1. BAB I PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. anggarannya. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengandalkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penerimaan negara dalam arti penerimaan Pemerintah Pusat

BAB I PENDAHULUAN. Definisi pajak menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 pasal 1 ayat 1,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional demi kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Negara yang paling

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang Undang Ketetapan Umum dan Tata Cara Perpajakan

BAB I PENDAHULUAN. dibagi akan dua yaitu fungsi budgetair yaitu pajak sebagai sumber dana bagi

BAB I PENDAHULUAN. dan berkembang untuk kelangsungan negara dan kesejahtraan dari masyarakat. pendapatan negara melalui sektor penerimaan pajak.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan utama bagi suatu

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan target yang tinggi untuk penerimaan pajaknya yaitu sebesar RP

BAB I PENDAHULUAN. wajib pajak sangatlah diperhatikan. Pajak merupakan hal paling penting karena

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. negeri tertarik untuk mendirikan perusahaan guna memanfaatkan sumber daya yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa dekade lalu, pajak hanya dianggap sebagai pelengkap

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi yang diberikan, maka tidak terlepas bahwa pajak memiliki peran

BAB I PENDAHULUAN. Begitu juga di negara Indonesia. Pajak merupakan salah satu unsur terbesar dalam

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Realisasi Penerimaan Negara Tahun (Dalam Miliar Rupiah) Sumber Penerimaan 2013 % 2014 % 2015 %

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran atau pungutan yang dilakukan oleh pemerintah dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. menginvestasikan modalnya kepada perusahaan tersebut (Ilmiani dan Sutrisno, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Perpajakan pasal 1 ayat 1, definisi pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang terbesar, terbukti. (

HANA MARDIAH, 2016 PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, LEVERAGE, DAN PROFITABILITAS TERHADAP AGRESIVITAS PAJAK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sehingga terciptalah kesejahteraan nasional. Dalam melaksanakan pembangunan,

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan suatu iuran yang dikenakan kepada wajib pajak atas penghasilan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak menurut undang-undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. menghubungkan antara karakteristik perusahaan khususnya capital intensity dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bentuk partisipasi masyarakat dalam pembangunan tanah air dan negara. Pajak

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 15,30%, sedangkan pertumbuhan alamiahnya rata-rata. dibandingkan dengan pertumbuhan alamiahnya. Hal ini menunjukkan bahwa

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Gambar 1.1 Sumber Pendapatan Negara. Berdasarkan Gambar 1.1 menujukkan bahwa di Negara Indonesia, sumber

BAB I PENDAHULUAN. karena itu dalam artikel website tanggal 31 Desember

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, karena pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Widyawati, 2016). Bahkan secara persentase, setidaknya pajak memenuhi kurang

BAB II TINJAUAN PUSATAKA. menerima wewanang (agen). Teori keagenan merupakan basis teori yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak

BAB I PENDAHULUAN. Laba perusahaan dalam perpajakan digunakan sebagai dasar. perhitungan pajak. Dalam UU KUP No. 28 Tahun 2007, pajak merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan utama negara yang digunakan untuk. Semakin besarnya pengeluaran pemerintah untuk pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan pajak (Tax Planning). Keduanya sama-sama menggunakan cara legal. untuk mengurangi atau memperkecil beban pajak.

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan perpajakan (

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi melalui pembangunan infrastruktur, aset-aset publik, dan fasilitas umum

BAB I PENDAHULUAN. umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pajak hingga saat ini merupakan aspek ekonomi dan aspek keuangan yang paling penting dalam dunia

2 usaha (Tempo.co, Jakarta, 2015). Para pemilik usaha senantiasa berupaya untuk mengurangi beban pajak. Ketidaksenangan membayar pajak ini dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tercantum pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepemilikan asing terhadap aggressive tax avoidance pada perusahan sektor. membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan umum (Siti Resmi, 2011:1). Fungsi pajak ada 2 yaitu fungsi

BAB I PENDAHULUAN. badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat memberikan kontribusi positif bagi pelaksanaan pembangunan. Pajak

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional serta menjadi unsur utama untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Semakin ketatnya persaingan di dunia bisnis menyebabkan setiap perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. dengan peraturan perpajakan yang berlaku. Ketidakpatuhan wajib pajak dapat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat sehingga terciptalah kesejahteraan nasional. Dalam melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional dapat berjalan dengan baik demi kemajuan dan

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung

BAB 1 PENDAHULUAN. persentase terbesar dari total penerimaan negara secara keseluruhan ( Tiaras dan

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan. Menurut Prof. Dr.

BAB I PENDAHULUAN. negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, namun bagi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Bab 2 Telaah Pustaka dan Pengembangan Model

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber utama penerimaan negara. Pajak

BAB 1 PENDAHULUAN. APBN melalui sektor perpajakan (Candra, 2012). Pentingnya peranan pajak

@UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, masyarakat sedang dihebohkan dengan adanya penerapan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga tidak mengherankan ketika pemerintah kemudian membuat aturan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu aspek yang memberikan kontribusi yang besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. Pajak memegang peranan penting dalam perekonomian negara kita. Hal ini dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. banyak didanai dari sektor pajak. Undang-Undang perpajakan mewajibkan para

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSATAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seperti yang tercantum pada pembukaan Undang-Undang Dasar Dalam

BAB I PENDAHULUAN. pembayaran pajak dengan cara melakukan manajemen pajak. Suandy, 2011). Tujuan manajemen pajak dapat dibagi menjadi dua, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, perencanaan diperlukan agar laba dapat dicapai dalam perusahaan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan dalam dunia bisnis dan ekonomi yang pesat,

BAB I PENDAHULUAN. dari sektor pajak. Lebih dari 70 % pengeluaran Negara dibiayai oleh pajak

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan.francis et al. Secara garis besar cost of debt dapat dibedakan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak memiliki peranan penting dalam perekonomian negara kita. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini sebagai sumber penerimaan terbesar negara. yang terlihat dalam Tabel 1.1 berikut.

BAB I PENDAHULUAN. (tax avoidance) sepanjang hal itu dimungkinkan sesuai aturan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. Pajak memiliki peranan penting dalam proses pembangunan suatu bangsa dan

d. Hasil Uji Heteroskedastisitas b. Hasil Uji Koefisien Determinasi BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berkesinambungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu kewajiban perusahaan sebagai wajib pajak yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keputusan pendanaan merupakan salah satu keputusan penting yang

BAB I PENDAHULUAN. Undang Republik Indonesia No 28 Tahun 2009 yaitu kontribusi wajib kepada negara

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh keuntungan yang berlipat ganda. keuntungan yang dihasilkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan komisaris independen terhadap tax avoidance membutuhkan kajian teori

BAB I PENDAHULUAN. toleransi dari pihak fiskus, dikarenakan fiskus menginginkan perolehan pajak

Transkripsi:

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Soemitro (dalam Mardiasmo, 2011) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal (kontraprestasi), yang dapat langsung ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang paling besar dan memiliki peranan sebagai sumber dana bagi pembiyaan negara dari sektor nonmigas. Penerimaan negara terbesar ini harus ditingkatkan secara optimal dalam rangka mempercepat laju pertumbuhan di Indonesia agar dapat berjalan dengan baik. Bagi Indonesia, penerimaan negara yang berasal dari pajak masih menjadi penerimaan terbesar, berikut disajikan dalam tabel: Tabel 1.1 Realisasi Penerimaan Negara (Milyar Rupiah), 2007-2013 Tahun Penerimaan Pajak Penerimaan Dalam Negri Persentase (%) 2007 706.108 490.988 69.53 2008 979.305 658.701 67,26 2009 847.096 619.922 73,18 2010 992.249 723.307 72,90 2011 1.205.346 873.874 72,50 2012 1.332.323 980.518 73,59 2013 1.497.521 1.148.365 76.68 Sumber: www.bps.go.id 1

BAB I PENDAHULUAN 2 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa realisasi penerimaan pajak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada tahun 2007 mencapai Rp.490.988 miliar (69.53%), sedangkan pada tahun 2013 jumlah tersebut telah mencapai Rp.1.148.365 miliar (76.68%) dari seluruh realisasi APBN. Karena peningkatan penerimaan pajak yang cukup signifikan setiap tahunnya, maka pajak selalu menjadi fokus pemerintah karena menjadi tumpuan terbesar dalam APBN. Sistem pemungutan pajak yang berlaku di Indonesia adalah self assessment system. Sistem ini memberikan wewenang, kepercayaan, dan tanggung jawab kepada wajib pajak untuk menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri besar pajak yang harus dibayar. Oleh karena itu, self assessment system sangat rentan menimbulkan penyelewengan dan pelanggaran. Penyelewengan dan pelanggaran merupakan bentuk dari penghindaran pajak. Self assessment system memiliki tujuan penting, yang diharapkan ada dalam diri wajib pajak yaitu tax consciousness atau kesadaran wajib pajak, kejujuran wajib pajak, tax mindedness wajib pajak atau hasrat untuk membayar pajak, serta tax discipline wajib pajak terhadap pelaksanaan peraturan perpajakan (Rahayu, 2010). Bagi perusahaan, pajak dianggap sebagai beban yang akan mengurangi keuntungan perusahaan dan merupakan kewajiban bagi perusahaan untuk tetap dibayarkan. Hal itu menyebabkan perusahaan mencari cara untuk meminimalisasi pajak dengan membuat agresivitas pajak untuk mengurangi beban pajak sehingga pajak yang dibayarkan menjadi kecil. Oleh karena itu, dimungkinkan perusahaan akan menjadi agresif dalam perpajakan (Chen, et al., 2010). Bagi perusahaanperusahaan yang ada di Indonesia, pajak yang dibayarkan merupakan proses transfer kekayaan dari pihak perusahaan kepada negara sehingga dapat dikatakan

BAB I PENDAHULUAN 3 bahwa pembayaran pajak merupakan biaya yang cukup besar bagi perusahaan dan pemilik (Sari dan Martani, 2010). Di negara-nergara berkembang termasuk Indonesia banyak terjadi kasus agresivitas pajak. Hal ini dilakukan dengan cara tidak melaporkan atau melaporkan namun tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya atas pendapatan yang bisa dikenai pajak. Oleh karena itu, pendapatan negara dari pajak yang seharusnya diterima besar menjadi kecil, hal ini mengakibatkan kehilangan potensi penerimaan pajak yang dapat digunakan untuk mengurangi beban defisit anggaran negara (Uppal, 2005). Menurut Frank, et al. (2009), agresivitas pajak perusahaan adalah suatu tindakan merekayasa pendapatan kena pajak yang dilakukan perusahaan melalui tindakan perencanaan pajak, baik menggunakan cara yang tergolong secara legal (tax avoidance) atau ilegal (tax evasion). Walau tidak semua tindakan yang dilakukan melanggar peraturan, namun semakin banyak celah yang digunakan maka perusahaan tersebut dianggap semakin agresif terhadap pajak. Karakteristik perusahaan merupakan ciri khas atau sifat yang melekat pada suatu entitas usaha (Surbakti, 2012). Ciri khas dari suatu perusahaan dapat dilihat dari ukuran perusahaannya (size). Hormati (2009) mendefinisikan ukuran perusahaan sebagai skala atau nilai yang dapat mengklasifikasikan suatu perusahaan ke dalam kategori besar atau kecil berdasarkan total aset, log size, dan sebagainya. Semakin besar total aset mengindikasikan semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut. Jadi, semakin besar perusahaan maka semakin besar juga total aset yang dimiliki sehingga perusahaan perlu memberikan informasi yang jelas kepada

BAB I PENDAHULUAN 4 pemegang saham dalam rangka pemenuhan tanggung jawabnya. Karena tujuan perusahaan adalah memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham (pemilik perusahaan) yaitu dengan cara memaksimalkan nilai perusahaan. Sehingga dituntut untuk memanfaatkan sumber daya yang terbatas. Jika pemberian informasi kepada pemegang saham tidak sesuai dengan kenyataannya di perusahaan maka ada kemungkinan perusahaan melakukan pelanggaran yang terdeteksi, sehingga semakin besar kecenderungan perusahaan melakukan pelanggaran. Sehingga memungkinkan perusahaan untuk memanfaatkan celahcelah yang ada untuk melakukan tindakan agresivitas pajak, yang pada akhirnya menyebabkan nilai perusahaan menjadi menurun di mata pemegang saham (pemilik perusahaan). Selain besar kecilnya ukuran perusahaan yang mempengaruhi agresivitas pajak, profitabilitas yang diukur dengan ROA juga merupakan faktor yang menyebabkan terjadinya agresivitas pajak. Return on Assets (ROA) merupakan satu indikator yang mencerminkan performa keuangan perusahaan, semakin tinggi nilai ROA maka akan semakin bagus performa perusahaan tersebut. ROA berkaitan dengan laba bersih perusahaan dan pengenaan pajak penghasilan untuk Wajib Pajak Badan. Menurut Dendawijaya (2003) ROA menggambarkan kemampuan manajemen untuk memperoleh keuntungan (laba). Semakin tinggi ROA, semakin tinggi keuntungan perusahaan sehingga semakin baik pengelolaan aktiva perusahaan. Aktiva yang baik dapat dilihat dari sumber daya manusia (SDM) yang bekerja di perusahaan karena dapat merekayasa perfoma keuangan yang berkaitan laba perusahaan dengan menggunakan biaya yang dapat dikurangkan terhadap

BAB I PENDAHULUAN 5 pendapatan kena pajak sehingga jumlah pajak yang dibayarkan menjadi kecil. Hal ini merupakan tindakan perencanaan pajak, dengan cara yang tergolong secara legal (agresivitas pajak). Leverage merupakan rasio yang mengukur seberapa jauh perusahaan menggunakan hutang, selain itu leverage menunjukkan penggunaan hutang untuk membiayai investasi (Sartono, 2002). Menurut Noor et al., (2010) mendefinisikan leverage sebagai total hutang dibagi dengan total aktiva. Perusahaan yang menggunakan hutang akan menimbulkan adanya bunga yang harus dibayar. Pada peraturan perpajakan, yaitu pasal 6 ayat 1 huruf angka 3 UU nomor 36 tahun 2008 tentang PPh, bunga pinjaman merupakan biaya yang dapat dikurangkan (deductible expense) terhadap penghasilan kena pajak. Oleh karena itu, semakin tinggi leverage maka semakin tinggi hutang perusahaan sehingga menunjukkan ketergantungan perusahaan kepada kreditur yang dikarenakan membutuhkan dana peminjaman. Maka semakin tinggi leverage akan semakin tinggi peluang perusahaan untuk melakukan agresivitas pajak yaitu dengan cara menggunakan biaya yang dapat dikurangkan (deductible expense), dalam hal ini adalah bunga pinjaman atas hutang. Sehingga dapat mengurangi laba kena pajak yang pada akhirnya akan mengurangi jumlah pajakyang harus dibayar perusahaan. Faktor lain yang mempengaruhi agresivitas pajak selain tiga faktor di atas adalah intensitas modal. Menurut Noor et al., (2010) intensitas modal didefinisikan sebagai rasio antara aktiva tetap seperti peralatan, mesin dan berbagai properti terhadap total aktiva. Rasio ini menggambarkan seberapa besar

BAB I PENDAHULUAN 6 asset perusahaan yang diinvestasikan dalam bentuk aktiva tetap. Pemilihan investasi dalam bentuk aset terkait perpajakan adalah dalam hal depresiasi. Dengan semakin tinggi intensitas modal maka menunjukkan penjualan yang meningkat atas penggunaan aset. Jika aset tetap meningkat maka depresiasi juga semakin besar. Perusahaan yang memutuskan untuk berinvestasi dalam bentuk aset tetap dapat menjadikan biaya penyusutan atau depresiasi sebagai biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan atau bersifat deductible expense, sehingga ada kemungkinan perusahaan melakukan tindakan agresivitas pajak. Selain karakteristik perusahaan yang memiliki keterkaitan dengan agresivitas pajak, karakteristik eksekutif juga mempengaruhi perusahaan dalam melakukan tindakan agresivitas pajak. Pimpinan merupakan pengambil kebijakan dalam perusahaan yang memiliki karakter yang berbeda-beda. Pimpinan perusahaan terdiri dari Chief Excecutive Officer (CEO), Chief Financial Officer (CFO), dan Top Executive. Seorang pemimpin perusahaan bisa saja memiliki karakter risk taker atau risk averse yang tercermin dari besar kecilnya risiko perusahaan (Budiman dan Setiyono, 2012). Dyreng et al. (2010) menguji pengaruh individu top executive terhadap penghindaran pajak perusahaan serta diperoleh hasil bahwa pimpinan perusahaan secara individu memiliki peran yang signifikan terhadap tingkat penghindaran pajak perusahaan. Dapat disimpulkan bahwa, eksekutif yang memiliki karakter risk taker lebih berani mengambil keputusan bisnis yang lebih berisiko dibandingkan risk averse sehingga besar kemungkinan terjadi agresivitas pajak. Bedasarkan penjabaran di atas dan penelitian terdahulu saya tertarik untuk meneliti pengaruh karakteristik perusahaan dan karakteristik eksekutif terhadap

BAB I PENDAHULUAN 7 agresivitas pajak pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011-2013. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan pajak yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasi masalah yang dibahas unutk membatasi ruang lingkup penelitian yaitu: 1. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap agresivitas pajak? 2. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap agresivitas pajak? 3. Apakah leverage berpengaruh terhadap agresivitas pajak? 4. Apakah intensitas modal berpengaruh terhadap agresivitas pajak? 5. Apakah karakteristik eksekutif memiliki pengaruh terhadap agresivitas pajak? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah yang telah terurai di atas dapat diketahui bahwa maksud penelitian untuk mendapatkan data maupun informasi yang relevan dengan masalah yang diidentifikasi, kemudian dianalisis dan ditarik kesimpulan. Adapun tujuan yang ingin dicapai penelitian ini untuk menemukan bukti empirik mengenai: 1. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap agresivitas pajak. 2. Pengaruh profitabilitas terhadap agresivitas pajak. 3. Pengaruh leverage terhadap agresivitas pajak. 4. Pengaruh intensitas modal terhadap agresivitas pajak. 5. Pengaruh karakteristik eksekutif terhadap agresivitas pajak.

BAB I PENDAHULUAN 8 1.4 Manfaat Penelitian Dengan adanya penelitian ini, peneliti mengharapkan bahwa hasilnya dapat bermanfaat bagi pihak-pihak dibawah ini: 1. Bagi Investor Manfaat yang ingin diberikan bagi investor yaitu agar dapat memperoleh informasi lebih jelas dan rinci dalam hal memilih perusahaan yang akan diinvestasi dan mengantisipasi risiko perpajakan yang muncul dengan melihat faktor-faktor yang mempengaruhi akibat perusahaan melakukan agresivitas pajak. 2. Bagi Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Dengan melihat faktor-faktor yang mempengaruhi agresivitas pajak DJP dapat melihat adanya kecenderungan perusahaan yang sedang melakukan agresivitas pajak dengan demikian DJP bisa melakukan pengawasan lebih terhadap perusahaan yang bersangkutan.