PENILAIAN KECUKUPAN BESARAN KAPITASI SESUAI PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 69 TAHUN 2013 PADA KLINIK X, Y, DAN Z

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis Perhitungan Kapitasi pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama yang Bekerja Sama dengan BPJS Kesehatan KCU Kota Bogor Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. disebabkan oleh kondisi geografis Indonesia yang memiliki banyak pulau sehingga

BAB 1 : PENDAHULUAN. mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Salah satu prinsip dasar pembangunan kesehatan yaitu setiap orang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SIMULASI KAPITASI JKN YANG ADEKUAT. 2nd INAHea Congress 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesehatan. Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun (2009), kesehatan adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang baik merupakan kebutuhan bagi setiap orang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Mereka mengeluh, oleh karena sakit menjadi mahal. Semakin

DAFTAR PUSTAKA. Ahira, Anne, Konsep Dan Implementasi Analisis Kebijakan Kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia melalui kementerian kesehatan di awal tahun 2014, mulai

Prosedur Pendaftaran Peserta JKN

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. penggerakan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat. 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

panduan praktis Pelayanan Ambulan

BAB I PENDAHULUAN. (WHO, 2015). Sedangkan kesehatan menurut Undang Undang No. 36 Tahun 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.693,2012

BAB I PENDAHULUAN. pada tanggal 1 Januari Jaminan Kesehatan Nasional ialah asuransi

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan. Rumah Sakit menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (PBB) tahun 1948 (Indonesia ikut menandatangani) dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. medical service yang berbentuk pelayanan individu, atau untuk saat ini dikenal

Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara 2 Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. secara global dalam konstitusi WHO, pada dekade terakhir telah disepakati

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. juga mengakui hak asasi warga atas kesehatan. Perwujudan komitmen tentang

Analisis Hubungan Karakteristik Pasien Dengan Kepuasan Pelayanan Rawat Jalan Semarang Eye Center (SEC) Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa (PBB) tahun 1948 tentang hak asasi manusia. Berdasarkan. kesehatan bagi semua penduduk (Universal Health Coverage).

MEKANISME KAPITALISASI DALAM ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL. Maulana Yusup STIE Pasundan Bandung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peranan yang amat vital untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BUPATIEMPAT LAWANG PROVINSI SUMATERA SELATAN. PERATURAN BUPATI EMPAT LAWANG NOMOR : 0i\ TAHUN 2016 TENTANG PENETAPAN TARIF KAPITASI

PENGGUNAAN DATA DALAM MENDUKUNG PELAYANAN KESEHATAN. dr. TOGAR SIALLAGAN, MM KEPALA GRUP PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

Tabel 1. Perbandingan Belanja Kesehatan di Negara ASEAN

BAB I PENDAHULUAN. berpusat di rumah sakit atau fasilitas kesehatan (faskes) tingkat lanjutan, namun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 50 TAHUN 2014

PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN. Pembukaan Majenas II SPN

JASA PELAKSANA PELAYANAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ( TEORI DAN PRAKTIS ) Oleh: Henni Djuhaeni

BAB 1 PENDAHULUAN. Evaluasi pelaksanaan..., Arivanda Jaya, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

panduan praktis Pelayanan Kebidanan & Neonatal

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara mengakui bahwa kesehatan menjadi modal terbesar untuk

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI SAMBAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMBAS,

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG

KONSEP PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PELAYANAN KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. investasi dan hak asasi manusia, sehingga meningkatnya derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERESMIAN BPJS, PELUNCURAN PROGRAM JKN DAN INTEGRASI JAMINAN KESEHATAN SUMBAR SAKATO, KE JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PROVINSI SUMATERA BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sejak 1 Januari 2014 yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 : PENDAHULUAN. orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang

BAB 1 : PENDAHULUAN. berdasarkan amanat Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang No. 40 tahun 2004

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. (Yustina, 2015). Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2004

Prosiding SNaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN Faizal Rachman Sjachrul

Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

Eksistensi Apoteker di Era JKN dan Program PP IAI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERl KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2016

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan fisik maupun mental. Keadaan kesehatan seseorang akan dapat

Sistem Pembayaran Kapitasi. Didik Sunaryadi,BSc, SKM, MKes

1 Mapping Sarana Kesehatan; 2 Self Asessment terhadap standard sarana; 3 Sosialisasi : - Kepada Organisasi Profesi, Perguruan tinggi, Asosiasi,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN

BAB III METODE PENELITIAN. desain penelitian deskriptif analitik. Pengambilan data dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dengan tujuan menjamin kesehatan bagi seluruh rakyat untuk memperoleh

PERTEMUAN ADINKES PROVINSI JAWA BARAT. Bandung, 10 Desember 2013

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Karakteristik Subjek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. termasuk ke Perguruan Tinggi dan Lembaga Swadaya Masyarakat. SJSN. mencakup beberapa jaminan seperti kesehatan, kematian, pensiun,

Dr. Hj. Y. Rini Kristiani, M. Kes. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen. Disampaikan pada. Kebumen, 19 September 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ( BPJS) Kesehatan. iurannya dibayar oleh pemerintah (Kemenkes, RI., 2013).

BAB I PENDAHULUAN. baik dibutuhkan sarana kesehatan yang baik pula. keinginan yang bersumber dari kebutuhan hidup. Tentunya demand untuk menjadi

JEJARING BIDAN DENGAN BPJS. Oleh: Niken Choirul H

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

semua aspek lainnya. Asuransi kesehatan sosial secara harfiah memiliki karakteristik yang terkait erat dengan konsep redistribusi kesejahteraan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam rangka mewujudkan komitmen global sebagaimana amanat resolusi

ANALISIS KEPUASAN PROVIDER PRATAMADALAM SISTEM KAPITASI PADA PROGRAM BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATANKOTA KEDIRI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

PENILAIAN KECUKUPAN BESARAN KAPITASI SESUAI PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 69 TAHUN 2013 PADA KLINIK X, Y, DAN Z Examinar, Dumilah Ayuningtyas Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Outline Presentasi Pendahuluan (Latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan) Kerangka Teori dan Kerangka Konsep Metodologi penelitian Hasil dan Pembahasan Kesimpulan dan Saran

Latar Belakang Dalam SKN tahun 2012, upaya kesehatan terdapat tiga tingkatan. BPJS Kesehatan bekerja sama dengan pelayanan Kesehatan primer, sekunder, dan tersier Pada layanan tingkat primer, BPJS Kesehatan bekerja sama dengan Klinik Pratama, Puskesmas, Dll yang dibayar dengan sistem kapitasi Besaran kapitasi telah ditetapkan dalam Permenkes No. 69 Tahun 2013. Besaran kapitasi tersebut akan berbeda pada setiap penyedia layanan kesehatan. Selain itu besaran kapitasi tersebut juga tidak membedakan faktor risiko kesehatan individu.

Rumusan Masalah dan Tujuan Rumusan Masalah Belum dilakukannya penelitian terkait kesesuaian besaran kapitasi berdasarkan Permenkes No. 69 Tahun 2013 dan belum dibedakannya besaran kapitasi berdasarkan faktor risiko kesehatan. Tujuan Penelitian Melakukan penilaian kecukupan besaran kapitasi sesuai Peraturan Menteri Kesehatan No. 69 Tahun 2013 pada klinik X, Y, dan Z.

Kerangka Teori Sumber : Gani (1996), Nadjib (1997), Thabrany (2000), Rivany (2003)

Kerangka Konsep

Metodologi Penelitian Metodologi penelitian Metode penelitian Kuantitatif dengan pendekatan Analitik Observational dan desain studi cross sectional. Penghitungan besaran kapitasi dengan menggunakan biaya satuan aktual dikalikan dengan Rate Utilisasi. Biaya satuan aktual menggunakan metode double distribution Sampel Klinik X, Y, dan Z adalah Klinik Pratama tanpa rawat inap Klinik X Klinik X adalah klinik yang sudah bekerja sama dengan BPJS Kesehatan Klinik Y dan Z Klinik Y dan Z adalah klinik yang belum bekerja sama dengan BPJS Kesehatan. pelayanan klinik Y hanya memiliki pelayanan Poli Umum dan Laboratorium. Kemudian Klinik Z memiliki pelayanan yang lebih dari Poli Umum, Laboratorium, dan Poli Gigi.

Metodologi Penelitian Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder, berupa data kunjungan pasien dan data komponen biaya. Data Klinik X Data yang dikumpulkan pada Klinik X adalah data pada Januari-Maret 2014 Data Klinik Y dan Z Data Klinik Y dan Z adalah data pada januari-desember 2013

Hasil dan Pembahasan Biaya Total Output Biaya Satuan Aktual Rate utilisasi Kapitasi

Biaya Satuan Aktual Klinik X No Unit Biaya Total Jumlah Biaya Satuan Kunjungan Aktual 1 Poli Umum 107,648,470.63 5,023 21,431.11 2 Poli Gigi 14,994,379.44 321 46,711.46 3 Laboratorium 9,251,413.77 81 114,214.98 Total 131,894,263.85 5,425 182,357.56 Rate Utilisasi Klinik X No Unit Peserta Kapitasi Jumlah Kunjungan Rate Utilisasi (1) (2) (3) (4)= (3)/(2) 1 Poli Umum 35,670 5,023 14.08% 2 Poli Gigi 35,670 321 0.90% 3 Laboratorium 35,670 81 0.23% Besaran Kapitasi Klinik X No Unit Kapitasi/orang/ Bulan (1) (5) 1 Poli Umum * 3,277.26 2 Poli Gigi 420.36 Total 3,697.62 * Poli Umum yang dimaksud adalah total Poli umum dan Laboratorium

Biaya Satuan Aktual Klinik Y dan Z No Klinik Biaya Total Jumlah Kunjungan Biaya Satuan Aktual 1 Klinik Y 905,025,270.28 11,360 79,667.72 2 Klinik Z 5,624,507,360.91 27,163 207,163.00

Kapitasi Klinik Y No Rate Kapitasi/ Orang/ Biaya Satuan Aktual Utilisasi Bulan 1 14.98% 79,667.72 11,934.22 2 4.70% 79,667.72 3,744.38 3 12.60% 79,667.72 10,038.13 Kapitasi Klinik Y No Rate Biaya Satuan Kapitasi/ Orang/ Utilisasi Aktual Bulan 1 14.98% 207,065.03 31,018.34 2 4.70% 207,065.03 9,732.06 Ket : 3 12.60% 207,065.03 26,090.19 Rate utilisasi Klinik X adalah 14.98%. Rate utilisasi Jamkesmas adalah 4.70% (Kemenkes, 2011 dalam TNP2K, 2014). Rate utilisasi Askes adalah 12.60% (Askes, 2012 dalam TNP2K, 2014).

Kapitasi Hasil Hitung dan Hasil Ketetapan di Klinik X No Unit Kapitasi/orang/ Bulan Persentase Hasil Hasil Selisih selisih Hitung Kesepakatan 1 Poli Umum 3,277.26 8,000.00 4,722.74 59.03% 2 Poli Gigi 420.36 2,000.00 1,579.64 78.98% Total 3,697.62 10,000.00 6,260.33 62.60% -Selisih di Poli Umum adalah Rp.4.722.74/orang/bulan atau 59.03% lebih tinggi dibandingkan dengan besaran kapitasi hasil hitung. - Selisih di Poli Gigi adalah Rp.1.579.64/orang/bulan atau besaran kapitasi hasil kesepakatan 78.98% lebih tinggi

Kapitasi Hasil Hitung dan Hasil Ketetapan di Klinik Y dan Z No Rate Utilisasi Kapitasi/ Orang/ Bulan Klinik Y-Klinik Z Permenkes No. 69 1 14.98% 11,934.22-31,018.34 8.000-10.000 2 4.70% 3,744.38-9,732.06 8.000-10.000 3 12.60% 10,038.13-26,090.19 8.000-10.000 Agar klinik tetap survive. klinik harus mempertahankan rate utilisasi pasien tidak melebihi 4.70%.

Kapitasi Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin di Klinik Y dan Z No Usia (Tahun Kapitasi/orang/bulan Wanita Pria 1 0-9 4,647.28-12,180.44 4,647.28-12,180.44 2 10--19 2,323.64-6,090.22 2,987.54-7,830.28 3 19-20 4,647.28-12,180.44 3,983.39-10,440.38 4 20-29 8,962.62-23,490.85 3,319.49-8,700.31 5 30-39 8,962.62-23,490.85 4,647.28-12,180.44 6 40-49 9,294.57-24,360.88 6,638.98-17,400.63 7 50-59 11,950.16-31,321.13 11,286.26-29,581.07 8 60-64 14,937.7-39,151.41 16,597.44-43,501.57 - Rate utilisasi menggunakan Rate Utilisasi yang bersumber Rosenblatt dan Chin, 1996 dalam Thabrany, 2000 -Range Kapitasi Tertinggi terjadi pada Pria usia 60-64 tahun Rp16,597.44-Rp.43,501.57. Terendah pada wanita 10-19 tahun Rp2,323.64-Rp.6090.22

Kesimpulan Besaran Kapitasi yang didapatkan Klinik X selama Januari-Maret 2014 bekerja sama dengan BPJS Kesehatan lebih tinggi dibandingkan dengan hasil perhitungan sehingga besaran kapitasi di Klinik X cukup (tidak mengalami kerugian). Range besaran kapitasi di Klinik Y dan Z yang dapat dijadikan batasan oleh klinik agar tidak merugi adalah range besaran kapitasi dengan rate utilisasi 4.70% Besaran kapitasi di pengaruhi faktor risiko kesehatan (Usia dan Jenis Kelamin) sehingga besaran kapitasi berdasarkan Permenkes No. 69 perlu dikembangkan berdasarkan faktor risiko kesehatan. Besaran Kapitasi berdasarkan usia dan jenis kelamin terdapat perbedaan. Range Kapitasi Tertinggi terjadi pada Pria usia 60-64 tahun Rp16,597.44-Rp.43,501.57. Terendah pada wanita 10-19 tahun Rp2,323.64-

Saran Klinik BPJS Kesehatan

Saran (Klinik) Klinik dapat mengefiensikan biaya total nya, efisiensi hanya dapat dilakukan pada biaya variabel yakni biaya operasional dan biaya pemeliharaan. Biaya operasional pada klinik yang dapat diefisiensikan adalah biaya gaji pegawai, biaya obat, dan BHP. klinik perlu melakukan pencatatan biaya pengeluaran dan pencatatan biaya investasi alat medis dan nonmedis agar memudahkan klinik untuk melihat beban biaya dan sumber-sumber biaya total pada klinik. Klinik perlu melakukan pencatatan kunjungan pasien berdasarkan jenis kelamin dan usia pasien agar dapat melihat trend Rate utilisasi berdasarkan jenis kelamin dan usia. Klinik lebih baik bekerja sama dengan BPJS Kesehatan karena setelah dilakukan penilaian pada besaran kapitasi yang telah ditetapkan Permenkes No. 69 Tahun 2013 klinik tidak mengalami kerugian. Akan tetapi hal ini sangat dipengaruhi oleh jumlah peserta yang terdaftar pada klinik. Klinik tidak mengalami kerugian jika rate utilisasinya sebesar 4.70%

Saran (BPJS Kesehatan) BPJS Kesehatan perlu mempertimbangkan untuk melakukan penghitungan besaran kapitasi berdasarkan faktor risiko kesehatan agar tidak terjadi ketimpangan pada masing-masing klinik. BPJS Kesehatan perlu mengadakan simulasi penghitungan besaran kapitasi kepada klinik agar klinik mengetahui bahwa besaran kapitasi yang telah ditetapkan dalam Permenkes No. 69 Tahun 2013 adalah besaran kapitasi yang sesuai. BPJS kesehatan sangat diperlukan peranannya dalam mengatur jumlah peserta yang tertanggung pada masingmasing klinik karena kesesuaian besaran kapitasi pada Permenkes No. 69 Tahun 2013 adalah berdasarkan pada Rate utilisasi per 10.000 penduduk. Hal ini terkait dengan peserta memilih faskes sendiri.

Daftar Pustaka Antioch K.M. dan M.K. Walsh. 2002. Risk-Adjusted Capitation Funding Models For Chronic Disease In Australia:Alternatives To Casemix Funding. Eur J Health Econom Askes Cabang Utama Bogor. 2014. Lembar perjanjian dengan Dinas Kesehatan Azwar, Azrul. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan Edisi ketiga. Jakarta: Binarupa Aksara Bank Indonesia. Data Inflasi (online). 15 Mei 2014. http://www.bi.go.id/id/moneter/inflasi/data/default.aspx BPJS Cabang Utama Bogor. 2014. Daftar Fasilitas Kesehatan Bagi Peserta BPJS Kesehatan Per April 2014 Gani, Ascobat dan Mardiati Nadjib, 1996/1997. Analisis Biaya Rumah Sakit (Pedoman-pendoman pokok anilisis biaya rumah sakit). Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Hamka, Fenny. 2010. Analisis Biaya Satuan Tindakan Sectio Caesaria Paket Hemat A Di Rumah Sakit X Tahun 2009. Program Pasca Sarjana Kajian Administrasi Rumah Sakit, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok Ilyas, Yaslis. 2011. Mengenal Asuransi Kesehatan. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 69 Tahun 20113 Tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Dan Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan Dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan. 2014. Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2014 Tentang Klinik Nurifansyah. 2006. Tesis: Perhitungan Kapitasi Berdasarkan Biaya Satuan Aktual Pelayanan Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP) Peserta Askes Komersial Pada Klinik ITC Bogor Tahun 2005. Program Pasca Sarjana Program Ilmu Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok

Peraturan Presiden Republik Indonesia. 2013. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Jaminan Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Peta Jalan Menuju Jaminan Kesehatan Nasional. Jakarta : Republik Indonesia.. 1992. Undang-Undang Republik Indonesia No. 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Peransuransian.. Undang-undang No. 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.. Undang-undang Republik Indonesia No. 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.. Lampiran Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2012 Tentang Sistem Kesehatan Nasional, 2012. Rivany, Ronnie. 2003. Kapitasi 4W+1H. Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. 2004. Penghitungan Nilai Kapitasi Rumah Sakit Pusat Pertamina 2002-2003. Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

. 2009.Asumsi Kebutuhan Biaya Gakin di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2009. Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Thabrany, Hasbullah. 2000. Rasional Pembayaran Kapitasi. Jakarta: Yayasan Penerbitan Ikatan Dokter Indonesia. 2005. Pendanaan Kesehatan dan Alternatif Mobilisasi Dana Kesehatan di Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Thabrany, Hasbullah., Budi Hidayat. 1998. Pembayaran Kapitasi. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia Widyaningsih, Ni Ketut. 2013. Tesis: Perhitungan Kapitasi Dalam Penentuan Penerima Bantuan Iuran (PBI) Penduduk Kota Bogor Tahun 2013. Program Magister Kesehatan Masyarakat. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok Wita, Virna. 2012. Perhitungan Biaya Satuan Tindakan Bedah Appendektomi Akut di Kamar Operasi Rumah Sakit X Tahun 2010. Program Studi Kajian Administrasi Rumah Sakit. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok