EFISIENSI JARING INSANG PERMUKAAN TERHADAP HASIL TANGKAPAN IKAN LAYANG (Decapterus macarelus) DI TELUK KAYELI

dokumen-dokumen yang mirip
EFISIENSI PENANGKAPAN JARING INSANG LINGKAR DENGAN UKURAN MATA JARING DAN NILAI PENGERUTAN YANG BERBEDA DI PERAIRAN PESISIR NEGERI WAAI

Erwin Tanjaya ABSTRAK

UKURAN MATA DAN SHORTENING YANG SESUAI UNTUK JARING INSANG YANG DIOPERASIKAN DI PERAIRAN TUAL

TINJAUAN PUSTAKA. mata jaring ke arah panjang atau ke arah horizontal (mesh length) jauh lebih

PENGARUH JUMLAH LAMPU TERHADAP HASIL TANGKAPAN PUKAT CINCIN MINI DI PERAIRAN PEMALANG DAN SEKITARNYA

Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian

PEMBAGIAN KEKENDURAN PADA TRAMMEL NET: PENGARUHNYA TERHADAP KOMPOSISI DAN KERAGAMAN HASIL TANGKAPAN SUGENG HARTONO

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1 Spesifikasi alat tangkap Bagian-bagian dari alat tangkap yaitu: 1) Tali ris atas, tali pelampung, tali selambar

Khairani Laila,s.pi. M.agr program studi budidaya perairan Universitas asahan fakultas pertania ABSTRAK

I. PENDAHULUAN Visi

Volume 6, No. 2, Oktober 2013 ISSN:

PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN PUKAT CINCIN KUALA LANGSA DI SELAT MALAKA

VARIASI JUMLAH DAN JENIS HASIL TANGKAPAN JARING RAMPUS PADA UKURAN MATA JARING YANG BERBEDA DI PERAIRAN TELUK JAKARTA

Effect of Different Mesh Size Gillnet at How Caught Short Mackerel (Scomber neglectus) in Morodemak Waters, Demak

(Jaring Insang) Riza Rahman Hakim, S.Pi

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE

PENGARUH WARNA LAMPU DALAM AIR TERHADAP HASIL TANGKAPAN BAGAN PERAHU DI PERAIRAN BACAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN

BAB III BAHAN DAN METODE

SELEKSI JENIS ALAT TANGKAP DAN TEKNOLOGI YANG TEPAT DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA LEMURU DI SELAT BALI

SELEKSI UMPAN DAN UKURAN MATA PANCING TEGAK. (Selection on bait and hook number of vertical line) Oleh:

Bentuk baku konstruksi jaring tiga lapis (trammel net ) induk udang

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Pengumpulan Data

PENINGKATAN EFISIENSI PENANGKAPAN PADA MODIFIKASI ALAT TANGKAP BOAT SEINE YANG RAMAH LINGKUNGAN DI KABUPATEN KENDAL, JAWA TENGAH

Perbandingan Hasil Tangkapan Rajungan Pada Alat Tangkap Bubu Kerucut dengan Umpan yang Berbeda

KELOMPOK SASARAN. 1. Nelayan-nelayan yang telah mempunyai pengalaman dan keterampilan dalam pengoperasian jaring trammel.

UJI OPERASIONAL ALAT TANGKAP RAMAH LINGKUNGAN JARING CIKER (JARING TIGA LAPIS ATAU TRAMMEL NET)

Engtangling Nets: TRAMMEL NET (GILTONG (Gillnet Berkantong)/Jaring Gondrong)

3 METODOLOGI. Sumber: Google maps (2011) Gambar 9. Lokasi penelitian

Studi ketertarikan ikan di keramba jaring apung terhadap warna cahaya lampu di perairan Sindulang I, Kecamatan Tuminting, Kota Manado

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan

Sp.) DI PERAIRAN TIMUR SULAWESI TENGGARA

Bentuk baku konstruksi jaring tiga lapis (trammel net)

Analisis Hasil Tangkapan Jaring Insang di Kuala Baru Kabupaten Aceh Singkil

Fishing Methods: Gillnetting. By. Ledhyane Ika Harlyan

Randy Aditya, Paulus Taru dan Adnan

4. HASIL PENELITIAN 4.1 Keragaman Unit Penangkapan Ikan Purse seine (1) Alat tangkap

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun

Distribusi tertangkapnya ikan selar pada lembaran jaring soma darape di rumpon

Bentuk baku konstruksi jaring insang dasar monofilamen bawal putih

Fishing Methods: Gillnetting. By. Ledhyane Ika Harlyan

HASAN BASRI PROGRAM STUDI

Muhamad Farhan 1), Nofrizal 2), Isnaniah 2) Abstract

Pengaruh warna umpan pada hasil tangkapan pancing tonda di perairan Teluk Manado Sulawesi Utara

Rancang Bangun Jaring Insang Ikan Terbang di Perairan Kabupaten Takalar Sulawesi Selatan *)

Sukses pengoperasian pukat cincin Sinar Lestari 04 dengan alat bantu rumpon yang beroperasi di Perairan Lolak Provinsi Sulawesi Utara

Perubahan Sifat-sifat Fisik Mata Jaringan Insang Hanyut Setelah Digunakan 5, 10, 15, dan 20 Tahun

SELEKTIVITAS CELAH PELOLOSAN (ESCAPE VENT) TERHADAP IKAN KUPAS-KUPAS (Cantherhines fronticinctus)

Bentuk baku konstruksi jaring insang banyar

Penangkapan Tuna dan Cakalang... Pondokdadap Sendang Biru, Malang (Nurdin, E. & Budi N.)

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Alat Penelitian

Pengaruh penambahan ekstrak minyak tenggiri pada umpan bubu terhadap hasil tangkapan ranjungan di perairan Malalayang, Kota Manado

KARAKTERISTIK TALI JARING JENIS POLYETHYLENE

4 HASIL. Gambar 8 Kapal saat meninggalkan fishing base.

SELEKTIFITAS ALAT TANGKAP TRAMMEL NET TERHADAP UDANG PENAEID DI KABUPATEN TAKALAR PROPINSI SULAWESI SELATAN

8 SELEKSI ALAT TANGKAP DAN TEKNOLOGI YANG TEPAT DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA LEMURU (Sardinella lemuru Bleeker 1853) DI SELAT BALI

MENGAPA PRODUKSI KEPITING RAJUNGAN MENURUN DAN KEBIJAKAN APA YANG PERLU DILAKUKAN MENGANTISIPASINYA. Oleh. Wayan Kantun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

CARA PENANGKAPAN, KELIMPAHAN DAN KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN JARING INSANG DI WADUK CIRATA JAWA BARAT

Pengaruh penambahan bentangan horizontal pada pancing dasar terhadap hasil tangkapan ikan-ikan karang

3 METODOLOGI PENELITIAN

IKHWANUL CHAIR NAWAR PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2013

Analisis Ragam & Rancangan Acak Lengkap Statistik (MAM 4137)

KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN DI PESISIR BARAT SELATAN PULAU KEI KECIL KEPULAUAN KEI MALUKU TENGGARA

Bentuk baku konstruksi jaring insang dasar monofilamen

Bentuk baku konstruksi jaring insang permukaan multifilamen lemuru

BULETIN PSP ISSN: X Volume XIX No. 1 Edisi April 2011 Hal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Sumber Data

KAJIAN UNIT PENANGKAPAN JARING KEMBUNG (GILLNET) DI TPI PANTAI LABU KABUPATEN DELI SERDANG

BEBERAPA JENIS PANCING (HANDLINE) IKAN PELAGIS BESAR YANG DIGUNAKAN NELAYAN DI PPI HAMADI (JAYAPURA)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Muhammad Rifai Siregar 1), Irwandy Syofyan 2), and Isnaniah 2) Fisheries and Marine Science Faculty Riau University ABSTRACT

3 METODOLOGI PENELITIAN

Kesesuaian ukuran soma pajeko dan kapalnya di Labuan Uki Kabupaten Bolaang Mongondow

PERBANDINGAN HASIL DAN KOMPOSISI TANGKAPAN JARING INSANG PERMUKAAN DAN JARING INSANG DASAR DI PERAIRAN DESA SEI NAGALAWAN SERDANG BEDAGAI

Perbedaan Waktu Hauling Bagan Tancap terhadap Hasil Tangkapan di Perairan Sungsang, Sumatera Selatan

KAJIAN UNIT PENANGKAPAN PURSE SEINE DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BELAWAN (Catching Unit Studies of Purse Seine in Ocean Fishing Port of Belawan)

Pertumbuhan rumput laut (Kappaphycus alvarezii) yang dibudidaya dalam kantong jaring dengan berat awal berbeda di Teluk Talengen Kepulauan Sangihe

By: Febria Khairi ¹. Yusuf Syofyan ². Nofrizal ². ABSTRACT

3 METODOLOGI. Tabel 5 Jenis alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

5 PEMBAHASAN 5.1 Komposisi Hasil Tangkapan

KONSTRUKSI DAN PRODUKTIVITAS RUMPON PORTABLE DI PERAIRAN PALABUHANRATU, JAWA BARAT

JOURNAL OF MANAGEMENT OF AQUATIC RESOURCES. Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013, Halaman Online di :

Bentuk baku konstruksi jaring insang pertengahan multifilamen tanpa saran

MODEL PENGELOLAAN PERIKANAN RAJUNGAN DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN NELAYAN DI KABUPATEN PANGKEP

EFISIENSI WAKTU PENGISIAN PERBEKALAN TERHADAP WAKTU TAMBAT KAPAL PERIKANAN SONDONG DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) DUMAI PROVINSI RIAU

5 PEMBAHASAN 5.1 Unit Penangkapan Ikan

Harry Kurniawan 1), Ir. Arthur Brown, M.Si 2), Dr. Pareg Rengi, S.Pi, M.Si 2) ABSTRAK

LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEK BAGI MASYARAKAT (IbM) IbM KELOMPOK NELAYAN BAGAN TANCAP KECAMATAN LEKOK KABUPATEN PASURUAN

1) The Student at Faculty of Fisheries and Marine Sciences, University of Riau.

IDENTIFIKASI DAN ANALISIS ALAT TANGKAP JARING KURAU YANG DIGUNAKAN NELAYAN DI PERAIRAN KABUPATEN BENGKALIS

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut martasuganda (2004), jaring insang (gillnet) adalah satu dari jenis

Aspek Biologi Ikan Kembung Lelaki (Rastrelliger kanagurta) Sebagai Landasan Pengelolaan Teknologi Penangkapan Ikan di Kabupaten Kendal

I. PENDAHULUAN. Mata pada ikan merupakan salah satu indera yang sangat penting untuk

JURNAL PEMANFAATAN SUBERDAYA PERIKANAN

PRODUKTIVITAS PERIKANAN TUNA LONGLINE DI BENOA (STUDI KASUS: PT. PERIKANAN NUSANTARA)

Transkripsi:

EFISIENSI JARING INSANG PERMUKAAN TERHADAP HASIL TANGKAPAN IKAN LAYANG (Decapterus macarelus) DI TELUK KAYELI Efficiency Surface Gillnet on Catches Of Mackeral Scad (Decapterus macarelus) In Kayeli Bay Ruslan H.S Tawari *) *) Staf pengajar FPIK Univ.Pattimura E-mail : donbilloland@ymail.com Surface gillnets used by fishermen in Kayeli Bay were constructed from polyethylene (PE) mono filaments number 25 (mesh size 1,5 inch and 1,75 inch) with shortening value of 45 % and net height of 280 mz. The main target of fishing is Mackeral Scad ( Decapterus macarelus) using gillnet operated in Fish Aggregation Device (FDA) at night. Research on gillnets recently is more focused on efficiency to get maximum fishing yield; as well as selectifity level to obtain optimum size of the targeted fish. The aim of this research is to investigate fishing efficiency of surface gillnets with different designs (mesh size and shortening value). Analysis of variance shows that mesh size and shorthening values affect the fishing yields of Mackeral Scad (Decapterus macarelus). Mesh size 1,75 inch was more efficient to catch Mackeral Scad ( Decapterus macarelus) compared to mesh size 1,5 inch and 2,0 inch. Furthermore shorthening value of 45% was more effiecient than that of 30%. Keywords : Efficiency, Surface Gillnet, Yield PENDAHULUAN Salah satu daerah penangkapan ikan yang potensial di Maluku adalah Teluk Kayeli Kabupaten Buru. Dikatakan demikian, karena teluk ini didukung oleh ekosistem hutan bakau dan beberapa daerah aliran sungai, sehingga berbagai aktivitas penangkapan ikan telah dilakukan oleh para nelayan yang mendiami kawasan teluk tersebut. Jaring insang merupakan salah satu jenis alat tangkap yang banyak digunakan oleh para nelayan, mulai dari jaring insang lingkar dengan tujuan penangkapan ikan kembung, jaring insang dasar untuk ikan belanak, dan jaring insang permukaan yang dioperasikan di rumpon pada waktu malam hari dengan bantuan cahaya lampu. Usaha penangkapan ikan dengan menggunakan jaring insang sudah bukan merupakan teknologi yang baru bagi para nelayan, hal ini disebabkan karena bahannya lebih mudah diperoleh, secara teknis mudah dioperasikan, secara ekonomis bisa dijangkau oleh nelayan, dan lebih selektif terhadap ukuran ikan yang tertangkap. Salah satu metode penangkapan ikan pelagis di Teluk Kayeli adalah pengoperasian jaring insang permukaan di rumpon dengan bantuan cahaya lampu. Konstruksi jaring yang digunakan adalah benang dari bahan polyamide no. 25, mata jaring berukuran 1,5 dan 1,75 inci, nilai kerutan 45 %, dan tinggi jaring 280 mata. Hasil tangkapanya didominasi oleh ikan layang (Decapterus macarelus) dengan komposisi ukuran (panjang standar) berkisar antara 17 cm sampai 26 cm. Penelitian terhadap efisiensi jaring insang telah banyak dilakukan seperti Acosta and Appeldoorn (1995), Fujumori et al. (1996), Purbayanto et al. (1999) dan lain-lain. Penelitianpenelitian yang telah dilakukan adalah membandingkan dua sampai tiga ukuran mata jaring yang berbeda dengan nilai pengerutan yang sama maupun yang berbeda untuk meningkatkan hasil tangkapan. Dalam rangka pengembangan teknologi penangkapan jaring insang permukaan untuk dioperasikan di rumpon dengan bantuan cahaya lampu, seharusnya tidak hanya mengarah pada upaya mengkonstruksi ukuran mata jaring tetapi juga harus dikombinasikan dengan nilai pengerutan, jenis material dan ukuran benang serta mempelajari faktor eksternal lainnya. Faktor-faktor tersebut yang mempengaruhi efisiensi dan selektifitas dari jaring insang (Nomura dan Yamasaki, (1977). Sebagai langkah awal dalam upaya pengembangan teknologi penangkapan dengan jaring insang permukaan yang ramah terhadap populasi ikan layang yang tertarik pada sumber cahaya buatan di rumpon, perlu dilakukan 32

pengkajian ilmiah tentang efisiensi hasil tangkapan dengan penggunaan ukuran mata jaring dan nilai pengerutan yang berbeda. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efisiensi penangkapan jaring insang permukaan ikan layang (decapterus macarelus) dengan desain ukuran mata jaring dan nilai pengerutan yang berbeda. METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan di perairan Teluk Kayeli Kabupaten Buru (Gambar 1). Percobaan penangkapan dilakukan pada unit-unit rumpon yang terpasang di Teluk Kayeli. Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan penelitian ini sekitar 3 bulan yaitu dari Maret Mei 2005. Bahan dan Alat. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut : - 6 (enam) unit jaring insang permukaan sebagai unit percobaan, yang spesifikasinya diuraikan pada Tabel 1. - 6 (enam) unit rumpon pelagis kecil - Fish gauge dengan tingkat ketelitian 1 mm untuk mengukur panjang standar ikan - Timbangan duduk dengan ketelitian 0,1 gram. Unit Jaring Insang Gambar 1. Lokasi penelitian di Teluk Kayeli Kabupaten Buru Tabel 1. Spesifikasi jaring insang permukaan yang digunakan di dalam penelitian. Spesifikasi Ukuran Mata (inch) Nilai pengerutan (%) Tinggi jaring (mata) Panjang tali pelampung (m) Bahan dan ukuran benang 1 1,50 45 280 12 PA No. 25 2 1,50 30 280 12 PA No. 25 3 1,75 45 280 12 PA No. 25 4 1,75 30 280 12 PA No. 25 5 2,00 45 280 12 PA No. 25 6 2,00 30 280 12 PA No. 25 Tali pelampung dan tali pemberat dari keenam unit jaring insang permukaan sebagaimana diuraikan pada Tabel 1 di atas terbuat dari bahan PE diameter 4 mm, pelampung dari bahan rubber sponge dan pemberat dari timah hitam (16 gram/unit). Percobaan Penangkapan Percobaan dilakukan dengan mengoperasikan enam satuan percobaan pada keenam unit rumpon yang sudah ditentukan sebelumnya. Pengoperasian keenam satuan percobaan itu dilakukan secara simultan pada keenam rumpon. Dalam satu trip dilakukan 2 kali penangkapan, yakni pada pukul 19:00 21:00 33

dan menjelang pagi pada pukul 3:00/4:00 5:00/6:00). Ilustrasi tentang pengoperasian jaring insang di rumpon dengan menggunakan cahaya lampu diperlihatkan pada Gambar 2. Ada dua asumsi yang digunakan berkaitan dengan percobaan ini. Asumsi-asumsi tersebut adalah sebagai berikut: - Pengaruh faktor lingkungan seperti arus, suhu, maupun faktor lainnya dianggap konstan. - Semua nelayan yang mengoperasikan jaring insang permukaan yang dijadikan setiap satuan percobaan mempunyai ketrampilan yang sama. Dikatakan demikian karena nelayan berasal dari Dusun Kaki Aer yang telah berpengalaman selama bertahun-tahun. Pengulangan pengambilan data pada tiap satuan percobaan dilakukan sebanyak 10 kali. Ikan hasil tangkapan khususnya Decapterus macarelus, dihitung banyaknya (ekor) dan berat (gram). Arah arus Gambar 2. Ilustrasi tentang pengoperasian jaring insang permukaan di rumpon. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok, dimana sebagai perlakuan adalah satuan percobaan dan kelompok adalah ulangan penangkapan. Model matematika dari rancangan tersebut menurut Yitnosumarto (1993) adalah : Y ijk = + i + j + ij i = 1, 2,... 6 j = 1, 2,...10 Dimana : Y ij = nilai pengamatan pada perlakuan ke-i kelompok ke-j = nilai tengah umum I = pengaruh perlakuan/satuan percobaan ke-i j = pengaruh kelompok ke-j ij = galat percobaan pada perlakuan ke-i kelompok ke-j Analisis Data Data jumlah individu dan berat (kg) ikan Decapterus macarelus hasil tangkapan jaring insang permukaan dikelompokkan menurut satuan percobaan dalam 10 kelompok. Analisis ragam menurut Steel dan Torrie (1995), dengan menggunakan perangkat lunak Minitab Versi 13.2 dilakukan untuk melihat pengaruh setiap perlakuan dan proses pengambilan data antar ulangan penangkapan (kelompok) terhadap efisiensi penangkapan dalam jumlah ekor dan berat hasil tangkapan yang diperoleh. Sedangkan beda antar satuan percobaan ditelaah menggunakan Uji-Jarak-Duncan (Walpole, 1993), dengan rumus : R p = r p dimana R p adalah wilayah nyata terkecil bagi nilai tengah sampel (nilai kritik), r p adalah wilayah ter-student-kan nyata terkecil, s 2 adalah ragam sampel dan n adalah ukuran sampel (ulangan penangkapan). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Tangkapan (individu) Selama pengamatan di lapangan, ikan layang tertangkap dalam jumlah ekor untuk masing-masing satuan percobaan diperlihatkan pada Tabel 2.. s 2 n 34

Tabel 2. Hasil tangkapan ikan layang (ekor) dari jaring insang permukaan menurut perlakuan dan kelompok pengamatan Perlakuan Kelompok (ulangan penangkapan) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Rataan 1,50"/30% 27 32 12 21 26 30 25 16 13 8 21 1,75"/30% 22 13 27 22 37 31 26 11 16 24 23 2,00"/30% 18 12 8 24 15 23 12 9 24 12 16 1,50"/45% 25 35 26 37 29 18 24 19 30 12 26 1,75"/45% 39 27 32 29 35 31 41 37 45 23 34 2,00"/45% 15 22 16 23 18 27 30 26 30 11 22 Rataan 24 24 20 26 27 27 26 20 26 15 23 Tabel 3. Hasil analisa ragam pengaruh perlakuan jaring insang permukaan dan ulangan penangkapan terhadap jumlah ekor hasil tangkapan ikan layang Sumber Keragaman Db JKJ KT F hit F Tabel F(0.05) F(0.01) Kelompok 9 846,6 94,1 2.08 -) 2.12 2.89 Perlakuan 5 1.824,9 365,0 8.06** ) 2.45 3.51 Galat 45 2.037,4 45,3 Total 59 4.708,9 Keterangan : -) = tidak nyata, **) = sangat nyata Tabel 4. Hasil uji Jarak Duncan terhadap beda jumlah ekor tangkapan ikan layang antar perlakuan jaring permukaan yang digunakan dalam penelitian. Perbandingan antar Selisih rataan Nilai perlakuan tangkapan (ekor) Kritik Keterangan 1,75"45% - 1,50"45% 8,4 8,140 Sangat Nyata 1,50"45% - 1,75"30% 2,6 6,082 Tidak Nyata 1,50"45% - 2,00"45% 3,7 6,397 Tidak Nyata 1,50"45% - 1,50"30% 4,5 6,601 Tidak Nyata 1,50"45% - 2,00"30% 9,8 8,895 Sangat Nyata 1,75"30% - 2,00"45% 1,1 6,082 Tidak Nyata 1,75"30% - 1,50"30% 1,9 6,397 Tidak Nyata 1,75"30% - 2,00"30% 7,2 6,601 Nyata 2,00"45% - 1,50"30% 0,8 6,082 Tidak Nyata 2,00"45% - 2,00"30% 6,1 6,397 Tidak Nyata 1,50"30% - 2,00"30% 5,3 6,082 Tidak Nyata Nilai rata-rata jumlah ekor menurut satuan percobaan yang tertinggi, terdapat pada jaring berukuran mata 1,75 inci nilai kerutan 45%, sedangkan hasil tangkapan yang terendah terdapat pada jaring berukuran mata 2,0 inci nilai kerutan 35 % ( Tabel 2). Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan jaring insang permukaan berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah (ekor) ikan layang yang tertangkap, sedangkan kelompok (ulangan penangkapan) berpengaruh tidak nyata (Tabel 3). Hal ini berarti perbedaan desain jaring insang permukaan akan menghasilkan jumlah tangkapan ikan layang yang berbeda dalam jumlah ekor. Tidak nyatanya pengaruh ulangan penangkapan terhadap jumlah tangkapan ikan layang dapat disebabkan karena selama penelitian variasi faktor-faktor lingkungan seperti suhu, salinitas, kecepatan arus, kecerahan air laut dan sebagainya yang umumnya berpengaruh terhadap kehadiran 35

ikan disuatu tempat dan reaksinya terhadap alat jaring yang digunakan, dapat dikatakan konstan. Hasil uji beda jumlah ekor ikan hasil tangkapan pada Tabel 4 menunjukkan bahwa beda tangkapan ikan layang dalam jumlah ekor antara unit jaring berukuran mata 1,75 inci kerutan 45 % dengan unit jaring 1,50 inci kerutan 30 % adalah sangat nyata, dimana unit jaring berukuran mata 1,75 inci kerutan 45 % lebih unggul. Dilihat dari susunan analisis pada tabel di atas, maka dengan unggulnya unit jaring ini terhadap unit jaring berukuran mata 1,50 inci kerutan 30 % berarti bahwa unit jaring tersebut lebih unggul untuk semua unit jaring (satuan percobaan) lainnya. Jumlah Berat. Dalam satuan berat, data pada Tabel 5 menunjukkan bahwa nilai rata-rata tangkapan yang tinggi dijumpai pada jaring berukuran mata 1,75 inci nilai kerutan 45% (sama untuk data tangkapan dalam jumlah ekor), sedangkan yang terendah adalah pada jaring berukuran mata 1,5 inci nilai kerutan 30%. Adanya beda perlakuan yang menghasilkan nilai rata-rata tangkapan terendah dalam jumlah ekor dan berat disebabkan karena adanya perbedaan antara berat rata-rata ikan yang tertangkap pada kedua perlakuan tersebut. Unit jaring berukuran mata 2,0 inci cenderung menangkap ikan yang lebih besar sehingga meskipun jumlah ekornya sedikit tetapi lebih berat daripada jaring berukuran mata 1,5 inci yang menghasilkan jumlah ekor ikan yang lebih banyak akan tetapi karena ukuran ikan-ikan yang tertangkap umumnya lebih kecil sehingga menghasilkan nilai berat yang lebih rendah. Tabel 5. Data tangkapan ikan layang (gram) dari jaring insang permukaan menurut perlakuan (disain jaring) dan kelompok pengamatan Perlakuan Kelompok (ulangan penangkapan) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Rataan 1,50"/30% 2781 3296 1236 2163 2678 3090 2575 1648 1339 824 2163 1,75"/30% 3982 2353 4887 3982 6697 5611 4706 1991 2896 4344 4145 2,00"/30% 3996 2664 1776 5328 3330 5106 2664 1998 5328 2800 3499 1,50"/45% 1050 4060 2128 3774 2958 1836 2448 1938 3060 1224 2448 1,75"/45% 5967 4131 4896 4437 5355 4743 6273 5661 6885 3519 5187 2,00"/45% 3348 4840 3520 5068 3960 5943 6600 5720 6723 2420 4814 Rataan 3521 3557 3074 4125 4163 4388 4211 3159 4372 2522 3709 Tabel 6. Hasil analisa ragam pengaruh perlakuan jaring insang permukaan dan ulangan penangkapan terhadap berat hasil tangkapan ikan layang. Sumber F Tabel db JKJ KT F Keragaman hit F(0.05) F(0.01) Kelompok 9 22.232.852 2.470.317 1.91 2.12** 2.89** Perlakuan 5 76.204.188 15.240.838 11.80 2.45 3.51 Galat 45 58.133.209 1.291.849 Total 59 156.570.249 Keterangan : -) = tidak nyata, **) = sangat nyata Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan jaring insang permukaan berpengaruh sangat nyata terhadap tangkapan dalam jumlah berat, sedangkan kelompok (ulangan penangkapan) berpengaruh tidak nyata (Tabel 6). Hal ini berarti perbedaan desain jaring insang permukaan juga menghasilkan jumlah tangkapan ikan layang yang berbeda dalam jumlah berat. Tidak nyatanya pengaruh ulangan penangkapan terhadap jumlah tagkapan ikan layang juga dapat disebabkan karena selama penelitian variasi faktor-faktor lingkungan seperti suhu, salinitas, kecepatan arus, kecerahan air laut dan sebagainya yang umumnya berpengaruh terhadap keberadaan 36

ikan disuatu tempat dan reaksinya terhadap alat jaring yang digunakan, dapat dikatakan konstan. Hasil uji Jarak-Duncan terhadap beda jumlah berat ikan layang yang diperoleh antar perlakuan sebagaimana disajikan pada Tabel 7. Hasil analisa pada nilai kritik (lihat tabel nilai kritik) menunjukkan bahwa hasil tangkapan dari unit jaring berukuran mata 1,75 inci kerutan 45 % berbeda tidak nyata terhadap hasil tangkapan dari unit jaring berukuran mata 2,0 inci kerutan 45 % maupun terhadap hasil tangkapan dari unit jaring berukuran mata 1,75 inci kerutan 30 %. Akan tetapi hasil tangkapan unit jaring itu mulai berbeda terhadap hasil tangkapan dari unit jaring berukuran mata 2,0 inci kerutan 30 %, yang berarti berbeda nyata dengan perlakuanperlakuan berikutnya. Tabel 7. Hasil uji Jarak Duncan terhadap beda jumlah berat tangkapan ikan layang antar perlakuan jarring permukaan yang digunakan dalam penelitian. Perbandingan antar Selisih rataan Nilai perlakuan tangkapan (gr) Kritik Keterangan 1.75"45% - 2.00"45% 373 1.027 Tidak nyata 1.75"45% - 1.75"30% 1.042 1.080 Tidak nyata 1.75"45% - 2.00"30% 1.688 1.473 Sangat Nyata 2.00"45% - 1.75"30% 669 1.027 Tidak Nyata 2.00"45% - 2.00"30% 1.315 1.080 Sangat Nyata 1.75"30% - 2.00"30% 646 1.027 Tidak Nyata 1.75"30% - 1.50"45% 1.697 1.433 Sangat Nyata 2.00"30% - 1.50"45% 1.051 1.027 Nyata 1.50"45% - 1.50"30% 285 1.027 Tidak Nyata Dari hasil uji Jarak Duncam terhadap ratarata hasil tangkapan ikan layang baik dalam jumlah ekor maupun berat dari unit-unit jaring insang permukaan yang berbeda desainnya, maka terlihat bahwa unit jaring berukuran mata 1,75 inci kerutan 45 % lebih unggul dari desain lainnya. Distribusi Panjang Standar. Selama percobaan dilakukan, ikan layang (Decapterus macarelus) tertangkap sebanyak 1.395 ekor. Gambar 4 menunjukkan distribusi frekuensi panjang standar (mm) ikan layang yang tertangkap pada jaring berukuran mata 1,5 1,75 dan 2,0 masing-masing dengan nilai kerutan 45% (A) dengan nilai kerutan 30% (B). Jumlah hasil tangkapan terbanyak diperoleh pada kombinasi jaring berukuran mata 1,75 inci dengan nilai kerutan 45%, diikuti oleh 1,5 inci dengan nilai kerutan 45%, 1,75 inci dengan nilai kerutan 30%; 2,0 inci dengan nilai kerutan 45%; 1,5 inci dengan nilai kerutan 30% dan 2,0 inci dengan nilai kerutan 30%. Kurva pada Gambar 4 juga menunjukkan bahwa makin besar ukuran mata jaring, makin meningkatkan panjang standar. Demikian halnya makin kecil nilai kerutan makin meningkatkan panjang standar, kecuali untuk jaring berukuran mata 1,5 inci. Untuk nilai kerutan jaring 45%, panjang standar dengan frekuensi terbesar untuk jaring berukuran mata 1,5 inci adalah 180 190 mm, jaring berukuran mata 1,75 inci adalah 230 240 mm, dan jaring berukuran mata 2,0 inci adalah 250 260 mm. Panjang standar pada nilai kerutan 30% jaring berukuran mata 1,5 inci adalah 170 180 mm, jaring berukuran mata 1,75 inci adalah 240 250 mm, dan jaring berukuran mata 2,0 inci adalah 260 270 mm. Diantara kombinasi jaring berukuran mata dan nilai kerutan, terlihat bahwa ikan layang yang tertangkap dengan kombinasi jaring berukuran mata 1,75 inci dan nilai kerutan 45% komposisi ukuran panjang standar lebih lebar dari kombinasi jaring berukuran mata dan nilai kerutan lainnya. Ukuran ikan yang tertangkap dengan kombinasi jaring berukuran mata 1,75 inci dan nilai kerutan 45 % menyebar mulai dari modus panjang standar 155 mm sampai dengan 295 mm. 37

Frekuensi (%) Frekuensi (%) Jurnal Amanisal PSP FPIK Unpatti-Ambon. Vol. 2. No.2, November 2013. Hal 32 39. ISSN.2085-5109 30 25 20 1,5 inch, n = 255 1,75 inch, n = 339 2,0 inch, n = 218 30 25 20 1,5 inch, n = 193 1,75 inch, n = 229 2,0 inch, n = 157 15 A 15 B 10 10 5 5 0 100 150 200 250 300 Panjang standar (mm) 0 100 150 200 250 300 Panjang standar (mm) Gambar 3. Distribusi frekuensi panjang standar ikan layang (Decapterus macarelus) yang tertangkap dengan jaring berukuran mata yang berbeda nilai kerutan 45% (A) dan nilai kerutan 30% (B). Secara relatif, efisiensi jaring insang didasarkan pada banyaknya ikan yang ditangkap, sedangkan secara absolut efisiensi dapat ditentukan berdasarkan komposisi ukuran daripada suatu populasi (Acosta and Appeldrorn, 1995). Dikatakan oleh Sechin et al (1991), hasil tangkapan jaring insang dipengaruhi oleh densitas ikan, bila densitas ikan tinggi mengakibatkan aktivitas ekor rendah, hal ini memungkinkan hasil tangkapan jaring insang rendah. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa kombinasi jaring berukuran mata dan nilai kerutan tidak berpengaruh nyata terhadap banyaknya hasil tangkapan ikan layang Decapterus macarelus (kg), akan tetapi ukuran mata jaring dan nilai kerutan secara parsial berpengaruh terhadap hasil tangkapan. Hasil uji beda menunjukkan bahwa jaring berukuran mata 1,75 inci lebih efisien dari jaring berukuran mata 1,5 inci dan 2,0 inci, sedangkan nilai kerutan 45% lebih efisien dari nilai kerutan 30%. Tidak berpengaruhnya kombinasi jaring berukuran mata dan nilai kerutan terhadap hasil tangkapan mungkin disebabkan oleh jarak antar perlakuan terlalu kecil tidak seperti halnya dengan apa yang diperoleh Acosta and Appeldrom (1995). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jaring insang dengan jaring berukuran mata 1,75 inci (44,5 mm) dan 2,0 inci (50,8 mm) lebih efisien dari jaring berukuran mata 1,5 inci (38,1 mm). Hasil ini mengindikasikan bahwa ukuran ikan layang (Decapterus macarelus) yang tersampel dari populasi yang ada di Teluk Kayeli dimana posisi rumpon berada didominasi oleh ukuran yang lebih banyak tertangkap dengan jaring berukuran mata 44,5 mm dan 50,8 mm. Hal ini dapat terlihat pada komposisi ukuran ikan yang tertangkap (Gambar 8), ukuran ikan yang tertangkap dengan jaring insang ukuran mata 1,75 inci mulai dari panjang standar 155 mm sampai 295 mm dan jaring berukuran mata 2,0 inci mulai dari panjang standar 185 mm sampai 295 mm, sedangkan jaring berukuran mata 1,5 inci mulai dari panjang standar 135 mm sampai 245 mm. Nilai kerutan jaring juga berpengaruh terhadap efisiensi jaring insang, dimana nilai kerutan 45% lebih efisien dari nilai kerutan 30%. Kemungkinan ini karena sifat selektif daripada bukaan mata jaring dimana makin terbuka jaring berukuran mata akan meloloskan komposisi ukuran tertentu seperti diperlihatkan pada Gambar 3. Selain itu juga ada kemungkinan daya jerat dari konstruksi jaring yang didesain dengan nilai kerutan 45% lebih baik daripada nilai kerutan 30%. Dikatakan demikian karena tingkat ketegangan kaki mata jaring ditentukan oleh nilai kerutan selain daya apung dan daya tenggelam, dimana makin terbuka mata jaring, maka makin tegang kaki-kaki mata jaring tersebut yang mengakibatkan daya jeratnya semakin rendah. 38

KESIMPULAN Kombinasi ukuran mata jaring dan nilai kerutan tidak berpengaruh nyata terhadap banyaknya hasil tangkapan ikan layang Decapterus macarelus (kg), akan tetapi ukuran mata jaring dan nilai kerutan secara parsial berpengaruh terhadap hasil tangkapan. Jaring berukuran mata 1,75 inci lebih efisien dari jaring berukuran mata 1,5 inci dan 2,0 inci, sedangkan nilai kerutan 45% lebih efisien dari nilai kerutan 30%. Tidak berpengaruhnya kombinasi jaring berukuran mata dan nilai kerutan terhadap hasil tangkapan disebabkan oleh jarak antar perlakuan terlalu kecil. Beda tangkapan ikan layang dalam jumlah ekor antara unit jaring berukuran mata 1,75 inci kerutan 45 % dengan unit jaring 1,50 inci kerutan 30 % adalah sangat nyata, dimana unit jaring berukuran mata 1,75 inci kerutan 45 % lebih unggul. Unggulnya unit jaring ini terhadap unit jaring berukuran mata 1,50 inci kerutan 30 % berarti bahwa unit jaring tersebut lebih unggul untuk semua unit jaring (satuan percobaan) lainnya. Freshwater Fisheries Management. Fishing News Books, Oxford, UK: p 285-297. Steel dan Torrie,1995. Prinsip Dan Prosedur Statistika, Suatu Pendekatan Biometrik. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Yitnosumarta S, 1993. Percobaan, Rancangan, Analisis dan Interprestasinya, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Walpole R.E, 1993. Pengantar statistika, edisi ke-3, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta DAFTAR PUSTAKA Acosta, H.R., R.S. Appeldoorn, 1995. Catching efficiency and selectivity of gillnets and trammel nets in coral reefs from Southwestern Poerto Rico. Fisheries Research No. 22: p 175-196. Fujimori et. Al,1996. Selectivity and Gear Efficiency of Tramelnets for Kuruma prawa (Panaeus joponicus). Fisheries Research 26:113-124. Nomura M, and T. Yamazaki, 1977. Fishing Techniques (1). Japan International Cooperation Agency Tokyo: 206 p. Purbayanto et al, 1999. Capture process of sweeping trammel net with special reference on operation method and catch pattern. Diambil dari Seminar Internasional JSPS yang ketiga mengenai Ilmu Perikanan di Daerah Tropis, Pulau Bali, Indonesia. 2000 (in press). Sechin, Y.T., W.I. Bandura., S.W. Shibayev and V.V. Blinov, 1991. A new approach to the analysis of age structure of fish stocks using surveys for various water basins and behavioral patterns of fish concentrations. In: I.G. Cowx (Editor), Catch Effort Sampling Strategies. Their Application in 39