BAB I PENDAHULUAN. minggu pertama kehidupan dan 529 ribu ibu meninggal karena penyebab yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dalam meningkatan mutu kesehatan serta derajat kesehatan masyarakat melalui

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beberapa tahun terakhir ini kesehatan global difokuskan pada masalah kesehatan ibu, sampai saat ini masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Tingginya AKI di suatu negara menunjukkan bahwa negara tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. tertinggi di Asia Tenggara. Hal itu menjadi kegiatan prioritas departemen

KERANGKA ACUAN KEMITRAAN BIDAN DAN DUKUN

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai dampak yang besar terhadap pembangunan di bidang kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam Millenium Development Goals (MDG) yaitu goal ke-4 dan ke-5. Target

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan tempat terjadinya kehamilan, yang disebabkan oleh kehamilan atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dari 189 negara yang menyepakati

BAB I PENDAHULUAN. tinggi rendahnya angka kematian ibu dan bayi. berkembang yaitu sebesar 99 persen (Wiknjosastro, 2002 hlm 23).

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Faktor resiko kematian ibu dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. Kematian ibu semasa hamil dan bersalin masih sangat tinggi. Berdasarkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang terjadi di dunia saat ini adalah menyangkut kemiskinan,

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh Konstitusi Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO 1948), Undang-Undang Dasar

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kepada ibu dalam masa pra konsepsi, hamil, bersalin, post partum, bayi baru lahir (Lestari, 2014:34).

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kondisi umum dari seseorang dalam semua aspek baik

BAB I PENDAHULUAN. utama dalam pembangunan sektor kesehatan sebagaimana tercantum dalam Program

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan Amerika Latin dan Karibia 85/ KH, Amerika Utara 23/ KH

BAB 1 PENDAHULUAN. terdapat kemungkinan suatu keadaan yang dapat mengancam jiwa ibu dan

BAB 1 PENDAHULUAN. bersalin dan nifas. Namun demikian banyak faktor yang membuat teknologi

PONED sebagai Strategi untuk Persalinan yang Aman

BAB I PENDAHULUAN. millenium (MDG s) nomor 5 yaitu mengenai kesehatan ibu. Adapun yang menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. (AKB) di Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan status kesehatan masyarakat di Indonesia sudah mulai

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab tingginya angka kematian ibu terutama disebabkan karena faktor

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi saat hamil, bersalin atau dalam 42 hari setelah persalinan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan tantangan yang lebih sulit dicapai dibandingkan dengan target Millenium

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan AKI di negara-negara ASEAN, penolong persalinan adalah hal yang

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan pelayanan maksimal dari petugas kesehatan. Salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) sangat tinggi di dunia, tercatat 800 perempuan meninggal setiap hari akibat

BAB 1 PENDAHULUAN. penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MGD s) atau tujuan pembangunan milenium

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu komplikasi atau penyulit yang perlu mendapatkan penanganan lebih

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan jumlah kematian perinatal sebesar orang. Dari jumlah

BAB I PENDAHULUAN. menentukan derajat kesehatan masyarakat. Di Indonesia Angka Kematian Ibu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menyukseskan program kabinet SBY jilid 2, khususnya dalam hal ini

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Kesehatan ibu dan anak (KIA) merupakan salah satu upaya pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. dukun paraji. Saat ini, dukun bayi sebagian besar ditemukan di desa-desa. Peran

Filosofi. Mendekatkan Akses pelayanan kesehatan yg bermutu kepada masyarakat. UKM_Maret

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dengan melihat indikator yang tercantum dalam Milenium

BAB 1 PENDAHULUAN. program kesehatan reproduksi. Sebaik apapun program yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilihat dengan upaya meningkatkan usia harapan hidup, menurunkan. untuk berperilaku hidup sehat (Depkes RI, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. derajat kesehatan negara tersebut buruk. Hal ini disebabkan ibu hamil dan bersalin

BAB 1 PENDAHULUAN. kandungan, saat kelahiran dan masa balita (dibawah usia lima tahun).

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan tekanan darah di atas batas normal, hipertensi

BAB 1 PENDAHULUAN. program KIA tersebut menurunkan angka kematian ibu dan anak (Depkes, RI 2007)

BAB 1 PENDAHULUAN. berbeda-beda yang tentu saja sangat berpengaruh terhadap Angka Kematian Bayi

BAB 1 PENDAHULUAN. rahim ibu. Lamanya hamil adalah 280 hari dihitung dari hari pertama haid terakhir

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan masalah nasional yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehamilan, persalinan, dan menyusukan anak merupakan proses alamiah

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. keadaan keluarga dan sekitarnya secara umum. Penilaian status kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Desain Interior - Universitas Mercu Buana Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Keadaan kehamilan kembar sebetulnya abnormal yang mungkin terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal ini dikarenakan masih tingginya angka kematian ibu dan angka

BAB I PENDAHULUAN. dengan AKI di negara-negara ASEAN, penolong persalinan adalah hal yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan lembar fakta World Health Organization (WHO) tahun 2013, setiap hari terjadi sekitar 800 kematian ibu

BAB I PENDAHULUAN. kematian. Setiap kehamilan dapat menimbulkan risiko kematian ibu,

KESEHATAN IBU DAN ANAK. dr Dani MKes Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Program pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang baru dilahirkan (Saifuddin, 2010:1). Keberhasilan penyelenggaraan. gerakan keluarga berencana (Manuaba, 2010:10).

EVALUASI PERSIAPAN PUSKESMAS PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI DASAR (PONED) DI KABUPATEN BREBES TAHUN 2012

KEMITRAAN BIDAN DAN DUKUN BAYI DI KAB TRENGGALEK

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Indikator

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu perhatian dari World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan bidang kesehatan merupakan bagian terpenting dalam

UPAYA MENEKAN ANGKA KEMATIAN IBU MELAHIRKAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya angka kematian ibu di dunia pada tahun 2000 disebabkan kehamilan

BAB 1 PENDAHULUAN. penyebab kecelakaan atau incidental) (CIA, 2014). AKI (Angka Kematian Ibu)

BAB I PENDAHULUAN. tuanya kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan

BAB 1 PENDAHULUAN. tingginya angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB), dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting dilakukan di negara berkembang termasuk Indonesia. Hal

BAB 1 PENDAHULUAN. satunya adalah kualitas pelayanan oleh tenaga kesehatan yang tidak adekuat dan

BAB 1 PENDAHULUAN. bayi baru lahir merupakan proses fisiologis, namun dalam prosesnya

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sasaran Milenium Development Goals (MDGs) telah menunjukkan menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup (BAPPENAS, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. eklampsia, sepsis, dan komplikasi keguguran. Sebagian besar penyebab

BAB I PENDAHULUAN. Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Menurunnya AKI dari 334

BAB I PENDAHULUAN. perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan ibu hamil adalah salah satu aspek yang penting untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dikatakan ibu hamil risiko tinggi bila pada pemeriksaan ditemukan satu atau lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Kehamilan

! 1! BAB 1 PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan ibu di Indonesia masih memprihatinkan dimana Angka

BAB 1 PENDAHULUAN. bermutu secara adil dan merata, serta mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diberikan oleh petugas kesehatan yang tidak lain tujuannya untuk memelihara

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu-ibu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kematian ibu dan bayi merupakan salah satu indikator kesehatan masyarakat. Setiap tahun di dunia diperkirakan empat juta bayi baru lahir meninggal pada minggu pertama kehidupan dan 529 ribu ibu meninggal karena penyebab yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan masa nifas. Tingginya kematian ibu dan bayi menunjukkan bahwa pembangunan di bidang kesehatan belum berhasil. Angka kematian ibu tahun 2007 yaitu sebesar 228/100.000 kelahiran meningkat menjadi 359/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2012 (BPS & Kemenkes, 2012). Angka kematian bayi mencapai 34/1.000 kelahiran hidup di tahun 2007 dan menurun menjadi 32/1.000 kelahiran hidup pada tahun 2012 (BPS & Kemenkes, 2012). AKI dan AKB di Indonesia belum mencapai target MDGs yang seharusnya dicapai pada tahun 2015 yaitu 102/100.000 kelahiran hidup untuk angka kematian ibu dan 23/1.000 kelahiran hidup untuk angka kematian bayi. Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu Provinsi dengan AKI dan AKB masih di atas target MDGs walaupun program revolusi KIA telah berjalan. Angka kematian ibu di Provinsi Nusa Tenggara Timur pada tahun 2007 mencapai 306/100.000 kelahiran hidup menurun menjadi 220/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2011 (Dinkes NTT, 2011). Angka kematian bayi mengalami penurunan dari 57/1.000 kelahiran hidup di tahun 2007 menjadi 45/1.000 kelahiran hidup pada tahun 2011. 1

2 Manggarai Timur merupakan salah satu kabupaten di Nusa Tenggara Timur dengan angka kematian ibu dan bayi menempati urutan keempat setelah Kabupaten TTU, TTS, dan Sumba Timur. Angka kematian bayi di Kabupaten Manggarai Timur tahun 2012 yang dilaporkan adalah 7,16 per 1000 kelahiran hidup sedangkan pada tahun 2013 mengalami peingkatan menjadi 11,28 per 1000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu tahun 2012 yang dilaporkan adalah 217 per 100.000 kelahiran hidup mengalami penurunan pada tahun 2013 menjadi 207 per 100.000 kelahiran hidup. Di Kecamatan Borong jumlah kematian ibu yang terlaporkan pada tahun 2014 adalah dua orang dan kematian bayi 14 orang angka ini belum menggambarkan angka kematian sesungguhnya di populasi (Dinkes Manggarai Timur, 2014). Penyebab langsung kematian ibu adalah perdarahan, hipertensi pada kehamilan, partus macet, infeksi dan komplikasi aborsi merupakan penyebab langsung kematian ibu di Indonesia. Penyebab tidak langsung adalah proses persalinan yang ditolong oleh tenaga non kesehatan seperti dukun. Keadaan ini ditambah dengan beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko seperti keterlambatan dalam mengambil keputusan, keterlambatan merujuk, keterlambatan penanganan, melahirkan pada umur kurang dari dua puluh tahun atau lebih dari tiga puluh lima tahun, jarak kelahiran yang terlalu dekat dan memiliki anak yang banyak (Kemenkes, 2011). Strategi untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu di Indonesia adalah melalui program Making Pregnancy Safer (MPS). Program ini memiliki tiga pesan kunci yang meliputi semua ibu yang bersalin ditolong oleh tenaga kesehatan yang terampil, penanganan yang adekuat untuk setiap komplikasi obstetrik dan pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dapat diakses oleh setiap wanita usia

3 subur (Depkes, 2008). Berdasarkan hal ini, maka diperlukan peralihan peran penolong dari tenaga non kesehatan ke tenaga kesehatan terlatih dalam upaya peningkatan cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan. Mulai tahun 2008, dikembangkan program kemitraan bidan dengan dukun. Program ini bertujuan untuk meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan ibu dan bayi, pemeriksaan kehamilan yang komprehensif, pelayanan rujukan persalinan pada tenaga terlatih dan berkompeten, pengalihan peran dukun menjadi mitra kerja untuk ikut merawat ibu dan bayi dan menjadikan dukun sebagai kader kesehatan (Depkes, 2008). Program kemitraan bidan dengan dukun sangat penting dalam membantu mempercepat penurunan angka kematian ibu akibat komplikasi selama kehamilan, persalinan dan nifas. Pembagian peran dalam kemitraan ini adalah bidan melakukan semua tindakan dan prosedur medis, sedangkan dukun memiliki peran untuk membacakan doa, menyediakan minuman herbal dan menyediakan perawatan postpartum (UNICEF, 2008). Kemitraan bidan dengan dukun ini merupakan bentuk pengalihfungsian peran dukun yang awalnya menolong persalinan menjadi rekan bidan yang bekerjasama untuk memantau perkembangan kesehatan ibu dan bayi (Depkes, 2008). Bentuk kemitraan bidan dan dukun dalam persalinan adalah dukun mengantarkan calon ibu bersalin ke bidan dan ikut mendampingi ibu saat proses persalinan. Program ini telah berjalan akan tetapi masih ada dukun yang belum bermitra dengan bidan dan proporsi persalinan yang ditolong dukun masih tinggi. Hasil riskesdas tahun 2013 menunjukkan bahwa proporsi persalinan yang ditolong oleh tenaga non kesehatan sebanyak 13,1%. Provinsi NTT merupakan salah satu

4 provinsi yang proporsi pertolongan persalinan oleh tenaga non kesehatan masih tinggi, yaitu menempati urutan ketiga setelah Papua dan Papua Barat. Proporsi persalinan yang ditolong oleh tenaga non kesehatan tahun 2013 di Provinsi NTT dan Kabupaten Manggarai Timur sebanyak 25,92% dan 32,31% (BPS Manggarai Timur, 2014). Kecamatan Borong merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Manggarai Timur dengan proporsi pertolongan persalinan oleh dukun yang tinggi yaitu 21% (BPS Manggarai Timur, 2014). Program kemitraan bidan dengan dukun telah berjalan sejak tahun lama akan tetapi, cakupan pertolongan persalinan oleh dukun masih tinggi dan masih ada dukun yang tidak menjalin kemitraan dengan bidan. Jumlah dukun di Kecamatan Borong tahun 2013 sebanyak 54 orang. Dukun yang menjalin kemitraan dengan bidan di Kecamatan Borong pada tahun 2013 adalah 54 orang sedangkan jumlah dukun tidak menjalin kemitraan dengan bidan sebanyak 14 orang. Banyak kasus yang terjadi pada persalinan yang ditolong dukun tidak terlatih seperti kasus kematian ibu karena infeksi post partum yang terjadi pada awal tahun 2014. Hasil penelitian Salham dkk (2008) mengenai kemitraan bidan dan dukun bayi sebagai upaya alih peran pertolongan persalinan di Sulawesi Tengah menunjukkan bahwa 15% dukun belum menerima kehadiran bidan oleh karena dukun merasa posisinya tergeser dengan kehadiran bidan di desa, sementara profesi ini merupakan salah satu sumber penghasilan mereka. Keadaan ini menyebabkan mereka mengambil jarak dengan bidan, sehingga tidak terjadi komunikasi diantara mereka.hambatan yang ditemukan dalam bermitra adalah belum ada pembagian

5 tugas yang jelas dan kongkrit tentang kemitraan antara bidan dengan dukun bayi, pada umumnya bidan PTT masih berusia muda, kurang berpengalaman, kurang menguasai adat dan tradisi masyarakat, serta bahasa komunitas di wilayah kerjanya dan masih ada daerah-daerah yang belum tersentuh kehadiran bidan desa dan fasilitas pelayanan kesehatan seperti polindes dan posyandu. Kemitraan yang dilakukan bidan selama ini masih dalam batas pemaknaan transfer knowledge, dan belum mengarah pada Alih Peran pertolongan persalinan secara optimal. Penelitian lain yang dilakukan oleh Sudirman dan Sakung (2006) mengenai kemitraan bidan dengan dukun bayi dalam menolong persalinan di Kecamatan Palolo menunjukkan bahwa pandangan dukun bayi terhadap bidan tentang cara-cara yang dipraktekkan dalam persalinan 15% mengatakan tidak sesuai dengan kebiasaan yang dilakukan oleh dukun bayi, masih ada dukun yang meragukan kemampuan bidan oleh karena bidan masih berusia muda, kurang berpengalaman dan biaya persalinan cukup tinggi. Alasan yang mendorong peneliti untuk meneliti kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan oleh karena penelitian-penelitian di atas dilakukan pada budaya dan geografis yang berbeda dan belum pernah dilakukan penelitian serupa pada budaya Manggarai. Budaya manggarai belum banyak dipengaruhi oleh modernisasi dan masih banyak daerah yang berpegang kuat pada tradisi. Salah satu tradisi yang masih kuat dalam masyarakat Manggarai hingga sekarang ini adalah praktik pengobatan tradisional. Pemanfaatan dukun dalam pertolongan persalinan merupakan salah satu bentuk praktik pengobatan tradisional yang masih banyak dilakukan oleh masyarakat Manggarai ditengah perkembangan teknologi kesehatan yang modern. Maka dari itu, pemerintah dalam hal ini dinas kesehatan

6 mencanangkan program kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan untuk meningkatkan cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan. Program ini telah berjalan, akan tetapi proporsi pertolongan persalinan oleh tenaga non kesehatan masih tinggi. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui lebih dalam mengenai kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di Kecamatan Borong. 1.2 Rumusan Masalah Kemitraan dukun dengan bidan di Kecamatan Borong sudah berjalan akan tetapi masih ada dukun yang tidak bermitra dan proporsi pertolongan persalinan oleh dukun masih tinggi yaitu 21%. Oleh karena itu perlu dikaji secara lebih mendalam mengenai proses membangun kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan dan untuk mengetahui hambatan dalam pelaksanaan kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di Kecamatan Borong Kabupaten manggarai Timur. Maka pertanyaan penelitiannya adalah: 1.2.1 Bagaimanakah gambaran kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di Kecamatan Borong Kabupaten Manggarai Timur? 1.2.2 Bagaimanakah makna kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di Kecamatan Borong Kabupaten Manggarai Timur? 1.2.3 Apa saja hambatan dalam pelaksanaan kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di Kecamatan Borong Kabupaten Manggarai Timur?

7 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum Penelitian ini bertujuan untuk menggali secara lebih mendalam mengenai gambaran kemitraan dukun dengan bidan, makna kemitraan dukun dengan bidan dan hambatan dalam pelaksanaan kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di Kecamatan Borong Kabupaten Manggarai Timur. 1.3.2 Tujuan khusus Penelitian ini untuk mengetahui: 1.3.2.1 Gambaran kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan. 1.3.2.2 Makna kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan. 1.3.2.3 Hambatan dalam pelaksanaan kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Praktis Penelitian mengenai kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di Kecamatan Borong diharapkan akan menjadi masukkan bagi bidan desa dan pemegang program KIA di puskesmas untuk mengembangkan program dan strategi pendekatan kepada dukun agar ikut menjalin kemitraan dalam pertolongan persalinan sehingga dapat meningkatan derajat kesehatan ibu dan anak.

8 1.4.2 Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan informasi yang berguna untuk kepentingan penelitian kuantitatif sehingga dapat dicari kekuatan hubungannya serta dapat digeneralisasi.