BAB III PENYETARAAN DENDA DALAM PERMA NO. 2 TAHUN 2012 DALAM TINDAK PIDANA PENCURIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II PANDANGAN HUKUM PIDANA TERHADAP PENERAPAN PIDANA DENDA PADA PELANGGARAN LALU LINTAS

KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENYESUAIAN BATASAN TINDAK PIDANA RINGAN DAN JUMLAH DENDA DALAM KUHP

EKSISTENSI PIDANA DENDA MENURUT SISTEM KUHP 1 Oleh : Aisah 2

I. PENDAHULUAN. masing-masing wilayah negara, contohnya di Indonesia. Indonesia memiliki Hukum

II. TINJAUAN PUSTAKA. wajib untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Pertanggungjawaban

PERBANDINGAN PENGATURAN SANKSI DENDA DALAM KUHP DAN PENGATURAN SANKSI DENDA DALAM RUU KUHP

BAB III PIDANA DAN PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Korupsi yang Dimuat

BAB III SANKSI TINDAK PIDANA PENCURIAN RINGAN DALAM PASAL 364 KUHP DAN PERMA NOMOR 2 TAHUN 2012

PERBANDINGAN PENGATURAN SANKSI DENDA DALAM KUHP DAN PENGATURAN SANKSI DENDA DALAM RUU KUHP

II. TINJAUAN PUSTAKA. tindak pidana atau melawan hukum, sebagaimana dirumuskan dalam Undang-

BAB II PIDANA TAMBAHAN DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI YANG BERUPA UANG PENGGANTI. A. Pidana Tambahan Dalam Tindak Pidana Korupsi Yang Berupa Uang

PERBANDINGAN PENGATURAN PIDANA DENDA DI DALAM KUHP DAN TINDAK PIDANA DI LUAR KUHP. Oleh : Diana Tri Iriani ABSTRAK

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sistem pertanggungjawaban pidana dalam hukum pidana positif saat ini

HAKIKAT DAN PROSEDUR PEMERIKSAAN TINDAK PIDANA RINGAN 1 Oleh: Alvian Solar 2

Unsur-Unsur Tindak Pidana Pada Kejahatan Terhadap Kesopanan

II. TINJAUAN PUSTAKA

Penerapan Tindak Pidana Ringan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kisaran Nomor 456/Pid.B/2013/PN.Kis)

Pasal 48 yang berbunyi :

BAB II PENGATURAN SANKSI PIDANA DALAM PERATURAN DAERAH

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Jalan, Bagian Jalan, & Pengelompokan Jalan

UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI [LN 1999/140, TLN 3874]

BAB I PENDAHULUAN. kurang atau tidak memperoleh kasih sayang, asuhan bimbingan dan

BAB II PIDANA PENJARA MENURUT KUHP DAN KONSEP KUHP BARU. pencabutan kemerdekaan khususnya pidana penjara. Pidana pencabutan

I. PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 Perubahan ke-4 Undang-Undang Dasar Hal ini. tindakan yang dilakukan oleh warga negara Indonesia.

BAB II. kejahatan adalah mencakup kegiatan mencegah sebelum. Perbuatannya yang anak-anak itu lakukan sering tidak disertai pertimbangan akan

Lex et Societatis, Vol. V/No. 2/Mar-Apr/2017

BAB III PENUTUP. Berdasarkan analisa kasus diatas dapat disimpulkan bahwa ada. keterkaitan antara jumlah kerugian negara dengan berat ringannya pidana

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA KORUPSI

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Pengertian Tindak Pidana Korupsi dan Subjek Hukum Tindak Pidana

BAB V PENUTUP. Berdasarkan analisis terhadap data yang berhasil dikumpulkan melalui

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peraturan perundangan undangan yang berlaku dan pelakunya dapat dikenai

BAB I PENDAHULUAN. Pidana yang berupa pembayaran sejumlah uang dinamakan pidana denda. Kedua

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Tindak Pidana Pencurian dengan Kekerasan dan Pemberatan Pengertian Tindak Pidana Pencurian

UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG [LN 2007/58, TLN 4720 ]

PIDANA DENDA DALAM PEMIDANAAN SERTA PROSPEK PERUMUSANNYA DALAM RANCANGAN KUHP 1 Oleh : Selfina Susim 2

FAIQ TOBRONI, SHI., MH

I. PENDAHULUAN. nyata. Seiring dengan itu pula bentuk-bentuk kejahatan juga senantiasa mengikuti perkembangan

SUATU TINJAUAN TENTANG PIDANA DENDA DALAM HUKUM PIDANA POSITIF INDONESIA DAN RANCANGAN KUHP. Oleh : Ferdricka Nggeboe

Lex Privatum Vol. V/No. 6/Ags/2017

BAB III HUKUMAN PENCURIAN DI KALANGAN KELUARGA DALAM. HUKUM PIDANA INDONESIA PASAL 367 ayat (2) KUHP

BAB III PENAMBAHAN 1/3 HUKUMAN MENURUT HUKUM POSITIF. sempit yang berkaitan dengan hukum pidana. 1. suatu pembalasan tersirat dalam kata pidana.

BAB II BATASAN PENGATURAN KEKERASAN FISIK TERHADAP ISTRI JIKA DIKAITKAN DENGAN TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN MENURUT KETENTUAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA

KESAKSIAN PALSU DI DEPAN PENGADILAN DAN PROSES PENANGANANNYA 1 Oleh: Gerald Majampoh 2

Bab IX : Sumpah Palsu Dan Keterangan Palsu

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI BAB I

PENEGAKAN HUKUM DALAM TINDAK PIDANA PEMALSUAN MATA UANG DOLLAR. Suwarjo, SH., M.Hum.

I. PENDAHULUAN. didasarkan atas surat putusan hakim, atau kutipan putusan hakim, atau surat

I. PENDAHULUAN. terpuruknya sistem kesejahteraan material yang mengabaikan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hak dan kewajiban merupakan sesuatu yang melekat dan menyatu pada

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana

jahat tersebut tentunya berusaha untuk menghindar dari hukuman pidana, yaitu dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. resmi yang berwajib, pelanggaran mana terhadap peraturan-peraturan

Lex Privatum Vol. V/No. 8/Okt/2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tindak pidana dan pemidanaan merupakan bagian hukum yang selalu

peradilan dengan tugas pokok untuk menerima, memeriksa, mengadili serta menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya. Dalam hal ini, untuk

BAB III SANKSI PIDANA ATAS PENGEDARAN MAKANAN TIDAK LAYAK KONSUMSI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

EKSISTENSI DAN PROSPEK PIDANA DENDA DALAM SISTEM PEMIDANAAN DI INDONESIA KARYA TULIS ILMIAH

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbuatan jahat atau kejahatan. Secara yuridis formal, tindak kejahatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tata Cara Pelaksanaan Putusan Pengadilan Terhadap Barang Bukti

BAB III ZINA LAJANG DALAM PERSPEKTIF RKUHP (RKUHP) Tahun 2012 Bagian Keempat tentang Zina dan Perbuatan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA PENCURIAN

PENGGUNAAN HUKUM PIDANA DALAM UNDANG-UNDANG PERKAWINAN

BAB II TINJAUAN UMUM. Perumusan tentang pengertian anak sangat beragam dalam berbagai

PENGATURAN TINDAK PIDANA PENCURIAN DAN PENADAHAN DALAM HUKUM POSITIF DI INDONESIA. A. Bentuk-bentuk Tindak Pidana Pencurian dan Tindak Pidana

BAB II PENGATURAN HAK RESTITUSI TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DI INDONESIA

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR : 8TAHUN 2010 TANGGAL : 6 SEPTEMBER 2010 TENTANG : TATA CARA PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ATMAJAYA YOGYAKARTA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana ( yuridis normatif ). Kejahatan

Makalah Daluwarsa Penuntutan (Hukum Pidana) BAB I PENDAHULUAN

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. responden, sehingga hasil atau data yang diperoleh benar-benar dari pihak atau

Bab XXI : Menyebabkan Mati Atau Luka-Luka Karena Kealpaan

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan tertinggi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Konsep Negara

REORIENTASI KEBIJAKAN FORMULASI SANKSI PIDANA PENJARA TERHADAP PEREMPUAN PELAKU TINDAK PIDANA DALAM RANCANGAN KUHP (RKUHP)

Bab XII : Pemalsuan Surat

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebagaimana diuraikan dalam bab sebelumnya dapat dikemukakan kesimpulan

TINJAUAN HUKUM TERHADAP SANTUNAN BAGI KELUARGA KORBAN MENINGGAL ATAU LUKA AKIBAT KECELAKAAN LALU LINTAS MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009

BAB II PENGATURAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PERAMPASAN PAKSA SEPEDA MOTOR

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DALAM PUTUSAN NOMOR 1/PID.SUS-ANAK/2016/PN.

BAB I PENDAHULUAN. bernegara, sebagaimana yang telah diamanahkan oleh Undang-undang Dasar

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DAN PENADAHAN. dasar dari dapat dipidananya seseorang adalah kesalahan, yang berarti seseorang

Pandecta. Kebijakan Pidana Denda di KUHP dalam Sistem Pemidanaan Indonesia

PELAKSANAAN PUTUSAN PIDANA PEMBAYARAN UANG PENGGANTI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI DI SURAKARTA

adalah penerapan pidana yang tidak sama terhadap tindak pidana yang

BAB III PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis penulis yang telah dilakukan maka dapat

I. PENDAHULUAN. dan sejahtera tersebut, perlu secara terus-menerus ditingkatkan usaha-usaha pencegahan dan

POLITIK HUKUM PEMERINTAH DALAM PENYUSUNAN RUU KUHP. Prof. Dr. Enny Nurbaningsih, S.H.,M.Hum. Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Dactyloscopy Sebagai Ilmu Bantu Dalam Proses Penyidikan

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

Pelaksanaan Pidana Mati kemudian juga diatur secara khusus dalam Peraturan Kapolri Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati

BAB I PENDAHULUAN. dihukum 5 (lima) tahun penjara. Pembandingnya adalah para koruptor di republik

Berlin Nainggolan: Hapusnya Hak Penuntutan Dalam Hukum Pidana, 2002 USU Repository

PIDANA, ALASAN PENGHAPUS PIDANA DAN PERKEMBANGANNYA DALAM PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan suatu aturan hukum tertulis yang disebut pidana. Adapun dapat ditarik kesimpulan tujuan pidana adalah: 2

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang dilarang atau diharuskan dan diancam dengan pidana oleh undang-undang,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III PENCURIAN DENGAN KEKERASAN MENURUT HUKUM POSITIF. Menyimpang itu sendiri menurut Robert M.Z. Lawang penyimpangan perilaku

UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN [LN 1998/82, TLN 3790]

BAB III PIDANA BERSYARAT

BAB III ANALISA HASIL PENELITIAN

Transkripsi:

BAB III PENYETARAAN DENDA DALAM PERMA NO. 2 TAHUN 2012 DALAM TINDAK PIDANA PENCURIAN A. Denda Sebagai Sanksi Dalam Tindak Pidana Pencurian Menurut Hukum Pidana Positif Penetapan pidana denda dalam KUHP merupakan jenis sanksi pidana yang berbeda jumlah prosentase dan ancaman jenis pidananya dengan RUU KUHP, baik pidana yang diancamkan alternatif maupun pidana tunggal, dari mulai pasal 104 sampai pasal 488 dalam KUHP, untuk kejahatan (buku II) dan dari mulai pasal 489 sampai 569 untuk pelanggaran (buku III), perumusannya adalah pidana penjara tunggal, pidana dengan alternatif denda, dan pidana denda yang diancamkan tunggal. Jika dibandingkan dengan jumlah yang ada d ibuku II dan buku III mengenai bobot jenis pidana penjara dan denda (juga kurungan) tampak secara signifikan bahwa penjara diutamakan untuk tindak kejahatan. 1 Jumlah 465 pasal, yang dimulai 104 sampai pasal 569 menunjukkan bahwa terdapat 296 pasal ancaman penjara tunggal, 6 pasal kurungan tunggal (pelanggaran), 2 pasal denda tunggal (untuk kejahatan), 40 pasal pidana denda tunggal (pelanggaran), 133 pasal alternatif pidana penjara atau denda, dan 34 alternatif pidana kurungan atau denda. Dari keseluruhan jumlah diatas dapat dilihat bahwa pidana penjara, termasuk pidana yang dialternatifkan dengan pidana 1 Suhariyono AR, Pembaruan Hukum Pidana Denda Di Indonesia, Denda Sebagai Sanksi Alternatif, Papas Sinar Sinanti, Anggota Ikapi, Jakata : Cet-1, h.171 33

34 denda. Masih dominan, yakni berjumlah 296 penjara tunggal dan 133 alternatif penjara atau denda. Yang terakhir ini tergantung pertimbangan hakim apakah akan dijatuhkan pidana penjara atau denda. 2 Dalam menentukan banyaknya pidana denda perlu dipetimbangkan mengenai dampak yang ditimbulkan oleh tindak pidana dalam masyarakat dan unsur kesalahan pelaku, dalam merumuskan dalam pidana denda diluar KUHP perlu diperhatiakn asas-asas umum ketentuan pidana yang terdapat dalam buku kesatu KUHP karena ketentuan dalam buku kesatu juga bagi perbuatan yang dapat dipidana menurut peraturan perundang- undanagan lain, kecuali jika oleh undang-undang ditentukan lain. Ketentuan ini diatur dalam pasal 103 KUHP. 3 Suatu tindak pidana hanya akan diancamkan dengan pidana denda apabila dinilai tidak perlu diancam lagi dengan pidana penjara, atau bobot dinilai kurang dari satu tahun. Akan tetapi bukan berarti bahwa pidana penjara atau kurungan dibawah satu tahun tidak dapat dijatuhkan sama sekali.karena menurut ketentuan Rancangan Kitab Undang-undang hukum pidana baru, dalam hal pidana yang tidak dapat diancam dengan minimum khusus maka hakim masih punya kebebasan menjatuhkan pidana penjara atau pidana kurungan dalam jangka pendek. Demikian pula denda yang tidak dibayar diganti dengan pidana penjara. 4 2 Ibid, h. 172 3 Suhariyono AR, Pembaruan Pidana Denda Di Indonesia, Op. Cit, h. 352 4 Niniek Suparni Eksistensi Pidana Denda Dalam Sistem Pidana dan Pemidanaan, Sinar Grafika, Jakarta : Cet-2, 2007, h. 7-8

35 Perkembangan untuk memperluas penggunaan pidana denda dengan meningkatkan jumlah ancaman pidana denda saja, ternyata belum mencukupi untuk meningkatkan efektivitas pidana denda, diperlukan suatu kebijakan yang menyeluruh di tingkatan legislatif, yudikatif, maupun eksekutif. Menurut Muladi dan Barda Nawawi Arief, dalam pelaksanaan pidana perlu dipertimbangkan mengenai: 1. Sistem penetapan jumlah atau besarnya pidana denda 2. Batas waktu pelaksanaan pembayaran denda, 3. Tindakan-tindakan paksaan dapat di harapkan menjamin terlaksana pembayaran denda dalam hal terpidana tidak dapat membayar dalam batas waktu yang ditentukan. 4. Pedoman atau kriteria untuk menjatuhkan pidana. 5. Pelaksanaan pidana denda dalam hal khusus, misalnya anak dala hal tanggungannya orang tua dan belum kerja 5 Mengenai pidana denda oleh pembuat undang- undang tidak ditentukan suatu batas maksimum yang umum, dalam tiap-tiap pasal KUHP yang bersangkutan ditentukan batas maksimum yang khusus pidana denda yang dapat ditetapkan oleh hakim, karena jumlah- jumlah pidana denda baik dalam KUHP maupun dalam ketentuan pidana lainnya yang dikeluarkan sebelum tanggal 17 agustus 1945 adalah tidak sesuai lagi dengan sifat tindak pidana yang dilakukan, berhubung ancaman pidana denda sekarang terlalu ringan jika dibandingkan dengan nilai mata uang pada saat ini, sehingga h.163 5. Yesmil Anwar dan Adang, Pembaharuan Hukum Pidana, PT Grasindo, Jakarta : 2008,

36 jumlah-jumlah itu perlu diperbesar atau dipertinggi. 6 Maka diundangkan peraturan pemerintah pengganti undang undang peraturan pemerintah Pengganti Undang-undang No 18 tahun 1960 yang dalam pasal 1 ayat (1) nya menentukan bahwa: Tiap jumlah pidana denda yang diancamkan, baik dalam kitab undang-undang hukum pidana, sebagaimana beberapa kali telah ditambah dan diubah dan terakhir dengan undang-undang Nomor 1 tahun 1960, maupun dalam ketentuan-ketentuan pidana lainnya yang dikeluarkan sebelum tanggal 17 Agustus 1945, sebagaimana telah diubah sebelum hari berlakunya peraturan pengganti undang-undang ini harus dibaca dengan mata uang rupiah dan dilipatgandakan menjadi lima belas kali 7 Berbeda lagi dengan halnya batas maksimum umum pidana denda, maka KUHP menentukan satu batas minimum yang umum pidana denda, yaitu 25 sen (pasal 30 ayat (1). Mengingat peraturan pengganti undang-undang Nomor 18 tahun 1960, maka batas minimum yang umum denda itu sekarang menjadi : 15 x 25 = Rp 3, 75 (tiga rupiah tujuh puluh lima sen) 8 Lain lagi bahwa pola pidana denda dalam KUHP minimum khusus dan maksimum umum namun yang ada minimum umum dan maksimum khusus. Maksimum khususnya bervariasi sebagai berikut : 1. Untuk kejahatan 6 Niniek Suparni, Eksistensi Pidana Denda Dalam Sistem Pidana Dan Pemidanaan Op. Cit, h. 51 7 http://www.google.co.id/#hl=id&sclient=psyundang+undang+no+18+tahun+1960&oq=un dang+undang+no+18+tahun+1960, jam 19:13 tanggal 08 11 2012 8 Niniek Suparni, Eksistensi Pidana Denda Dalam Sistem Pidana dan Pemidanaan Op. Cit, h. 51

37 Maksimum berkisar antara Rp 900 (dahulu 60 gulden) dan Rp 15.000,- (dahulu 10.000 gulden) namun ancaman denda yang sering diancamkan adalah sebesar Rp 4.500 (dahulu adalah 500 gulden) 2. Untuk pelanggaran Denda maksimum berkisar antara Rp 225,00 (dua ratus dua puluh lima rupiah, dahulu lima belas gulden) dan Rp 7500 (dahulu 5000 gulden) namun yang terbanyak hanya diancam denda sebesar Rp 375,00 (tiga ratus tujuh puluh lima rupiah, dahulu 25 gulden) dan 4.500,00 (empat ribu lima ratus rupiah, dahulu 300 gulden) Dari pola tersebut bahwa menurut pola KUHP maksimum khusus pidana tertinggi untuk kejahatan ialah 150,000 (seratus lima puluh ribu rupiah) (10.000 gulden) dan untuk pidana pelanggaran paling banyak adalah 75.000,00 (tujuh puluh lima ribu rupiah) (5000 gulden). Jadi maksimum khusus pidana denda yang paling tinggi untuk kejahatan adalah dua kali lipat yang diancamkan untuk pelanggaran. 9 B. Aturan Sanksi Pidana Denda Pencurian Dalam Perma Nomor 2 Tahun 2012 Kondisi pidana denda di Indonesia dalam KUHP kita tidak mengenal minimum khusus dan maksimum umum, yang ada hanya minimum umum dan maksimum khusus. Sistem penetapan jumlah ancaman pidana ini, yang tertuang dalam KUHP disebut juga dengan sistem maksimum, disebut juga 9 Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Prenada Media Group, Jakarta : Cet-2, 2008, h. 156

38 dengan sistem indefinite, atau yang lebih dikenal sistem tradisional - absolut. Dengan kata lain sistem indefinite, atau sistem maksimum, adalah penetapan maksimum pidana untuk tiap tindak pidana. Sistem ini dapat juga disebut dengan pendekatan tradisional atau dalam KUHP berbagai negara disebut sistem absolute. 10 Sekalipun telah diadakan usaha-usaha pembaharuan dan perbaikan untuk mengurangi berlakunya pidana perampasan kemerdekaan, namun merupakan suatu kenyataan bahwa pada pidana perampasan kemerdekaan akan melekat kerugian- kerugian yang kadang kala sulit untuk dihindari dan diatasi, bila mana ditinjau dari segi tujuan yang hendak dicapai, kerugiankerugian tersebut dapat bersifat filosofis dan praktis Pidana denda sebagai salah satu pidana pokok sebagai mana ditentukan dalam pasal 10 KUHP, dalam perkembangannya, nilai besaran denda yang ditentukan dalam buku II dan buku III KUHP sudah tidak memadai lagi, dan karena hal inilah para penegak hukum enggan dalam menetapkan dakwaannya atau memutuskan dalam sidang pengadilan dengan pidana denda. 11 Permasalahan ini juga ditunjang oleh pasal 205 KUHAP: yang diperiksa menurut acara pemeriksaan pidana ringan ialah perkara yang diancam pidana penjara dan kurungan paling lama tiga bulan dan atau denda sebanyak-banyaknya Rp 7500; (tujuh ribu lima ratus rupiah) dan penghinaan ringan, kecuali yang ditentukan di paragraf 2 bagian ini 12 10 Yesmil Adang dan Anwar, ibid, h.155 11 Suhariyono AR, Pembaruan Hukum Pidana Denda Di Indonesia, Denda Sebagai Sanksi Alternatif, Op.Cit, h. 15 12 Tim Permata Press, Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana dan Penjelasannya, Permata press, Jakarta : t.t..h. 90

39 Berdasarkan jumlah nilai mata uang yang semakin lama semakin menurun hal ini mengakibatkan pidana denda yang ditentukan dalam KUHP tidak difungsikan secara maksimal oleh para penegak hukum, padahal di negara-negara lain telah fungsikan pidana denda. 13 Menurut KUHP pasal 30 ayat 1 denda paling sedikit adalah dua puluh lima sen, apabila denda tidak dibayar, maka ayat 2 menentukan bahwa denda itu diganti dengan kurungan (vervangende hechtenis) yang menurut ayat 3 adalah sekurang-kurangnya 1 hari selama-lamanya enam bulan. Menurut pasal 30 ayat 4 KUHP, lamanya kurungan ini ditetapkan begitu pula bahwa harga setengah rupiah atau kurang diganti dengan satu hari, buat harga tinggi pada tiap-tiap setengah rupiah gantinya tidak lebih dari satu hari, akhirnya bagi sisanya yang tidak cukup setengah rupiah, juga satu hari. Maksimum enam bulan dapat dilampaui sampai delapan bulan karena ada gabungan tindak pidana, recidive, atau berlakunya pasal 52 KUHP, tidak boleh ditentukan dalam tempo denda harus dibayar, juga tidak oleh hakim putusannya, maka jaksalah sebagai pejabat yang bertugas menjalankan putusan hakim yang menentukannya. Dan menurut pasal 31 KUHP pelaku tindak pidana yang tervonis dapat seketika menjalani kurungan, terutama jika sudah tau bahwa tidak mungkin mampu membayar denda. 14 Dari pemaparan tentang denda tindak pidana ringan maka Mahkamah Agung (MA) telah menerbitkan Peraturannya yaitu Peraturan Mahkamah 13 Suhariyono AR, Pembaruan Hukum Pidana Denda di Indonesia Pidana, Denda Sebagai Sanksi Alternatif,, Op.Cit, h.15 14 Wirjono Prodjodikoro, Asas- asas Hukum Pidana di Indonesia, PT Refika Adiatama, Bandung : 2008, h.184-185

40 Agung (Perma) No 2 Tahun 2012 tentang Penyelesaian Batasan Tindak Pidana Ringan (Tipiring) dan Jumlah Denda dalam KUHP. Intinya, Perma ini ditujukan untuk menyelesaikan penafsiran tentang nilai uang pada Tipiring dalam KUHP. Dalam Perma Nomor 2 Tahun 2012 tidak hanya memberikan keringanan kepada hakim agung dalam bekerja, namun juga menjadikan pencurian dibawah 2,5 juta tidak dapat ditahan. Dalam draft Perma Nomor 2 Tahun 2012 Pasal 1, dijelaskan bahwa kata-kata "dua ratus lima puluh rupiah" dalam Pasal 364, 373, 379, 384, 407 dan 482 KUHP dibaca menjadi Rp 2.500.000,00 atau dua juta lima ratus ribu rupiah. Kemudian, pada Pasal 2 ayat (2) dan ayat (3) dijelaskan, apabila nilai barang atau uang tersebut bernilai tidak lebih dari Rp 2,5 Juta, Ketua Pengadilan segera menetapkan Hakim Tunggal untuk memeriksa, mengadili dan memutus perkara tersebut dengan Acara Pemeriksaan Cepat yang diatur dalam Pasal 205-210 KUHAP dan Ketua Pengadilan tidak menetapkan penahanan ataupun perpanjangan penahanan. Mengenai denda, dipersamakan dengan pasal mengenai penahanan pada Perma Nomor 2 Tahun 2012 yaitu dikalikan 10 ribu dari tiap-tiap denda misalnya, Rp 250 menjadi Rp 2,5 juta sehingga denda yang dibawah Rp 2,5 juta tidak perlu masuk dalam upaya hukum kasasi. "Dengan adanya peraturan ini maka tidak perlu masuk ke kasasi," ujar Dr. Harifin A. Tumpa, SH. MH.,

41 Ketua Mahkamah Agung RI dalam jumpa pers yang digelar di Gedung MA, Jakarta, pada hari Selasa tanggal 28-2-2012. 15 Bahwa sejalan dengan penyesuaian nilai uang yang di atur dalam pasal-pasal pidana ringan, mahkamah agung juga merasa perlu untuk melakukan penyesuaian seluruh nilai rupiah yang ada dalam KUHP yang telah ditetapkan dalam pada tahun 1960. Karena mengingat selain Perpu No. 16 tahun 1960 tersebut pemerintah pada tahun yang sama juga telah menyesuaikan besaran denda yang diatur diseluruh pasal-pasal pidana yang ada di KUHP yang dapat dijatuhkan pidana denda, yaitu melalui Perpu No 18 tahun 1960 tentang perubahan jumlah hukuman denda dalam kitab Undangundang hukum pidana dan ketentuan ketentuan pidana lainnya yang dikeluarkan sebelum 17 agustus 1945, maka penyesuaian nilai uang tersebut berlaku juga diseluruh ketentuan pidana denda yang ada dalam KUHP, kecuali pasal 303 dan 303 Bis KUHP oleh karena ancaman pidana kedua pasal tersebut telah diubah pada tahun 1974 UU No.7 Tahun 1974 tentang penertiban judi. 16 Namun maksud dari pada penulis disini adalah tindak pidana dalam pencurian terkait penyetaraan denda dalam perma no 2 tahun 2012. Karena dalam aturan ini bukan sama sekali merubah KUHP, namun hanya mempermudah proses beracara di pengadialan dan memudahkan hakim dalam menangani kasus pidana ringan. 15 Download, Perhttp://pn-jakartapusat.go.id/welcome/view_page/0/12/314ma : http://leip.or.id/images, leip, perma No 02 Tahun 2012, Pdf, jam 9:48 hari selasa tanggal 13-11- 2012 di pondok tugurejo 16 https://mjodisantoso.files.wordpress.com/2012/05/perma-no-02-2012-tentangpenyesuaia-batasa-tindak-pidana-ringan-dan-jumlah-denda-dalam-kuhp.pdf jam 10 :15 hari selasa tanggal 13-11-2012 di pondok tugurejo

42 C. Hukuman Denda Yang Dibebankan Pada Tindak Pidana Pencurian Dalam Hukum Positif Pada tahun 1934 ditambahkan pasal 70 bis yang menentukan bahwa dan melaksanakan pasal 65, 66, dan 70 KUHP harus dianggap sebagai pelanggaran kejahatan ringan, yaitu yang termuat dalam pasal 364 tentang pencurian, pasal 482 mengenai perusakan barang secara ringan, dengan pengertian bahwa sepanjang dijatuhkan hukuman penjara, lamanya tidak boleh melebihi delapan bulan. 17 Tindak Pidana Pencurian Ringan, oleh undang-undang telah di berikan kualifikasi sebagai pencurian ringan atau lichete diefstal, oleh pembentuk undang-undang telah di atur dalam Pasal 364 KUHP: Perbuatan yang diterangkan dalam pasal 362 dan pasal 363 ke-5 apabila tidak dilakukan dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang da rumahnya, jika barang yang dicuri tidak lebih dari dua puluh rupiah, dikenai, karena pencurian ringan, pidana penjara paling lama tiga bulan atau denda paling banyak enam puluh rupiah (lihat peraturan pemerintah pengganti undang-undang No. 16 tahun 1960 dan peraturan pemerintah pengganti Undang-undang No. 18 tahun 1960 ). 18 Adapun rumusan aslinya di dalam bahasa Belanda berbunyi sebagai berikut: Artinya: De feiten omschreven in art. 362 en art. 363 no.4, zoomed die omschreven in art. 363 no. 5,mits deze niet gepleegd zij in eene woning of op een besloten ert waarop eene worning staat worden, indien de waard van het ontvreeemde niet meer bedraagdt dan twee honderd en vijfting gulden, als lichte diefstal, gestraft met gevangenisstraf van ten hoogste drie maanden of geldboete van ten hoogste negen honderd gulden. 17 Wirjono Prodjodikoro, Op Cit, h. 145-146 18 Moelyatno, Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP), PT Bumi Aksara, Jakarta : Cet-27, 2008 h. 129

43 Tindak pidana yang di rumuskan dalam pasal 362 dan pasal 363 ayat (4), demikian halnya yang dirumuskan dalam pasal 363 ayat (5), jika tidak dilakukan di dalam suatu tempat kediaman atau di atas sebuah pekarangan tertutup yang di atasnya terdapat sebuah tempat kediaman, jika nilai dari benda yang dicuri itu tidak lebih dari dua ratus lima puluh rupiah, sebagai pencurian ringan di pidana dengan pidana penjara selama-lamanya tiga bulan atau dengan pidana denda setinggi-tingginya Rp 900; (Sembilan ratus rupiah). Tentang nilai benda yang dicuri itu semula ditetapkan tidak lebih dari dua puluh lima rupiah, tetapi kemudian dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 16 Tahun 1960 tentang Beberapa Perubahan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana telah di ubah menjadi Rp 250; (dua ratus lima puluh rupiah). Beberapa penerjemah wetboek van strafrecht (KUHP) dan para penulis ternyata masih mencantumkan nilai benda yang di curi itu tidak lebih dari dua puluh lima rupiah. Dari rumusan ketentuan pidana yang diatur dalam Pasal 364 KUHP di atas dapat di ketahui, bahwa oleh undang-undang di sebut pencurian ringan itu dapat berupa: 1. Tindak pidana pencurian dalam bentuk pokok; 2. Tindak pidana pencurian yang dilakukan oleh dua orang atau lebih secara bersama-sama; atau 3. Tindak pidana pencurian, yang untuk mengusahakan jalan masuk ke tempat kejahatan atau untuk mencapai benda yang hendak diambilnya

44 orang yang bersalah telah melakukan pembongkaran, perusakan, pemanjatan atau telah memakai kunci-kunci palsu, perintah palsu atau seragam palsu. Dengan syarat : 1. Tindak dilakukan di dalam sebuah tempat kediaman; 2. Tindak dilakukan di atas sebuah pekarangan tertutup yang di atasnya terdapat sebuah tempat kediaman; dan 3. Nilai dari benda yang dicuri itu tidak lebih dari dua ratus lima puluh rupiah. 19 D. Hukuman- Hukuman Pengganti Atas Pidana Denda Terhadap Tindak Pidana Pencurian Menurut Hukum Positif Pidana denda merupakan bentuk pidana tertua, lebih tua dari pidana penjara. Mungkin setua dengan pidana mati. Pidana denda terdapat pada setiap masyarakat, termasuk masyarakat primitif, walaupun bentuknya bersifat primitif pula. Seperti telah dikemukakan di dalam bab I, pada zaman Majapahit telah dikenal adanya pidana denda. Begitu pula pada berbagai masyarakat primitif dan tradisional di Indonesia. 20 Kadang-kadang berupa ganti kerugian, kadang-kadang berupa benda adat, misalnya penyerahan hewan ternak seperti babi, kerbau dan lain-lain. Di Irian jaya (Teluk Sudarso) pun terdapat denda adat semacam itu. Kadang- 19 P.A.F. Lamintang, dan Theo Lamintang, Delik Delik Khusus Kejahatan Terhadap Harta Kekayaan, Sinar Grafiika, Jakarta : 2009, cet-2 h. 53-54 20 Andi Hamzah, Sistem Pidana dan Pemidanaan Indonesia dari Retribusi ke Reformasi, PT Pradnya Paramita, Jakarta : cet-1, 1986. h. 42

45 kadang denda semacam itu dijatuhkan terdapat masyarakat atau suku dimana pelanggar hukum itu menjadi anggota. Pada zaman modern ini, pidana denda dijatuhkan terhadap delik-delik ringan, berupa pelanggaran atau kejahatan ringan. Oleh karena itu pula, pidana denda merupakan satu-satunya pidana yang dapat dipikul oleh orang lain selain terpidana. Walaupun denda dijatuhkan terhadap terpidana pribadi, tidak ada larangan jika denda itu secara sukarela dibayar oleh orang atas nama terpidana. Pidana denda mempunyai sifat perdata, mirip dengan pembayaran yang diharuskan dalam perkara perdata terhadap orang yang melakukan perbuatan yang merugikan orang lain. Perbedaannya ialah denda dalam perkara pidana dibayarkan kepada negara atau masyarakat, sedangkan dalam perkara perdata kepada orang pribadi atau badan hukum. Lagi pula denda dalam perkara perdata dapat diganti dengan pidana kurungan jika tidak dibayar. Selain daripada itu denda tidaklah diperhitungkan sesuai dengan jumlah kerugian yang ditimbulkan oleh suatu perbuatan. Sebagaimana dalam pidana perdata. pidana denda tetap diaturkan walaupun terpidana telah membayar ganti rugi secara perdata kepada korban. Inilah yang banyak salah pengertian dan orang awam, terutama dalam pelanggaran lalu lintas. Sering dipikir jika telah dibayar ganti rugi kepada korban (kadang-kadang dengan perantara polisi), tuntutan pidana telah terhapus. Sedang sebenarnya tidak demikian halnya.

46 Tuntutan pidana tetap dapat dilakukan oleh jaksa, paling-paling hanya akan meringankan pidana yang dijatuhkan oleh hakim. Dalam praktik, dirasakan banyaknya perkara demikian yang mengendap, artinya selesai ditempat, tanpa diteruskan di kejaksaan, karena kedua pihak telah berdamai. 21 Denda pun kadang-kadang dijatuhkan dalam perkara administrasi dan fiskal, misalnya denda terhadap penyelundup atau penunggak pajak. Bahkan di Indonesia banyak instansi yang menjatuhkan denda administrasi secara sepihak, misalnya denda terhadap mereka yang terlambat mengganti tanda nomor kendaraan (STNK), terlambat membayar iuran televisi, terlambat mengganti kartu penduduk, mendirikan bangunan sebelum izin keluar, dan lain-lain. Yang menarik perhatian ialah dalam menjatuhkan denda administrasi ini, pelanggaran tidak sama sekali diberi kesempatan membela diri, berbeda dengan terdakwa yang mempunyai seperangkat hak-hak yang ditentukan dalam KUHAP. Terdapat perkembangan baru dalam penjatuhan pidana denda, misalnya di Amerika Serikat dimana hakim diberi kebebasan untuk menjatuhkan pidana denda sebanyak dua kali lipat dengan kerugian yang ditimbulkan oleh perbuatan terdakwa. Oleh karena pidana denda dapat diganti dengan pidana kurungan, bahkan dapat diperhitungkan secara harian menurut perimbangan, maka dirasa kurang adil jika denda yang dijatuhkan disamakan antara orang kaya dengan orang miskin, sehingga di negara-negara 21 Ibid, h. 43

47 Skandinavia denda diperhitungkan menurut hari, sehingga jumlah denda yang harus dibayar ialah sebanyak pendapatan harian setiap terpidana (Encyclopedia Americana, 1997 : 213). Memang agak sulit meniru cara ini di Indonesia, karena banyak penganggur yang tidak mempunyai pendapatan tetap, sehingga sulit membuat perhitungan berapa besar denda yang harus dibayar oleh terpidana, kecuali jika ditetapkan bahwa pidana kurunganlah yang dijatuhkan terhadap pelanggar yang tidak mempunyai pendapatan tetap, sebagaimana halnya dengan ketentuan dalam Pasal-Pasal 504, 505, dan 506 KUHAP sekarang (delik pengemisan, pergelandangan, dan souteneur). 22 Berlainan halnya dengan Negara-negara Skandinavia dimana ada tunjangan sosial kepada penganggur, sehingga penganggur tetap mempunyai pendapatan. Dalam undang-undang tidak ditentukan maksimum umum besarnya denda yang harus dibayar. Yang ada ialah minimum umum, yang semula 25 sen, kemudian diubah dengan Undang-undang Nomor 18 (PRP) tahun 1960 (LN 1960 No. 52) menjadi 15 kali lipat. 23 Melihat namanya, sudah nyata bahwa pidana tambahan ini hanya bersifat menambah pidana pokok yang dijatuhkan. Jadi, tidaklah dapat berdiri sendiri kecuali dalam hal-hal tertentu dalam perampasan barang-barang tertentu. Pidana tambahan ini bersifat fakultatif, artinya dapat dijatuhkan, tetapi tidak harus. Ada hal-hal tertentu dimana pidana tambahan bersifat imperatif, yaitu dalam pasal 250 bis, 261, 275. 22 Ibid, h. 44 23 Andi Hamzah, Sistem Pidana dan Pemidanaan Indonesia dari Retribusi ke Reformasi, Op.Cit hlm 44

48 Seperti telah dikemukakan, Wvs belanda mengenal pidana tambahan yang ke 4, yaitu penempatan dalam tempat kerja negara, khusus untuk delikdelik tertentu seperti pengemisan, pergelandangan, souteneur 24 dan pemabukan yang berulang. Apakah pidana tambahan dijatuhkan ataukah tidak, hakim bebas untuk memutuskan. Pidana tambahan sebenarnya bersifat preventif. Ialah bersifat sangat khusus, sehingga sering sifat pidananya hilang dan sifat preventif inilah yang menonjol. Pidana tambahan pun termasuk dalam kemungkinan mendapat grasi. 25 24 Souteneur adalah mucikari, barang siapa yang mengambil untung dari perbuatan cabul seorang perempuan, ia pun melanggar pasal 506 KUHP, selengkapnya lihat Kamus Hukum karangan Setiawan Widagdo, Penerbit Prestasi Pustaka, Jakarta : 2012 h. 531 25 Andi Hamzah, Op. Cit, hlm 47