KARAKTERISTIK KARKAS DAN BAGIAN-BAGIAN KARKAS SAPI PERANAKAN ONGOLE JANTAN DAN BETINA PADA PETERNAKAN RAKYAT DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS TUMBUH KEMBANG KARKAS SAPI BALI JANTAN DAN BETINA DARI POLA PEMELIHARAAN EKSTENSIF DI SULAWESI TENGGARA. Oleh: Nuraini dan Harapin Hafid 1)

Endah Subekti Pengaruh Jenis Kelamin.., PENGARUH JENIS KELAMIN DAN BOBOT POTONG TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAGING DOMBA LOKAL

Muhamad Fatah Wiyatna Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

Hubungan Umur, Bobot dan Karkas Sapi Bali Betina yang Dipotong Di Rumah Potong Hewan Temesi

PROPORSI KARKAS DAN KOMPONEN-KOMPONEN NONKARKAS SAPI JAWA DI RUMAH POTONG HEWAN SWASTA KECAMATAN KETANGGUNGAN KABUPATEN BREBES

KARAKTERISTIK KARKAS SAPI JAWA (STUDI KASUS DI RPH BREBES, JAWA TENGAH)

Distribusi komponen karkas sapi Brahman Cross (BX) hasil penggemukan pada umur pemotongan yang berbeda

Pertumbuhan dan Komponen Fisik Karkas Domba Ekor Tipis Jantan yang Mendapat Dedak Padi dengan Aras Berbeda

Hubungan antara Umur dengan Berat Karkas Depan (Fore Quarter) Ditinjau dari Potongan Primal Sapi Bali Jantan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Hewan

PENDAHULUAN. Tujuan utama dari usaha peternakan sapi potong (beef cattle) adalah

AGRIPLUS, Volume 18 Nomor : 03 September 2008, ISSN

I PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini mengalami peningkatan. Keadaan ini disebabkan oleh

Pemotongan Sapi Betina Produktif di Rumah Potong Hewan di Daerah Istimewa Yogyakarta

PERSENTASE KARKAS, TEBAL LEMAK PUNGGUNG DAN INDEKS PERDAGINGAN SAPI BALI, PERANAKAN ONGOLE DAN AUSTRALIAN COMMERCIAL CROSS

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2008

KUALITAS FISIK DAGING LOIN SAPI BALI YANG DIPOTONG DI RUMAH POTONG HEWAN (RPH) MODEREN DAN TRADISIONAL

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sapi potong merupakan salah satu komoditas ternak yang potensial dan

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan

PRODUKTIVITAS KARKAS SAPI BALI DI TIMOR BARAT NUSA TENGGARA TIMUR

Karakteristik Kualitas Daging Sapi Peranakan Ongole yang Berasal dari Otot Longissimus Dorsi dan Gastrocnemius

KUALITAS DAGING SAPI BALI PADA LAHAN PENGGEMUKAN YANG BERBEDA

PERSENTASE KARKAS SAPI BALI PADA BERBAGAI BERAT BADAN DAN LAMA PEMUASAAN SEBELUM PEMOTONGAN

Korelasi Antara Nilai Frame Score Dan Muscle Type... Tri Antono Satrio Aji

IV PEMBAHASAN. yang terletak di kota Bekasi yang berdiri sejak tahun RPH kota Bekasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan populasi yang cukup tinggi. Kambing Kacang mempunyai ukuran tubuh

Reny Debora Tambunan, Reli Hevrizen dan Akhmad Prabowo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung ABSTRAK

S. Mawati, F. Warastuty, dan A. Purnomoadi Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK

PENDAHULUAN. Saat ini kebutuhan manusia pada protein hewani semakin. meningkat, yang dapat dilihat dari semakin banyaknya permintaan akan

HUBUNGAN BUTT SHAPE KARKAS SAPI BRAHMAN CROSS TERHADAP PRODUKTIVITAS KARKAS PADA JENIS KELAMIN YANG BERBEDA

HUBUNGAN ANTARA BOBOT POTONG DENGAN YIELD GRADE DOMBA (Ovis aries) GARUT JANTAN YEARLING

Hubungan Panjang Badan dan Panjang Kelangkang dengan Persentase Karkas Sapi Bali

ESTIMASI OUTPUT SAPI POTONG DI KABUPATEN SUKOHARJO JAWA TENGAH

KAJIAN KEPUSTAKAAN. hewan bagi konsumsi masyarakat umum dan digunakan sebagai tempat

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi protein hewani, khususnya daging sapi meningkat juga.

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi Bali (Bos sondaicus) merupakan salah satu bangsa sapi lokal asli

DOI: pissn eissn X

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jenis Sapi Potong di Indonesia

Hubungan Antara Bobot Potong... Fajar Muhamad Habil

KARAKTERISTIK KARKAS DAN NON KARKAS SAPI POTONG PADA KERANGKA TUBUH YANG BERBEDA IRMAWAN PURPRANOTO

Animal Agricultural Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p Online at :

tumbuh lebih cepat daripada jaringan otot dan tulang selama fase penggemukan. Oleh karena itu, peningkatan lemak karkas mempengaruhi komposisi

POTONGAN KOMERSIAL KARKAS KAMBING KACANG JANTAN DAN DOMBA LOKAL JANTAN TERHADAP KOMPOSISI FISIK KARKAS, SIFAT FISIK DAN NILAI GIZI DAGING

Proporsi Potongan Utama Komersial Karkas (Primal Cut) Pada Sapi Brahman Cross

PERBANDINGAN KUALITAS KIMIA (KADAR AIR, KADAR PROTEIN DAN KADAR LEMAK) OTOT BICEPS FEMORIS PADA BEBERAPA BANGSA SAPI

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Brahman Cross

HUBUNGAN BOBOT KARKAS DENGAN LUAS URAT DAGING MATA RUSUK PADA SAPI BRAHMAN CROSS JANTAN DI RUMAH POTONG HEWAN (RPH) LUBUK BUAYA PADANG SKRIPSI.

PREFERENSI DAN NILAI GIZI DAGING AYAM HASIL PERSILANGAN (PEJANTAN BURAS DENGAN BETINA RAS) DENGAN PEMBERIAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA

PROPORSI DAGING, TULANG DAN LEMAK KARKAS DOMBA EKOR TIPIS JANTAN AKIBAT PEMBERIAN AMPAS TAHU DENGAN ARAS YANG BERBEDA

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Percobaan Kandang Bahan dan Alat Prosedur Persiapan Bahan Pakan

ANALISIS SALURAN DAN MARJIN PEMASARAN KERBAU (Studi Kasus di Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut)

Tatap muka ke : 10 POKOK BAHASAN VII VII. SISTEM PRODUKSI TERNAK KERBAU

HASIL DAN PEMBAHASAN

Identifikasi Bobot Potong dan Persentase Karkas Domba Priangan Jantan Yearling dan Mutton. Abstrak

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Sumber Daya Genetik Ternak dari Jawa Barat, yaitu dari daerah Cibuluh,

PEDOMAN SURVEI KARKAS

PRODUKTIVITAS KARKAS DAN KUALITAS DAGING SAPI SUMBA ONGOLE DENGAN PAKAN YANG MENGANDUNG PROBIOTIK, KUNYIT DAN TEMULAWAK

PROFIL KARKAS TERNAK DOMBA DAN KAMBING

PENAMPILAN KARKAS DAN KOMPONEN KARKAS TERNAK RUMINANSIA KECIL

DAFTAR ISI RIWAYAT HIDUP... ABSTRACT... UCAPAN TERIMAKASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

PENDAHULUAN. dengan meningkatnya jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi. Menurut

HUBUNGAN ANTARA BOBOT BADAN DENGAN PROPORSI ORGAN PENCERNAAN SAPI JAWA PADA BERBAGAI UMUR SKRIPSI. Oleh NUR FITRI

EDIBLE PORTION DOMBA LOKAL JANTAN YANG MENDAPAT PAKAN LUMPUR LIMBAH FERMENTASI TETES TEBU (LFTT) DALAM KONSENTRAT DENGAN ARAS BERBEDA

STUDI KARAKTERISTIK KARKAS BABI BALI ASLI DAN BABI LANDRACE YANG DIGUNAKAN SEBAGAI BAHAN BAKU BABI GULING

KARAKTERISTIK KARKAS KERBAU RAWA DI KABUPATEN PANDEGLANG, BANTEN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan Metode

STUDI KASUS TINGKAT PEMOTONGAN DOMBA BERDASARKAN JENIS KELAMIN, KELOMPOK UMUR DAN BOBOT KARKAS DI TEMPAT PEMOTONGAN HEWAN WILAYAH MALANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

TINJAUAN PUSTAKA Kurban Ketentuan Hewan Kurban

PARAMETER TUBUH DAN SIFAT-SIFAT KARKAS SAPI POTONG PADA KONDISI TUBUH YANG BERBEDA SKRIPSI VINA MUHIBBAH

PENGARUH BANGSA, UMUR, JENIS KELAMIN TERHADAP KUALITAS DAGING SAPI POTONG DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

KOMPOSISI FISIK POTONGAN KOMERSIAL KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN DENGAN RASIO PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA SELAMA DUA BULAN PENGGEMUKAN

KARAKTERISTIK TERNAK DAN KARKAS SAP1 UNTUK KEBUTUHAN PASAR TRADISIONAL DAN PASAR KHUSUS

PERBANDINGAN PERSENTASE KULIT ANTARA KAMBING KEJOBONG, KAMBING PERANAKAN ETTAWAH DAN KAMBING KACANG JANTAN UMUR SATU TAHUN

Produktivitas Karkas dan Daging Dengan Teknik Penanganan. Carcass and Meat Productivity with Different Handling Carcass Technique at Slaughter Houses

KOMPOSISI KIMIA DAGING SAPI PERANAKAN ONGOLE YANG DIBERI PAKAN JERAMI PADI URINASI DAN LEVEL KONSENTRAT YANG BERBEDA

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

KARKAS, DAN PENYEBARAN OTOT KAMBING KACANG JANTAN PENGGEMUKAN SECARA INTENSIF PADA BOBOT AWAL YANG BERBEDA

KARAKTERISTIK KARKAS KAMBING KACANG, KAMBING PERANAKAN ETTAWA, DAN KAMBING KEJOBONG JANTAN PADA UMUR SATU TAHUN

MATERI DAN METODE. Materi

TINJAUAN PUSTAKA. : Artiodactyla. Bos indicus Bos sondaicus

HASIL DAN PEMBAHASAN

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karkas domba Lokal Sumatera (Tabel 9) mempunyai koefisien

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2009

PENAMPILAN PRODUKSI DAN KUALITAS DAGING KERBAU DENGAN PENAMBAHAN PROBIOTIK, KUNYIT DAN TEMULAWAK PADA PAKAN PENGGEMUKAN SKRIPSI NOVARA RAHMAT

Pengaruh Jenis Otot dan Lama Penyimpanan terhadap Kualitas Daging Sapi

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penyimpangan Bobot Badan Kuda Lokal Sumba menggunakan Rumus Lambourne terhadap Bobot Badan Aktual

HASIL DAN PEMBAHASAN

EDIBLE PORTION DOMBA LOKAL JANTAN DENGAN PAKAN RUMPUT GAJAH DAN POLLARD

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. Indonesia, ayam kampung sudah bukan hal asing. Istilah "Ayam kampung" semula

HUBUNGAN ANTARA UKURAN-UKURAN TUBUH DENGAN BOBOT BADAN DOMBOS JANTAN. (Correlation of Body Measurements and Body Weight of Male Dombos)

BIRTH WEIGHT, WEANING WEIGHT AND LINEAR BODY MEASUREMENT OF ONGOLE CROSSED CATTLE AT TWO GROUP PARITIES ABSTRACT

ANALISIS POTENSI SAPI POTONG BAKALAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Pakan

Transkripsi:

KARAKTERISTIK KARKAS DAN BAGIAN-BAGIAN KARKAS SAPI PERANAKAN ONGOLE JANTAN DAN BETINA PADA PETERNAKAN RAKYAT DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA (Carcass Characteristic and its Components of Male and Female Peranakan Ongole Grade Cattle in Smallholder Farmers in Southeast Sulawesi) Harapin Hafid, Nuraini, Herman Jurusan Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Haluoleo Jl. H.E.A. Mokodompit Kampus Hijau Bumi Tridarma Anduonohu Kendari harapinhafid@yahoo.co.id ABSTRACT This study aimed was to assess carcass characteristics of PO cattle in the province of Southeast Sulawesi. Observations were carried out in abattoirs UPTD, Department of Agriculture, Livestock and Horticulture of Kendari in May to June 2011. Respectively of 10 PO male and female cattles with age ranged of 3-4 years, were observed in this study. Data collected was slaughter weight, hot carcass weight, weight of meat and bone. Data were classified by sex, and analyzed using the t test. The results showed that the average percentage of carcass weight was 448.36kg (male) and 423.72 kg (female), hot carcass percentage 67.23% (male) and 68.77%, 69.76% percentage of meat (males ) and 68.77% (female), bone percentage was30.24% (male) and 31.23% (female), meat-bone ratio was 2.31 (male) and 2.21 (female). For the parts of meat was: front thigh meat 17.81% (male) and 18.82% (female), rear thigh meat 26.87% (male) and 26.07% (female), loin 12.09% (male) and 11.63% (female), beef ribs 9.92% (male) and 8.89% (female), neck meat 3.08% (male) and 3.37% (female). The mean bone percentage was: ox bone quads 4.83% (male) and 4.92% (female), rear femur 5.61% (male) and 5.96% (female), the backbone of 6.67% (male) and 7.23% (female), ribs 10.94% (male) and 10.86% (female), collarbone 2.18% (male) and 2.26% (female). It is concluded that the characteristics of carcasses and carcass parts of Peranakan Ongole male cow is relatively better than that of female. Key Words: Charateristic, Carcass, Parts of Carcass, Ongole Grade Cattle ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji karakteristik karkas sapi Peranakan Ongole (PO) yang terdapat di Provinsi Sulawesi Tenggara. Pengamatan dilakukan di UPTD Rumah Pemotongan Hewan, Dinas Pertanian, Peternakan dan Hortikultura Kota Kendari pada bulan Mei sampai Juni 2011. Sampel sapi masing-masing sebanyak 10 ekor ternak sapi PO jantan dan betina dengan kisaran umur sapi yang diamati adalah 3-4 tahun. Data yang dikumpulkan adalah bobot potong, bobot karkas hangat, bobot daging dan tulang. Data diklasifikasi berdasarkan jenis kelamin sapi dan dianalisis menggunakan uji t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sapi PO jantan dan betina mempunyai rataan persentase bobot karkas 448,36 dan 423,72 kg, persentase karkas hangat 67,23 dan 68,77%, persentase daging 69,76 dan 68,77%, persentase tulang 30,24 dan 31,23%, rasio daging-tulang 2,31 dan 2,21. Untuk bagian-bagian karkas untuk jantan dan betina diperoleh daging paha depan 17,81 dan 18,82%, daging paha belakang 26,87 dan 26,07%, daging punggung 12,09 dan 11,63%, daging rusuk 9,92 dan 8,89%, daging leher 3,08 dan 3,37%. Sapi PO jantan dan betina mempunyai rataan tulang paha depan 4,83 dan 4,92%, tulang paha belakang 5,61 dan 5,96%, tulang punggung 6,67 dan 7,23%, tulang rusuk 10,94 dan 10,86%, tulang leher 2,18 dan 2,26%. Secara umum dapat disimpulkan bahwa karakteristik karkas dan bagian bagian karkas sapi PO jantan relatif lebih baik dibandingkan dengan betina. Kata Kunci: Karakteristik, Karkas, Bagian Karkas, Sapi Peranakan Ongole 116

PENDAHULUAN Kebutuhan akan daging ternak besar di Sulawesi Tenggara dari tahun ke tahun terus meningkat. Hal ini seiring dengan pertambahan penduduk yang terus meningkat, mulainya kesadaran pemenuhan gizi dan meningkatnya pendapatan sebagian masyarakat. Ternak sapi memiliki peranan yang sangat penting dalam memenuhi kebutuhan daging. Menurut data Ditjen PKH (2012), sampai tahun 2011, dari jumlah populasi sapi potong 14.824.373 ekor di Indonesia, maka Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki sapi potong sebanyak 213.736 ekor atau sekitar 1,44% dari populasi sapi nasional. Kondisi lingkungan di Provinsi Sulawesi Tenggara sesuai untuk pengembangan sapi potong dan jenis ternak sapi yang umum dipelihara masyarakat adalah sapi Bali dan sapi PO. Meskipun demikian, peternakan sapi masih dikelola secara tradisional, sehingga belum memberikan hasil daging yang optimal. Kondisi demikian juga terjadi pada sapi PO yang banyak dipelihara di daerah transmigrasi di Sultra, masih dimanfaatkan tenaganya untuk tenaga tarik di sawah dan kebun. Padahal potensi ternak sapi PO cukup baik, sebab memiliki postur yang besar sehingga berpotensi memiliki bobot badan yang lebih tinggi dan penghasil daging yang banyak. Indikator produksi daging dari seekor ternak pedaging bisa diukur dari berat dan presentase karkas yang dihasilkan sebab pada karkas terkandung otot yang selanjutnya akan terkonversi menjadi daging. Karkas adalah hasil pemotongan ternak setelah dikeluarkan bagian non karkas atau offal. Kualitas dan kuantitas karkas sangat tergantung pada kondisi pemeliharaan, umur, bangsa, jenis kelamin dan makanan (Hafid 2011). Sebagai hasil utama dari sapi pedaging, maka data produksi karkas sangat diperlukan dan bermanfaat untuk merencanakan upaya pemenuhan permintaan daging dan pengembangan peternakan sapi dimasa yang akan datang. Penelitian bertujuan untuk mempelajari karakteristik karkas dan bagian-bagian karkas sapi Peranakan Ongole yang diklasifikasikan berdasarkan perbedaan jenis kelamin. MATERI DAN METODE Rumah Pemotongan Hewan, Dinas Pertanian, Peternakan dan Hortikultura Kota Kendari pada bulan Mei-Juni 2011. Penelitian ini menggunakan ternak sapi PO sebanyak 20 ekor (10 ekor jatan dan 10 ekor betina), kisaran umur dari sapi yang diamati adalah 3-4 tahun. Peralatan yang digunakan adalah seperangkat peralatan jagal yang terdiri atas pisau, tali, timbangan sapi dan timbangan daging, batu asah, balpoin, dan tabel pengamatan. Semua alat dan bahan yang disiapkan sebelum pemotongan, dan terlebih dahulu dilakukan pencacatan terhadap jenis kelamin, pemeriksaan antemortem dan penimbangan bobot badan sapi. Penyembelihan dilakukan secara Islam (halal). Proses pemotongan hewan di Kota Kendari masih dilakukan secara tradisional. Setelah penyembelihan, dilakukan pemisahan kepala dan empat kaki pada bagian persendian tulang serta pengulitan. Selanjutnya dilakukan eviscerasi yaitu pengeluaran saluran pencernaan dan organ dalam, setelah itu dilakukan penimbangan karkas hangat. untuk memperoleh total daging dan total tulang masing-masing bagian tersebut dipisahkan (hot boning) antara daging dan tulang lalu ditimbang. Proses penyembelihan sampai diperoleh karkas dan bagian-bagiannya dapat dilihat pada diagram berikut: Peubah-peubah yang diamati dalam penelitian adalah: 1. Bobot potong diperoleh setelah menimbang sapi sebelum dipotong. 2. Bobot karkas hangat dilakukan dengan penimbangan karkas setelah dipisahkan dengan bagian non karkas. 3. Persentase karkas dihitung berdasrkan perbandingan antara bobot karkas hangat dengan bobot tubuh kosong di kali 100%. % Karkas = Bobot karkas Bobot potong x 100 117

Sapi PO Potong Catat jenis kelamin dan timbang bobot Lepas kepala, kaki, kulit Eviscerasi Catat berat dan isi Karkas hangat Deboning Daging Tulang Gambar 1. Diagram alir proses pemotongan sapi PO 4. Persentase bobot daging dan tulang dihitung berdasarkan perbandingan antara masing-masing berat daging dan tulang dengan bobot karkas panas dikali 100%. % Daging = % Tulang = Bobot daging Bobot karkas Bobot tulang Bobot karkas x 100 x 100 5. Rasio daging dan tulang berdasarkan perbandingan bobot daging dan bobot tulang Data yang diperoleh, ditabulasi berdasarkan klasifikasi jenis kelamin selanjutnya dianalisis dengan menggunakan Uji-Student (Sudjana 1989). Total daging Rasio daging/tulang = Total tulang HASIL DAN PEMBAHASAN Persentase daging dan tulang Rata-rata persentase karkas, daging, tulang dan rasio daging-tulang ternak sapi Peranakan Ongole jantan dan betina selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 1. Berdasarkan hasil analisis statistik seperti ditunjukkan pada Tabel 1 menunjukkan bahwa persentase karkas, daging, tulang dan rasio daging-tulang ternak sapi PO jantan dan sapi PO betina tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0,05). Dengan kata lain, secara statistik persentase karkas, daging, tulang dan rasio daging-tulang antara kedua jenis kelamin relatif sama. Namun demikian secara kuantitatif rataan persentase karkas, daging, tulang serta rasio daging dan tulang dari sapi PO jantan relatif lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan Berg dan Butterfield (1976) dan hasil penelitan Hafid (1998; 2005) yang menyatakan bahwa perbedaan steroid kelamin diantara ternak jantan dan betina mempengaruhi komposisi karkas ternak. Hal ini disebabkan karena ternak sapi PO di Sulawesi Tenggara khususnya ternak jantan intensitas dipekerjakannya tidak seberat seperti sapi PO di Jawa, dimana sapi PO Jantan digunakan untuk menarik gerobak, bajak, dan sebagainya. Aktivitas bekerja akan berdampak terhadap pertumbuhan otot-otot (daging) tertentu serta mempengaruhi ukuran serat daging (myofilamen) dibandingkan dengan ternak yang kurang beraktivitas. Hal ini sesuai dengan Soeparno (2005) yang menyatakan 118

Tabel 1. Rataan persentase karkas, daging, tulang dan rasio daging-tulang Peubah Jantan Betina Bobot (%) Bobot (%) Bobot hidup (kg) 448,36 a 423,72 a Karkas (kg) 203 67,23 192,6 66,89 Daging (kg) 143 69,76 133 68,77 Tulang (kg) 61,6 30,24 59,6 31,23 Daging/tulang 2,31 2,21 Tidak berbeda nyata (P>0,05) Tabel 2. Rataan persentase bagian-bagian daging sapi peranakan ongole selama penelitian Peubah Jantan Betina Bobot (kg) (%) Bobot (kg) (%) Paha depan 36,2 17,81 36,2 18,82 Paha belakang 54,8 26,87 50,4 26,07 Punggung 25 12,09 22,6 11,63 Rusuk 20,6 9,92 17,2 8,89 Leher 6,4 3,08 6,6 3,37 Tidak berbeda nyata (P>0,05) bahwa aktivitas fisik seperti berolahraga akan mempengaruhi pertumbuhan otot, persentase terhadap karkas serta kualitas karkas dan daging yang dihasilkan. Selanjutnya Hafid (2007) menyatakan bahwa ternak yang banyak bergerak atau beraktivitas akan menghasilkan daging yang lebih leaner (daging yang lemaknya lebih sedikit) sebab cadangan energi dalam lemak dalam otot akan digunakan selama aktivitas fisik tersebut. Hasil yang diperoleh dalam penelitian relatif sejalan dengan hasil penelitian Nuraini (2000) yang meneliti komposisi karkas sapi PO pada berbagai tingkat umur dari PT. Berdikari United Livestock Pare-pare di Sulawesi Selatan dimana diperoleh persentase karkas, lean (daging bebas lemak), lemak, tulang dan rasio lean/tulang secara berturut sebagai berikut: pada umur 1 tahun terdiri dari: 50,44%, 62,22%, 7,04%, 29,43% dan 2,1; pada umur 1,5 tahun terdiri dari 53,68%, 66,85%, 7,61%, 25,20% dan 2,59; pada umur 2 tahun terdiri dari 53%,89%, 65,71%, 9,41%, 24,31% dan 2,74; pada umur 2,5 tahun 54,32%, 65,69%, 11,42%, 21,69% dan 3,07; dan pada umur 3 tahun diperoleh karkas 55,53%, lean 65,54%, lemak 12,77%, tulang 19,37% dan rasio lean/tulang 19,37%. Pada penelitian ini digunakan sapi Peranakan Ongole berjenis kelamin jantan hasil penggemukan. Persentase bagian-bagian daging Rataan persentase bagian-bagian daging ternak sapi PO jantan dan betina selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan hasil analisis statistik seperti pada Tabel 2 menunjukkan bahwa persentase paha depan, paha belakang, punggung, rusuk dan leher ternak sapi PO jantan dan sapi PO betina tidak menunjukan perbedaan yang nyata (P>0,05). Dengan kata lain persentase paha depan, paha belakang, punggung, rusuk dan leher antara kedua jenis kelamin relatif sama. Hal ini merupakan dampak lanjut dari tidak adanya perbedaan persentase karkas, daging dan tulang pada kedua jenis kelamin sapi Penelitian ini diperoleh rata-rata persentase daging paha depan sapi PO jantan sebesar 17,81% dan persentase daging paha depan sapi PO betina sebesar 18,82%. Rata-rata persentase daging paha belakang sapi PO jantan sebesar 26,87% dan persentase daging paha belakang sapi PO betina sebesar 26,07%. 119

Persentase daging punggung jantan sebesar 12,09% dan persentase daging punggung betina sebesar 11,63%, dan pada persentase daging dada dan perut sapi PO jantan dan betina masing-masing sebesar 9,92% dan 8,89%. Persentase daging pada bagian leher sapi PO jantan sebesar 3,08% dan persentase daging leher sapi PO betina sebesar 3,37% Menurut Hafid (2005) proporsi bagianbagian karkas ini dipengaruhi oleh proporsi jaringan tulang, daging dan lemak. Kenaikan persentase bagian karkas ini sejalan dengan kenaikan persentase karkas. Meskipun demikian secara umum dapat dilihat bahwa rataan persentase bagian-bagian karkas daging sapi PO, pada persentase daging paha belakang, punggung, leher dada dan perut jantan lebih tinggi dari betina, namun pada rataan persentase daging paha depan jantan lebih rendah dari betina. Hal ini sesuai dengan teori pertumbuhan dimana secara umum pertumbuhan otot pada ternak sapi terdiri dari: 1. Pertumbuhan centripetal, yakni pertumbuhan dimulai dari kaki kearah badan; 2. Pertumbuhan antero posterior, yakni pertumbuhan dari depan ke belakang atau dari otak dan kepala kebelakang kearah punggung dan ekor. 3. Bagian yang terakhir bertumbuh adalah otot pada bagian punggung (loin) atau bagian has yang juga tergolong expensive meat (daging mahal) (Hafid, 2005). Persentase bagian-bagian tulang Persentase bagian-bagian tulang sapi PO jantan dan betina selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 3. Berdasarkan hasil analisis statistik seperti ditunjukkan pada Tabel 3 menunjukkan bahwa persentase tulang paha depan, tulang paha belakang, tulang punggung, tulang rusuk dan tulang leher ternak sapi PO jantan dan betina tidak menunjukan perbedaan yang nyata (P>0,05). Dengan kata lain persentase tulang paha depan, tulang paha belakang, tulang punggung, tulang rusuk dan tulang leher antara keduanya relatif sama. Persentase tulang paha depan sapi PO jantan sebesar 4,83% dan sapi PO betina sebesar 4,92% persentase tulang paha belakang sapi PO jantan sebesar 5,61% dan sapi PO betina sebesar 5,96%. Persentase tulang punggung jantan sebesar 6,67% dan sapi PO betina sebesar 7,23%, perasentase tulang rusuk sapi PO jantan sebesar 10,94% dan sapi PO betina sebesar 10,86% dan persentase tulang leher sapi PO jantan sebesar 2,18% sedangkan pada sapi PO betina sebesar 2,26%. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilaporkan oleh Juliadin (2006) yang melihat persentase tulang pada sapi Bali, serta Pakadang (2007) yang meneliti perbedaan persentase tulang kerbau pada jenis kelamin yang berbeda. Meskipun demikian secara umumnya maka rataan persentase tulang sapi dari ternak betina, namun pada tulang rusuknya jantan lebih tinggi. Hal ini diakibatkan adanya perbedaan jumlah daging pada jenis kelamin yang berbeda. Dalam hal ini persentase bobot PO jantan seperti tulang paha belakang, paha depan, punggung dan leher ternak lebih rendah komponen tulang menurun pada ternak sapi PO jantan diakibatkan adanya peningkatan komponen daging. Hal ini sesuai dengan Aberle et al. (2001), Lawrie (2003) dan Hafid (2011) yang menyatakan bahwa proporsi tulang menurun dengan bertambahnya besar bobot karkas. Tabel 3. Rata-rata persentase bagian-bagian tulang sapi PO selama penelitian Peubah Jantan Betina Bobot (kg) (%) Bobot (kg) (%) Paha depan 11,8 4,83 9,4 4,92 Paha belakang 11,4 5,61 11,4 5,96 Punggung 13,6 6,67 13,8 7,23 Rusuk 22,2 10,94 20,6 10,86 Leher 4,6 2,18 4,4 2,26 Tidak berbeda nyata (P>0,05) 120

KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa secara statistik persentase karkas, daging, tulang, rasio daging dan tulang, persentase bagian-bagian karkas dan persentase bagian-bagian tulang pada sapi Peranakan Ongole jantan dan betina tidak berbeda nyata. Meskipun demikian terdapat kecenderungan jenis kelamin jantan mempunyai rata-rata persentase yang lebih tinggi. DAFTAR PUSTAKA Aberle DE, Forrest JC, Corrad DE, Mills EW, Hendrick HB, Judge MD, Merkel RA. 2001. Principles of meat science. 4th Edition. WH Freeman and Company. San Fransisco. United Stated of America. Berg RT, Butterfield RM. 1976. New concepts of cattle growth. Sydney University Press, Sydney Hafid H. 1998. Kinerja produksi sapi australia commercial cross yang dipelihara secara feedlot dengan kondisi bakalan dan lama penggemukan berbeda. Tesis Magister Sains. Program Pasca Sarjana. IPB. Bogor. Hafid H. 2005. Kajian pertumbuhan dan distribusi daging serta estimasi produktivitas karkas sapi hasil penggemukan. Disertasi. Program Pasca Sarjana. IPB. Bogor. Hafid H. 2007. Penggunaan analisis SWOT pada agroindustri dan agrobisnis peternakan. Masalah khusus agribisnis peternakan PPS Unhalu. Hafid H. 2011. Pengantar evaluasi karkas. Cetakan Pertama. Penerbit Unhalu Press, Kendari. Juliadin. 2006. Kajian tumbuh kembang organ non karkas (offal) pada sapi bali dengan umur yang berbeda. Skripsi. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian, Universitas Haluoleo, Kendari. Lawrie RA. 2003. Meat science. 3rd. Pergamon Press. London. Nuraini. 2000. Distribusi dan kualitas karkas sapi Peranakan Ongole (PO) jantan yang dipelihara dalam kandang pada umur penyembelihan yang berbeda. Tesis Magister Sains. Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin, Makassar. Pakadang J. 2007. Karakteristik organ non karkas kerbau jantan dan betina yang disembelih di rumah pemotongan hewan (RPH) kota Kendari. Skripsi. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian, Universitas Haluoleo, Kendari. Soeparno. 2005. Ilmu dan teknologi daging. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Sudjana. 1989. Metode statistika. Tarsito. Edisi Kelima. Bandung. 121