitrogen Total (sebagai N) 50 0,125 2,5 m 3 /ton produk minyak sawit (CPO) 2) pencemaran maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam kg parameter per ton produk minyak sawit (CPO). 3) Nitrogen Total adalah jumlah Nitrogen Organik + Amonia Total + NO3 + NO2 11

12 4. Baku Mutu Air Limbah Industri Gula dan Gula Rafinasi. PARAMETER Pencemaran BOD ,3 COD 100 0,5 TSS 50 0,25 Minyak dan Lemak 5 0,025 Sulfida (sebagai S) 0,5 0,0025 5,0 m 3 per ton produk gula 2) pencemaran maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam kilogram parameter per ton produk gula. 3) Debit limbah cair maksimum tidak termasuk air injeksi dan air pendingin 5. Baku Mutu Air Limbah Industri Tapioka. PARAMETER Pencemaran BOD ,5 COD TSS Sianida (CN) 0,3 0, m 3 per ton produk tapioka 2) pencemaran maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam kg parameter per ton produk tapioca 6. Baku Mutu Air Limbah Industri Alkohol (Etanol). PARAMETER Pencemaran BOD ,5 COD 300 4,5 TSS 100 1,5 Sulfida (sebagai S) 0,5 0, m 3 per ton produk ethanol 2) pencemaran maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam kilogram per ton produk ethanol 7. Baku Mutu Air Limbah Industri Mono Sodium Glutamat dan Bahan Penyedap Rasa. PARAMETER Pencemaran BOD ,6 COD TSS m 3 per ton produk MSG 2) pencemaran maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam kilogram per ton produk MSG. 12

13 8. Baku Mutu Air Limbah Industri Kayu Lapis dan Papan Partikel PARAMETER Pencemaran (gr/m 3 produk) Kayu Lapis Papan Partikel BOD ,5 18,75 COD ,5 31,25 TSS ,5 Fenol 0,25 0,0750 0,0625 Amonia Total (sbg N) 4 1,20 1,00 0,30 m 3 per m 3 produk kayu lapis 0,25 m 3 per m 3 produk kayu lapis 2) pencemaran maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam gram parameter per m 3 produk kayu lapis / papan partikel. 3) 1000 m 2 produk = 3,6 m 3 produk dengan ketebalan 3,6 milimeter 9. Baku Mutu Air Limbah Industri Minuman Ringan. BEBAN PENCEMARAN MAKSIMUM (gram/m 3 ) PARAMETER DENGAN PENCUCIAN BOTOL DAN DENGAN PEMBUATAN SIROP DENGAN PENCUCIAN BOTOL DAN TANPA PEMBUATAN SIROP TANPA PENCUCIAN BOTOL DAN DENGAN PEMBUATAN SIROP TANPA PENCUCIAN BOTOL DAN TANPA PEMBUATAN SIROP BOD COD TSS Minyak dan Lemak ,2 7,2 ph 6,0-9,0 6,0-9,0 6,0-9,0 6,0-9,0 Debit Limbah imum 3,5 L / L produk minuman 2,8 L / L produk minuman 1,7 L / L produk minuman 1,2 L / L produk minuman 2) pencemaran maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam gram parameter per m 3 produk minuman ringan yang dihasilkan 10. Baku Mutu Air Limbah Industri Sabun, Deterjen dan Produk-produk Minyak Nabati KADAR BEBAN PENCEMARAN MAKSIMUM PARAMETER MAKSIMUM SABUN MINYAK NABATI DETERJEN BOD ,6 1,88 0,075 COD 180 1,44 4,5 0,18 TSS 60 0,48 1,5 0,06 Minyak dan Lemak 15 0,12 0,375 0,015 Fosfat (PO 4 ) 2 0,016 0,05 0,002 MBAS 3 0,024 0,075 0,003 ph 6,0-9,0 Debit Limbah imum 8 m 3 25 m 3 per ton 1 m 3 per ton per ton produk minyak produk produk sabun nabati deterjen 2) pencemaran maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam kg parameter per ton produk sabun atau minyak nabati atau diterjen 13

14 11. Baku Mutu Air Limbah Industri Bihun dan Sohun. PARAMETER BIHUN Pencemaran SOHUN Pencemaran BOD , ,25 COD 250 2, ,75 TSS ,5 6,0-9,0 10 m 3 per ton bahan baku 15 m 3 per ton bahan baku 2) pencemaran maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam kg parameter per ton bahan baku. 12. Baku Mutu Air Limbah Industri Biskuit dan Roti (Bakery) PARAMETER Pencemaran BOD ,51 COD 175 1,05 TSS 85 0,51 6 m 3 per ton produk 2) pencemaran maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam kg parameter per ton produk biscuit dan backery. 13. Baku Mutu Air Limbah Industri Kacang Garing (Kering). PARAMETER Pencemaran BOD ,5 COD 250 1,3 TSS 100 0,5 H2S 0,1 0,0005 Fenol 0,5 0, m 3 per ton bahan baku 2) pencemaran maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam kg parameter per ton bahan baku. 14. Baku Mutu Air Limbah Industri Makanan Spesifik. Mie Kopi Permen Bumbu Mie Makanan Kecil Parameter Pencemara n Pencemara n Pencemaran Pencemaran Pencemar an BOD , , , , ,25 COD 100 0, , , , ,5 TSS 100 0, ,3 75 0, , ,5 Minyak dan Lemak 2 0, ,01 2 0,01 ph Debit maks. 3 m 3 /ton produk 3 m 3 /ton produk 5 m 3 /ton produk 5 m 3 /ton produk 5 m 3 /ton produk 2) pencemaran maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam kg parameter per ton produk makanan spesifik. 14

15 15. Baku Mutu Air Limbah Kegiatan Pengolahan Kelapa PARAMETER Pencemaran BOD ,125 COD 150 2,250 TSS 100 1,500 Minyak dan Lemak 15 0, m 3 per ton bahan baku 1) Usaha dan/atau kegiatan pengolahan kelapa adalah usaha dan/atau kegiatan di bidang pengolahan kelapa untuk dijadikan produk santan, produk tepung, minyak goreng kelapa, dan/atau produk olahan lainnya yang digunakan untuk konsumsi manusia dan pakan. 2) maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam miligram parameter per liter air 3) pencemaran maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam kg parameter per ton bahan baku 16. Baku Mutu Air Limbah Kegiatan Pengolahan Daging. PARAMETER Pencemaran BOD ,75 COD 250 1,50 TSS 100 0,60 Amonia (NH 3 -N) 10 0,06 Minyak dan Lemak 10 0,06 6 m 3 per ton produk 1) Usaha dan/atau kegiatan pengolahan daging adalah kegiatan pengolahan daging menjadi produk akhir berupa daging beku, produk olahan setengah jadi, dan/atau produk olahan siap konsumsi. 2) maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam miligram parameter per liter air 3) pencemaran maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam kg parameter per ton produk 17. Baku Mutu Air Limbah Kegiatan Pengolahan Kedelai. Parameter Tahu Pencemaran Tempe Pencemaran BOD , ,50 COD 300 6, ,00 TSS 100 2, ,00 ph Debit maks. 20 m 3 /ton bhn baku 10 m 3 /ton bahan baku 1) Usaha dan/atau kegiatan pengolahan kedelai adalah usaha dan/atau kegiatan yang memanfaatkan kedelai sebagai bahan baku utama yang tidak bisa digantikan dengan bahan lain. 2) maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam miligram parameter per liter air 3) pencemaran maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam kg parameter per ton bahan baku 18. Baku Mutu Air Limbah Industri Sodium Siklamat. PARAMETER Pencemaran BOD ,00 COD 250 7,50 TSS 100 3,00 Amonia (NH 3 -N) 5 0,15 30 m 3 per ton produk 2) pencemaran maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam kg parameter per ton produk. 15

16 19. Baku Mutu Air Limbah Industri Asam Sitrat. PARAMETER Pencemaran BOD ,00 COD 100 7,50 TSS 60 4,50 75 m 3 /ton produk 2) pencemaran maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam kg parameter per ton produk. 20. Baku Mutu Air Limbah Kegiatan Pengolahan Buah-buahan dan/atau Sayuran. Nenas Buah Lainnya Jamur Sayuran Gabungan Buah2an dan sayuran Parameter Pencemaran Pencemaran Pencemaran Pencemaran Pencemaran BOD , , , , ,56 COD 160 1, , , , ,05 TSS 60 0, , , , ,45 ph Debit maks. 9 m3/ton bhn baku 6 m3/ton bhn baku 20 m3/ton bahan baku 9 m3/ton bahan baku 7,5 m3/ton bahan baku 2) pencemaran maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam kg parameter per ton bahan baku. 21. Baku Mutu Air Limbah Industri Pembekuan Hasil Perikanan (Cold Storage). PARAMETER Pencemaran BOD ,0 COD 200 2,0 TSS 100 1,0 10 m 3 per ton bahan baku 2) pencemaran maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam kg parameter per ton bahan baku. 4) maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam miligram parameter per liter air 5) pencemaran maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam kg parameter per ton bahan baku. 22. Baku Mutu Air Limbah Kegiatan Pengolahan Hasil Perikanan. Parameter Kegiatan Pembekuan Kegiatan Pengalengan Tepung Ikan Pencemaran Pencemaran Ikan Udang Lain-lain Ikan Udang Lain-lain Pencemaran BOD , , ,125 2,250 1, ,200 COD 200 2, , ,250 4,500 3, ,600 TSS 100 1, , ,500 3,000 2, ,200 M-Lemak 15 0,150 0,45 0, ,225 0,450 0, ,180 Amonia 10 0,100 0,3 0, ,075 0,150 0, ,060 Klor Bebas 1 0,010 0,03 0, ,015 0,030 0, Sulfida ,015 0,030 0, ,012 ph Debit maks. (m3/ton)

17 1) Usaha dan/atau kegiatan pengolahan hasil perikanan adalah usaha dan/atau kegiatan di bidang pengolahan hasil perikanan (ikan, udang, dll) yang meliputi kegiatan pengalengan, pembekuan, dan/atau pembuatan tepung. 2) maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam miligram parameter per liter air 3) pencemaran maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam kg parameter per ton produk. 23. Baku Mutu Air Limbah Industri Rumah Pemotongan Hewan (RPH) PARAMETER Satuan imum BOD 5 mg/l 100 COD mg/l 200 TSS mg/l 100 Minyak dan lemak mg/l 15 Amonia (NH3-N) mg/l 25 untuk sapi, kerbau 1,50 m 3 per ekor per hari dan kuda untuk kambing dan 0,15 m 3 per ekor per hari domba untuk babi 0,65 m 3 per ekor per hari 1) Usaha dan/atau kegiatan RPH meliputi : pemotongan, pembersihan lantai tempat pemotongan, pembersihan kandang penampung, pembersihan kandang isolasi, dan/atau pembersihan isi perut dan air sisa perendaman. 2) maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam miligram parameter per liter air 24. Baku Mutu Air Limbah Kegiatan Peternakan Sapi dan Babi. PARAMETER Pencemaran Sapi Babi BOD ,0 4,0 COD ,0 8,0 TSS ,0 4,0 NH 3 -N 25 5,0 1,0 (liter/ekor/hari) Baku Mutu Air Limbah Penimbunan (Stockpile) Batubara PARAMETER Pencemaran TSS 200 0,400 Besi total 7 0,014 Mangan total 4 0,008 2 m 3 /ton produk 2) pencemaran maksimum untuk setiap parameter pada tabel di atas dinyatakan dalam kg parameter per ton produk. 26. Baku Mutu Air Limbah Kegiatan Pembangkit Listrik Tenaga Termal Sebagai Proses Utama a. Sebagai Blowdown Boiler* Parameter** Satuan imum Besi (Fe) mg/l 3 Tembaga (Cu) mg/l 1 ph 6,0 9,0 * Blowdown boiler adalah upaya. untuk mengeluarkan air buangan minimum dari proses resirkulasi air boiler berdasarkan best engineering practice ** Apabila sumber air limbah blowdown boiler tidak dialirkan ke IPAL 17

18 b. Sebagai Proses Utama* Parameter Satuan imum TSS mg/l 100 Minyak dan Lemak mg/l 10 Klorin bebas (Cl 2 )** mg/l 0,5 Krom total (Cr) mg/l 0,5 Tembaga (Cu) mg/l 1 Besi (Fe) mg/l 3 Seng (Zn) mg/l 1 Phosphat (PO -2 4 )*** mg/l 10 ph 6,0 9,0 * Proses utama adalah proses yang menghasilkan air limbah yang bersurnber dari proses pencucian (dengan atau tanpa bahan kimia} dari semua peralatan logam, blowdown cooling tower) blowdown boiler, laboratorium, dan regenerasi resin water treatment plant. ** Apabila cooling tower blowdown dialirkan ke IPAL *** Apabila melakulcan injeksi Phospat c. Sebagai Blowdown Cooling Tower* Parameter** Satuan imum Klorin bebas (Cl 2 ) mg/l 1 Seng (Zn) mg/l 1 Phosphat (PO -2 4 ) mg/l 10 ph 6,0 9,0 * Blowdown cooling tower adalah upaya untuk mengeluarkan air buangan hasil kondensasi dari proses pendinginan cooling tower berdasarkan best engineering practice. ** Apabila surnber air limbah blowdown cooling tower tidak dialirkan ke IPAL d. Sebagai Demineralisasi / WTP* Parameter** Satuan imum Total Suspended Solid (TSS) mg/l 100 ph 6,0 9,0 * Water treatment. plant (WTP) atau demineralisasi adalah proses pemurnian air baku untuk keperluan proses maupun domestik. ** Apabila sumber air limbah demincralisasi / WTP tidak dialirkan ke IPAL 27. Baku Mutu Air Limbah Kegiatan Pembangkit Listrik Tenaga Termal Sebagai Sumber Kegiatan Pendukung, yang meliputi kegiatan fasilitas air pendingin, kegiatar. fasilitas desalinasi, kegiatan fasilitas stockpile batu bara, dan kegiatan air buangan dari fasilitas flue gas desulphurization (FGD) sistem sea water scrubber. a. Sumber Pendingin (Air Bahang)* Parameter Satuan imum Temperatur o C 40 ** Klorin bebas (Cl 2 ) mg/l 0,5 * Air bahang adalah air limbah dari sumber proses pendinginan yang menggunakan air laut sebagai air baku yang diaiirkan satu kali lewat (once through system) melalui kondensor menuju badan airflaut.. ** Apabila sumber air bahang tidak dialirkan ke IPAL, merupakan hasil pengukuran rata-rata bulanan di oulet kondensor b. Sumber Desalinasi* Parameter** Satuan imum Salinitas % Pada radius 30 m dari lokasi pembuangan air limbah ke laut, kadar salinitas air limbah sudah harus sama engan kadar salinitas alami. ph 6,0 9,0 * Desalinasi atau reverse osmosis (ROJ adalah proses pernurnian air yang n.enghasilkan air limbah berupa brine reject ** Apabila sumber air limbah desalinasi tidak dialirkan ke IPAl 18

19 c. Sumber FGD System Sea Water Wet Scrubber* Parameter** Satuan imum Sulfat (SO -2 4 ) % Kenaikan maksisum parameter sulfat 4% dibanding kadar Sulfat titik penaatan Inlet air laut ph 6,0 9,0 * Flue gas desulphurizatiori (FGD) Sistem sea water wet scrubber aclalah sistern penyerapan sulfur dari emisi gas buang dengan menggunakan air laut. ** Apabila surnber air limbah FGD Sistem Sea Water Wet Scrubber tidak dialirkan ke IPAL d. Sumber Coal Stockpile* Parameter** Satuan imum TSS % 200 Fe mg/l 5 Mn mg/l 2 ph 6,0 9,0 * Stockpile batu bara adalah timbunan batu bara yang merighasilkan air limbah berupa air limpasan. ** apabila sumber air limbah Coal Stockpile tidak diailrkan ke IPAL 28. Baku Mutu Air Limbah Kegiatan Pembangkit Listrik Tenaga Termal Air Limbah Mengandung Minyak (Oily Water)* PARAMETER** Satuan Minyak dan lemak mg/l 15 Total Organic Carbon (TOC) mg/l 110 * Oily water adalah air limbah yang mengandung minyak yang berasal dari drainase lantai kerja, kebocoran (seepage), kebocoran air limbah dari pencucian peralatan-peralatan, dan tumpahan dari kegiatan operasional yang dibuang ke media lingkungan melalui kolam separator atau oil separator atau oil catcher atau oil trap. ** apabila sumber air limbah Coal Stockpile tidak diailrkan ke IPAL 29. Baku Mutu Air Limbah Kegiatan Instalasi, Depo dan Terminal Minyak PARAMETER Satuan Minyak dan lemak mg/l 25 Total Organic Carbon (TOC) mg/l 110 Depo adalah tempat kegiatan penerimaan, penimbunan dan penyaluran kembali bahan bakar minyak (BMM) yang penerimaannya dilaksanakan dengan menggunakan sarana angkutan (sungai, laut), system. pipa, mobil tangki (bridgen) dan rail tank wagon (RTW). 30. Baku Mutu Air Limbah Kegiatan Penambangan atau Pengolahan Bijih Emas dan/atau Tembaga PARAMETER Satuan Penambangan Pengolahan TSS mg/l ,00 Cu* mg/l 2 2,00 Cd* mg/l 0,1 0,10 Zn* mg/l 5 5,00 Pb * mg/l 1 1,00 As* mg/l 0,5 0,50 Ni* mg/l 0,5 0,50 Cr* mg/l 1 1,00 CN** mg/l --- 0,50 Hg* mg/l 0,005 0,005 ph 6,0 9,0 19

20 Keterangan : 1). Kegiatan penambangan bijih emas dan atau tembaga adalah pengambilan bijih emas dan atau tembaga yang meliputi penggalian, pengangkutan dan penimbunan baik pada tambang terbuka maupun tambang bawah tanah; 2). Kegiatan pengolahan bijih emas dan atau tembaga adalah proses penghancuran, penggilingan, pengapungan, pelindian, pemekatan dan atau pemurnian dengan metoda fisika dan atau kimia; * Sebagai konsentrasi ion logam terlarut ** CN sebagai cyanid bebas, khusus untuk kegiatan pengolahan bijih emas yang memakai proses cyanidasi. 31. Baku Mutu Air Limbah Kegiatan Penambangan Bijih Besi Parameter Satuan imum Penambangan Pengolahan TSS mg/l Fe mg/l 5 5 Mn mg/l 1 1 Cu mg/l 1 1 Ni mg/l 0,5 0,5 Pb mg/l 0,1 0,1 Cr 6+ mg/l 0,1 0,1 ph 6,0 9,0 1) Kegiatan penambangan bijih besi adalah pengambilan bijih besi dalam bentuk masif atau bongkahan yang meliputi pembersihan dan pemindahan tanah penutup, penggalian, pengangkutan dan penimbunan material di stockpile baik pada tambang terbuka maupun tambang bawah tanah. 2) Kegiatan pengolahan bijih besi adalah proses meningkatkan kadar besi dari bijih besi ke konsentrat meliputi penghancuran penggilingan dan/atau pemurnian dengan metoda fisika dan/atau kimia. 32. Baku Mutu Air Limbah Kegiatan Penambangan Bijih Bauksit Parameter Satuan imum Penambangan Pencucian TSS mg/l Fe mg/l 5 5 Mn mg/l 2 2 Cu mg/l Ni mg/l --- 0,5 Pb mg/l --- 0,1 ph 6,0 9,0 1) Kegiatan penambangan bijih bauksit adalah pengambilan bijih bauksit yang meliputi pengupasan tanah penutup, penggalian dan pengangkutan. 2) Kegiatan pencucian bijih bauksit adalah proses untuk meningkatkan konsentrasi bijih bauksit meliputi pencucian dan pemisahan bijih bauksit dari unsur lain yang tidak diinginkan dan pengotor lainnya. 33. Baku Mutu Air Limbah Kegiatan Penambangan Nikel. Parameter Satuan imum Penambangan Pengolahan TSS mg/l Cu mg/l 2 5 Cd mg/l 0,05 0,05 Zn mg/l 5 5 Pb mg/l 0,1 0,1 Ni mg/l 0,5 0,5 Cr 6+ mg/l 0,1 0,1 Cr total mg/l 0,05 0,5 Fe mg/l 5 5 Co mg/l 0,4 0,4 ph 6,0 9,0 1) Kegiatan penambangan bijih nikel adalah pengambilan bijih nikel yang meliputi penggalian, pengangkutan dan penimbunan baik pada tambang terbuka, maupun tambang bawah tanah. 2) Kegiatan pengolahan bijih nikel adalah proses penghancuran, penggilingan, pengapungan, pelindian, pemekatan pengeringan, peleburan dan/atau pemurnian dengan metode fisika dan atau kimia. 20

21 21

22 22

23 LAMPIRAN III : PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR : 7 TAHUN 2010 TANGGAL : 17 MARET 2010 PENJELASAN TENTANG PERHITUNGAN DEBIT AIR LIMBAH MAKSIMUM DAN BEBAN PENCEMARAN MAKSIMUM UNTUK MENENTUKAN MUTU AIR LIMBAH 1. Debit Limbah Cair imum Penetapan baku mutu air limbah pada pembuangan air limbah melalui penetapan debit air limbah maksimum, sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Peraturan ini, untuk masing-masing jenis usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan, didasarkan pada tingkat produksi bulanan yang sebenarnya. Untuk itu digunakan perhitungan: Keterangan : DM = Dm x Pb DM = Debit air limbah maksimum yang dibolehkan bagi setiap jenis industri yang bersangkutan, dinyatakan dalam m 3 /bulan Dm = Debit air limbah maksimum sebagaimana tercantum dalam ketentuan Lampiran I Peraturan ini yang sesuai dengan jenis usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan, dinyatakan dalam m 3 air limbah per satuan produk atau per satuan bahan baku. Pb = Produksi sebenarnya dalam sebulan, dinyatakan dalam satuan produk yang sesuai dengan yang tercantum dalam Lampiran I Peraturan ini untuk jenis usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan. Debit baku air limbah yang sebenarnya dihitung dengan cara sebagai berikut : DA = Dp x H Keterangan : DA = debit air limbah yang sebenarnya, dinyatakan dalam m 3 /bulan Dp = hasil pengukuran debit air limbah, dinyatakan dalam m 3 /hari H = jumlah hari kerja pada bulan yang bersangkutan Dengan demikian penilaian debit adalah : 2. Pencemaran DA tidak boleh lebih besar dari DM Penerapan baku mutu air limbah pada pembuangan air limbah melalui penetapan beban pencemaran maksimum sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Peraturan ini untuk masing-masing jenis usaha dan/atau kegiatan didasarkan pada jumlah unsur pencemar yang terkandung dalam aliran air Untuk itu digunakan perhitungan sebagai berikut : a. BPM = (CM) j x Dm x f Keterangan : BPM (CM) j Dm = Pencemaran imum per satuan produk, dinyatakan dalam kg parameter per satuan produk. = kadar maksimum unsur pencemar j, dinyatakan dalam mg/l. = debit air limbah maksimum sebagaimana tercantum dalam ketentuan Lampiran I Peraturan ini yang sesuai dengan jenis usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan, dinyatakan dalam m 3 air limbah per satuan produk. 23

24 24

Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Usaha dan/atau kegiatan pembangkit listrik tenaga termal adalah usaha dan/atau kegiatan

Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Usaha dan/atau kegiatan pembangkit listrik tenaga termal adalah usaha dan/atau kegiatan SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 08 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA TERMAL MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, SALINAN Menimbang : PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, a. bahwa dalam rangka pelestarian fungsi

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN: Menetapkan :PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENGOLAHAN KELAPA.

MEMUTUSKAN: Menetapkan :PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENGOLAHAN KELAPA. SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENGOLAHAN KELAPA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. b. c. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN BIJIH BESI

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN BIJIH BESI SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN BIJIH BESI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 09 TAHUN 2006 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN BIJIH NIKEL

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 09 TAHUN 2006 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN BIJIH NIKEL SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 09 TAHUN 2006 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN BIJIH NIKEL MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelestarian fungsi

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG 1 PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 04 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN INDUSTRI MINYAK GORENG

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 04 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN INDUSTRI MINYAK GORENG SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 04 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN INDUSTRI MINYAK GORENG MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 02 TAHUN 2006 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KEGIATAN RUMAH PEMOTONGAN HEWAN

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 02 TAHUN 2006 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KEGIATAN RUMAH PEMOTONGAN HEWAN SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 02 TAHUN 2006 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KEGIATAN RUMAH PEMOTONGAN HEWAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2014 TENTANG

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2014 TENTANG - 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2013 TENTANG BAGI INDUSTRI DAN/ATAU KEGIATAN USAHA LAINNYA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 05 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI INDUSTRI GULA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 05 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI INDUSTRI GULA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 05 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI INDUSTRI GULA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelestarian fungsi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN: Menetapkan :PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENGOLAHAN RUMPUT LAUT.

MEMUTUSKAN: Menetapkan :PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENGOLAHAN RUMPUT LAUT. SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENGOLAHAN RUMPUT LAUT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. b.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENGOLAHAN KEDELAI

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENGOLAHAN KEDELAI SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENGOLAHAN KEDELAI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, S A L I N A N KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 202 TAHUN 2004 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN BIJIH EMAS DAN ATAU TEMBAGA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Baku Mutu Air Limbah. Migas. Panas Bumi.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Baku Mutu Air Limbah. Migas. Panas Bumi. No.582, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Baku Mutu Air Limbah. Migas. Panas Bumi. PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN INDUSTRI OLEOKIMIA DASAR

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN INDUSTRI OLEOKIMIA DASAR SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN INDUSTRI OLEOKIMIA DASAR MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 06 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI INDUSTRI ROKOK DAN/ATAU CERUTU

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 06 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI INDUSTRI ROKOK DAN/ATAU CERUTU SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 06 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI INDUSTRI ROKOK DAN/ATAU CERUTU MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENGOLAHAN KEDELAI

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENGOLAHAN KEDELAI SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENGOLAHAN KEDELAI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 51/MENLH/10/1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN INDUSTRI

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 51/MENLH/10/1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN INDUSTRI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 51/MENLH/10/1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa untuk melestarikan lingkungan

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, S A L I N A N PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 04 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN MINYAK DAN GAS SERTA PANAS BUMI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN MINYAK DAN GAS SERTA PANAS BUMI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PETERNAKAN SAPI DAN BABI

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PETERNAKAN SAPI DAN BABI SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PETERNAKAN SAPI DAN BABI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN BIJIH BAUKSIT

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN BIJIH BAUKSIT SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN BIJIH BAUKSIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PETERNAKAN SAPI DAN BABI

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PETERNAKAN SAPI DAN BABI SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PETERNAKAN SAPI DAN BABI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 04 TAHUN 2006 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN BIJIH TIMAH

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 04 TAHUN 2006 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN BIJIH TIMAH SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 04 TAHUN 2006 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN BIJIH TIMAH MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 09 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN INDUSTRI RAYON

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 09 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN INDUSTRI RAYON PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 09 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN INDUSTRI RAYON MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 06 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 06 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 06 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a.

Lebih terperinci

4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara

4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 09 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENGOLAHAN OBAT TRADISIONAL/JAMU MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 05 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENGOLAHAN BUAH BUAHAN DAN/ATAU SAYURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN INDUSTRI PURIFIED TEREPHTHALIC ACID DAN POLY ETHYLENE TEREPHTHALATE MENTERI

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 05 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENGOLAHAN BUAH BUAHAN DAN/ATAU SAYURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 08 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN INDUSTRI PETROKIMIA HULU

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 08 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN INDUSTRI PETROKIMIA HULU SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 08 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN INDUSTRI PETROKIMIA HULU MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 06 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI INDUSTRI ROKOK DAN/ATAU CERUTU

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 06 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI INDUSTRI ROKOK DAN/ATAU CERUTU SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 06 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI INDUSTRI ROKOK DAN/ATAU CERUTU MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

L A M P I R A N DAFTAR BAKU MUTU AIR LIMBAH

L A M P I R A N DAFTAR BAKU MUTU AIR LIMBAH L A M P I R A N DAFTAR BAKU MUTU AIR LIMBAH 323 BAKU MUTU AIR LIMBAH INDUSTRI KECAP PARAMETER BEBAN PENCEMARAN Dengan Cuci Botol (kg/ton) Tanpa Cuci Botol 1. BOD 5 100 1,0 0,8 2. COD 175 1,75 1,4 3. TSS

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP-42/MENLH/10/1996 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN MINYAK DAN GAS SERTA PANAS BUMI

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP-42/MENLH/10/1996 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN MINYAK DAN GAS SERTA PANAS BUMI , Menimbang : a. bahwa untuk melestarikan fungsi dan tatanan lingkungan hidup agar tetap bermanfaat bagi hidup dan kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya perlu dilakukan pengendalian terhadap pembuangan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG S A L I N A N PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN INDUSTRI VINYL CHLORIDE MONOMER DAN POLY VINYL CHLORIDE MENTERI NEGARA

Lebih terperinci

BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI PELAPISAN LOGAM

BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI PELAPISAN LOGAM L A M P I R A N 268 BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI PELAPISAN LOGAM PARAMETER KADAR MAKSIMUM BEBAN PENCEMARAN MAKSIMUM (gram/ton) TSS 20 0,40 Sianida Total (CN) tersisa 0,2 0,004 Krom Total (Cr) 0,5

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 42/MENLH/10/1996 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN MINYAK DAN GAS SERTA PANAS BUMI

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 42/MENLH/10/1996 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN MINYAK DAN GAS SERTA PANAS BUMI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN MINYAK DAN GAS SERTA PANAS BUMI LINGKUNGAN HIDUP Kementerian Lingkungan Hidup 2002 99 KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN

Lebih terperinci

4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara

4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 09 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENGOLAHAN OBAT TRADISIONAL/JAMU MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 TABEL PENGAMATAN SWA PANTAU IPAL (diisi oleh operator IPAL) Hari dan tanggal. COD (mg/l)

LAMPIRAN 1 TABEL PENGAMATAN SWA PANTAU IPAL (diisi oleh operator IPAL) Hari dan tanggal. COD (mg/l) LAMPIRAN 1 TABEL PENGAMATAN SWA PANTAU IPAL (diisi oleh operator IPAL) Hari dan tanggal Meteran air (m3) ph in/out COD (mg/l) TSS (mg/l) Keterangan Contoh : Warna air di outlet kecoklatan Busa di kolam

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa Industri Minyak Sawit berpotensi menghasilkan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 45 TAHUN 2002 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 45 TAHUN 2002 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 45 TAHUN 2002 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI INDUSTRI ATAU KEGIATAN USAHA LAINNYA Dl JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa air

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang : a. bahwa air merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelestarian

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa Industri Minyak Sawit berpotensi menghasilkan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelestarian

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 06 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 06 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 06 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a.

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP-51/MENLH/10/1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN INDUSTRI

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP-51/MENLH/10/1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN INDUSTRI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP-51/MENLH/10/1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa untuk melestarikan lingkungan

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

- 1 - PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR - 1 - PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2001 KEPUTUSAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR: 26 TAHUN 2001 TENTANG

LEMBARAN DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2001 KEPUTUSAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR: 26 TAHUN 2001 TENTANG LEMBARAN DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2001 No. Urut: 37 Seri: D KEPUTUSAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR: 26 TAHUN 2001 TENTANG PENETAPAN BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN HOTEL DI PROPINSI SUMATERA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP-51/MENLH/10/1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN INDUSTRI

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP-51/MENLH/10/1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN INDUSTRI Lampiran KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP-51/MENLH/10/1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP Menimbang : a. bahwa untuk melestarikan

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG BAKU MUTU LINGKUNGAN HIDUP DAN KRITERIA BAKU KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG BAKU MUTU LINGKUNGAN HIDUP DAN KRITERIA BAKU KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG BAKU MUTU LINGKUNGAN HIDUP DAN KRITERIA BAKU KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a.

Lebih terperinci

G U B E R N U R JAMB I

G U B E R N U R JAMB I -1- G U B E R N U R JAMB I PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU LINGKUNGAN DAERAH PROVINSI JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. FOTO PERESMIAN IPAL PRODUKSI

LAMPIRAN 1. FOTO PERESMIAN IPAL PRODUKSI LAMPIRAN 1. FOTO PERESMIAN IPAL PRODUKSI Upacara peresmian IPAL Penjelasan teknis mengenai kualitas hasil olahan IPAL/ Kinerja IPAL. Pelepasan ikan sebagai biokontrol kinerja IPAL Ikan tetap hesat hidup

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 51/MENLH/10/1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN INDUSTRI

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 51/MENLH/10/1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN INDUSTRI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 51/MENLH/10/1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa untuk melestarikan lingkungan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.59/Menlhk/Setjen/Kum.1/7/2016 TENTANG BAKU MUTU LINDI BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN TEMPAT PEMROSESAN AKHIR SAMPAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

2016, No Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan K

2016, No Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan K No.1323, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Air Limbah Domestik. Baku Mutu. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.68/MENLHK-SETJEN/2016 TENTANG

Lebih terperinci

2016, No Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); 2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah (

2016, No Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); 2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah ( No.1050, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Tempat Pemrosesan Akhir Sampah. Baku Mutu. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.59/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2016

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.59/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2016 TAHUN 2016 TENTANG BAKU MUTU LINDI BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN TEMPAT PEMROSESAN AKHIR SAMPAH

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 69 TAHUN 2013 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KEGIATAN DAN/ATAU USAHA

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 69 TAHUN 2013 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KEGIATAN DAN/ATAU USAHA www.hukumonline.com PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 69 TAHUN 2013 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KEGIATAN DAN/ATAU USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG 1 PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH MOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH MOR 10 TAHUN 2004 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH DENGAN

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN INDUSTRI, PELAYANAN KESEHATAN, DAN JASA PARIWISATA DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN -1- PERATURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 20 ayat (5) huruf b, Undang-Undang nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 113 TAHUN 2003 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN BATU BARA

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 113 TAHUN 2003 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN BATU BARA S A L I N A N KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 113 TAHUN 2003 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN BATU BARA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN INDUSTRI PURIFIED TEREPHTHALIC ACID DAN POLY ETHYLENE TEREPHTHALATE MENTERI

Lebih terperinci

Database of Indonesian Laws Web Site

Database of Indonesian Laws Web Site Page 1 of 9 Save as: Adobe PDF Instansi: Menteri Negara Lingkungan Hidup Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 1995 BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN INDUSTR Source file: Kepmenlh

Lebih terperinci

LEMBAR OBSERVASI UNTUK PIMPINAN ATAU PEGAWAI DI BIDANG LINGKUNGAN ANALISIS PENGOLAHAN LIMBAH PADA PLTU LABUHAN ANGIN DI KABUPATEN TAPANULI TENGAH

LEMBAR OBSERVASI UNTUK PIMPINAN ATAU PEGAWAI DI BIDANG LINGKUNGAN ANALISIS PENGOLAHAN LIMBAH PADA PLTU LABUHAN ANGIN DI KABUPATEN TAPANULI TENGAH Lampiran 1. Lembar Observasi LEMBAR OBSERVASI UNTUK PIMPINAN ATAU PEGAWAI DI BIDANG LINGKUNGAN ANALISIS PENGOLAHAN LIMBAH PADA PLTU LABUHAN ANGIN DI KABUPATEN TAPANULI TENGAH I. Identitas Perusahaan Nama

Lebih terperinci

BAKU MUTU AIR LIMBAH UNTUK KEGIATAN INDUSTRI BEBAN PENCEMARAN. KADAR MAKSIMUM (mg/l)

BAKU MUTU AIR LIMBAH UNTUK KEGIATAN INDUSTRI BEBAN PENCEMARAN. KADAR MAKSIMUM (mg/l) LAMPIRAN I PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH MOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH MOR 10 TAHUN 2004 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAKU MUTU AIR LIMBAH UNTUK

Lebih terperinci

PERATURAN :MENTER! NEGARA LINGKUNGAN HID UP NOMOR: o4 TAHUN 2006 TENTANG BAKUMUTU AIRLIMBAH BAGIUSAHADAN ATAUKEGIATAN PERTAMBANGAN BIJill TIMAH

PERATURAN :MENTER! NEGARA LINGKUNGAN HID UP NOMOR: o4 TAHUN 2006 TENTANG BAKUMUTU AIRLIMBAH BAGIUSAHADAN ATAUKEGIATAN PERTAMBANGAN BIJill TIMAH SA LINAN PERATURAN :MENTER! NEGARA LINGKUNGAN HID UP NOMOR: o4 TAHUN 2006 TENTANG BAKUMUTU AIRLIMBAH BAGIUSAHADAN ATAUKEGIATAN PERTAMBANGAN BIJill TIMAH MENTER! NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH NO. 82/2001 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH NO. 82/2001 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH NO. 82/2001 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa air merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki

Lebih terperinci

KEPUTUSAN GUBERNUR KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 157A/KPTS/1998

KEPUTUSAN GUBERNUR KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 157A/KPTS/1998 KEPUTUSAN GUBERNUR KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 157A/KPTS/1998 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN HOTEL DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

GUNAKAN KOP SURAT PERUSAHAAN FORMULIR PERMOHONAN IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH KE SUMBER AIR

GUNAKAN KOP SURAT PERUSAHAAN FORMULIR PERMOHONAN IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH KE SUMBER AIR GUNAKAN KOP SURAT PERUSAHAAN FORMULIR PERMOHONAN IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH KE SUMBER AIR I. DATA PEMOHON Data Pemohon Baru Perpanjangan Pembaharuan/ Perubahan Nama Perusahaan Jenis Usaha / Kegiatan Alamat........

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DALAM PERMEN LH NOMOR 5 TAHUN 2014

KEBIJAKAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DALAM PERMEN LH NOMOR 5 TAHUN 2014 KEBIJAKAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DALAM PERMEN LH NOMOR 5 TAHUN 2014 Oleh : IIM IBRAHIM DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa air merupakan salah satu sumber

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, SALINAN NOMOR 3/2017 PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan lebih lanjut

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN INDUSTRI, PELAYANAN KESEHATAN, DAN JASA PARIWISATA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2001 KEPUTUSAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR: 6 TAHUN 2001 TENTANG

LEMBARAN DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2001 KEPUTUSAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR: 6 TAHUN 2001 TENTANG LEMBARAN DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2001 KEPUTUSAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR: 6 TAHUN 2001 TENTANG PENETAPAN BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN RUMAH SAKIT DI PROPINSI SUMATERA BARAT GUBERNUR

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP-52/MENLH/10/1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN HOTEL

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP-52/MENLH/10/1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN HOTEL LAMPIRAN 3 KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP-52/MENLH/10/1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN HOTEL 488 KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK

Lebih terperinci

2 Indonesia Tahun 2001 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4161); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagi

2 Indonesia Tahun 2001 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4161); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagi BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1815,2014 KEMEN LH. Baku Mutu Air Limbah. Pencabutan PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH DAN PEMANFAATAN AIR LIMBAH

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH DAN PEMANFAATAN AIR LIMBAH BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH DAN PEMANFAATAN AIR LIMBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JOMBANG,

Lebih terperinci

MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P.68/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH DOMESTIK

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR. Presiden Republik Indonesia,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR. Presiden Republik Indonesia, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR Presiden Republik Indonesia, Menimbang : a. bahwa air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU UDARA AMBIEN DAN EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK DI JAWA TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU UDARA AMBIEN DAN EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK DI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU UDARA AMBIEN DAN EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK DI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa baku mutu udara

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 52 TAHUN 2011 TENTANG IJIN PEMBUANGAN DAN/ATAU PEMANFAATAN AIR LIMBAH DI KABUPATEN CILACAP

PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 52 TAHUN 2011 TENTANG IJIN PEMBUANGAN DAN/ATAU PEMANFAATAN AIR LIMBAH DI KABUPATEN CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 52 TAHUN 2011 TENTANG IJIN PEMBUANGAN DAN/ATAU PEMANFAATAN AIR LIMBAH DI KABUPATEN CILACAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang : a. bahwa sebagai

Lebih terperinci

KEPUTUSAN GUBERNUR KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 65 TAHUN 1999

KEPUTUSAN GUBERNUR KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 65 TAHUN 1999 KEPUTUSAN GUBERNUR KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 65 TAHUN 1999 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN PELAYANAN KESEHATAN DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA GUBERNUR KEPALA DAERAH

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 169 TAHUN 2003

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 169 TAHUN 2003 KEPUTUSAN PROPINSI NOMOR : 169 TAHUN 2003 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK DI PROPINSI Menimbang Mengingat : a. Bahwa Baku Mutu Lingkungan Daerah untuk wilayah propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG IZIN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR

BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG IZIN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG IZIN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARO, Menimbang : bahwa untuk pelaksanaan ketentuan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 52/MENLH/10/1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN HOTEL LINGKUNGAN HIDUP

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 52/MENLH/10/1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN HOTEL LINGKUNGAN HIDUP KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 52/MENLH/10/1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN HOTEL LINGKUNGAN HIDUP Kementerian Lingkungan Hidup 2002 1 KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN

Lebih terperinci

WALIKOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

WALIKOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, WALIKOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a. bahwa air merupakan sumber daya alam

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1815,2014 KEMEN LH. Baku Mutu Air Limbah. Pencabutan PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008 SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK TERMAL MENTERI NEGARA LINGKUNGAN

Lebih terperinci

TARIF LAYANAN JASA TEKNIS BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN, IKLIM DAN MUTU INDUSTRI BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI SAMARINDA

TARIF LAYANAN JASA TEKNIS BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN, IKLIM DAN MUTU INDUSTRI BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI SAMARINDA TARIF LAYANAN JASA TEKNIS BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI SAMARINDA BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN, IKLIM DAN MUTU INDUSTRI BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI SAMARINDA Jl. M.T. Haryono / Banggeris

Lebih terperinci

BAKU MUTU LINGKUNGAN. Untuk mengatakan atau menilai bahwa lingkungan telah rusak atau tercemar dipakai mutu baku lingkungan.

BAKU MUTU LINGKUNGAN. Untuk mengatakan atau menilai bahwa lingkungan telah rusak atau tercemar dipakai mutu baku lingkungan. 1 A. PENGERTIAN BAKU MUTU LINGKUNGAN 1. Fungsi Baku Mutu Lingkungan Untuk mengatakan atau menilai bahwa lingkungan telah rusak atau tercemar dipakai mutu baku lingkungan. Kemampuan lingkungan sering diistilahkan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NO 7 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN INDUSTRI, PELAYANAN KESEHATAN, DAN JASA PARIWISATA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES

II. DESKRIPSI PROSES II. DESKRIPSI PROSES A. Jenis-Jenis Proses Proses pembuatan pulp adalah pemisahan lignin untuk memperoleh serat (selulosa) dari bahan berserat. Oleh karena itu selulosa harus bersih dari lignin supaya

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008 SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK TERMAL MENTERI NEGARA LINGKUNGAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 128 TAHUN : 2011 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 128 TAHUN : 2011 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 128 TAHUN : 2011 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGENDALIAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIMAHI,

Lebih terperinci