Ketrampilan Komunikasi Menyampaikan Berita Buruk (Skills of Communication Breaking Bad News) Pendahuluan Pembahasan

dokumen-dokumen yang mirip
DRAFT MODUL KETERAMPILAN KOMUNIKASI MENYAMPAIKAN BERITA BURUK (BREAKING BAD NEWS) Penyusun & Kontributor:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penyakit kronis merupakan penyakit yang berkembang secara perlahan selama bertahuntahun,

TUJUAN WAWANCARA MEDIS

BAB I PENDAHULUAN. Pasien dengan penyakit kronis pada stadium lanjut tidak hanya mengalami

BREAKING BAD NEWS ENDANG BASUKI, 2011 DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. prosedur pembedahan. Menurut Smeltzer dan Bare, (2002) Pembedahan / operasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

KARAKTERISTIK INFORMAN

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN

Keterampilan Komunikasi dalam Pendidikan Kedokteran

Skizofrenia. 1. Apa itu Skizofrenia? 2. Siapa yang lebih rentan terhadap Skizofrenia?

BAB I PENDAHULUAN. paling banyak terjadi pada wanita (Kemenkes, 2012). seluruh penyebab kematian (Riskesdas, 2013). Estimasi Globocan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Dari aspek pengungkapan dan pertukaran informasi, komunikasi digolongkan menjadi 2 bentuk sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. adanya dan mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain (Depkes RI,

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika

BAB II LANDASAN TEORI Hospitalisasi atau Rawat Inap pada Anak Pengertian Hospitalisasi. anak dan lingkungan (Wong, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 Menunjukkan AKI yang sangat signifikan

MANUAL KETERAMPILAN KLINIK KEDOKTERAN KOMUNITAS TEKNIK KOMUNIKASI : MENYAMPAIKAN KABAR BURUK DAN KONSELING KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. dari kemacetan hingga persaingan bisnis serta tuntutan ekonomi kian

BAB I PENDAHULUAN. persallinan, bayi baru lahir, dan masa nifas.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. menyerang perempuan. Di Indonesia, data Global Burden Of Center pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu proses yang dapat diprediksi. Proses

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah satu dari empat

Bab III Sistem Kesehatan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Yenny, M.Psi. Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. data Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) persennya merupakan penyandang disabilitas. Penyandang disabilitas

BAB 1 PENDAHULUAN. Perawatan anak telah mengalami pergeseran yang sangat mendasar, anak sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan upaya yang dapat mendatangkan stres karena terdapat ancaman

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber

BAB I 1.1 Latar Belakang

Implementasi PFA pada Anak dan Remaja di Satuan Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. semua orang, hal ini disebabkan oleh tingginya angka kematian yang disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar belakang. Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

ASUHAN KEPERAWATAN KEHILANGAN DAN BERDUKA

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. 1 Totok S. Wiryasaputra, Pendampingan Pastoral Orang Sakit, Seri Pastoral 245, Pusat Pastoral Yogyakarta,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998)

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

Dr. H. Lilian B Koord. Blok Kedokteran Keluarga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. pertolongan medis dengan harapan dapat menghilangkan keluhan-keluhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengiris anggota tubuh yang sakit. Biasanya dilaksanakan dengan anastesi,

PENYAKIT TERMINAL PERBEDAAN ANAK DENGAN DEWASA DALAM MENGARTIKAN KEMATIAN, 1. Jangan berfikir kognitif dewasa dengan anak tentang arti kematian

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi,

KONSEP KESEHATAN MENTAL OLEH : SETIAWATI

BAB II TINJAUAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penderitanya semakin mengalami peningkatan. Data statistik kanker dunia tahun

KRITERIA PEMULANGAN DAN TINDAK LANJUT PASIEN

Edukasi Kesehatan Mental Intensif 15. Lampiran A. Informed consent (Persetujuan dalam keadaan sadar) yang digunakan dalam studi ini

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu akan mengalami perubahan pada dirinya baik secara fisik

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS (CMHN)

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga. yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. orangtua, akan tetapi pada kenyataannya tidak semua pasangan dikarunia anak. merasa bangga dan bahagia ketika harapan tersebut

Penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan tidak ada obatnya, kematian tidak dapat dihindari dalam waktu yang bervariasi. (Stuard & Sundeen, 1995).

KOMUNIKASI DALAM PATIENT SAFETY

yang mengetahui penyakitnya (Arbabi, 2014). Sebuah penelitian di Arab Saudi menemukan bahwa hanya 16% pasien kanker yang memperoleh informasi

KELAHIRAN Kelahiran: - Suatu kerahasiaan hidup yang menimbulkan kekaguman dan perhatian periode memberikan harapan baik - Menjaga kontinuitas manusia

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kanker payudara seperti dapat melakukan sadari (periksa payudara

BAB 1 PENDAHULUAN. dilahirkan akan tumbuh menjadi anak yang menyenangkan, terampil dan

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang

B A B 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA

PEDOMAN PELAYANAN REKAM MEDIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab II. Solusi Terhadap Masalah-Masalah Kesehatan. Cerita Juanita. Apakah pengobatan terbaik yang dapat diberikan? Berjuang untuk perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

Aborsi dan Kegagalan Kontrasepsi IUD 1

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan penyakit dengan angka kematian tinggi. Data Global

Mengenal Gangguan Stress Pasca Trauma

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meninggal sebelum usia lima tahun didominasi oleh kelahiran prematur dan kelahiran bayi

BAB I PENDAHULUAN. dan kestabilan emosional. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan. pekerjaan, & lingkungan masyarakat (Videbeck, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan pernikahan dengan calon istrinya yang bernama Wida secara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Definisi sehat sendiri ada beberapa macam. Menurut World Health. produktif secara sosial dan ekonomis.

KOMUNIKASI KELUARGA UNTUK MENUMBUHKAN MOTIVASI SEMBUH PADA ANAK PENDERITA KANKER. Misbah Hayati, Universitas Diponegoro.

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan

LAMPIRAN A. Skala Penelitian (A-1) Beck Depression Inventory (A-2) Skala Penerimaan Teman Sebaya (A-3) Skala Komunikasi Orangtua-Anak

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. kematian pada seseorang di seluruh dunia. National Cancer Institute (dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. pasien melalui berbagai aspek hidup yaitu biologis, psikologis, sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. Pengalaman positif maupun negatif tidak dapat dilepaskan dalam. kehidupan seseorang. Berdasarkan pengalaman-pengalaman tersebut

BAB I PENDAHULUAN. spesifik dan berbeda dengan orang dewasa. Anak yang sakit. hospitalisasi. Hospitalisasi dapat berdampak buruk pada

Transkripsi:

Ketrampilan Komunikasi Menyampaikan Berita Buruk (Skills of Communication Breaking Bad News) Dr.dr.Tri Wahyuliati Sp.S., M.Kes Disampaikan pada Seminar Nasional : Maternal Neonatal Health Care Wonosobo, 20 Agustus 2016 Pendahuluan Dalam melakukan pekerjaan sehari hari, seorang petuga medis tidak jarang menghadapi situasi yang dilematis terkait dengan kondisi pasien dan keluarganya. Salah satu kondisi yang sering kali berpengaruh secara fisik dan mental bagi penderita, keluarganya maupun masyarakat lingkungannya adalah suatu berita buruk dalam medis yang harus disampaikan. Berita buruk dalam medis yang dimaksud adalah suatu berita yang secara drastis dan negatif mengubah pandangan pasien terhadap dirinya dan atau masa depannya. Berita buruk yang dimaksud adalah setiap informasi yang merugikan dan berpotensi serius untuk mempengaruhi individu terhadap pandangan pada dirinya dan atau masa depannya dan atau menempatkan mereka pada situasi akan perasaan tidak adanya harapan, putus asa, ancaman terhadap kesejahteraan mental atau fisik seseorang, berisiko mengganggu kemapanan, atau di mana suatu pesan yang diberikan menimbulkan suatu pilihan yang sempit bagi individu dalam hidupnya. Ada banyak alasan mengapa seorang petugas medis merasa mengalami kesulitan dalam menyampaikan berita buruk. Sutau rasa empati dan keprihatinan bersama terhadap suatu berita yang akan mempengaruhi pasien sering kali digunakan untuk membenarkan pemotongan berita buruk sehingga tidak tersampaikan. Ketrampilan berkomunikasi dalam penyampaian kepada pasien dengan baik bukan merupakan keterampilan opsional. Hal itu adalah suatu bagian penting dari praktek profesional. Kesalahan dalam komunikasi dapat menimbulkan dampak yang serius baik secara fisik maupun psikis bahkan dapat menimbulkan permasalahan yang harus diselesaikan di pengadilan. Itu sebabnya penguasaan ketrampilan dalam komunikasi khususnya dalam menyampaikan sutau berita buruk merupakan hal penting dalam praktek medis. Pembahasan Berita buruk adalah berita (informasi) yang secara drastis dan negatif mengubah pandangan hidup pasien tentang masa depannya. Berita buruk sering diasosiasikan dengan suatu diagnosis terminal, namun seorang dokter keluarga mungkin akan menghadapi banyak 1

situasi yang termasuk dalam bagian berita buruk, seperti hasil USG seorang ibu hamil yang menunjukkan bahwa janinnya telah meninggal, atau gejala polidispi dan penurunan berat badan seorang remaja yang terbukti merupakan onset diabetes. Menyampaikan berita buruk pada pasien adalah salah satu tanggung jawab seorang petugas medis yang harus dikerjakan dalam praktek pelayanan kesehatan. Menyampaikan berita buruk merupakan keterampilan komunikasi yang penting dan menantang. Terdapat kewajiban secara sosial dan moral bagi petugas medis untuk bersikap sensitif dan tepat dalam menyampaikan berita buruk. Secara medikolegal petugas medis berkewajiban menyampaikan atau menginformasikan diganosis yang secara potensial berakibat fatal. Jika petugas medis tidak menyampaikan dengan tepat, komunikasi tentang berita buruk akan berakibat pada munculnya perasaan ketidak percayaan, kemarahan, ketakutan, kesedihan atau pun rasa bersalah pada diri pasien. Hal-hal tersebut dapat berefek konsekuensi emosional jangka panjang pada keluarga pasien. Terdapat hubungan yang kuat antara persepsi pasien yang menerima informasi adekuat tentang penyakit dan pengobatannya dengan penyesuaian psikologis pasien dalam jangka waktu yang lebih lama. Pasien yang menyadari mereka menerima terlalu banyak atau terlalu sedikit informasi mempunyai risiko lebih besar untuk mengalami stress atau berkembang menjadi cemas dan atau depresi. Petugas medis sering merasa kesulitan dalam menyampaikan berita buruk terutama untuk penyakit yang mengancam jiwa. Alasannya antara lain merasa tidak siap dan tidak mempunyai pengalaman dalam menyampaikan berita buruk, khawatir berita tersebut akan membuat stress dan memberi efek negatif pada pasien dan keluarganya, serta akan mengganggu hubungan terapetik. Petugas medis merasakan bahwa tugas tersebut tidak menyenangkan dan tidak nyaman; Petugas medis tidak ingin menghilangkan harapan pasien, khawatir dengan reaksi emosional pasien dan atau keluarganya, atau merasa tidak yakin bagaimana menghadapi respon emosi yang sangat dalam. Hal-hal tersebut sering dijadikan alasan dokter untuk menunda menyampaikannya. Padahal hasil penelitian menunjukkan 50-90% pasien di Amerika menginginkan mendapatkan informasi yang lengkap mengenai diagnosis terminal yang mungkin terjadi pada mereka. Mengingat bahwa menyampaikan berita buruk merupakan salah satu bagian dari komunikasi, maka dengan mempelajari dan melatih keterampilan berkomunikasi petugas medis akan mampu menyampaikan berita buruk dengan cara yang dapat mengurangi ketidak nyamanan dan lebih memuaskan pasien dan keluarganya. Penyampaian berita buruk dengan sikap dan cara yang tepat dapat meningkatkan penerimaan pasien dan keluarga tentang 2

penyakitnya dan rencana terapi lebih lanjut, pendorong pencapaian tujuan terapi yang realistis, memberi dukungan mental serta menguatkan hubungan pada pasien. Teknik Menyampaikan Berita Buruk Penelitian pada anggota keluarga pasien yang selamat dari kematian yang traumatik menunjukkan, bahwa hal terpenting dari penyampaian berita buruk adalah attitude (sikap dan perilaku) penyampai berita, informasi yang jelas, privasi dan kemampuan penyampai berita menjawab pertanyaan. Terdapat enam langkah dalam menyampaikan berita buruk: 1. Melakukan persiapan Persiapkan diri dengan informasi klinis yang relevan dengan berita yang akan disampaikan. Idealnya data rekam medis pasien, hasil laboratorium atau pun pemeriksaan penunjang ada saat percakapan. Persiapkan juga pengetahuan dasar tentang prognosis atau pun terapi pilihan terkait penyakit pasien. Aturlah waktu yang memadai dengan lokasi yang privat dan nyaman. Pastikan bahwa selama percakapan tidak ada gangguan dari staf medis lain atau pun dering telepon. Jika memungkinkan, sebaiknya ada anggota keluarga yang hadir. Perkenalkan diri pada setiap yang hadir dan tanyakan nama dan hubungan mereka dengan pasien. Latihlah mental dan emosi untuk menyampaikan berita buruk. Tulislah kata2 spesifik jika perlu, yang akan disampaikan atau yang harus dihindari dalam penyampaian. 2. Menanyakan apa yang pasien tahu tentang penyakitnya Mulailah diskusi dengan menanyakan apakah pasien tahu bahwa dirinya sakit parah, atau apakah pasien mempunyai pengetahuan tentang penyakitnya tersebut. Hal ini bertujuan untuk menjajagi apakah pasien atau keluarganya dapat memahami berita buruk yang akan disampaikan. Contoh pertanyaan yang dapat diajukan: Apa yang Anda ketahui tentang sakit Anda? Bagaimana Anda menggambarkan kondisi kesehatan Anda saat ini? Apakah Anda khawatir mengenai sakit atau kondisi Anda? Apakah petugas medis Anda sebelumnya mengatakan apa penyakit Anda? Atau menyarankan Anda melakukan suatu pemeriksaan? Dengan gejala2 yang ada, menurut Anda penyakit apa yang mungkin terjadi? Apakah menurut Anda ada hal serius ketika berat badan Anda turun drastis? 3. Menanyakan seberapa besar keinginan tahu pasien tentang penyakitnya 3

Tahap selanjutnya adalah mencari tahu seberapa besar keinginan tahu pasien, orang tua (jika pasien anak) atau keluarga. Penerimaan informasi setiap orang dapat berbeda tergantung suku, agama, ras, sosial dan budaya masing-masing. Setiap orang mempunyai hak untuk menolak atau menerima informasi lebih lanjut. Jika pasien menunjukkan tanda tidak menginginkan informasi yang lebih detail, maka petugas medis harus menghormati keinginannya dan menanyakan pada siapa informasi sebaiknya diberikan. Pertanyaan yang dapat diajukan untuk mengetahui berapa besar keinginan tahu pasien dapat berupa: Jika kondisi ini mengarah pada suatu hal yang serius, apakah Anda ingin mengetahui lebih lanjut? Apakah Anda ingin saya menerangkan dengan lebih rinci mengenai kondisi Anda? Jika tidak, apakah Anda ingin saya menyampaikannya pada seseorang? Beberapa orang mungkin tidak mau tahu sama sekali apa yang terjadi pada diri mereka, sementara keluarga justru sebaliknya. Mana yang Anda pilih? Apakah anda ingin saya menyampaikan hasil pemeriksaan dan menjelaskan dengan tepat apa yang saya pikir jadi masalah kesehatan? Siapa sebaiknya yang saya ajak bicara mengenai masalah ini? Sering keluarga pasien meminta petugas medis untuk tidak menyampaikan pada pasien diagnosis atau informasi penting lainnya. Sementara petugas medis mempunyai kewajiban secara hukum untuk memberikan inform consent pada pasien dan disisi lain hubungan terapetik yang efektif juga membutuhkan kerjasama dengan keluarga. Maka jika keluarga meminta demikian, tanyakan mengapa mereka tidak menginginkan petugas medis memberikan informasi pada pasien, apa yang mereka takutkan akan apa yang petugas medis sampaikan, dan apa pengalaman mereka tentang berita buruk. Sarankan bahwa petugas medis bersama keluarga menemui pasien dan menanyakan apakah pasien ingin informasi mengenai kesehatannya dan apa pertanyaan yang mungkin diajukan. 4. Menyampaikan berita Sampaikan berita buruk dengan kalimat yang jelas, jujur, sensitif dan penuh empati. Hindari penyampaikan seluruh informasi dalam satu kesempatan. Sampaikan informasi, kemudian berikan jeda. Gunakan kata-kata sederhana yang mudah dipahami. Hindari katakata manis (eufemisme) ataupun istilah-istilah kedokteran. Lebih baik gunakan kata yang jelas seperti meninggal atau kanker. Jangan meminimalkan keparahan penyakit. Sering-sering memberikan jeda setelah penyampaian suatu kalimat. Cek apakah pasien dapat memahami apa yang disampaikan. Gunakan sikap dan bahasa tubuh yang sesuai saat 4

diskusi. Hindari kalimat Saya minta maaf atau Maafkan saya karena kalimat tersebut dapat diniterpretasikan bahwa petugas medis bertanggung jawab atas apa yang terjadi, atau bahwa semua ini karena kesalahan petugas medis. Lebih baik gunakan kalimat Maafkan saya harus menyampaikan pada Anda mengenai hal ini. Beberapa kalimat lain yang dapat dipilih untuk menyampaikan berita buruk: Saya khawatir berita ini tidak baik, hasil biopsi menunjukkan Anda terkena kanker leher rahim Saya merasa tidak enak menyampaikannya, bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan dan USG bayi yang Anda kandung sudah meninggal Hasil pemeriksaan laboratorium yag ada tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Hasil ini menunjukkan Anda pada stadium awal penyakit kanker Saya khawatir saya mempunyai berita buruk, hasil biopsi sumsum tulang belakang menunjukkan putri Anda menderita leukemia 5. Memberikan respon terhadap perasaan pasien Setelah berita buruk disampaikan sebaiknya petugas medis diam untuk memberi jeda. Beri waktu pasien atau keluarga untuk bereaksi. Respon pasien dan keluarga dalam menghadapi berita buruk beragam. Ada pasien yang menangis, marah, sedih, cemas, menolak, menyalahkan, merasa bersalah, tidak percaya, takut, merasa tidak berharga, malu, mencari alasan mengapa hal ini terjadi, bahkan bisa jadi pasien pergi meninggalkan ruangan. Siapkan diri dalam menghadapi berbagai reaksi. Dengarkan dengan tenang dan perhatian penuh. Pahami emosi pasien dan ajak pasien untuk menceritakan perasaannya. Contoh kalimat yang dapat digunakan untuk merespon perasaan pasien: Saya dapat merasakan bahwa ini merupakan situasi yang sulit Anda terlihat sangat marah. Dapatkan Anda ceritakan apa yang Anda rasakan? Apakah berita ini membuat Anda takut? Sampaikan saja perasaan Anda tentang apa yang baru saya sampaikan Saya berharap hasil ini berbeda Apakah ada seseorang yang Anda ingin saya hubungi? Saya akan coba membantu Anda Saya akan bantu Anda untuk menyampaikannya pada anak-anak Anda Selalu diingat bahwa reaksi mereka normal. Sebaiknya sediakan kertas tisu. Komunikasi non verbal yang akan sangat membantu adalah : Petugas medis menyodorkan tisu, menawarkan minuman. Gunakan sentuhan jika memang pantas, karena ada juga 5

pasien atau anggota keluarga tidak suka disentuh, bersikap sensitif terhadap perbedaan budaya dan pilihan personal. Hindari humor atau komentar yang tidak pada tempatnya. Beri waktu pasien dan keluarga mengekspresikan perasaan mereka. Jangan mendesak dengan terburu-buru menyampaikan informasi lebih lanjut. Jika emosi sudah dikeluarkan, biasanya pasien atau keluarga lebih mudah diajak pada langkah berikutnya. 6. Merencanakan tindak lanjut Buatlah rencana untuk langkah selanjutnya, ini bisa berupa: Pemeriksaan lanjut untuk mengumpulkan tambahan informasi Pengobatan gejala-gejala yang ada Membantu orang tua mengatakan pada anak tentang penyakit dan pengobatannya Tawarkan harapan yang realistis. Walaupun tidak ada kemungkinan untuk sembuh, bangun harapan pasien dan sampaikan tentang pilihan terapi apa saja yang tersedia. Mengatur rujukan yang sesuai Menjelaskan rencana untuk terapi lebih lanjut Diskusikan tentang sumber-sumber yang dapat memberikan dukungan secara emosi dan praktis, misal keluarga, teman, tokoh yang disegani, pekerja sosial, konselor spiritual, peer group, atau pun terapis profesional Rencana tindak lanjut ini akan meyakinkan pasien dan keluarga, bahwa petugas medis tidak meninggalkan atau mengabaikan mereka, dan petugas medis akan terlibat aktif dalam rencana yang akan dijalankan. Katakan mereka dapat menghubungi petugas medis jika ada pertanyaan lebih lanjut. Tentukan waktu untuk pertemuan berikutnya. Petugas medis juga harus memastikan bahwa pasien akan aman dan selamat saat pulang. Cari tahu: apakah pasien dapat mengemudikan sendiri kendaraan saat pulang? Apakah pasien sangat cemas atau khawatir, merasa putus asa atau ingin bunuh diri? Apakah ada seseorang di rumah yang dapat memberikan dukungan pada pasien? 7. Mengkomunikasikan Prognosis Pasien sering menanyakan mengenai prognosis, tentang bagaimana perjalanan penyakit mereka ke depannya. Motivasinya antara lain mereka ingin mempunyai kepastian tentang masa depan sehingga dapat merencanakan hidup mereka, atau pasien merasa ketakutan dan berharap bahwa Petugas medis akan mengatakan penyakitnya tidak serius. Sebelum langsung menjawab pertanyaan pasien tentang prognosis, sebaiknya Petugas medis mengumpulkan informasi tentang alasan mereka menanyakan hal tersebut. Pertanyaan yang bisa diajukan antara lain: 6

Apa yang Anda harapkan akan terjadi? Apa pengalaman yang Anda punyai tentang seseorang dengan penyakit seperti ini? Apa yang Anda harapkan terjadi? Apa yang Anda harapkan untuk saya lakukan? Apa yang membuat Anda takut untuk yang akan terjadi? Petugas medis harus mempertimbangkan dampak pemberian informasi prognosis. Pasien yang ingin merencanakan hidup mereka biasanya mengharapkan informasi yang lebih rinci. Sedangkan pasien yang sangat khawatir atau cemas, mungkin akan lebih baik mendapat informasi secara umum saja. Jawaban Petugas medis yang definitif seperti : Anda hanya mempunyai usia harapan hidup sampai 1 tahun akan berisiko menyebabkan kekecewaan jika ternyata terbukti usia harapan hidupnya lebih singkat. Jawaban seperti ini juga dapat menimbulkan kemarahan dan rasa frustasi jika dokter merendahkan usia harapan hidup pasien. Kalimat berikut lebih disarankan dalam menjawab pertanyaan tentang prognosis: Sekitar sepertiga pasien dengan kasus seperti ini dapat bertahan hidup sampai satu tahun, separuhnya bertahan hidup dalam 6 bulan, apa yang akan terjadi sesungguhnya pada diri Anda, saya sungguh tidak tahu Setelah jawaban tersebut Petugas medis sebaiknya melanjutkan dengan menyampaikan bahwa kita harus berharap untuk yang terbaik, sambil tetap berencana untuk kemungkinan terburuk. Sampaikan juga ke pasien dan keluarga bahwa kejutan yang tidak diharapkan dapat terjadi hal ini dan pasien lebih mempersiapkan mental untuk menghadapi sehingga dapat mengurangi penderitaan. Petugas medis harus meyakinkan pasien dan keluarga bahwa Petugas medis akan siap mendukung dan membantu mereka. Contoh Kasus Beberapa contoh kasus yang seringkali berpotensi menimbulkan berita buruk adalah : Janin meninggal, Kecelakaan (kehilangan anggota badan), Kasus anak (leukemia, epilepsi, kelainan kongenital, post meningo ensefalitis), Kematian Anggota keluarga yang tengah dirawat, Hepatitis / HBs Ag (+), Kehamilan yang tidak diinginkan (hamil diluar nikah atau gagal KB), Idiosinkrasi terapi (sindrom Steven Johnson), Medical abuse (kasa tertinggal pada luka jahitan, dll), Retardasi mental, Skizofrenia, dan sebagainya. 7

Penutup Kemampuan para petugas medis dalam menyampaikan berita buruk pada pasien dan keluarganya merupakan hal penting yang harus dikuasai. Hal itu akan lebih menjamin tersampaikannya berita buruk pada pihak terkait, sehingga tidak perlu lagi ada kendala dalam menyampaikan berita buruk maupun pemotongan berita buruk sehingga tidak tersampaikan. Ketrampilan berkomunikasi dalam penyampaian berita buruk adalah suatu bagian penting dalam praktek profesional. Persiapan dan tahapan yang perlu dilaksanakan dalam menyampaikan berita buruk akan mencegah kesalahan dalam komunikasi yang dapat menimbulkan dampak yang serius baik secara fisik maupun psikis bahkan dapat menimbulkan permasalahan yang harus diselesaikan di pengadilan. DAFTAR PUSTAKA : Anonim - Breaking Bad News : Guidelines and Strategies (www.breaking badnews.co.uk) Baile, W.F., Buckman, R., Lenzi, R., Glober, G., Beale, E.A., Andrrzej, and Kudelka, P. SPIKES A Six-Step Protocol for Delivering Bad News: Application to the Patient with Cancer. Oncologist 2000;5;302-311 Buku Pegangan Kuliah : Genetika Kedokteran (Bagian Anatomi FK UGM) Emanuel LL, von Gunten CF, Ferris FD. Module 2: Communicating Bad News. The Education for Physicians on End-of-life Care (EPEC) curriculum, 1999. Maguire P. 2000. Breaking bad news in Communication skill for doctors. Arnold. London Silverman, J., Kurtz, S., & Draper,J. Skills for Communicating with Patients. Radcliffe Medical Press, 1999 Vaidya VU, Greenberg LW, Patel KM. 1999. Teaching physician how to break bad news. Arch Pediatr Adoles Med 153:419-22 Vandekieft, K.K. Breaking Bad News. Am Fam Physician 2001;64:1975-8. American Academy of Family Physicians. 8