TANGGAPAN ATAS LAPORAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu fasilitas yang bersifat umum dan. mempertahankan daerah yang dikuasai Belanda.

BAB I PENDAHULUAN. Orang-orang Tionghoa menjadi kelompok imigran terbanyak. yang berada di Borneo Barat bahkan di Nusantara.

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB I PENDAHULUAN. Mega Destatriyana, 2015 Batavia baru di Weltevreden Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB V KESIMPULAN. Di dalam aktivitas pelayaran dan perniagaan internasional Nusantara

BAB I PENDAHULUAN. yang berkembang pada abad ke-19 untuk menamakan wilayah di sekitar pantai timur Pulau

Warisan Rezim Prancis di Jawa: Kajian Strategi Militer dan Politik Birokrasi dalam Historiografi Indonesia

KAJIAN POLA STRUKTUR RUANG KOTA LASEM DITINJAU DARI SEJARAHNYA SEBAGAI KOTA PANTAI TUGAS AKHIR. Oleh: M Anwar Hidayat L2D

I. PENDAHULUAN. Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah

POTRET SEKOLAH PRIBUMI DI BREBES TAHUN 1859 Oleh: Kris Hapsari

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Secara harfiah arti kata Boom sama dengan Haven dalam bahasa Belanda atau

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Dokter-Djawa diadakan di Dokter-Djawa School yang berdiri

BAB I PENDAHULUAN. berada di pusat pemerintahan Afdeling Asahan. Letaknya sangat diuntungkan karena

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PERJUANGAN MELAWAN PENJAJAHAN

KULI DAN ANEMER ; Keterlibatan Orang Cina Dalam Pembangunan Jalan Kereta Api Di Priangan ( ) *) Oleh : Dr. Agus Mulyana, M.

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara, yang ibukotanya Gunungsitoli. Bersama pulau-pulau lain yang

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebijaksanaan mengenai Pribumi (Inlandsch Politiek) sangat. besar artinya dalam menjamin kelestarian kekuasaan tersebut.

AVATARA, e-journal Pendidikan Sejarah Volume 4, No. 3, Oktober 2016 PERGESERAN PELABUHAN GRESIK DARI BANDAR DAGANG KE PELABUHAN LOKAL TAHUN

1. PENDAHULUAN. lain, seperti misalnya pengaruh kebudayaan Tionghoaterhadap kebudayaan Indonesia.Etnis

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran

MASA KOLONIAL EROPA DI INDONESIA

STRATEGI PENDIDIKAN BELANDA PADA MASA KOLONIAL DI INDONESIA

MENDEKONSTRUKSI MITOS PEMBANGUNAN JALAN RAYA CADAS PANGERAN 1808: KOMPARASI SEJARAH DAN TRADISI LISAN 1 Oleh Djoko Marihandono 2

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA. Sejarah dan Profil Kabupaten Labuhan Batu Utara

B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian E. Kajian Pustaka F. Historiografi yang Relevan...

PERKEMBANGAN SISTEM KEPEMILIKAN TANAH PADA PERKEBUNAN TEBU DI SINDANGLAUT, CIREBON ( )

BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19.

P E N D A H U L U A N

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Perdagangan Di Pelabuhan Samarinda Pada Abad Ke-19

DEPOK DAN JALUR KERETA API BUITENZORG-BATAVIA ( ) Tri Wahyuning M. Irsyam 1

SEJARAH PERKEMBANGAN KAWASAN LAMONGAN ( )

BAB IV FAKTOR KEBERHASILAN SOSIAL EKONOMI H. OEMAR

BAB I PENDAHULUAN. berdaulat. Merdeka yang dimaksud adalah terbebas dari kekuasaan Kerajaan

Survei: Sebuah Perjalanan Mengenal Nusantara

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

PENGARUH BUDAYA DALAM PEMBENTUKAN RUANG KOTA SALA SEJAK PERPINDAHAN KRATON SAMPAI DENGAN PELETAKAN MOTIF DASAR KOLONIAL

AKTIVITAS PERDAGANGAN DI KERESIDENAN JEPARA

MASA PEMERINTAHAN HERMAN WILLIAN DAENDELS DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Cina di Bagansiapiapi menyelenggarakan upacara ritual keagamaan

Benteng Fort Rotterdam

I. PENDAHULUAN. Islam datang selalu mendapat sambutan yang baik. Begitu juga dengan. kedatangan Islam di Indonesia khususnya di Samudera Pasai.

Pembukaan. Semoga berkenan, terima kasih.

BAB I PENDAHULUAN. (90%) hidup diperairan laut dan sisanya 300 spesies (10%) hidup di perairan air

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kota Tanjung Balai adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PROSES PERKEMBANGAN KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. Wonogiri (Jawa Tengah) : Kabupaten Trenggalek (Jawa Timur)

DAFTAR lsi KATA PENGANTAR PENDAHULUAN DAFTARISI BAB 1 SEKILAS TENTANG ARSITEKTUR CINA PADA AKHIR ABAD KE-19 DI PASURUAN

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN Pelabuhan Perikanan. Pengertian pelabuhan perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I STRATEGI MARITIM PADA PERANG LAUT NUSANTARA DAN POROS MARITIM DUNIA

Revolusi Fisik atau periode Perang mempertahankan Kemerdekaan. Periode perang

BAB VI KESIMPULAN. Kristen sejauh ini hanya berdasarkan wacana teologi atau lebih dari itu terfokus

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping

KISI-KISI SOAL PENILAIAN AKHIR SEMESTER 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara administratif, daerah penelitian termasuk dalam wilayah Jawa Barat. Secara

PERKEMBANGAN PENDIDIKAN MODERN DI SUMENEP Oleh: Irfah Lihifdzi Ayatillah. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LAPORAN TUGAS AKHIR

III. KEADAAN UMUM LOKASI

2. Title Bagian ini akan ditampilkan setelah bulatan menjadi besar kembali dan peta berubah menjadi judul film Djakarta Tempo Doeloe.

BAB II DATA DAN ANALISA

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

SPMB 2007 IPS Terpadu

BAB I PENDAHULUAN ,05 Juta ,23 Juta ,75 Juta ,31 Juta ,23 Juta

BAB 8 PENUTUP. Bondowoso dan Jember, Jawa Timur merupakan bentuk perwujudan manusia dalam

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dahulu, bangsa Indonesia kaya akan hasil bumi antara lain rempah-rempah

Seminar Pertumbuhan Dan Perkembangan Kesultanan Di Nusantara Abad XVII Masehi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. yang putih dan terasa manis. Dalam bahasa Inggris, tebu disebut sugar cane. Tebu

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Nama Pekanbaru dahulunya dikenal dengan nama Senapelan yang

Melacak Perburuan Mutiara dari Timur

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dominan adalah Suku Dayak bukit sebagai penduduk asli kesamaan itu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi saat ini, bidang pariwisata pantai merupakan salah satu kegiatan atau hal yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. tanahdengan permeabilitas rendah, muka air tanah dangkal berkisar antara 1

BAB I PENDAHULUAN. dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh

BAB I PENDAHULUAN. Deli. Bandar merupakan sebutan dari masyarakat suku Melayu Deli yang

Sunda, Priangan dan Jawa Barat : Analisis berdasarkan pola gerak sejarah

BAB IV GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN ha, terletak pada kordinat 101'21 BT. Batas Kabupaten Rokanbb

BAB I PENDAHULUAN. menjadi satu kesatuan yang utuh dan sekaligus unik.

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu, Kota Sibolga juga memiliki kapalkapal

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. oleh Belanda.Wilayah LabuhanBatu sangat menarik bagi Belanda karna kawasan ini letaknya

BAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks,

BAB I PENDAHULUAN. dituturkan di sejumlah wilayah di Indonesia, dan ada pula bahasa-bahasa etnik

BAB I PENDAHULUAN. ombak besar, dan badai secara langsung di lautan 1, tetapi juga penghubung antara

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 08 TAHUN 2005 TENTANG PENETAPAN HARI JADI PEKANBARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKANBARU,

Batam Dalam Data

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ISBN

Transkripsi:

TANGGAPAN ATAS LAPORAN PENELITIAN TRANSFORMASI SOSIAL DI PERKOTAAN PANTAI UTARA JAWA: Studi Perbandingan Cirebon dan Gresik DJOKO MARIHANDONO DAN HARTO JUWONO FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA UNIVERSITAS INDONESIA, JANUARI 2010

Perkembangan Kota Cirebon 1. Dimensi Ruang Batas kota Cirebon perlu diperjelas perkembangannya, mengingat bahwa kota Cirebon mengalami evolusi perkembangan kota yang sangat unik bila dibandingkan dengan perkembangan kota lain: Distrik; Keresidenan; Kabupaten; Kota; Kota praja; Kota madya.

2. Dimensi Waktu Mengingat bahwa yang dibahas adalah transformasi kota, maka batasan waktu menjadi sangat penting agar tidak terjadi anakronisme pembahasannya. Perkembangan Cirebon pada masa VOC seyogyanya dibahas terlebih dahulu, kemudian perkembangan kerajaan Cirebon mengalami perkembangan yang cepat, khususnya setelah terjadinya pemberontakan Bagus Rangin (awal abad XIX, setelah pembubaran VOC) Kerajaan di Cirebon berubah tatkala Sultan Anom didudukkan kembali sebagai raja untuk meredam Pemberontakan Bagus Rangin, sehingga di Cirebon terdapat tiga kerajaan.

3. Dimensi tema -Perlu penentuan secara tegas tentang tema penelitian ini agar tidak timbul kesan bahwa penelitian ini hanyalah penelitian yang deskriptif sifatnya. -Perlu ditentukan secara tegas antara sejarah sosial, sejarah sosial ekonomi, dan sejarah ekonomi. -Dalam tulisan ini tidak begitu tampak perbedaanya, padahal dengan judul Transformasi sosial diperlukan koridor yang jelas sesuai tema penelitian ini, yaitu Transformasi Sosial. -Koridor yang jelas ini sangat penting agar pembahasannya tidak terkesan deskriptif, cuplik sana cuplik sini;

4. Pemilihan Judul mengapa Cirebon dibandingkan dengan Gresik. Cirebon sebagai kota, pelabuhan, dan sekaligus kota kerajaan, sementara Gresik adalah kota dagang. Perlu ditegaskan kembali secara metodologis tentang perbandingan kedua kota itu.

5. Metode Sumber data: Perlu perbandingan yang seimbang antara sumber primer dan sumber sekunder; Jenis-jenis sumber data: Perlu menggunakan sumber lokal khususnya babad-babad untuk mengetahui mentalité masyarakat di kedua kota itu; dan sumber kolonial untuk menentukan batas wilayah, dan munculnya Cirebon sebagai kota, sebagai pelabuhan, sekaligus kota kerajaan; Beberapa p sumber yang dapat digunakan antara lain: Veth, Blecker, Tiga Instruksi Daendels: Peraturan 18 Juni 1808: peraturan sementara tentang dinas pos; Peraturan 18 Juni 1808: peraturan sementara tentang dinas pos; Peraturan 12 Desember 1809: peraturan tentang dinas pos, inspeksi jalan dan penginapan di pulau Jawa

5. Metode (lanjutan) Arsip Cheribon bundel nomor 39/8 Buddingh, B h SA. 1850. Rapport over de ontlusten te Cheribon in 1806: ingediend door Wijlen N. Engelhard, in lessen Gouverneur van Java s Oost-Kust, Indisch Archief; Tijdschrift voor de Indiën II. Karena dalam penelitian ini digunakan naskah-naskah Cina, maka perlu pembanding data kolonial, karena Cirebon pernah mengalami pemberontakan Cirebon yang dipimpin oleh satu keluarga: Bagus Sidong, Bagus Arisim, Bagus Suwasa dan Bagus Rangin. Sumber-sumber b tentang t Bagus Rangin cukup banyak baik yang berupa manuskrip maupun leksikografi (arsip yang sudah diterbitkan), yang menghabisi orang Cina di Cirebon dari awal abad XVIII sampai dengan pertengahan abad XIX.

6. Kritik Sumber Kritik Sumber: Sumber yang digunakan hampir semuanya sumber sekunder, sehingga tidak menemukan sesuatu yang baru; Peta belum ada, padahal peta memberikan penjelasan kepada pembaca tentang letak, posisi geografis, dan evolusi wilayah kota-kota yang diteliti; Koran-koran lama juga tidak digunakan sebagai sumber data, seperti Bataviaasche Courant. Interpretasi data perlu diperkuat mengingat g digunakannya data-data kuantitatif berupa angka-angka.

6. Rekonstruksi Rekonstruksi: Metodologi penulisannya perlu diperjelas apakah menggunakan metodologi struktural, strukturisme, naratif, atau deskriptif. Mengingat bahwa penelitian inii merupakan komparasi dari dua kota yang tipe, struktur maupun fungsinya berbeda, maka diperlukan penekanan yang menarik dari dua kota itu. Sehingga dapat ditemukan sesuatu yang baru.

GRESIK : BANDAR YANG TERLUPAKAN SUATU TANGGAPAN SINGKAT

Sumber : D.G. Stibbe, Encyclopaedie van Ned. Indië, eerste deel ( s Gravenhage, 1918, M. Nijhoff), halaman 818-819 Gresik berasal dari kata Garsik yang berarti tanah kering. Ini dikaitkan dengan kondisi geologi tempat tersebut yang terdiri atas perbukitan pasir. Seluruh tempatt itu terdiri i atas pasir yang terbentang t hingga ke pedalaman kota Surabaya (Tandes). Akibatnya produk geologi Gresik hanya terdiri atas batuan kapur dan kemudian sendawa yang ditawarkan sebagai bahan baku mesiu.

Sumber : A.J. van der Aa, Nederlands Oost Indie, vierde deel (Breda, 1857, Broese & Comp), halaman 365 Meskipun demikian, Gresik memiliki keunggulan alam lainnya, yaitu selat Madura memberi Gresik lokasi pelabuhan yang luas dan aman. Di samping itu perairan di sekitarnya cukup dalam mencapai 24 kaki sehingga selama abad XVI-XIX Gresik bisa menjadi pelabuhan laut terbesar di Jawa Timur bersama Tuban. Kapal-kapal dagang besar berlabuh di Gresik sepanjang tahun tanpa khawatir terhadap musim.

Sumber : B. Schrieke, Indonesian Sociological Studies, part one (Bandung, 1955, W. van Hoeve Ltd.), halaman 20 Karena potensi alamnya yang menjadikan Gresik sebagai kota bandar, Gresik berperan dalam pelayaran perdagangan selama beberapa abad. Ini didukung oleh lh produksi padi di pedalaman yang menghasilkan beras. Beras menjadi alat transasi barter dengan produk lain di kepulauan ini. Hal ini mengakibatkan Gresik menjadi sebuah bandar penimbunan (stapling points) bagi pelayaran Nusantara.

Sumber : P. Bleeker, Fragmenten eener reis over Java dalam Tijdchrift voor Nederlandsch Indië, jilid 1, tahun 1850, halaman 96-97 Status Gresik sebagai bandar perdagangan g utama menarik perhatian dan kedatangan orang-orang Cina. Sejak tahun 1400 para pedagang Cina tinggal di Gresik dan terlibat t aktif dalam transaksi di sana. Mereka bukan hanya meramaikan perdagangan pantai dan laut tetapi juga pelayaran sungai Solo dengan Gresik sebagai muara menuju pedalaman Jawa Timur dan Jawa Tengah.

Sumber : P.J. Veth, Java : Geographisch, Ethnologisch, Historisch, derde deel (Haarlem, 1912, de Erven F. Boh), halaman 838-839 Para pedagang g Cina ini kemudian menjadi pemukim tetap di kota Gresik. Mereka tinggal di kampung yang terletak di selatan kompleks pemukiman Eropa. Mereka tinggal dkt dekat aliran sungai karena berkaitan dengan aktivitas niaga. Peran mereka dalam pelayaran sungai dibuktikan dengan adanya 33 perahu sungai dibandingkan 4 kapal pantai. Mereka bukan hanya sebagai pedagang perantara tetapi juga penyedia modal bagi kalangan petani dan pedagang pribumi.

Besluit van Gouverneur Generaal 9 Oktober 1871 no. 9 Dengan semakin padatnya penduduk Cina di kota Gresik dan perlunya penataan ruang kota oleh pemerintah kolonial ketika pertumbuhan kota menjadi semakin kompleks setelah Tanam Paksa, pemerintah mengeluarkan keputusan untuk mengesahkan kompleks pemukiman Cina secara legal. Untuk pertama kalinya di Gresik dibentuk Chineesche wijk (kampung Cina) yang dipimpin oleh kepala kampung (hoofdwijk). Pejabat ini menjadi calon kuat menduduki jabatan sebagai Letnan Cina untuk tingkat Distrik dan kemudian Kapten Cina untuk tingkat Afdeeling Gresik. Kampung ini merupakan kompleks baru dari lokasi yang terbakar pada tanggal 1-2 November 1845