SNI Standar Nasional Indonesia. Inti kelapa sawit. Badan Standardisasi Nasional ICS

dokumen-dokumen yang mirip
SNI INTI KELAPA SAWIT. -"-"""*rffir*w$s* DEWAN STANDARDISASI NASIONAL. DSN. STANDAR NASIONAL INDONESIA sni teE7 UDC : 634.

Biji mete kupas (cashew kernels)

SNI Standar Nasional Indonesia. Lada hitam. Badan Standardisasi Nasional ICS

Pupuk dolomit SNI

K O P A L SNI

SNI Standar Nasional Indonesia. Gambir. Badan Standardisasi Nasional ICS

BAB III METODE PENELITIAN

Cara uji kadar sari (ekstrak alcohol - benzena) dalam kayu dan pulp

Pupuk amonium klorida

Minyak terpentin SNI 7633:2011

Lampiran 1. Gambar tanaman dan wortel. Tanaman wortel. Wortel

SNI Standar Nasional Indonesia. Mete gelondong. Badan Standardisasi Nasional ICS

BAB III METODE PENELITIAN

Pupuk SP-36 SNI

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu

G O N D O R U K E M 1. Ruang lingkup

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk -

BROWNIES TEPUNG UBI JALAR PUTIH

METODE PENGUJIAN. 1. Kadar Oksalat (SNI, 1992)

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

Atas kesediaan Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih.

Pupuk kalium sulfat SNI

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

SNI Gondorukem. Badan Standardisasi Nasional ICS

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014.

Pupuk tripel super fosfat plus-zn

BAHAN DAN METODE. Laboratorium Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,

1.Penentuan Kadar Air. Cara Pemanasan (Sudarmadji,1984). sebanyak 1-2 g dalam botol timbang yang telah diketahui beratnya.

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 26 Agustus 2015 di Laboratorium Produksi dan

BAB 3 METODE PENELITIAN. 1. Neraca Analitik Metter Toledo. 2. Oven pengering Celcius. 3. Botol Timbang Iwaki. 5. Erlenmayer Iwaki. 6.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

SNI Standar Nasional Indonesia. Biji kopi

Lampiran 1. Hasil analisis proksimat pakan perlakuan (udang rebon) Tabel 3. Analisis proksimat pelet udang rebon

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai

Desikator Neraca analitik 4 desimal

III. BAHAN DAN METODE. Analisis kimia dilakukan di Laboratorium Tanah, dan Laboratorium Teknologi Hasil

BAB V METODOLOGI. Tahap pelaksanaan percobaan dilakukan dalam tiga tahap, yaitu : memanaskannya pada oven berdasarkan suhu dan waktu sesuai variabel.

BAB V METODELOGI. 5.1 Pengujian Kinerja Alat. Produk yang dihasilkan dari alat pres hidrolik, dilakukan analisa kualitas hasil meliputi:

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Minyak goreng bekas

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

Minyak daun cengkih SNI

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

Lampiran 1. Prosedur Fermentasi Onggok Singkong (Termodifikasi)

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

SNI Standar Nasional Indonesia. Kecap kedelai. Badan Standardisasi Nasional ICS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Sabun Mandi Padat Transparan dengan Penambahan Ekstrak Lidah Buaya (Aloe Vera) BAB III METODOLOGI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab III Bahan dan Metode

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November 2014 sampai dengan bulan

Disusun oleh: Jamaludin Al Anshori, S.Si

BAB V METODOLOGI. Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 3 tahap, yaitu :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan

Kulit masohi SNI 7941:2013

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hijau atau tauge. Nata yang dihasilkan kemudian diuji ketebalan, diukur persen

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

BAB III METODOLOGI. A.2. Bahan yang digunakan : A.2.1 Bahan untuk pembuatan Nata de Citrullus sebagai berikut: 1.

METODOLOGI PENELITIAN

Metode uji residu aspal emulsi dengan penguapan (ASTM D , IDT)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

SNI Standar Nasional Indonesia. Sari buah tomat. Badan Standardisasi Nasional ICS

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Februari sampai Maret 2015 bertempat di Desa

BAB V METODOLOGI. Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 3 tahap, yaitu:

III. BAHAN DAN METODE. Lampung Timur, Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri

METODE PENGUJIAN KADAR BERASPAL DENGAN CARA EKSTRAKSI MENGGUNAKAN ALAT SOKLET

BAB III METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Minyak Atsiri dan Bahan

METODOLOGI PENELITIAN

BAB V METODOLOGI. Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 2 tahap, yaitu :

Metode uji penentuan campuran semen pada aspal emulsi (ASTM D , IDT)

Pupuk super fosfat tunggal

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mengetahui kinerja bentonit alami terhadap kualitas dan kuantitas

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi)

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

Pupuk amonium sulfat

BAB III METODE PENELITIAN

Penelitian ini akan dilakukan dengan dua tahap, yaitu : Tahap I: Tahap perlakuan awal (pretreatment step)

Air dan air limbah Bagian 10: Cara uji minyak dan lemak secara gravimetri

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT B. METODE PENELITIAN. 1. Analisis Mutu Minyak Sawit Kasar. 2. Pengukuran Densitas Minyak Sawit Kasar

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel

Air dan air limbah Bagian 10: Cara uji minyak nabati dan minyak mineral secara gravimetri

Lampiran 2. Dosis pupuk NPKMg-TE untuk pemupukan bibit kelapa sawit Dura x Pisifera standar kebun

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

III. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

Standar Nasional Indonesia Inti kelapa sawit ICS 67.080.10 Badan Standardisasi Nasional

Daftar isi Daftar isi...i 1 Ruang lingkup... 1 2 Definisi... 1 3 Istilah... 1 4 Penggolongan... 1 5 Syarat mutu...1 6 Cara pengambilan contoh... 1 7 Cara uji... 2 8 Syarat penandaan... 7 9 Cara pengemasan... 7 10 Rekomendasi... 8 i dari 8

Inti kelapa sawit 1 Ruang lingkup Standar ini meliputi definisi, istilah, penggolongan, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, syarat penandaan, cara pengemasan. 2 Definisi Inti kelapa sawit adalah bagian dari buah tanaman Elaeis guineensis Jacq yang telah dipisahkan dari daging buah dan tempurung serta dikeringkan. 3 Istilah 3.1 Kadar Kotoran adalah semua bahan yang bukan Inti Kelapa Sawit, misalnya tempurung (cangkang), serabut, batu dan lain-lain. 3.2 Inti Pecah adalah bagian inti kelapa sawit yang pecah. 3.3 Inti Berubah Warna adalah inti kelapa sawit yang berwarna coklat tua dan coklat muda. 4 Penggolongan Inti kelapa sawit digolongkan dalam satu jenis mutu. 5 Syarat mutu Tabel I Spesifikasi Persyaratan Mutu No. Jenis Uji Satuan Persyaratan 1. Kadar minyak, (b/b) kering % min. 46 2. Kadar asam lemak bebas, (b/b) 3. 4. dihitung sebagai asam laurat Kadar air, (b/b) Kadar kotoran, (b/b) % % % maks. 3 maks. 8,0 maks. 6 6 Cara pengambilan contoh Contoh diambil secara acak sebanyak akar pangkat dua dari jumlah karung dengan maksimum 30 karung dari tiap partai barang maksimum 1000 karung. Kemudian dari tiap karung diambil sebagai contoh maksimum 1 kg dari bagian atas, tengah dan bawah. Contohcontoh tersebut diaduk/dicampur sehingga merata, kemudian dibagi empat dan secara diagonal dua bagian diambil untuk disatukan kembali. Cara tersebut diatas dilakukan 1 dari 8

beberapa kali sampai diperoleh contoh seberat 1 kg contoh, kemudian dimaksukkan kedalam kantong plastik dan disegel, serta diberi label yang antara lain bertuliskan identitas pengambilan contoh dan tanggal pengambilan contoh. Petugas pengambil contoh harus memenuhi syarat yaitu orang yang telah berpengalaman atau dilatih lebih dahulu dan mempunyai ikatan dengan suatu badan hukum. 7 Cara uji 7.1 Penentuan kadar minyak 7.1.1 Prinsip Ekstraksi minyak dari bahan, dengan menggunakan pelarut organik non polar seperti n- heksana atau petroleum benzene 40 o 60 o C. 7.1.2 Bahan Kimia 7.1.2.1 n-heksana atau pertroleum yang menyuling antara 40 o - 60 o C dan mempunyai bilangan brom kurang dari satu, untuk kedua pelarutan tersebut mempunyai penguapan tidak boleh melebihi 0.002g/100 ml. 7.1.2.2 Pasir kuarsa (yang lolos ayakan berdiameter 1 mm), telah dicuci dengan khlonida dan dibakar. 7.1.3 Peralatan 7.1.3.1 Neraca analisis kapasitas 200 gram, ketelitian 0,0001 /gram 7.1.3.2 Penggiling mekanis mudah dibersihkan dan dapat menggiling ampas tanpa terjadi pemanasaan dan tanpa ada perubahan yang berarti dalam kadar air, bahan menguap, dan minyak menjadi bubuk yang lolos ayakan berdiameter 1 mm. 7.1.3.3 Ayakan berdiameter lubang 1 mm. 7.1.3.4 Thimble ekstraksi atau selongsong kertas saring dan kapas yang bebas dari bahanbahan yang larut dalam n-heksana atau petroleum eter. 7.1.3.5 Penangas listrik atau penangas air. 7.1.3.6 Lumpang dan alu dari porselin, besi/suasa atau sebaiknya penggiling kecil mekanis yang sesuai. 7.1.3.7 Oven listrik dengan pengatur suhu. 7.1.3.8 Eksikator berisi zat pengering yang efisien. 7.1.4 Prosedur 7.1.4.1 Giling contoh uji, jika perlu didalam mekanis yang sebelumnya telah dibersihkan dengan baik. Gunakanlah lebih kurang seperduapuluh berat contoh uji untuk menyempurnakan pembersihan penggiling dan buanglah hasil penggilingan ini, gilinglah sisa contoh uji, kumpulkan hasil penggilingan campurkan dengan hati-hati dan lakukan pengujian. tanpa penangguhan 7.1.4.2 Timbang ± 10 gram hasil giling dengan ketelitian 0,001 gram. Masukkan kedalam thimble ekstraksi dan tutuplah thimble ekstraksi dengan penutup dari kapas, jika digunakan 2 dari 8

adalah kertas saring bungkuslah hasil gilingan didalamnya. 7.1.4.3 Jika contoh uji sangat lembab (air dan bahan-bahan menguap lebih dari 10%) letakkanlah thimble ekstraksi yang mudah diisi didalam oven beberapa lama dengan suhu tidak melebihi 80 C, agar kadar air dan zat menguap berada dibawah 10%. 7.1.4.4 Timbang mendekati 0,001 gram labu didih dari alat ekstraksi yang berisis 1 atau 2 butir batu didih yang sebelumnya telah dikeringkan pada suhu mendekati 100 C. dan dinginkan kembali paling kurang selama I jam dalam eksikator sehingga suhu kamar. 7.1.4.5 Masukan thimble ekstraksi yang berisi contoh uji kedalam alat ekstraksi. Tuangkan sejumlah pelarut yang diperlukan kedalam labu. Pasang tabu ke alat ekstraksi diatas alat pemanas sehingga kecepatan ekstraksi sekurang-kurangnya 3 tetes setiap detik. 7.1.4.6 Ekstraksi berlangsung selama 4 jam, biarkanlah menjadi dingin kembali. Keluarkan thimble ekstraksi dari alat ekstraksi dan uapkan diatas penangas air agar sebagian besar pelarut yang membasahinya menguap. 7.1.4.7 Tuangkan isi thimble kedalam lumpang, tambahkan 10 gram pasir kuarsa dan giling sehalus mungkin (jika digunakan penggiling kecil). Pindahkan kembali campuran kedalam thimble ekstraksi dan tenipatkan kembali kedalam alaat ekstraksi. Lanjutkan lagi ekstraksi selama 2 jam menggunakan labu ekstraksi yang sama. 7.1.4.8 Uapkan sebagian pelarut dari labu ekstraksi yang sama dengan cara destilasi pada penangas air atau penangas listrik. Panaskan pada suhu 100 C. Biarkan labu ekstraksi beberapa menit supaya dingin hingga suhu kamar dalam eksikator, kemudian timbang dengan ketelitian sampai 0,001 gram. 7.1.4.9 Ulangi pengeringan terhadap labu ekstraksi contoh uji sampai perbedaan penimbangan bobot minyak yang diharapkan berturut-turut kurang dari 0,01 gram. Catat bobot labu terakhir. Kerjakan kedua penentuan terhadap contoh uji yang sama. 7.1.5 Cara Menyatakan Hasil Kadar minyak dinyatakan dalam presentasi bobot perbobot atas dasar bahan keying dihitung sebagai berikut : 100 M 1 100 X (100-KA) M 0 dimana M 0 = Bobot contoh uji (gram) M 1 = Bobot minyak setelah pengeringan (gram) KA = Kadar air contoh uji 7.2 Penentuan kadar asam lemak bebas. 7.2.1 Prinsip Lemak hasil ekstraksi dilarutkan kedalam etanol panas dan dititrasi dengan larutan alkali (NaOH/KOH 0,1 N). 3 dari 8

7.2.2 Bahan Kimia 7.2.2.1 Etanol 95 % (v/v). 7.2.2.2 Natrium Hidroksida atau Kalium Hidroksida, larutan 0,1 N dalam air. 7.2.2.3 Indikator fenolftalen, larutan 1,0 % dalam alkohol 95 % (v/v) 7.2.3 Peralatan 7.2.3.1 Neraca analisis, kapasitas 200 gram, ketelitian 0,1 miligram. 7.2.3.2 Erlemeyer kapasitas 250 dan 300 ml. 7.2.3.3 Penangas air 7.2.3.4 Buret basa kapasitas 50 ml 7.2.3.5 Pendingin tegak/refluks 7.2.3.6 Gelas ukur 7.2.4 Prosedur 7.2.4.1 Ekstrak sejumlah contoh uji kelapa sawit selama 6 jam untuk menghasilkan minyak ± 5 gram. 7.2.4.2 Panaskan alkohol diatas penangas air, lalu tambahkan beberapa tetes NaOH 0,1 N dan 3 tetes indikator fenolftalen sampai berwarna merah muda (alkohol netral). 7.2.4.3 Timbang minyak tersebut sebanyak ± 5 gram, kedalam erlemeyer. Tambahkan 50 ml alkohol netral yang panas. 7.2.4.4 Kemudian panaskan dengan pendingin tegak diatas penangas air. setelah mendidih tambahkan beberapa tetes indikator fenolftalen dan titrasi dalam keadaan panas dengan NaOH 0.1 N sampai titik akhir berwarna merah muda. 7.2.5 Cara menyatakan hasil Kadar asam lemak behas dihitung sebagai asam laurat dan dinyatakan dalam presentase bobot per bobot yang dihitung sebagai berikut : 2,00 V M dimana : V = Volume/banyaknya larutan NaOH 0.1 N yang diperlukan untuk menitrasi (ml) M = Bobot minyak (gram) 7.3. Penentuan kadar air 7.3.1 Prinsip Pengurangan berat selama 3 jam pengeringan dalam oven pada suhu I05 C ± 2 C. 7.3.2 Peralatan 7.3.2.1 Oven dengan pamanasan listrik. yang mempunyai ventilasi yang efektif sehingga suhu udara dalam oven dapat dipertahankan pada 105 C ± 2 C. 4 dari 8

7.3.2.2 Cawan silika/porselin/plating dengan penutup yang berdiameter 5 cm atau 2,5-3,0 cm. 7.3.2.3 Eksikator yang berisi zat pengering yang efisien. 7.3.2.4 Neraca Analisis, kapasitas 200 gram, ketelitian 0,1 milligram. 7.3.2.5 Penggilingan mekanis mudah dibersihkan dan dapat menggiling amplas tanpa terjadi pemanasan dan tanpa ada perubahan yang berarti dalam kadar air, menjadi bubuk yang lolos ayakan berdiameter 1 mm. 7.3.3 Prosedur 7.3.3.1 Giling contoh uji dengan penggilingan mekanis yang tidak menimbulkan pangs sehingga dapat mengurangi jumlah air dalam contoh uji, kemudian diayak. 7.3.3.2 Timbang contoh uji inti kelapa sawit yang telah digiling sebanyak ± 5 gram. ke dalam cawan. Masukkan kedalam oven pada suhu 105 C ± 2 C selama 3 jam. 7.3.3.3 Dinginkan dalam eksikator sampai mencapai suhu kamar. dan timbanglah. 7.3.3.4 Ulangi pengeringan pada oven, dinginkan dan timbang sampai perhedaan penimbangan bobot air yang dilakukan berturut-turut 0,005 gram. 7.3.6 Cara menyatakan hasil Kadar air dinyatakan dalam bobot per bobot yang dihitung sebagai berikut : (M 2 -M 1 ) M 0 x 100 dimana : M 0 = Bobot contoh uji (gram) M 1 = Bobot contoh uji sebelum pengeringan (gram) M 2 = Bobot contoh uji setelah pengeringan (gram) 7.4 Penentuan kadar kotoran 7.4.1 Prinsip Pemisahan kotoran yang terdapat dalam inti kelapa sawit dan penimbangan. 7.4.2 Peralatan 7.4.2.1 Neraca kadar, kapasitas 2000 gram. ketelitian 0.01 gram 7.4.2.2 Wadah atau kaca arloji. 7.4.3 Prosedur 7.4.3.1 Timbang contoh uji inti kelapa sawit sebanyak 1 kg. 7.4.3.2 Pisahkan kotoran yaitu semua bahan yang bukan inti kelapa sawit misalnya tempurung (cangkang), serabut, batu, dan lain-lain ke dalam wadah/kaca arloji yang telah diketahui bobotnya. 5 dari 8

7.4.3.3 Timbang bobot kaca arloji yang berisi kotoran dengan ketelitian 0,1 gram. 7.4.5 Cara menyatakan hasil Kadar kotoran dinyatakan dalam presentase bobot per bobot dihitung sebagai berikut : (M 2 M 1 ) M 0 x 100 dimana : M 0 = Bobot contoh uji (grain) M 1 = Bobot kaca arloji kosong (gram) M 2 = Bobot kaca arloji + kotoran (gram) 7.5 Penentuan kadar inti pecah 7.5.1 Prinsip Pemisahan inti pecah dan penimbangan. 7.5.2 Peralatan 7.5.2.1 Neraca kasar, kapasitas 2000 gram. ketelitian 0,01 gram 7.5.2.2 Wadah atau kaca arloji. 7.5.3 Prosedur 7.5.3.1 Timbang contoh uji inti kelapa sawit sebanyak 1 kg 7.5.3.2 Pisahkan inti pecah yaitu bagian inti sawit yang pecah kedalam wadah/kaca arloji yang telah diketahui bobotnya. 7.5.3.3 Timbang bobot kaca arloji yang berisi inti pecah dengan ketelitian 0.1 gram. 7.5.5 Cara menyatakan hasil Kadar inti pecah dinyatakan dalam presentase bobot per bobot dihitung sebagai berikut: (M 2 M 1 ) M 0 x 100 dimana : M 0 = Bobot contoh uji (gram) M 1 = Bobot kaca arloji kosong (gram) M 2 = Bobot kaca arloji + kotoran (gram) CATATAN : Penetuan kadar inti pecah dilakukan bersama dengan penentuan kadar kotoran. 6 dari 8

7.6 Penentuan kadar inti berubah warna 7.6.1 Prinsip Pengamatan secara visual warna inti yang sudah dibelah yaitu yang berwarna coklat tua dan coklat muda. 7.6:2 Peralatan Pisau (alat pembelah) 7.6.3 Prosedur 7.6.3.1 Ambil contoh uji inti kelapa sawit utuh sebanyak 100 butir secara acak. Kemudian belah satu persatu contoh uji tersebut menjadi 2 (dua) bagian dengan pisau atau alat pembelah. 7.6.3.2 Amatilah adanya warna inti yang coklat tua atau coklat muda dari setiap contoh uji yang sudah dibelah tersebut dan pisahkan sebagai inti yang berubah warna. 7.6.4 Cara menyatakan hasil Kadar inti berubah warna dinyatakan dalam presentase jumlah per jumlah dihitung sebagai berikut : (M 2 M 1 ) M 0 x 100 dimana : M 0 = Jumlah contoh uji (gram) M 1 = Jumlah inti kelapa sawit yang berubah warna (butir) 8 Syarat penandaan Di bagian luar setiap kemasan, kecuali yang akan dikapalkan secara curah ditulis dengan cat yang berpelarut air yang tidak mudah luntur, jelas terbaca antara lain : 8.1 Dihasilkan di Indonesia 8.2 Nama barang 8.3 Nomor kemasan 8.4 Nama/kode perusahaan/eksportir 8.5 Berat bersih 8.6 Tujuan 9 Cara pengemasan Inti kelapa sawit dikemas dalam karung yang bersih, kuat dan kering, berat bersih tiap karung adalah 50 kg sampai 80 kg, kecuali yang akan dikapalkan secara curah. 7 dari 8

10 Rekomendasi Spesifikasi persyaratan mutu yang tercantum dalam tabel dibawah ini bukan merupakan persyaratan wajib, tetapi dapat dilakukan pengujian apabila pihak-pihak yang berkepentingan memerlukan. Tabel 2 Spesifikasi persyaratan mutu No. Jenis Uji Satuan Spesifikasi Persyaratan 1. Kadar inti pecah (b/b) % 15 Dicantumkan sesuai hasil analisa. 2. Kadar inti berubah % 40 Dicantumkan sesuai warna, (jumlah/jumlah) hasil analisa. 8 dari 8

BADAN STANDARDISASI NASIONAL - BSN Gedung Manggala Wanabakti Blok IV Lt. 3-4 Jl. Jend. Gatot Subroto, Senayan Jakarta 10270 Telp: 021-574 7043; Faks: 021-5747045; e-mail : bsn@bsn.or.id