BAB II PENGATURAN SANKSI PIDANA DALAM PERATURAN DAERAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II PENGATURAN SANKSI PIDANA DALAM PERATURAN DAERAH"

Transkripsi

1 33 BAB II PENGATURAN SANKSI PIDANA DALAM PERATURAN DAERAH A. Pengaturan Sanksi Pidana dalam Peraturan Daerah Ditinjau dari Aspek Hukum Pidana Substantif. Pasal 103 KUHP menyebutkan bahwa ketentuan-ketentuan dalam Bab I sampai dengan Bab VIII KUHP juga berlaku bagi perbuatan-perbuatan yang oleh ketentuan perundang-undangan lainnya diancam dengan pidana kecuali jika oleh undang-undang ditentukan lain. Ketentuan Pasal 103 tersebut menjadi pedoman pembentuk Undang-undang dalam menentukan garis kebijakan pemidanaan dalam undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah berikut dengan peraturan pelaksanaannya (termasuk Peraturan Daerah). Garis kebijakan yang berkenaan dengan ketentuan-ketentuan hukum pidana substantif dalam Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 dan peraturan pelaksanaannya mengacu pada ketentuan umum KUHP. Kebijakan sanksi pidana yang demikian ini tidak dapat dilepaskan dari anggapan yang memandang bahwa KUHP sebagai induk dari keseluruhan peraturan pidana, sehingga praktik legislatif tampaknya menggunakan pola pemidanaan menurut KUHP sebagai acuan atau pedoman dalam membuat peraturan perundang-undangan pidana lainnya. 33

2 34 Beberapa ketentuan hukum pidana substantif dalam KUHP yang dijadikan acuan atau pedoman antara lain berkenaan dengan kualifikasi tindak pidana, perumusan sanksi pidana, jenis sanksi pidana, jumlah atau lamanya ancaman pidana. Namun dalam kenyataannya, ada beberapa ketentuan hukum pidana substantif dalam KUHP yang diterapkan dalam pemidanaan di Peraturan Daerah mengalami kendala dalam penerapannya. Atas dasar hal tersebut perlu dilakukan pembaharuan hukum pidana substantif yang ada dalam KUHP. Ketentuan hukum pidana substantif dalam KUHP yang selama ini digunakan sebagai dasar dalam pembentukan Peraturan Daerah harus dilakukan perubahan mendasar. Seberapa jauh perubahan mendasar hukum pidana substantif tersebut mampu menunjang kebijakan sanksi pidana dalam Peraturan Daerah, akan dibahas dalam uraian dibawah ini. 1. Pola Jenis Sanksi Pidana Kebijakan sanksi pidana Peraturan Daerah selama ini mengacu pada jenis-jenis pidana yang diatur dalam Pasal 10 KUHP. Jenis pidana pokok yang digunakan yakni, pidana kurungan dan pidana denda. Pidana tambahan berupa perampasan barang-barang tertentu. Selain menggunakan sanksi pidana yang diatur dalam KUHP, Peraturan Daerah juga menggunakan sanksi administrasi. Penggunaan sanksi pidana dalam perundang-undangan administrasi sifatnya merupakan pemberian peringatan (prevensi) agar substansi yang

3 35 telah diatur didalam perundang-undangan tersebut tidak dilanggar. Pada umumnya tidak ada gunanya memasukkan kewajiban-kewajiban atau larangan-larangan bagi para warga dalam perundang-undangan administrasi, manakala aturan-aturan tingkah laku itu tidak dapat dipaksakan oleh tata usaha negara. 34 W.F Prins mengemukakan seperti yang dikutip Philipus M. Hadjon hampir setiap peraturan berdasarkan hukum administrasi diakhiri in cauda venenum dengan ketentuan pidana ( in cauda venenum secara harfiah berarti: ada racun di ekor/buntut). 35 Berkaitan dengan hal tersebut, Paulscholten mengemukakan pula bahwa hukum pidana memberikan sanksi luar biasa, baik kepada beberapa kaidah hukum umum, maupun kepada peraturan hukum administrasi. 36 Keberadaan sanksi pidana dalam hukum administrasi ini menurut Barda Nawawi Arif pada hakikatnya merupakan perwujudan dari kebijakan menggunakan hukum pidana sebagai sarana untuk menegakkan/ melaksanakan hukum administrasi atau dengan kata lain merupakan bentuk fungsionalisasi/operasionalisasi/instrumentaliasi hukum pidana di bidang hukum administrasi. 37 Siti Sundari Rangkuti mengemukakan bahwa fungsi sanksi pidana administrasi terutama mempunyai fungsi instrumental, yaitu 34 Philipus, M. Hadjon, dkk., Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Op. Cit., hlm Ibid, hlm. 45 dan W.F Prins, 1983, Pengantar Ilmu Hukum Administrasi Negara, Pradnya Paramitha, Jakarta, hlm Barda Nawawi Arief, Loc. Cit.

4 36 pengendalian perbuatan terlarang. Sanksi pidana administrasi ditujukan kepada perlindungan kepentingan yang dijaga oleh ketentuan yang dilanggar tersebut. 38 Keberadaan sanksi pidana dalam hukum administrasi sangat erat kaitannya dengan usaha-usaha pencapaian tujuan peraturan-peraturan hukum administrasi itu sendiri. Jenis-jenis sanksi pidana yang digunakan dalam peraturan daerah ini erat kaitannya dengan bobot dan kualifikasi tindak pidana yang di atur dalam Peraturan Daerah. Mengacu pada pembagian kualifikasi delik dalam KUHP yang membagi kejahatan dan pelanggaran maka Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah secara umum mengkualifikasikan tindak pidana pelanggaran Peraturan Daerah sebagai pelanggaran. Terhadap kualifikasi yang demikian tersebut, secara umum legislatif daerah dalam merumuskan jenis sanksi pidana dalam Peraturan Daerah lebih menekankan kepada pidana kurungan di alternatifkan dengan pidana denda. Hanya dalam Peraturan Daerah tertentu seperti Peraturan Daerah tentang Pajak Daerah di ancam dengan pidana penjara. Tabel dibawah ini dikemukakan contoh-contoh perumusan sanksi pidana dalam Peraturan Daerah dalam lingkup Peraturan Daerah di Kota Medan, sebagai berikut: 38 Siti Sundari Rangkuti, Hukum Lingkungan dan Kebijaksanaan Lingkungan Nasional, Op. Cit., hlm

5 37 TABEL PERUMUSAN TINDAK PIDANA DAN PERUMUSAN SANKSI PIDANANYA DALAM PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NO. KETERANGAN PERDA PERBUATAN- PERBUATAN YANG DIKRIMINALISASIKAN PERUMUSAN SANKSI PIDANA/ADMINISTRASI Perda Kota Medan No. 1 tahun 2009 Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah 2. Perda Kota Medan No. 2 tahun 2009 Tentang Urusan Pemerintahan Kota Medan 3. Perda Kota Medan No. 3 tahun 2009 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Medan. 4. Perda Kota Medan No. 5 tahun 2009 Tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Medan No. 1 Tahun 2005 tentang Pasal 101 ayat (1): Setiap kerugian daerah akibat kelalaian, penyalahgunaan/ pelanggaran hukum atas pengelolaan barang milik daerah. Pasal 101 ayat (2): Setiap orang yang mengakibatkan kerugian daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Pasal 101 ayat (3): Setiap orang yang memanfaatkan/menguasai barang milik daerah tanpa dilengkapi dengan dokumen perjanjian yang sah atau yang diatur dalam Peraturan Daerah ini. Tidak ada perbuatan yang dikriminalisasi Tidak ada perbuatan yang dikriminalisasi Tidak ada perbuatan yang dikriminalisasi Sanksi Pidana: Pelanggaran tersebut dalam Pasal 101 ayat (1), (2) dan (3) dapat dipidana sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sanksi Administrasi: Tuntutan ganti rugi Tidak ada pencantuman sanksi pidana dan/atau administrasi. Tidak ada pencantuman sanksi pidana dan/atau administrasi. Tidak ada pencantuman sanksi pidana dan/atau administrasi.

6 38 Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan 5. Perda Kota Medan No. 6 tahun 2009 Tentang Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Balita (KIBBLA) 6. Perda Kota Medan No. 7 tahun 2009 tentang Pokok- Pokok Pengelolaan Daerah. 7. Perda Kota Medan No. 8 tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kota Medan Tahun Perda Kota Medan No. 9 tahun 2009 tentang Retribusi Izin Pengelolaan Pengeboran, Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah di Kota Medan. Pasal 37 ayat (1): Pelanggaran terhadapat ketentuan Pasal 8, dapat dikenakan Sanksi. Pasal 37 ayat (2): Sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berupa peringatan lisan, peringatan tertulis, penutupan sementara, pencabutan izin dan penutupan kegiatan. Pasal 37 ayat (3): Penerapan sanksi sebagaimana dimaksud ayat (2) diatur lebih lanjut dalam Peraturan Kepala Daerah. Tidak ada perbuatan yang dikriminalisasi Tidak ada perbuatan yang dikriminalisasi Pasal 28 ayat (1): Barang siapa melakukan pengeboran, pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah tanpa izin dari Kepala Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 atau melanggar Pasal 10 ayat (1) atau melalaikan membayar retribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18. Pasal 28 ayat (2): Selain ancaman pidana Sanksi Pidana: Tidak dicantumkan. Sanksi Administrasi: Sanksi administrasi berdasar kan peraturan perundang-undangan. Tidak ada pencantuman sanksi pidana dan/atau administrasi. Tidak ada pencantuman sanksi pidana dan/atau administrasi. Sanksi Pidana: diancam pidana kurungan selama-lamanya (6) bulan atau denda setinggi-tingginya Rp ,- (lima puluh juta rupiah). Sanksi Administrasi: Diatur dalam Pasal 23 ayat (1): Apabila pembayaran retribusi dilakukan setelah lewat waktu yang ditentukan atau kurang bayar maka dikenakan sanksi administrasi berupa bunga 2 %

7 39 9. Perda Kota Medan No. 10 tahun 2009 tentang Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah 10. Perda Kota Medan No. 11 tahun 2009 tentang Rumah Susun. 11. Perda Kota Medan No. 14 tahun 2009 tentang Pengembangan Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Kota Medan. sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat juga dilakukan penutupan/penyegelan meter air atau alat-alat/bangunan air yang dipakai untuk memakai air bawah tanah pada perusahaan yang bersangkutan. Pasal 28 ayat (3): Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) adalah tindak pidana pelanggaran. Pasal 26 ayat (1): Wajib retribusi yang tidak mematuhi/melalaikan dan atau melanggar Pasal 2 ayat (2) diancam kurungan. (isi pasal 2 ayat (2): setiap pemakaian kekayaan daerah harus dengan persetujuan Kepala Daerah dan dipungut retribusi). Pasal 26 ayat (2): Pelanggaran atas peraturan daerah ini adalah tindak pidana pelanggaran. Pasal 26 ayat (1): Barang siapa melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini diancam pidana kurungan. Pasal 26 ayat (2): Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tindak pidana pelanggaran. Pasal 32 ayat (1): Dalam hal ditemukan dokumen dan/atau informasi yang diberikan oleh koperasi, usaha mikro, kecil dan menengah tidak benar dan/atau menyalahgunakan fasilitas (dua persen) perbulan dari retribusi yang terutang atau kurang dibayar dengan menerbitkan STRD. Pasal 23 ayat (2): Bagi pemegang izin yang terlambat memperpanjang izin dikenakan denda administrasi sebesar 2 % (dua persen) per bulan dari retribusi yang dihitung dari saat jatuh tempo. Sanksi Pidana: kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp ,- (lima puluh juta rupiah). Sanksi pidana: Pidana kurungan selamalamanya 6 (enam) bulan atau denda setinggi-tingginya Rp ,- (lima puluh juta rupiah). Sanksi Administrasi: mencabut perizinan yang menjadi kewenangan pemerintah daerah.

8 Perda Kota Medan No. 1 tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan. pengembangan yang diterimanya maka pengembangan pada yang bersangkutan dihentikan dan dialihkan kepada koperasi, usaha mikro, kecil dan menengah lainnya. Pasal 32 ayat (2): Barangsiapa yang melanggar pasal 31 ayat (1) dan ayat (3) akan dikenakan sanksi administratif. Pasal 32 ayat (3): Bentuk sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berupa surat peringatan sebanyak dua kali yang dikeluarkan oleh dinas. Pasal 32 ayat (4): Apabila surat peringatan sebagaimana pada ayat (3) tidak dijalankan oleh yang bersangkutan maka pemerintah daerah akan mencabut perijinan yang menjadi kewenangan pemerintah daerah. Pasal 66: Setiap penduduk yang dengan sengaja memalsukan surat dan/atau dokumen kepada Dinas dalam melaporkan Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting dipidana. Sanksi Pidana: dipidana dengan pidana penjara dan/atau denda sesuai dengan ketentuan UU No. 23 tahun 2006 tentang Adminsitrasi Kependudukan. Pasal 67: Setiap orang yang tanpa hak dengan sengaja mengubah, menambah atau mengurangi isi elemen data pada dokumen kependudukan dipidana.

9 41 Pasal 68: Setiap orang yang tanpa hak mengakses database kependudukan dipidana. Pasal 69: Setiap orang atau badan hukum yang tanpa hak mencetak, menerbitkan dan/atau mendistribusikan blangko Dokumen Kependudukan dipidana. Pasal 70: Setiap penduduk yang dengan sengaja mendaftarkan diri sebagai kepala atau anggota keluarga lebih dari satu KK atau untuk memiliki KTP lebih dari satu dipidana. Pasal 71: Dalam hal pejabat dan petugas pada penyelenggaraan dan instansi pelaksanaan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66, 67, 68, 69 dan 70, pejabat yang bersangkutan dipidana. 13. Perda Kota Medan No. 1 tahun 2011 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan. Pasal 32 ayat (1): Wajib Pajak yang karena kealpaannnya tidak menyampaikan SSPD atau mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan Daerah dapat dipidana. Pasal 32 ayat (2): Wajib Pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan SSPD atau mengisi dengan Sanksi pidana: Pasal 32 ayat (1): Pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau pidana denda paling banyak 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar. Pasal 32 ayat (2): Pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau pidana denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah

10 Perda Kota Medan No. 2 tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Medan No. 3 Tahun 2009 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Medan 15. Perda Kota Medan No. 3 tahun 2011 tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan Daerah dapat dipidana Pasal 34 ayat (1): Pejabat atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Kepala Daerah yang karena kealpaannya tidak memenuhi kewajiban merahasiakan hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) dan ayat (2) dipidana. Pasal 34 ayat (2): Pejabat atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Kepala Daerah yang dengan sengaja tidak memenuhi kewajibannya atau seseorang yang menyebabkan tidak dipenuhinya kewajiban pejabat sebagaimana dimaksud dalam pasal 30 ayat (1) dan ayat (2) dipidana. Tidak ada perbuatan yang dikriminalisasi. Pasal 29 ayat (1): Pejabat dan tenaga ahli yang ditunjuk oleh Kepala Daerah yang karena kealpaannya tidak memenuhi kewajiban merahasiakan hal sebagaimana dimaksud dalam pasal 27 ayat (1) dan ayat (2) dipidana. Pasal 29 ayat (2): Pejabat dan tenaga ahli yang ditunjuk oleh Kepala Daerah yang dengan sengaja tidak pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar. Pasal 34 ayat (1): Pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau pidana denda paling banyak Rp ,- (empat juta rupiah) Pasal 34 ayat (2): Pidana kurungan paling lama 2 (dua) tahun dan pidana denda paling banyak Rp ,- (sepuluh juta rupiah). Tidak ada pencantuman sanksi pidana dan/atau administrasi. Sanksi pidana: Pasal 29 ayat (1): Pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau pidana denda paling banyak Rp ,- (empat juta rupiah). Pasal 29 ayat (2): Pidana kurungan paling lama 2 (dua) tahun atau pidana denda paling banyak Rp ,-

11 Perda Kota Medan No. 4 tahun 2011 tentang Pajak Hotel memenuhi kewajibannya atau seseorang yang menyebabkan tidak dipenuhinya kewajiban pejabat sebagaimana dimaksud dalam pasal 27 ayat (1) dan ayat (2) dipidana. Pasal 33 ayat (1): Wajib Pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi dengan tidak benar atau dengan tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan daerah dapat dipidana. Pasal 33 ayat (2): Wajib Pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi dengan tidak benar atau dengan tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan Daerah dapat dipidana. Pasal 35 ayat (1): Pejabat atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Kepala Daerah yang karena kealpaannya tidak memenuhi kewajiban merahasiakan hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) dan ayat (2) dipidana. (sepuluh juta rupiah). Sanksi Pidana: Pasal 33 ayat (1): Pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak 2 (dua) kali jumlah pajak yang terutang yang tidak atau kurang dibayar. Pasal 33 ayat (2): Pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak yang terutang yang tidak atau kurang bayar Pasal 35 ayat (1): Pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau pidana denda paling banyak Rp (empat juta rupiah). Pasal 35 ayat (2): Pejabat atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Kepala Daerah yang dengan sengaja tidak memenuhi kewajibannya atau seseorang yang menyebabkan tidak dipenuhinya kewajiban pejabat sebagaimana dimaksud Pasal 35 ayat (2): Pidana kurungan paling lama 2 (dua) tahun dan pidana denda paling banyak Rp ,00 (sepuluh juta rupiah).

12 Perda Kota Medan No. 5 tahun 2011 tentang Pajak Restoran 18. Perda Kota Medan No. 6 tahun 2011 tentang Pajak dalam Pasal 32 ayat (1) dan ayat (2) di pidana. Pasal 33 ayat (1): Wajib Pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi dengan tidak benar atau dengan tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan daerah dapat dipidana. Pasal 33 ayat (2): Wajib Pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi dengan tidak benar atau dengan tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan Daerah dapat dipidana. Pasal 35 ayat (1): Pejabat atau tenaga ahli yang dihunjuk oleh Kepala Daerah yang karena kealpaannya tidak memenuhi kewajiban merahasiakan hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) dan ayat (2) dipidana. Pasal 35 ayat (2): Pejabat atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Kepala Daerah yang dengan sengaja tidak memenuhi kewajibannya atau seseorang yang menyebabkan tidak dipenuhinya kewajiban pejabat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) dan ayat (2) dipidana. Pasal 31 ayat (1): Pejabat atau tenaga ahli yang Sanksi pidana: Pasal 33 ayat (1): Pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang bayar. Pasal 33 ayat (2): Pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang bayar Pasal 35 ayat (1): Pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau pidana denda paling banyak Rp (empat juta rupiah). Pasal 35 ayat (2): Pidana kurungan paling lama 2 (dua) tahun dan pidana denda paling banyak Rp (sepuluh juta rupiah). Sanksi Pidana: Pasal 31 ayat (1): Pidana

13 45 Air Tanah 19. Perda Kota Medan No. 7 tahun 2011 tentang Pajak Hiburan ditunjuk oleh Kepala Daerah yang karena kealpaannya tidak memenuhi kewajiban merahasiakan hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1) dan ayat (2) dipidana. Pasal 31 ayat (2): Pejabat atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Kepala Daerah yang dengan sengaja tidak memenuhi kewajibannya atau seseorang yang menyebabkan tidak dipenuhinya kewajiban pejabat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (1) dan ayat (2) di pidana. Pasal 33 ayat (1): Wajib Pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi dengan tidak benar atau dengan tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan daerah dapat dipidana. Pasal 33 ayat (2): Wajib Pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi dengan tidak benar atau dengan tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan Daerah dapat dipidana. Pasal 35 ayat (1): Pejabat atau tenaga ahli yang dihunjuk oleh Kepala Daerah yang karena kealpaannya tidak memenuhi kewajiban merahasiakan hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau pidana denda paling banyak Rp (empat juta rupiah). Pasal 31 ayat (2): Pidana kurungan paling lama 2 (dua) tahun dan pidana denda paling banyak Rp (sepuluh juta rupiah). Sanksi pidana: Pasal 33 ayat (1): Pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang bayar. Pasal 33 ayat (2): Pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang bayar. Pasal 35 ayat (1): Pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau pidana denda paling banyak Rp (empat juta rupiah).

14 46 (1) dan ayat (2) dipidana. 20. Perda Kota Medan No. 10 tahun 2011 tentang Pajak Parkir. Pasal 35 ayat (2): Pejabat atau tenaga ahli yang dihunjuk oleh Kepala Daerah yang dengan sengaja tidak memenuhi kewajibannya atau seseorang yang menyebabkan tidak dipenuhinya kewajiban pejabat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) dan ayat (2) dipidana. Pasal 33 ayat (1): Wajib Pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi dengan tidak benar atau dengan tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan daerah dapat dipidana. Pasal 33 ayat (2): Wajib Pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi dengan tidak benar atau dengan tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan Daerah dapat dipidana. Pasal 35 ayat (1): Pejabat atau tenaga ahli yang dihunjuk oleh Walikota yang karena kealpaannya tidak memenuhi kewajiban merahasiakan hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) dan ayat (2) dipidana. Pasal 35 ayat (2): Pejabat atau tenaga ahli yang dihunjuk oleh Walikota yang Pasal 35 ayat (2): Pidana kurungan paling lama 2 (dua) tahun dan pidana denda paling banyak Rp (sepuluh juta rupiah). Sanksi pidana: Pasal 33 ayat (1): pidana kurungan paling lama1 (satu) tahun atau pidana denda paling banyak 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar. Pasal 33 ayat (2): pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau pidana denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang bayar. Pasal 35 ayat (1): pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau pidana denda paling banyak Rp (empat juta rupiah). Pasal 35 ayat (2): pidana kurungan paling lama 2 (dua) tahun dan pidana denda paling

15 Perda Kota Medan No. 11 tahun 2011 tentang Pajak Reklame 22. Perda Kota Medan No. 12 tahun 2011 tentang Pajak Sarang Burung Walet dengan sengaja tidak memenuhi kewajibannya atau seseorang yang menyebabkan tidak dipenuhinya kewajiban pejabat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) dan ayat (2) di pidana. Pasal 32 ayat (1): Pejabat atau tenaga ahli yang dihunjuk oleh Walikota yang karena kealpaannya tidak memenuhi kewajiban merahasiakan hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) dan ayat (2), dipidana. Pasal 32 ayat (2): Pejabat atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Walikota yang dengan sengaja tidak memenuhi kewajibannya atau seseorang yang menyebabkan tidak dipenuhinya kewajiban pejabat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) dan ayat (2), dipidana. Pasal 33 ayat 1: Wajib Pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi dengan tidak benar atau dengan tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan daerah dapat dipidana. Pasal 33 ayat 2: Wajib Pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi dengan tidak benar atau dengan tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan banyak Rp (sepuluh juta rupiah). Sanksi pidana: Pasal 32 ayat (1): pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau pidana denda paling banyak Rp (empat juta rupiah). Pasal 32 ayat (2): pidana kurungan paling lama 2 (dua) tahun dan pidana denda paling banyak Rp (sepuluh juta rupiah). Sanksi pidana: Pasal 33 ayat 1: pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar. Pasal 33 ayat 2: pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.

16 48 Daerah dapat dipidana. 23. Perda Kota Medan No. 13 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan Tahun Pasal 35 ayat (1): Pejabat atau tenaga ahli yang dihunjuk oleh Walikota yang karena kealpaannya tidak memenuhi kewajiban merahasiakan hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) dan ayat (2), dipidana. Pasal 35 ayat (2): Pejabat atau tenaga ahli yang dihunjuk oleh Walikota yang dengan sengaja tidak memenuhi kewajibannya atau seseorang yang menyebabkan tidak dipenuhinya kewajiban pejabat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) dan ayat (2), dipidana. Pasal 70: Sanksi administratif terhadap pelanggaran pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (2) huruf a berupa: a. peringatan tertulis; b. penghentian sementara kegiatan; c. penghentian sementara pelayanan umum; d. penutupan lokasi; e. pencabutan izin; f. penolakan izin; g. pembatalan izin; h. pemulihan fungsi ruang; dan/atau i. denda administratif. Pasal 82: Pengenaan sanksi pidana terhadap pelanggaran pemanfaatan ruang sebaimana dimaksud dalam pasal 69 ayat (2) huruf b dilakukan sesuai Pasal 35 ayat (1): pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau pidana denda paling banyak Rp (empat juta rupiah). Pasal 35 ayat (2): pidana kurungan paling lama 2 (dua) tahun dan pidana denda paling banyak Rp (sepuluh juta rupiah). Sanksi pidana: Sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

17 Perda Kota Medan No. 16 Tahun 2011 tentang Pajak Penerangan Jalan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 34 ayat (1): Wajib Pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi dengan tidak benar atau dengan tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan daerah dapat dipidana. Pasal 34 ayat (2): Wajib Pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi dengan tidak benar atau dengan tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan Daerah dapat dipidana. Pasal 36 ayat (1): Pejabat atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Walikota yang karena kealpaannya tidak memenuhi kewajiban merahasiakan hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) dan ayat (2) dipidana. Pasal 36 ayat (2): Pejabat atau tenaga ahli yang dihunjuk oleh Walikota yang dengan sengaja tidak memenuhi kewajibannya atau seseorang yang menyebabkan tidak dipenuhinya kewajiban pejabat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) dan ayat (2) di pidana. Sanksi Pidana: Pasal 34 ayat (1): pidana kurungan atau pidana denda sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan. Pasal 34 ayat (2): pidana penjara atau pidana denda sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan. Pasal 36 ayat (1): pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau pidana denda paling banyak Rp (empat juta rupiah). Pasal 36 ayat (2): pidana kurungan paling lama 2 (dua) tahun dan pidana denda paling banyak Rp (sepuluh juta rupiah). Sumber: Kabag. Hukum Pemerintah Kota Medan, tanggal 28 April 2012.

18 50 Data tersebut di atas menunjukkan bahwa selama 3 tahun (2009 s.d. 2011), Pemerintah Kota Medan bersama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan telah mengeluarkan 24 Peraturan Daerah, dan apabila di teliti peraturan daerah tersebut, terdapat 13 peraturan daerah yang mencantumkan bab sanksi pidana secara khusus, 3 peraturan daerah yang menyebutkan sanksi pidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan 8 peraturan daerah tidak mencantumkan pengatuan sanksi pidana. Penulis menilai bahwa pembuat peraturan di Kota Medan masih mengandalkan sanksi pidana sebagai instrumen untuk menjalankan kebijakan pemerintahan daerah. Sejumlah peraturan daerah tersebut diatas terdapat ketentuan sanksi pidana yang mencantumkan pengaturan sanksi pidana Peraturan Daerah maksimum 2 tahun, hal ini telah terjadi penyimpangan sebagai mana dimaksud dalam Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pada Pasal 143 disebutkan: (1) Perda dapat memuat ketentuan tentang pembebanan biaya paksaan penegakan hukum, seluruhnya atau sebagian kepada pelanggar sesuai dengan peraturan perundangan. (2) Perda dapat memuat ancaman pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp ,00 (lima puluh juta rupiah). (3) Perda dapat memuat ancaman pidana atau denda selain sebagaimana dimaksud pada ayat (2), sesuai dengan yang diatur dalam peraturan perundangan lainnya.

19 51 Undang-undang Nomor 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan juga mengatur tentang pengaturan pidana pada peraturan daerah, yaitu: Pasal 15: (1). Materi muatan mengenai ketentuan pidana hanya dapat dimuat dalam; a. Undang-undang; b. Peraturan Daerah Provinsi; atau c. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. (2). Ketentuan pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan huruf c berupa ancaman pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau pidana denda paling banyak Rp ,00 (lima puluh juta rupiah). (3) Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota dapat memuat ancaman pidana kurungan atau pidana denda selain sebagaimana dimaksud pada ayat (2), sesuai dengan yang diatur dalam Peraturan Perundang-undangan lainnya. Adapun Peraturan Daerah Kota Medan yang melakukan penyimpangan dalam pencantuman sanksi pidana adalah: No. Jenis Peraturan Daerah Sanksi Pidana 1. Perda Kota Medan No. 1 tahun 2011 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan. Pasal 32 ayat (2): Wajib Pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan SSPD atau mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan Daerah dapat dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau pidana denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang

20 52 2. Perda Kota Medan No. 3 tahun 2011 tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan 3. Perda Kota Medan No. 4 tahun 2011 tentang Pajak Hotel 4. Perda Kota Medan No. 5 tahun 2011 tentang Pajak Restoran 5. Perda Kota Medan No. 6 tahun 2011 tentang Pajak Air Tanah tidak atau kurang dibayar. Pasal 29 ayat (2): Pejabat dan tenaga ahli yang ditunjuk oleh Kepala Daerah yang dengan sengaja tidak memenuhi kewajibannya atau seseorang yang menyebabkan tidak dipenuhinya kewajiban pejabat sebagaimana dimaksud dalam pasal 27 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan Pidana kurungan paling lama 2 (dua) tahun atau pidana denda paling banyak Rp ,- (sepuluh juta rupiah). Pasal 33 ayat (2): Wajib Pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi dengan tidak benar atau dengan tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan Daerah dapat dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak yang terutang yang tidak atau kurang bayar. Pasal 33 ayat (2): Wajib Pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi dengan tidak benar atau dengan tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan Daerah dapat dipidana. dengan Pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang bayar Pasal 31 ayat (2): Pejabat atau tenaga ahli yang

21 53 6. Perda Kota Medan No. 7 tahun 2011 tentang Pajak Hiburan 7. Perda Kota Medan No. 10 tahun 2011 tentang Pajak Parkir 8. Perda Kota Medan No. 11 tahun 2011 tentang Pajak Reklame ditunjuk oleh Kepala Daerah yang dengan sengaja tidak memenuhi kewajibannya atau seseorang yang menyebabkan tidak dipenuhinya kewajiban pejabat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (1) dan ayat (2) di pidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) tahun dan pidana denda paling banyak Rp (sepuluh juta rupiah). Pasal 33 ayat (2): Wajib Pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi dengan tidak benar atau dengan tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan Daerah dapat dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang bayar. Pasal 33 ayat (2): Wajib Pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi dengan tidak benar atau dengan tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan Daerah dapat dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau pidana denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang bayar. Pasal 32 ayat (2): Pejabat atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Walikota yang dengan sengaja tidak memenuhi kewajibannya atau seseorang

22 54 9. Perda Kota Medan No. 12 tahun 2011 tentang Pajak Sarang Burung Walet 10. Perda Kota Medan No. 16 Tahun 2011 tentang Pajak Penerangan Jalan yang menyebabkan tidak dipenuhinya kewajiban pejabat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) dan ayat (2), dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) tahun dan pidana denda paling banyak Rp (sepuluh juta rupiah). Pasal 33 ayat 2: Wajib Pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi dengan tidak benar atau dengan tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan Daerah dapat dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar. Pasal 36 ayat (2): Pejabat atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Walikota yang dengan sengaja tidak memenuhi kewajibannya atau seseorang yang menyebabkan tidak dipenuhinya kewajiban pejabat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) dan ayat (2) di pidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) tahun dan pidana denda paling banyak Rp (sepuluh juta rupiah). Pengaturan diatas bila dicermati, pembuat Peraturan Daerah didalam merumuskan Peraturan Daerah Kota Medan tersebut, menjadikan sanki

23 55 pidana mengacu pada Undang-undang No. 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah, hal ini disebutkan pada: Pasal Pasal 174 ayat (2): Wajib Pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan Daerah dapat dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau pidana denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar. Pasal Pasal 177: (1) Pejabat atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Kepala Daerah yang karena kealpaannya tidak memenuhi kewajiban merahasiakan hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 172 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan pidana denda paling banyak Rp ,00 (empat juta rupiah). (2) Pejabat atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Kepala Daerah yang dengan sengaja tidak memenuhi kewajibannya atau seseorang yang menyebabkan tidak dipenuhinya kewajiban pejabat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 172 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) tahun dan pidana denda paling banyak Rp ,00 (sepuluh juta rupiah). Terhadap peraturan diatas menurut penulis pengaturan peraturan daerah yang ancaman pidana kurungan lebih dari 6 (enam) bahkan memberikan sanksi penjara hingga 2 tahun sangat kurang tepat, sebab apabila peraturan daerah bebas mencantumkan jenis sanksi pidana sesuai dengan peraturan yang lebih tinggi diatasnya akan menyebabkan kerumitan dalam penerapan sanksinya, apakah dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil di daerah atau Penyidik POLRI, selanjutnya upaya hukum dapat banding ke Pengadilan

24 56 Tinggi atau langsung Kasasi ke Mahkamah Agung, dan apabila tindak pidana yang diatur didalam Peraturan Daerah lebih ringan hukumannya bila dibandingkan dengan ketentuan Undang-undang yang mengatur diatasnya, tentu akan membuat pelaku kejahatan meminta agar mendapatkan pengaturan hukum yang lebih ringan. Peneliti tesis ini berpendapat Peraturan Daerah harus tetap memiliki batasan-batasan pengaturan sanksi pidana sebagaimana dimaksudkan dalam Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, tentu dengan memperbaiki Pasal yang multi tafsir dengan menyebutkan: Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota dapat memuat ancaman pidana kurungan atau pidana denda selain sebagaimana dimaksud pada ayat (2), sesuai dengan yang diatur dalam Peraturan Perundang-undangan lainnya. 2. Pola Jumlah atau lama (berat-ringannya) Pidana Praktik legislatif daerah selama ini, terdapat perkembangan dalam penentuan jumlah atau lamanya sanksi pidana dalam peraturan daerah, hal ini tidak dapat dilepaskan dari adanya penggantian Undang-undang Nomor 5 Tahun1974 tentang Pemerintahan Daerah yang lama dan digantikan dengan yang baru yakni Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Kedua Undang-undang inilah yang menjadi dasar

25 57 perumusan sanksi pidana dalam Peraturan Daerah dalam dua masa waktu yang berlainan ini. Ketentuan sanksi pidana dalam Peraturan Daerah yang diatur berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 adalah sebagai berikut: Peraturan daerah dapat memuat ancaman pidana kurungan paling lama enam bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp ,- (lima puluh ribu rupiah) dengan atau tidak merampas barang tertentu untuk daerah, kecuali ditentukan lain dalam peraturan perundang-undangan. Sedangkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 143 ayat (2) mengatur ancaman pidana dalam Peraturan Daerah adalah sebagai berikut: Peraturan Daerah dapat memuat ancaman pidana kurungan paling lama enam bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp ,- (lima puluh juta rupiah). Berdasarkan kedua undang-undang tersebut terlihat bahwa perumusan sanksi pidana kurungan maupun pidana denda dalam Peraturan Daerah ditentukan dengan menggunakan sistem sanksi maksimum. Pola yang dianut oleh kedua Undang-undang tersebut mengikuti pola KUHP yang menganut sistem atau pendekatan absolut. Arti dari sistem atau pendekatan absolut ini adalah untuk setiap tindak pidana ditetapkan bobot/kualitas -nya sendiri-sendiri, yaitu dengan menetapkan ancaman

26 58 pidana maksimum (dapat juga ancaman minimumnya) untuk setiap tindak pidana, penetapan maksimum pidana untuk tiap tindak pidana ini menurut Colin Howard sebagaimana dikutip Barda Nawawi Arief dikenal dengan istilah sistem indifinite atau sistem maksimum. 39 Mengikuti pola KUHP tersebut, berarti pembentuk undang-undang beranggapan bobot atau tingkat keseriusan atau kualitas tindak pidana yang diatur dalam Peraturan Daerah tidak begitu serius. Hal ini didasarkan pada pendapat yang dikemukakan Barda Nawawi Arief bahwa masalah pemberian bobot dengan menetapkan kualifikasi ancaman pidana maksimumnya menunjukkan tingkatan atau gradasi nilai-nilai dan norma-norma sentral masyarakat dan kepentingan-kepentingan hukum yang dilindungi. 40 Disisi lain, perumusan jumlah sanksi pidana kurungan dalam Peraturan Daerah tidak mengenal adanya minimum khusus sebagaimana yang diatur dalam Konsep KUHP dan beberapa undang-undang diluar KUHP. Ketentuan umum dan maksimum umum pidana kurungan dalam Peraturan Daerah mengikuti KUHP sebagai induknya. Untuk pidana kurungan minimum dan maksimum umumnya mengikuti ketentuan Pasal 19 ayat (1) KUHP yakni paling sedikit 1 hari dan paling lama 1 tahun. Maksimum khusus pidana kurungan dalam Peraturan Daerah yakni mengikuti undang-undang Pemerintahan Daerah di atas yakni 6 bulan. 39 Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Hukum Pidana, Op. Cit., hlm Ibid, hlm. 132.

27 59 Pidana denda tidak mengenal minimum khusus dan maksimum umum. Pidana denda hanya mengenal minimum umum dan maksimum khusus. Berdasarkan Pasal 30 ayat 1 (KUHP) minimum umum pidana denda sebesar banya 25 sen yang berdasarkan Undang-undang Nomor 18 Prp. Tahun 1960 dilipatgandakan menjadi 15 kali sehingga menjadi Rp. 3,75 (tiga rupiah tujuh puluh lima sen). Maksimum khusus pidana denda berbeda antara kejahatan dan pelanggaran. Untuk maksimum khusus pidana denda terhadap pelanggaran berkisar antara Rp. 225 (dulu 15 gulden) dan Rp (dulu gulden), namun yang terbanyak hanya di ancam dengan denda sebesar Rp. 375 (dulu 25 gulden) dan Rp (dulu 300 gulden). Maksimum khusus denda untuk kejahatan berkisar antara Rp. 900 (dulu 60 gulden) dan Rp (dulu gulden), namun ancaman pidana denda yang sering diancamkan ialah sebesar Rp (dulu 300 gulden). Berdasarkan pola perumsan jumlah pidana yang telah diuraikan di atas, dapat diketahui bahwa ketentuan maksimum khusus pidana denda dalam Peraturan Daerah sebagaimana yang diatur dalam Undang-undanag Nomor 5 tahun 1974 yakni sebesar Rp ternyata masih dibawah maksmum khusus pidana denda yang dikenakan terhadap pelanggaran seperti yang di atur dalam KUHP yakni sebesar Rp Perubahan ketentuan maksimum khusus pidana denda dalam peraturan daerah dari Rp berdasarkan UU Nomor 5 tahun 1974 kemudian

28 60 menjadi Rp 5 juta berdasarkan UU Nomor 22 tahun 1999 kemudian menjadi berdasarkan UU Nomor 32 Tahun 2004 dapat dikatakan tidak menunjukkan adanya perubahan bobot atau kualitas delik pelanggaran Peraturan Daerah, melainkan hanyalah menyesuaikan dengan nilai mata uang rupiah yang berlaku saat itu. Ketentuan pidana denda ini memang pada kenyataannya cepat berubah karena erat kaitannnya dengan perubahan nilai mata uang yang berlaku pada saat itu. 41 Hal inilah juga yang merupakan salah satu kelemahan dari stelsel pidana denda. Perubahan jumlah pidana denda dalam kedua undang-undang tersebut juga tidak menjamin semakin efektifnya pidana denda. Dikemukakan oleh Barda Nawawi Arief, pembuat undang-undang yang hanya meningkatkan jumlah ancaman pidana denda bukanlah jaminan untuk dapat mengefektifkan pidana denda. Kebijakan yang perlu dipikirkan adalah kebijakan yang mencakup keseluruhan sistem sanksi pidana denda itu sendiri dan kebijakan pembuat undang-undang yang berhubungan dengan pelaksanaan pidana denda tersebut antara lain: 1. Sistem penetapan jumlah atau besarnya pidana denda; 2. Batas waktu pelaksanaan pembayaran denda; 3. Tindakan paksaan yang diharapkan dapat menjamin terlaksananya pembayaran denda dalam hal terpidana tidak dapat membayar dalam batas waktu yang telah ditetapkan; 4. Pelaksanaan pidana denda dalam hal-hal khusus (misalnya terhadap seseorang yang belum dewasa atau belum bekerja dan masih dalam tanggungan orang tua); 41 Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Hukum Pidana, Op. Cit., hlm. 140

29 61 5. Pedoman atau kriteria untuk menjatuhkan pidana denda 42 Mengingat KUHP dan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 yang menjadi acuan pembentukan Peraturan Daerah yang bersangkutan belum mengatur adanya ketentuan minimum khusus, maka ketentuan minimum khusus yang ada dalam Peraturan Daerah tidak dapat diberlakukan. Untuk memberlakukan ketentuan minimum khusus tersebut baru dapat dilaksanakan apabila diatur dengan undang-undang. Sebab apabila hanya diatur dengan Peraturan Daerah, berlaku asas peraturan yang lebih tinggi mengenyampingkan ketentuan yang lebih rendah apabila mengatur hal yang sama. Praktik legislatif daerah demikian tersebut kiranya perlu mendapat perhatian dikemudian hari apabila KUHP baru maupun undang-undang Pemerintahan Daerah yang baru telah terbentuk. 3. Pola Perumusan Sanksi Pidana Jenis pidana diancamkan dalam Peraturan Daerah, untuk pidana pokonya yaitu pidana kurungan dan pidana denda dirumuskan dengan menggunakan perumusan alternatif. Perumusan sanksi pidana kurungan dan denda secara alternatif ini merupakan salah satu bentuk perumusan pidana pokok yang ada dalam KUHP disamping 8 (delapan) bentuk perumusan lainnya. Pola perumusan yang ada dalam peraturan daerah tersebut diatur 42 Barda Nawawi Arief, dalam Muladi & Barda Nawawi Arief, Teori-teori dan Kebijakan Pidana, Op. Cit., hlm. 181.

30 62 dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang di dalam Pasal 143 ayat (2) menyatakan sebagai berikut: Peraturan Daerah dapat memuat ancaman pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp ,- (lima puluh juta rupiah). Perumusan diatas, pidana pokok berupa kurungan sudah disebutkan terlebih dahulu daripada denda yakni untuk menunjukkan bahwa pidana kurungan diangggap lebih berat dibandingkan pidana denda. Pidana tambahan berupa perampasan barang-barang tertentu pencantumannya hanya bersifat fakultatif, namun untuk dapat dijatuhkan harus tercantum dalam perumusan delik. Perumusan sanksi pidana secara alternatif tersebut dimaksudkan agar hakim dalam menjatuhkan putusan memiliki kesempatan untuk memilih jenis pidana yan ditentukan dalam pasal yang bersangkutan. Konsekuensi dengan adanya kesempatan memilih jenis pidana tersebut, pada kenyataan hakim lebih cenderung untuk memilih pidana kurungan daripada pidana denda. Hakim biasanya memandang pidana kurungan dianggap lebih berat daripada pidana denda, sehingga pidana kurungan dianggap lebih efektif untuk dijatuhkan pada terpidana. Ketentuan seperti ini tentu sangat tidak mendukung upaya untuk menghindari dijatuhkannya pidana perampasan kemerdekaan dalam jangka waktu yang pendek seperti yang selama ini dikembangkan.

31 63 Hal-hal yang disebutkan di atas bisa terjadi sebab selama ini di dalam KUHP tidak ada ketentuan umum yang mengatur mengenai pedoman penerapan perumusan sanksi pidana alternatif. Ketentuan tersebut, bahwa diketahui dalam menghadapai perumusan pidana alternatif hakim harus mengingat hal-hal sebagai berikut: 1. Selalu berorientasi pada tujuan pemidanaan, dan 2. Lebih mengutamakan/mendahulukan jenis pidana yang lebih ringan sekiranya pidana yang lebih ringan itu telah didukung atau telah memenuhi tujuan pemidanaan. 43 Ketentuan pedoman penerapan pidana alternatif tersebut apabila dapat diterapkan dalam Peraturan Daerah yang selama ini ada, maka kecenderungan untuk menjatuhkan pidana kurungan (perampasan kemerdekaan jangka pendek) dapat dihindari. Selain itu, ketentuan demikian akan lebih mengefektifkan pelaksanaan pidana denda terutama yang menyangkut pelanggaran Peraturan Daerah. Bertolak dari uraian tentang perumusan pidana di atas, maka penulis berpendapat bahwa dalam perumusan pidana untuk tindak pidana yang diatur dalam Peraturan Daerah, harus lebih tepat dirumuskan pidana pokoknya secara alternatf antara pidana denda dan pidana kerja sosial. Hal ini didasarkan pada ketentuan Pasal 79 ayat (1) konsep rancangan KUHP tahun 2000 yang menyatakan sebagai berikut: 43 Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Hukum Pidana, Op. Cit., hlm. 161.

32 64 Jika pidana penjara yang akan dijatuhkan tidak lebih dari 6 (enam) bulan atau pidana denda tidak lebih dari denda kategori I, maka pidana penjara atau pidana denda tersebut dapat diganti dengan pidana kerja sosial. Perumusan demikian tersebut, maka pidana kerja sosial tidak hanya digunakan sebagai pidana pengganti denda yang tidak bayar, melainkan juga sebagai alternatif pidana denda yang diancamkan terhadap delik pelanggaran Peraturan Daerah. Adanya pidana kerja sosial yang diancamkan terhadap pelakupelanggaran Peraturan Daerah memberikan fleksibilitas atau elastisitas pemidanaan karena memberikan kesempatan kepada hakim untuk menjatuhkan pidana yang lebih sesuai dengan kondisi terdakwa dan perbuatan yang dilakukan (individualisasi pidana). Berkenaan dengan perumusan sanksi administrasi dalam Peraturan Daerah selama ini, dapat diketahui bahwa perumusan sanksi administrasi tidak terintegrasi dengan sanksi pidana. Artinya, sanksi administrasi itu tidak merupakan salah satu jenis sanksi pidana yang dapat dijatuhkan oleh hakim/pengadilan. Perumusan sanksi administrasi yang tidak terintegrasi degan sanksi pidana tersebut menjadikan kendala tersendiri bagi upaya untuk menerapkan sanksi administrasi karena akan menambah rantai birokrasi dan

33 65 menimbulkan inefisiensi. 44 Sanksi administrasi yang dirumuskan berdiri sendiri tersebut menyebabkan penjatuhannya hanya dapat dilakukan oleh lembaga yang ditunjuk diluar hakim/pengadilan. Barda Nawawi Arief sependapat seyogyanya jenis administratif diintegrasikan dalam sistem sanksi pidana atau sistem pertanggungjawaban pidana, 45 maka dalam perumusan sanksi administrasi dalam Peraturan Daerah yang akan datang, penulis beranggapan perlunya perumusan sanksi administrasi diintegrasikan dalam ketentuan pidana, baik sebagai pidana tambahan maupun sanksi tindak administrasi. Perumusan demikian, hakim dapat sekaligus mempertimbangkan kedua macam sanksi tersebut, baik sanksi pidana maupun sanksi administrasi dalam menjatuhkan putusan. Jika sanksi administrasi saja dipandang cukup, hakim tentunya tidak perlu menjatuhkan sanksi pidana. Namun apabila hakim berpendapat bahwa pelanggaran cukup serius misalnya pelanggaran Peraturan Daerah oleh korporasi, maka hakim dapat menjatuhkan sanksi administrasi bersama-sama sanksi pidana. B. Pengaturan Sanksi Pidana Ditinjau dari Tujuan Pemidanaan Penerapan pidana dalam perampasan kemerdekaan menurut perundangundangan di Indonesia, menyebutkan bahwa pidana penjara diancamkan terhadap tindak pidana kejahatan. Sedangkan terhadap tindak pidana 44 Barda Nawawi Arief, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Penanggulangan Kejahatan, Op. Cit., hlm Ibid.

34 66 pelanggaran pada umumnya hanya di ancam dengan pidana perampasan kemerdekaan yang lebih ringan berupa pidana kurungan. Garis kebijakan seperti itu diikuti oleh pembentuk undang-undang pemerintahan daerah dalam membuat ketentuan umum yang kemudian dijadikan pedoman oleh legislatif daerah dalam membuat aturan pemidanaan Peraturan Daerah. Ketentuan umum demikian ini dinyatakan secara tegas dalam Pasal 143 Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 yang selanjutnya telah dilakukan perubahan ke dua dengan Undang-Undang No. 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah yang menyatakan bahwa: Peraturan Daerah dapat memuat ancaman pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp ,00 (lima puluh juta rupiah). Garis kebijakan legislatif yang demikian tersebut mengikuti dan bersumber dari sistem KUHP yang membagi tindak pidana menjadi kejahatan dan pelanggaran. Menurut Memorie van Toelichting dimasukkannya pidana kurungan ke dalam KUHP itu terdorong oleh dua macam kebutuhan, yaitu: a. Kebutuhan akan perlunya suatu bentuk pidana yang sangat sederhana berupa suatu pembatasan kebebasan bergerak atau suatu vrijheidsstraaf yang sangat sederhana bagi delik-delik yang sifatnya ringan; dan b. Kebutuhan akan perlunya suatu bentuk pidana berupa suatu pembatasan kebebasan bergerak yang sifatnya tidak begitu mengekang bagi delik-delik yang menurut sifatnya tidak menujukkan adanya suatu kebobrokan mental

UNDANG UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

UNDANG UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN UNDANG UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN.. BAB II HAK DAN KEWAJIBAN PENDUDUK Pasal 2 Setiap Penduduk mempunyai hak untuk memperoleh : a. Dokumen Kependudukan; b. pelayanan yang

Lebih terperinci

BAB III PIDANA DAN PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Korupsi yang Dimuat

BAB III PIDANA DAN PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Korupsi yang Dimuat BAB III PIDANA DAN PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA KORUPSI A. Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Korupsi yang Dimuat dalam Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi 1. Sanksi

Lebih terperinci

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DENPASAR, Menimbang: a. bahwa Pajak Penerangan Jalan merupakan

Lebih terperinci

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DENPASAR, Menimbang: a. bahwa Pajak Penerangan Jalan merupakan

Lebih terperinci

Bab IX : Sumpah Palsu Dan Keterangan Palsu

Bab IX : Sumpah Palsu Dan Keterangan Palsu Bab IX : Sumpah Palsu Dan Keterangan Palsu Pasal 242 (1) Barang siapa dalam keadaan di mana undang-undang menentukan supaya memberi keterangan di atas sumpah atau mengadakan akibat hukum kepada keterangan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 25 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 25 TAHUN 2001 TENTANG PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 25 TAHUN 2001 TENTANG PENYESUAIAN ISTILAH-ISTILAH DAN KETENTUAN PIDANA DALAM PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 1999 TENTANG PEMERINTAHAN

Lebih terperinci

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DENPASAR, Menimbang : a. bahwa Pajak Restoran merupakan sumber pendapatan

Lebih terperinci

NOMOR 18 TAHUN 1997 TENTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

NOMOR 18 TAHUN 1997 TENTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1997 TENTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DENPASAR,

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DENPASAR, WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DENPASAR, Menimbang: a. b. c bahwa Pajak Air Tanah merupakan salah

Lebih terperinci

PERUBAHAN KEDUA PERDA NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG KETERTIBAN UMUM 2010 PERDA KOTA PONTIANAK NO.1,LD.2010/NO

PERUBAHAN KEDUA PERDA NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG KETERTIBAN UMUM 2010 PERDA KOTA PONTIANAK NO.1,LD.2010/NO PERUBAHAN KEDUA PERDA NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG KETERTIBAN UMUM PERDA KOTA PONTIANAK NO.1,LD./NO.2 SETDA KOTAPONTIANAK SERI E : 9 HLM PERATURAN DAERAH PROV KALIMANTAN BARAT TENTANG PERUBAHAN KEDUA PERDA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MEDAN

PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MEDAN PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MEDAN Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 2 ayat (2) huruf c Undang-Undang Nomor 28 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang murah, dan pendidikan yang gratis.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang murah, dan pendidikan yang gratis. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Salah satu ciri khas pajak adalah tidak adanya kontra prestasi yang langsung dapat dirasakan oleh pembayar pajak. Mungkin saja pelayanan negara kepada pembayar

Lebih terperinci

BAB II PIDANA PENJARA MENURUT KUHP DAN KONSEP KUHP BARU. pencabutan kemerdekaan khususnya pidana penjara. Pidana pencabutan

BAB II PIDANA PENJARA MENURUT KUHP DAN KONSEP KUHP BARU. pencabutan kemerdekaan khususnya pidana penjara. Pidana pencabutan 24 BAB II PIDANA PENJARA MENURUT KUHP DAN KONSEP KUHP BARU A. Defenisi Pidana Penjara Jenis pidana yang paling sering dijatuhkan pada saat ini adalah pidana pencabutan kemerdekaan khususnya pidana penjara.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masing-masing wilayah negara, contohnya di Indonesia. Indonesia memiliki Hukum

I. PENDAHULUAN. masing-masing wilayah negara, contohnya di Indonesia. Indonesia memiliki Hukum I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pidana denda merupakan salah satu jenis pidana yang telah lama diterima dan diterapkan dalam sistem hukum di berbagai negara dan bangsa di dunia. Akan tetapi, pengaturan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PENERBITAN DOKUMEN KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI [LN 1999/140, TLN 3874]

UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI [LN 1999/140, TLN 3874] UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI [LN 1999/140, TLN 3874] BAB II TINDAK PIDANA KORUPSI Pasal 2 (1) Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan

Lebih terperinci

BAB II PIDANA TAMBAHAN DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI YANG BERUPA UANG PENGGANTI. A. Pidana Tambahan Dalam Tindak Pidana Korupsi Yang Berupa Uang

BAB II PIDANA TAMBAHAN DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI YANG BERUPA UANG PENGGANTI. A. Pidana Tambahan Dalam Tindak Pidana Korupsi Yang Berupa Uang BAB II PIDANA TAMBAHAN DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI YANG BERUPA UANG PENGGANTI A. Pidana Tambahan Dalam Tindak Pidana Korupsi Yang Berupa Uang Pengganti Masalah penetapan sanksi pidana dan tindakan pada

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, PEMERINTAH KOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 05 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA PENCATATAN SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PENGATURAN PIDANA DENDA DI DALAM KUHP DAN TINDAK PIDANA DI LUAR KUHP. Oleh : Diana Tri Iriani ABSTRAK

PERBANDINGAN PENGATURAN PIDANA DENDA DI DALAM KUHP DAN TINDAK PIDANA DI LUAR KUHP. Oleh : Diana Tri Iriani ABSTRAK PERBANDINGAN PENGATURAN PIDANA DENDA DI DALAM KUHP DAN TINDAK PIDANA DI LUAR KUHP Oleh : Diana Tri Iriani ABSTRAK Pidana denda merupakan salah satu pidana pokok dalam stelsel pemidanaan di Indonesia yang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG

PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PANGKALPINANG, Menimbang a. bahwa dengan

Lebih terperinci

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HOTEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DENPASAR,

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HOTEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DENPASAR, WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HOTEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DENPASAR, Menimbang: a. bahwa Pajak Hotel merupakan sumber pendapatan

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL 2012

PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL 2012 PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL 2012 PERDA KOTA KEDIRI NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN [LN 1983/49, TLN 3262]

UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN [LN 1983/49, TLN 3262] UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN [LN 1983/49, TLN 3262] BAB VIII KETENTUAN PIDANA Pasal 38 Barang siapa karena kealpaannya : a. tidak menyampaikan Surat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1997 TENTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1997 TENTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1997 TENTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANOKWARI NOMOR 05 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MANOKWARI,

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANOKWARI NOMOR 05 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MANOKWARI, RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANOKWARI NOMOR 05 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MANOKWARI, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 2 ayat (2) huruf b Undang-Undang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK SARANG BURUNG WALET

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK SARANG BURUNG WALET PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI OGAN KOMERING ULU TIMUR, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN HAK RESTITUSI TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DI INDONESIA

BAB II PENGATURAN HAK RESTITUSI TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DI INDONESIA 16 BAB II PENGATURAN HAK RESTITUSI TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DI INDONESIA A. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN [LN 1995/64, TLN 3612]

UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN [LN 1995/64, TLN 3612] UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1995 TENTANG KEPABEANAN [LN 1995/64, TLN 3612] BAB XIV KETENTUAN PIDANA Pasal 102 Barangsiapa yang mengimpor atau mengekspor atau mencoba mengimpor atau mengekspor barang tanpa

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1997 TENTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1997 TENTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1997 TENTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB III ANALISA HASIL PENELITIAN

BAB III ANALISA HASIL PENELITIAN BAB III ANALISA HASIL PENELITIAN A. Analisa Yuridis Malpraktik Profesi Medis Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 merumuskan banyak tindak pidana

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU. Nomor 11 Tahun 2010 PERATURAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK SARANG BURUNG WALET

LEMBARAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU. Nomor 11 Tahun 2010 PERATURAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK SARANG BURUNG WALET LEMBARAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU Nomor 11 Tahun 2010 PERATURAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA LUBUKLINGGAU, Menimbang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN

UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN [LN 2007/85, TLN 4740] 46. Ketentuan Pasal 36A diubah sehingga

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MEDAN,

PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MEDAN, PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MEDAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 95 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MEDAN,

PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MEDAN, PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MEDAN, Menimbang : a. bahwa Pasal 2 ayat (2) huruf i Undang-Undang Nomor 28

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

UNDANG UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN UNDANG UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN.. BAB II HAK DAN KEWAJIBAN PENDUDUK Pasal 2 Setiap Penduduk mempunyai hak untuk memperoleh : a. Dokumen Kependudukan; b. pelayanan yang

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN TERHADAP PELAKU TANPA IZIN MELAKUKAN KEGIATAN INDUSTRI KECIL

BAB II PENGATURAN TERHADAP PELAKU TANPA IZIN MELAKUKAN KEGIATAN INDUSTRI KECIL BAB II PENGATURAN TERHADAP PELAKU TANPA IZIN MELAKUKAN KEGIATAN INDUSTRI KECIL A. Pengaturan Terhadap Pelaku Tanpa Izin Melakukan Kegiatan Industri dalam UU No. 5 Tahun 1984 1. Tindak Pidana dalam hal

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG FASILITAS DAN PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG FASILITAS DAN PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG FASILITAS DAN PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG, Menimbang Mengingat : : a. bahwa dalam rangka menunjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pidana yang berupa pembayaran sejumlah uang dinamakan pidana denda. Kedua

BAB I PENDAHULUAN. Pidana yang berupa pembayaran sejumlah uang dinamakan pidana denda. Kedua 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum pidana di negara kita selain mengenal pidana perampasan kemerdekaan juga mengenal pidana yang berupa pembayaran sejumlah uang. Pidana yang berupa pembayaran

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK SARANG BURUNG WALET

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK SARANG BURUNG WALET PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK SARANG BURUNG WALET Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI BANYUASIN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI BANYUASIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI BANYUASIN Menimbang : a. bahwa dengan telah ditetapkan Undang-Undang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR : 05 TAHUN 2012 TLD NO : 05

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR : 05 TAHUN 2012 TLD NO : 05 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR : 05 TAHUN 2012 TLD NO : 05 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR 05 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR : 12 TAHUN 2003 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR : 12 TAHUN 2003 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR : 12 TAHUN 2003 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL Menimbang: a. bahwa dengan berlakunya Undang-undang Nomor 34 Tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Hakekat pembangunan nasional adalah membangun seluruh manusia Indonesia

I. PENDAHULUAN. Hakekat pembangunan nasional adalah membangun seluruh manusia Indonesia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Hakekat pembangunan nasional adalah membangun seluruh manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan perekonomian seluruh rakyat Indonesia pada khususnya. Perekonomian

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU NOMOR 08 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BURU,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU NOMOR 08 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BURU, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU NOMOR 08 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BURU, Menimbang Mengingat : a. bahwa berdasarkan Pasal 2 ayat (2) huruf b Undang-Undang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA KO T A P R A D J A JO J G A K TA R A LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor: 1 Tahun 2006 Seri: C PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN KETENTUAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS,

BUPATI KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, BUPATI KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa Pajak Daerah merupakan salah satu

Lebih terperinci

Lex et Societatis, Vol. V/No. 3/Mei/2017

Lex et Societatis, Vol. V/No. 3/Mei/2017 LANDASAN HUKUM TERHADAP KEJAHATAN DI BIDANG PERPAJAKAN YANG DILAKUKAN OLEH PEJABAT PAJAK 1 Oleh: Grace Yurico Bawole 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana landasan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG C U K A I [LN 1995/76, TLN 3613]

UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG C U K A I [LN 1995/76, TLN 3613] UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG C U K A I [LN 1995/76, TLN 3613] BAB XII KETENTUAN PIDANA Pasal 50 Barangsiapa tanpa memiliki izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 1, menjalankan usaha Pabrik,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace diubah: UU 34-2000 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 41, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3685) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 28 TAHUN 2002 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 28 TAHUN 2002 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2002 TAHUN : 2002 NOMOR : 52 S E R I : D PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 28 TAHUN 2002 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

NO. PERDA NOMOR 2 TAHUN 2011 PERDA NOMOR 17 TAHUN 2016 KET 1. Pasal 1. Tetap

NO. PERDA NOMOR 2 TAHUN 2011 PERDA NOMOR 17 TAHUN 2016 KET 1. Pasal 1. Tetap MATRIKS PERBANDINGAN PERDA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DAN PERDA NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERDA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA KORUPSI

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA KORUPSI 20 BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA KORUPSI A. Undang-Undang Dasar 1945 Adapun terkait hal keuangan, diatur di dalam Pasal 23 Undang-Undang Dasar 1945, sebagaimana

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BAUBAU,

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BAUBAU, PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BAUBAU, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 2 ayat (2) huruf

Lebih terperinci

LD NO.2 LAMPIRAN V PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH TEKNIK PENYUSUNAN PERATURAN DAERAH

LD NO.2 LAMPIRAN V PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH TEKNIK PENYUSUNAN PERATURAN DAERAH LAMPIRAN V PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH TEKNIK PENYUSUNAN PERATURAN DAERAH SISTEMATIKA BAB I KERANGKA PERATURAN DAERAH A. JUDUL B. PEMBUKAAN

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 36 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 36 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 36 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2011 NOMOR 07 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK SARANG BURUNG WALET

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2011 NOMOR 07 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK SARANG BURUNG WALET LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2011 NOMOR 07 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABALONG, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2002. TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang : a. bahwa dengan ditetapkannya Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTI BIAYA CETAK DOKUMEN KEPENDUDUKAN DAN AKTA PENCATATAN SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2009

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2009 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN DAN PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU KELUARGA, KARTU TANDA PENDUDUK DAN PENCATATAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 07 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG PAJAK RESTORAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 07 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG PAJAK RESTORAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 07 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 08 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU,

PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 08 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU, PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 08 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU, Menimbang : a. bahwa pajak penerangan jalan merupakan salah satu sumber

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG Nomor 5 Tahun 2011 PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG [LN 2007/58, TLN 4720 ]

UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG [LN 2007/58, TLN 4720 ] UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG [LN 2007/58, TLN 4720 ] BAB II TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG Pasal 2 (1) Setiap orang yang melakukan perekrutan,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2011 NOMOR : 03 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 03 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2011 NOMOR : 03 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 03 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2011 NOMOR : 03 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 03 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANDUNG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENERAPAN SANKSI PIDANA DALAM PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI TENTANG PAJAK DAERAH

KEBIJAKAN PENERAPAN SANKSI PIDANA DALAM PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI TENTANG PAJAK DAERAH KEBIJAKAN PENERAPAN SANKSI PIDANA DALAM PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI TENTANG PAJAK DAERAH Oleh : Willi Caramoon M. Zen Abdullah ABSTRAK Keberadaan Peraturan Daerah sesungguhnya tidak dapat dilepaskan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKANBARU,

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKANBARU, PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKANBARU, Menimbang a. bahwa dalam rangka pelaksanaan Otonomi Daerah yang luas, nyata

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN, BUPATI BULUNGAN SALINAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN, PENYETORAN, TEMPAT PEMBAYARAN, ANGSURAN, DAN PENUNDAAN PEMBAYARAN PAJAK Menimbang : DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

UPAYA PENEGAKAN HUKUM NARKOTIKA DI INDONESIA Oleh Putri Maha Dewi, S.H., M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta

UPAYA PENEGAKAN HUKUM NARKOTIKA DI INDONESIA Oleh Putri Maha Dewi, S.H., M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta 1 UPAYA PENEGAKAN HUKUM NARKOTIKA DI INDONESIA Oleh Putri Maha Dewi, S.H., M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta A. LATAR BELAKANG Kejahatan narkotika yang sejak lama menjadi musuh bangsa kini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kurang atau tidak memperoleh kasih sayang, asuhan bimbingan dan

BAB I PENDAHULUAN. kurang atau tidak memperoleh kasih sayang, asuhan bimbingan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah bagian yang tidak terpisahkan dari keberlangsungan hidup manusia dan keberlangsungan bangsa dan negara. Dalam konstitusi Indonesia, anak memiliki peran strategis

Lebih terperinci

Bab XII : Pemalsuan Surat

Bab XII : Pemalsuan Surat Bab XII : Pemalsuan Surat Pasal 263 (1) Barang siapa membuat surat palsu atau memalsukan surat yang dapat menimbulkan sesuatu hak, perikatan atau pembebasan hutang, atau yang diperuntukkan sebagai bukti

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKANBARU,

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKANBARU, PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKANBARU, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan Otonomi Daerah yang luas, nyata

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Jalan, Bagian Jalan, & Pengelompokan Jalan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Jalan, Bagian Jalan, & Pengelompokan Jalan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Jalan, Bagian Jalan, & Pengelompokan Jalan 1. Pengertian Jalan Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace diubah: UU 9-1994 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 49, 1983 (ADMINISTRASI. FINEK. PAJAK. Ekonomi. Uang. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANOKWARI NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MANOKWARI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANOKWARI NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MANOKWARI, PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANOKWARI NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MANOKWARI, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 2 ayat (2) huruf e Undang-Undang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU TAHUN : 2004 NOMOR : 35 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 15 TAHUN 2004 TENTANG PAJAK SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BERAU Menimbang :

Lebih terperinci

Subbag Hukum BPK Perwakilan Provinsi Sumatera Selatan

Subbag Hukum BPK Perwakilan Provinsi Sumatera Selatan PENGATURAN MENGENAI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH SEBAGAIMANA DIATUR DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2009 TENTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH www.kaltimpost.co.id I. PENDAHULUAN Dalam rangka

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI

PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2011 NOMOR 8 PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI TANGGAL : 10 OKTOBER 2011 NOMOR : 8 TAHUN 2011 TENTANG : PAJAK RESTORAN Sekretariat Daerah Kota Sukabumi Bagian Hukum 2011

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN [LN 1992/31, TLN 3472]

UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN [LN 1992/31, TLN 3472] UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN [LN 1992/31, TLN 3472] BAB VIII KETENTUAN PIDANA DAN SANKSI ADMINISTRATIF Pasal 46 (1) Barang siapa menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA PENCATATAN SIPIL DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK RESTORAN

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK RESTORAN PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT, Menimbang :

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 28 Tahun

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BATU

PEMERINTAH KOTA BATU PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 7 TAHUN 2010 T E N T A N G PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang Mengingat : a. bahwa dengan ditetapkan dan diberlakukannya

Lebih terperinci

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu membentuk Peraturan Daerah Kota Bengkulu tentang Pajak Restoran;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu membentuk Peraturan Daerah Kota Bengkulu tentang Pajak Restoran; PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHAESA WALIKOTA BENGKULU, Menimbang : a. bahwa dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU TAHUN : 2003 NOMOR : 63 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 18 TAHUN 2003 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BERAU, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

WALIKOTA LHOKSEUMAWE

WALIKOTA LHOKSEUMAWE WALIKOTA LHOKSEUMAWE QANUN KOTA LHOKSEUMAWE NOMOR 03 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TIMUR NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HALMAHERA TIMUR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TIMUR NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HALMAHERA TIMUR, PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TIMUR NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HALMAHERA TIMUR, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 2 ayat (2) huruf b

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2011 NOMOR : 1 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 1 TAHUN 2011

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2011 NOMOR : 1 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 1 TAHUN 2011 LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2011 NOMOR : 1 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CILEGON, Menimbang : a. bahwa sesuai

Lebih terperinci

BAB II BATASAN PENGATURAN KEKERASAN FISIK TERHADAP ISTRI JIKA DIKAITKAN DENGAN TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN MENURUT KETENTUAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA

BAB II BATASAN PENGATURAN KEKERASAN FISIK TERHADAP ISTRI JIKA DIKAITKAN DENGAN TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN MENURUT KETENTUAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA BAB II BATASAN PENGATURAN KEKERASAN FISIK TERHADAP ISTRI JIKA DIKAITKAN DENGAN TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN MENURUT KETENTUAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA A. Batasan Pengaturan Tindak Pidana Kekekerasan Fisik

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR TAHUN 2010 NOMOR 25 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR NOMOR 25 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR TAHUN 2010 NOMOR 25 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR NOMOR 25 TAHUN 2010 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR TAHUN 2010 NOMOR 25 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR NOMOR 25 TAHUN 2010 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MEDAN,

PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MEDAN, PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MEDAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 2 ayat (2) huruf g Undang-Undang Nomor 28 Tahun

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM, Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG

WALIKOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG WALIKOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 01 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN (BPHTB) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PANGKALPINANG, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 18 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK PARKIR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 18 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK PARKIR LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 18 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN (Berita Resmi Kabupaten Sleman) Nomor: 6 Tahun 2011 Seri: C PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

HUKUM ACARA PERSAINGAN USAHA

HUKUM ACARA PERSAINGAN USAHA HUKUM ACARA PERSAINGAN USAHA Ditha Wiradiputra Bahan Mengajar Mata Kuliah Hukum Persaingan Usaha Fakultas Hukum Universitas indonesia 2008 Agenda Pendahuluan Dasar Hukum Komisi Pengawas Persaingan Usaha

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 06 TAHUN 2004 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 06 TAHUN 2004 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 06 TAHUN 2004 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR, Menimbang : a bahwa dalam rangka pemberdayaan penyelenggaraan otonomi daerah

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR : 07 TAHUN 2012 TLD NO : 07

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR : 07 TAHUN 2012 TLD NO : 07 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR : 07 TAHUN 2012 TLD NO : 07 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR 07 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 5 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 5 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 5 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang : a. bahwa dalam menghadapi ketidakseimbangan

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA KTP DAN AKTE CATATAN SIPIL

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA KTP DAN AKTE CATATAN SIPIL RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA KTP DAN AKTE CATATAN SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MOJOKERTO Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci