TUGAS EVALUASI PEMBELAJARAN. Oleh : 1. Aprizal Putra 2. Nailur Rahmi 3. Renti Yunda Sari 4. Tika Septia

dokumen-dokumen yang mirip
Februl Defila ( )

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN. Pada BAB V ini, peneliti akan membahas hasil penelitian dan diskusi hasil

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Realistic Mathematics Education (RME) Secara harfiah realistic mathematics education diterjemahkan sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA PAPAN BERPAKU UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA MATERI KELILING PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG

Kemampuan yang harus dimiliki siswa adalah sebagai berikut :

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran yang sulit dipahami. Matematika bagaikan momok yang

BAB II KAJIAN TEORI. Rosdakarya, 2009) Nana Sudjana, penilaian hasil proses belajar mengajar. (Bandung: PT Remaja

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA. berkembang sejak dahulu. Matematika sebagai salah satu ilmu dasar mempunyai. maupun kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari.

BAB II KAJIAN TEORITIS. A. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan aspek penting dalam kehidupan

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertianpengertian,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pembelajaran akan berhasil apabila terjadi proses belajar mengajar

PERKULIAHAN 3: EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA ALAT EVALUASI

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN

Pertemuan ke-5 RATNI PURWASIH, S.PD.,M.PD

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT

UNIT 5 MERANCANG PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran. Dalam proses pembelajaran bukanlah semata-mata untuk

BAB II KAJIAN TEORI A. Masalah Matematika

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut arti leksikal Hasil adalah sesuatu yang diadakan. 10 Sedangkan belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi pada fisik maupun non-fisik, merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Matematika merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan penting

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pembelajaran, dan hasil belajar yang dicapai siswa sangat dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PENJUMLAHAN BILANGAN PECAHAN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Depdiknas (2006) memaparkan bahwa salah satu tujuan pembelajaran

BAB II KAJIAN TEORI. menentukan luas dan keliling erat hubungannya dengan intelegensi. berkaitan dengan luas dan keliling.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu yang mendasari perkembangan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. mendasar kegunaanya. Setiap ilmu pengetahuan tidak pernah lepas dari ilmu

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran yang sangat penting dalam rangka meningkatkan serta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menekankan dari hasil eksperimen atau hasil observasi. Matematika terbentuk

II. KAJIAN PUSTAKA. pendidikan ini umumnya menyangkut aspek kognitif, afektif, dan. jasmani yang berupa gerak jasmani atau olahraga.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya penyelenggaran pendidikan diupayakan untuk membangun

BAB II Kajian Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terdapat guru dan siswa. Matematika merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia,

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, sejak berabad-abad yang lalu diperlihatkan oleh para ahli

Pengukuran, Penilaian dan Evaluasi Pendidikan. Saiful Rahman Yuniarto, S.Sos, MAB

BAB I PENDAHULUAN. dengan semboyan learning by doing. Berbuat untuk mengubah tingkah laku

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran matematika, kemampuan berpikir sangat penting sebagai modal. utama untuk meningkatkan hasil belajar matematika.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah pendekatan (approach) dalam pembelajaran memiliki kemiripan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indriani, 2013

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA POKOK BAHASAN PENJUMLAHAN PECAHAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN REALISTIK. A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan lulusan suatu jenjang pendidikan sesuai dengan tuntutan

II. LANDASAN TEORI. Pembelajaran inkuiri terbimbing (Guided Inquiry) yaitu suatu metode. bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa.

DESKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL BELAJAR OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT PADA SISWA DI SDN 3 TAPA KECAMATAN TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO

Penilaian Unjuk Kerja (Performance Assessment) Jarnawi Afgani Dahlan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Kemampuan Pemahaman Matematis. pemahamannya melalui tes. Sedangkan pemahaman (understanding)

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban sebagai warga negara yang baik. Pendidikan pada dasarnya merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika sangat berperan penting dalam upaya menciptakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belajar sebagai suatu kebutuhan yang telah dikenal dan bahkan sadar atau

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kencana, 2014), 184. Wida Rachmiati, Konsep Bilangan Untuk Calon Guru SD/MI, (Depok: Madani Publishing, 2015), 2-8.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga keterkaitan antar konsep dalam matematika bersifat sangat kuat dan jelas.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Matematika di Sekolah Dasar. termasuk salah satu disiplin ilmu yang memiliki kajian sangat luas.

Tugas Evaluasi Pendidikan RANAH PENGETAHUAN MENURUT BLOOM

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

42. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB A)

BAB I PENDAHULUAN. luas, pendidikan diartikan sebagai tindakan atau pengalaman yang mempengaruhi

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Dasar Perilaku Individual. Arum Darmawati Jurusan Manajemen Universitas Negeri Yogyakarta

BAB II LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelectual)

BAB 1 PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu pelajaran dasar yang harus dikuasai

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam mencerdaskan

A. PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Transkripsi:

TUGAS EVALUASI PEMBELAJARAN Oleh : 1. Aprizal Putra 2. Nailur Rahmi 3. Renti Yunda Sari 4. Tika Septia KONSENTRASI PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2010

RANAH PENGETAHUAN CANGELOSI 1. Konsep Dasar Terdapat empat istilah yang sering digunakan untuk mengetahui keberhasilan belajar siswa, yakni evaluasi, penilaian, pengukuran dan tes. Evaluasi dapat dinyatakan sebagai suatu proses sistematik dalam menentukan tingkat pencapaian tujuan instruksional. Menurut Cangelosi (1990), pengukuran merupakan proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris. Proses pengumpulan ini dilakukan untuk menaksir apa yang diperoleh siswa setelah mengikuti pelajaran selama waktu tertentu. Proses ini dapat dilakukan dengan mengamati kinerja mereka, mendengarkan apa yang mereka katakan serta mengumpulkan informasi yang sesuai dengan tujuan melalui apa yang telah dilakukan siswa. 2. Pengukuran Ranah kognitif Cangelosi (1990) mengkategorikan ranah kognitif atas tingkat pengetahuan dan tingkat intelektual. Tingkat pengetahuan dibedakan atas : a. Pengetahuan Sederhana Konstruk perilaku sebuah sasaran tingkat pengetahuan dianggap pengetahuan sederhana jika isi yang harus diingat siswa melibatkan tidak lebih dari satu tanggapan / (respons) untuk satu rangsangan tertentu. Contohnya : menyatakan rumus untuk luas persegi panjang. Pada tingkat pengetahuan ini, pemahaman siswa ditentukan oleh seberapa baik mereka mengingat informasi. Hal ini menjadi tidak relevan dengan sasaran pengetahuan sederhana apabila siswa memakai penalaran atau proses kognitif tingkat tinggi untuk menentukan tanggapannya. Pengetahuan sederhana tidak menjamin bahwa siswa akan menanggapinya dengan tingkat pengetahuan sederhana. Untuk mencegah hal ini terjadi, tes dirancang sedemikian rupa sehingga siswa tidak mempunyai waktu untuk bekerja melalui suatu proses penalaran tingkat tinggi. Hal ini bisa dengan menambah jumlah soal dan mengurangi waktu pelaksanaannya atau memaparkan soalnya dengan cepat, satu per satu dengan beberapa kartu yang diperlihatkan sebentarsebentar.

Pengetahuan tentang proses Konstruk perilaku sasaran tingkat pengetahuan dianggap pengetahuan tentang proses jika isi yang harus diingat siswa adalah urutan langkah-langkah dalam suatu prosedur. Contohnya menghitung luas persegi panjang jika diberikan ukurannya. Siswa mencapai sasaran pengetahuan tentang proses dengan mengingat bagaimana menjalankan prosedur atau memakai suatu metode. Jadi soal mengenai pengetahuan-tentang-proses meminta siswa menunjukkan bahwa mereka mengetahui langkah pertama, kedua, ketiga dan seterusnya dalam suatu proses. Karena sasaran pengetahuan tentang-proses berurusan dengan kemampuan siswa mengingat urutan tanggapan, bukan hanya satu tanggapan tunggal, maka setiap tanggapan dalam urutan merupakan stimulus untuk tanggapan berikutnya. Jadi kecermatan siswa sangat diperlukan dalam hal ini. b). Kognisi tingkat intelektual. Sasaran kognitif tingkat intelektual dapat diklasifikasikan sebagai (1) pemahaman komunikasi, (2) konseptualisasi, (3) aplikasi, atau (4) yang melebihi aplikasi. Pemahaman komunikasi Tujuan pemahaman-komunikasi menuntut siswa menentukan makna yang tersurat (eksplisit) atau yang tersirat (implisit) dari suatu pesan. Tingkat ini lebih mengutamakan kemampuan siswa menafsirkan dan menjabarkan gagasan yang dinyatakan orang lain. Dengan kata lain, pada tingkat ini lebih memusatkan perhatian pada cara siswa menerima ungkapan, bukan pada cara mereka merumuskan ungkapan. Konseptualisasi Tujuan konseptualisasi menuntut siswa memakai penalaran induktif untuk (1) membedakan contoh konsep tertentu (yakni gagasan atau abstraksi) dari sesuatu yang bukan contoh dari konsep tersebut. Contohnya membedakan antara luas permukaan sebuah bentuk geometri dengan beberapa ciri kuantitatif lain bentuk itu (misalnya tinggi, dan isinya). Atau (2) mengerti mengapa ada

hubungan tertentu. Contohnya menjelaskan mengapa luas suatu persegi panjang sama dengan hasil kali panjang dan lebarnya. Aplikasi Sasaran aplikasi menuntut siswa memakai penalaran deduktif untuk memutuskan bagaimana menyelesaikan masalah tertentu. Lebih lanjut, apabila dihadapkan kepada suatu masalah, siswa yang mencapai sasaran tingkat aplikasi dapat menentukan apakah proses, asas, fakta, rumus, hukum, atau hubungan lain yang ditentukan dalam isi sasaran itu relevan atau tidak dengan penyelesaian masalah. Contoh, ketika dihadapkan kepada masalah kehidupan nyata, dapat menentukan apakah menghitung luas suatu permukaan dapat atau tidak dapat menyelesaikan masalah itu. Sasaran aplikasi menuntut siswa untuk memutuskan kapan menghitungnya, sedangkan sasaran pengetahuan tentang proses menuntut siswa untuk ingat bagaimana menghitungnya. Sebuah soal aplikasi menghadapkan siswa kepada masalah dan tugas untuk menyimpulkan apakah suatu hubungan tertentu (misalnya rumus) berguna untuk menyelesaikan masalah itu atau tidak. Melebihi aplikasi Beberapa sasaran menuntut siswa memperlihatkan perilaku kognitif yang lebih tinggi dari tingkat aplikasi. Bloom (1984) menyebutkan tiga konstruki perilaku semacam itu: (1) analisis, yang menuntut siswa untuk menguraikan isi menjadi beberapa bagian; (2) sintesis, yang menuntut siswa untuk menghasilkan isi dalam wilayah tertentu; dan (3) evaluasi, yang menuntut siswa menilai isi menurut kriteria. Tujuan dari tingkatan ini adalah menuntut siswa untuk berpikir secara kreatif agar dapat memeriksa, menghasilkan, atau menilai. Contohnya, hasil kali dua bilangan pecahan lebih kecil dari pada bilangan pecahan itu masingmasing. 3. Ranah Afektif Ranah afektif digolongkan menjadi perilaku afektif tingkat apresiasi dan perilaku afektif tingkat kemauan untuk bertindak.

a. Perilaku afektif tingkat Apresiasi Perilaku afektif tingkat apresiasi menuntut siswa untuk mempercayai atau memiliki keyakinan tertentu tetapi tidak menuntut mereka untuk mempraktekkan keyakinan itu. contohnya : Siswa yakin bisa mencari luas bangun datar ataupun volume bangun ruang. b. Perilaku Afektif Tingkat Kemauan untuk Bertindak Perilaku afektif tingkat kemauan untuk bertindak menuntut siswa untuk memilih perilaku yang sesuai dengan keyakinan tertentu. Contoh : Siswa mencoba membuktikan sendiri bagaimana proses menemukan luas persegi panjang, atau volume balok. 3. Ranah Psikomotor Ranah psikomotor digolongkan menjadi (a) kemampuan otot lurik atau (b) kemampuan untuk melakukan keterampilan khusus. a. Kemampuan otot lurik Kemampuan yang berhubungan dengan gerak yaitu kemampuan dalam menggunakan otot-otot seperti berjalan, lari, melompat, berenang melukis, membongkar dan memasang peralatan. Contohnya: Meningkatkan kelenturan kedua tangan untuk melukis bangun datar dan bangun ruang dengan menggunakan mistar, busur, dan jangkar. b. Kemampuan melakukan keterampilan khusus Kemampuan melakukan keterampilan khusus menuntut siswa memanfaatkan kemampuan otot lurik untuk melaksanakan proses fisik tertentu contohya: Memperagakan cara atau langkah-langkah melukis bangun datar dan bangun ruang dengan menggunakan mistar, busur, dan jangkar di papan tulis di depan kelas.