BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati tiga terbesar di dunia. Kekayaan alam yang melimpah tersebut dapat dimanfaatkan sebagai sumber plasma nutfah dan atau sebagai areal wisata. Demikian pula dengan kondisi tanah dan iklim yang beragam, sehingga keadaan tersebut memunculkan peluang untuk mengembangkan berbagai komoditas pertanian semakin besar dengan menerapkan sistem pengelolaan lahan yang sesuai. Agrowisata merupakan bagian dari objek wisata yang memanfaatkan usaha pertanian (agro) sebagai objek wisata. Tujuannya adalah untuk memperluas pengetahuan, pengalaman rekreasi, dan hubungan usaha di bidang pertanian. Melalui pengembangan agrowisata yang menonjolkan budaya lokal dalam memanfaatkan lahan, kita bisa meningkatkan pendapatan petani sambil melestarikan sumber daya lahan, serta memelihara budaya maupun teknologi lokal (indigenous knowledge) yang umumnya telah sesuai dengan kondisi lingkungan alaminya. Pengembangan agrowisata sesuai dengan kapabilitas, tipologi, dan fungsi ekologis lahan akan berpengaruh langsung terhadap kelestarian sumber daya lahan dan pendapatan petani serta masyarakat sekitarnya. Kegiatan ini secara tidak langsung akan meningkatkan persepsi positif petani serta masyarakat sekitarnya terhadap arti pentingnya pelestarian sumber daya lahan pertanian. Pengembangan agrowisata pada gilirannya akan
2 menciptakan lapangan pekerjaan, karena usaha ini dapat menyerap tenaga kerja dari masyarakat pedesaan, sehingga dapat menahan atau mengurangi arus urbanisasi yang semakin meningkat saat ini. Manfaat yang dapat diperoleh dari agrowisata adalah melestarikan sumber daya alam, melestarikan teknologi lokal, dan meningkatkan pendapatan petani/ masyarakat sekitar lokasi wisata. Dalam perkembangan industri pariwisata dunia, wisata yang berbasis alam atau wisata alam (natural tourism) mengalami kemajuan yang pesat. Menurut World Tourism Organization (2009), selama enam dekade terakhir pariwisata merupakan salah satu sektor ekonomi yang mengalami pertumbuhan tercepat dan terbesar di dunia. Persentase kedatangan wisatawan di negara-negara berkembang telah meningkat pesat dari 31% pada tahun 1990 menjadi 45% pada tahun 2008. Total ekspor wisatawan pada tahun 2008, termasuk di dalamnya transportasi penumpang, mencapai US$ 1,1 triliun, atau sekitar US$ 3 miliar per hari. Di kawasan Asia, industri wisata alam merupakan pendapatan terbesar kedua setelah minyak, yaitu sebesar US$ 3,12 miliar. Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang disukai oleh wisatawan. Indonesia yang merupakan bagian dari Asia Tenggara memiliki salah satu destinasi pariwisata dunia yaitu Pulau Bali. Pulau ini dikenal memiliki potensi pariwisata cukup banyak, hampir seluruh daerah yang ada di Bali bila dikembangkan secara proporsional dapat meningkatkan ekonomi bagi masyarakat serta pendapatan daerah. Pesona pulau Bali baik keindahan alam, adat istiadat, kemasyarakatan, tarian, pura dan beberapa obyek wisata lain telah berkembang sejak abad ke 19. Potensi pariwisata di pulau Bali dari masa ke masa terus menunjukkan kemajuan yang berarti seiring dengan
3 perkembangan zaman. Wisatawan yang berkunjung ke Bali belakangan ini memiliki kecenderungan tidak sekedar menikmati keunikan sosial budaya tetapi perhatian akan lingkungan yang semakin meningkat (Sudibya, 2002). Pada hakekatnya setiap ekosistem dengan segala isinya (sumber daya alam fisik dan hayatinya) merupakan atraksi wisata yang dapat dikembangkan untuk objek wisata alam. Semakin beragam kegiatan wisata alam semakin banyak pula membutuhkan atraksi (Fandeli, 2001). Kecenderungan di atas mengisyaratkan, pariwisata Bali sebaiknya lebih diperkaya lagi dengan bentuk / produk pariwisata yang lainnya, tidak sekedar menampilkan produk yang telah ada. Agrowisata dapat menjadi alternatif dari obyek pariwisata yang telah ada, karena Bali memang memiliki potensi besar sebagai pendorong diversifikasi produk pariwisata sekaligus produk pertanian. Kabupaten Karangasem menjadi salah satu wilayah di Bali yang memiliki potensi baik di bidang pertanian. Hasil pertanian unggulan berupa kacang tanah dan mete yang dikembangkan di Kecamatan Abang dan Kubu, Kopi di Kecamatan Rendang, Padi di Kecamatan Sidemen, Selat, Manggis dan Karangasem, Salak di Desa Sibetan Kecamatan Bebandem serta Jagung di Desa Seraya Kecamatan Karangasem. Oleh karena itu perpaduan antara wisata dengan sektor pertanian (agro) menjadi potensi bagi Kabupaten Karangasem. Agrowisata ini akan menjadi salah satu tujuan alternatif di tengah-tengah obyek wisata yang sudah ada. Terlebih lagi kunjungan wisatawan asing maupun lokal ke Kabupaten Karangasem mengalami peningkatan tiap tahunnya. Hal ini terlihat pada Tabel 1.1
4 bahwa terjadi penambahan jumlah kunjungan tiap tahunnya di Kabupaten Karangasem. Tabel 1.1. Jumlah kunjungan wisatawan ke obyek wisata Karangasem tahun 2009-2013 Tahun Kunjungan Wisatawan ke Obyek Wisata Jumlah Karangasem Asing Dalam Negeri 2009 219.256 74.021 293.277 2010 266.032 88.441 354.473 2011 306.220 110.143 416.363 2012 303.803 158.430 462.233 2013 301.806 159.709 461.515 Sumber : Karangasem dalam angka 2014 Bertambahnya jumlah kunjungan wisatawan yang terlihat dari data pada Tabel 1.1 menjadi potensi yang baik untuk menjadi titik awal dalam pengembangan obyek wisata di Kabupaten Karangasem. Sehingga nantinya adanya perkembangan jumlah kunjungan wisatawan tiap tahunnya berimbas pada meningkatnya kemampuan ekonomi masyarakat serta pendapatan daerah. Desa Sibetan pada tahun 2003, telah ditetapkan oleh pemerintah Kabupaten Karangasem sebagai kawasan agrowisata, yang mengkhusus pada kawasan Agrowisata Salak. Desa Sibetan merupakan daerah yang memiliki perkebunan salak yang luas, disini pengunjung dapat menjumpai vegetasi salak dengan keanekaragaman rasa. Sedikitnya terdapat 15 jenis varietas salak. Beberapa diantaranya merupakan produk unggulan, misalnya salak nenas dan salak gula pasir. Kondisi iklim dan udaranya yang sejuk membuat Desa Sibetan
5 cocok untuk mengembangkan pertumbuhan pohon salak. Potensi yang dimiliki Desa Sibetan ini seakan-akan tidak terlalu diperhatikan oleh pemerintah setempat. Hal ini dapat dilihat dari Tabel 1.2 yang menunjukkan obyek wisata Agrowisata Salak Sibetan menjadi obyek wisata yang pengunjungnya paling sedikit jumlahnya. Tabel 1.2. Jumlah Kunjungan Wisatawan Pada Obyek Wisata di Kabupaten Karangasem Tahun 2009-2013 Obyek Wisata Jumlah 2009 2010 2011 2012 2013 Puri Agung Karangasem 7.260 6.024 6.162 6.814 9.142 Besakih 90.543 98.017 95.336 110.841 101.213 Tirta Gangga 41.162 40.646 49.289 62.518 68.140 Tenganan 54.645 55.167 53.317 50.414 48.911 Padangbai 27.526 55.161 30.518 25.803 7.317 Telaga Waja 19.837 30.729 24.892 30.904 32.084 Yeh Malet/Alam 648 885 743 518 481 Candidasa 2.865 7.473 1.886 332 1.667 Taman Sukasada Ujung 12.582 33.995 64.739 99.060 109.221 Agrowisata Sibetan 0 0 38 4 284 Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karangasem Walaupun pemerintah daerah telah menetapkan Desa Sibetan sebagai salah satu kawasan agrowisata, kawasan wisata ini belum terlihat mampu memberi kemajuan yang signifikan dalam mengoptimalkan potensi yang ada, hal ini menimbulkan adanya ketimpangan perkembangan obyek wisata dan daya tarik wisata yang kurang merata serta kurang berpihak kepada pemberdayaan masyarakat khususnya dalam hal ini adalah masyarakat petani. Sehingga untuk
6 mengoptimalkan potensi yang ada serta meningkatkan kunjungan wisatawan diperlukan suatu strategi dalam upaya untuk mengembangkan sektor pariwisata agrowisata di Desa Sibetan khususnya dan Kabupaten Karangasem pada umumnya. Strategi ini diharapkan mampu mengoptimalkan dan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat lokal, disamping tetap mempertahankan keberlangsungan dalam pembangunan pariwisata. Namun sebelum ke dalam rumusan strategi perlu mengetahui persepsi masyarakat terhadap adanya pengembangan agrowisata salak di Desa Sibetan, untuk membantu dalam memberikan pertimbangan dalam penentuan strategi nantinya. Bertolak dari potensi dan masalah yang dimiliki kawasan tersebut, maka diangkat dalam suatu penelitian tentang persepsi masyarakat dan strategi pengembangan Agrowisata Salak di Desa Sibetan Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap pengembangan Agrowisata Salak di Desa Sibetan? 2. Apa faktor-faktor internal dan eksternal Agrowisata Salak di Desa Sibetan Kecamatan Bebandem Kabupaten Karangasem yang menentukan pengembangan Agrowisata Salak? 3. Strategi alternatif apa yang perlu dirumuskan untuk pengembangan Agrowisata Salak di Desa Sibetan Kecamatan Bebandem Kabupaten Karangasem?
7 4. Strategi apa yang paling tepat dalam merumuskan pengembangan Agrowisata Salak di Desa Sibetan Kecamatan Bebandem Kabupaten Karangasem? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Mengetahui persepsi masyarakat tentang pengembangan Agrowisata Salak di Desa Sibetan. (2) Mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal untuk pengembangan Agrowisata Salak di Desa Sibetan Kecamatan Bebandem Kabupaten Karangasem. (3) Merumuskan strategi alternatif yang perlu dilakukan untuk pengembangan Agrowisata Salak di Desa Sibetan Kecamatan Bebandem Kabupaten Karangasem. (4) Menentukan strategi yang paling tepat untuk diprioritaskan dalam pengembangan Agrowisata Salak di Desa Sibetan Kecamatan Bebandem Kabupaten Karangasem. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagi kawasan agrowisata Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan atau rekomendasi bagi kawasan agrowisata dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pemilihan strategi pengembangan yang tepat untuk
8 meningkatkan dan mengembangkan agrowisata sehingga dapat bermanfaat pada masa mendatang. 2. Bagi pemerintah Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan rujukan dalam menerapkan kebijakan bagi keberlangsungan Agrowisata Salak di Desa Sibetan, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem. 3. Bagi peneliti lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat berfungsi sebagai ilmu pengetahuan dan bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya.