Suatu Penelitian Mengenai Penyusunan Model Kompetensi Guru Akselerasi di lembaga Pendidikan SMA X Kotamadya Bandung BAB I PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. makin bergantung pada sumber daya manusia (SDM). Sesuai dengan kegiatan utamanya

2. Memberikan informasi untuk memperoleh pengaruh tertentu. 3. Menggunakan keterampilan kelompok dalam memimpin suatu kelompok

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sehingga menimbulkan hasil yang sesuai dengan proses yang telah

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan kepada 7 orang terapis dan 4

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA PROGRAM KELAS AKSELERASI DI SMA NEGERI 1 KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia pada saat ini perlu ditingkatkan kualitasnya,

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang unggul baik dalam bidang ilmu pengetahuan,

BAB V PENUTUP. Akselerasi (Studi kasus di SMP Islam Pekalongan), maka dapat. 1. Desain pembelajaran PAI dalam program akselerasi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang tiada henti dalam

I. PENDAHULUAN. agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

2016 PROGRAM PENGEMBANGAN KECERDASAN EMOSI SISWA BERBAKAT DI KELAS AKSELERASI SMA X MEDAN

Bab I PENDAHULUAN. Indonesia saat ini sedang dalam era globalisasi. Pada masa ini, adanya

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke

ABSTRAK Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

Manajemen program akselerasi belajar: studi kasus di SMA Negeri 3 Jombang / Iva Faradiana

BAB I PENDAHULUAN. sebuah organisasi. Karena itu, sumber daya manusia perlu dikelolah secara. organisasi dalam memenangkan berbagai macam persaingan.

KATA PENGANTAR. Saya mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan untuk menyesuaikan visi, misi, tujuan dan strategi agar sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah cara yang dianggap paling strategis untuk mengimbangi

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan membentuk watak serta peradapan bangsa, yang bermartabat dalam rangka

139 Dwi Lestari Yuniawati, 2013 Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu hal yang paling penting untuk. salah satunya dengan pendidikan di sekolah. Pendidikan di sekolah

I. PENDAHULUAN. proses pembelajaran. Keberadaan pendidikan yang sangat penting tersebut telah

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pengetahuan dan teknologi tersebut. Dunia pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut

LAMPIRAN 1. (Kuesioner Tahap 1)

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Starata 1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

PEMILIHAN KEPALA SEKOLAH BERPRESTASI TINGKAT PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN. Tatanan kehidupan masyarakat yang semrawut merupakan akibat dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia secara garis besar masih lebih

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan Millenium Development Goals (MDGS), yang semula dicanangkan

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 MOJOLABAN TAHUN PELAJARAN 2009/2010

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan yang terjadi ternyata menampakkan andalan pada. kemampuan sumber daya manusia yang berkualitas, melebihi potensi

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dunia mengalami perubahan dengan begitu cepatnya. Perubahan

BAB II KAJIAN TEORI. jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. istilah ini dikenal Cerdas Istimewa adalah bentuk alternatif pelayanan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pemimpin bangsa di masa mendatang sehingga dianggap dapat memengaruhi

melalui Tridharma, dan; 3) mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dengan memperhatikan nilai Humaniora.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rahmah Novianti, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini ternyata

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang pada umumnya wajib dilaksanakan. globalisasi, maka pendidikan juga harus mampu menjawab kebutuhan

DWI KUSTIANTI A FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

I. PENDAHULUAN. dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. bersaing untuk menghadapi tantangan era globalisasi. diantaranya melalui pendidikan.pengertian pendidikan telah dirumuskan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan di era globalisasi sangat menuntut sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. sekitarnya. Berkaitan dengan Pendidikan, Musaheri (2007 : 48) mengungkapkan,

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sikap sikap dan keterampilan, serta peningkatan kualitas hidup menuju

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, menciptakan keunggulan bersaing (Competitive Advantage)

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan atau Kurikulum Hal ini menunjukkan bahwa kurikulum

Model Hipotetik Bimbingan dan konseling Kemandirian Remaja Tunarungu di SLB-B Oleh: Imas Diana Aprilia 1. Dasar Pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini banyak tantangan yang dihadapi manusia, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan peningkatan mutu pendidikan diarahkan pada pencapaian mutu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas menentukan masa depan bangsa. Sekolah. sekolah itu sendiri sesuai dengan kerangka pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrayogi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran penting dalam menghasilkan generasi muda yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. akselerasi memberikan kesempatan bagi para siswa dalam percepatan belajar dari

1. Sekolah khusus Yaitu semua siswa yang belajar di sekolah ini adalah siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat modern yang menuntut spesialisasi dalam masyarakat yang. semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan sampai sekarang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang semakin pesat

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan penegasan istilah.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi manusia seutuhnya baik secara jasmani maupun rohani seperti yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

(PSIKOLOGI SDM) MSDM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS

TUGAS. Oleh : MEI ZAQI HILDAYANA

BAB I PENDAHULUAN. dan pendidikan tinggi ( Mengenyam pendidikan pada

Transkripsi:

Suatu Penelitian Mengenai Penyusunan Model Kompetensi Guru Akselerasi di lembaga Pendidikan SMA X Kotamadya Bandung BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pendidikan di suatu negara memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa, karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Perwujudan sumber daya manusia berkualitas tersebut menjadi tanggungjawab pendidikan, terutama dalam mempersiapkan peserta didik menjadi subjek yang makin berperan menampilkan keunggulan dirinya yang tangguh, kreatif, inovatif, mandiri dan profesional pada bidangnya masing-masing. Oleh karenanya dimasa sekarang ini, begitu banyak instansi pendidikan dengan menerapkan berbagai gaya pendekatan yang disesuaikan dengan kebutuhan yang ada. Setiap siswa-siswi memiliki karakteristiknya masing-masing. Dalam karakter siswa-siswi tersebut terdapat siswa-siswi dengan kebutuhan khusus. Dahulu penanganan ini difokuskan pada siswa-siswi yang memiliki kekurangan yang menjadi tantangan untuk mengikuti pelajaran. Saat ini, pendidikan di Indonesia semakin

berkembang dan mulai memperhatikan siswa-siswi yang memiliki kelebihan baik sisi intelektual, kreativitas, leadership, maupun kemampuan khusus lainnya dalam visual maupun seni. Siswa-siswi tersebut merupakan anak yang membutuhkan penanganan khusus. Definisi siswa-siswi berbakat yang digunakan di Indonesia mengikuti Renzulli yang mendefinisikan anak berbakat dengan tingkat kecerdasan di atas ratarata, tingkat kreativitas yang tinggi dan task commitment yang memadai. Pendidikan Indonesia mengenal anak berbakat dengan sebutan Siswa Cerdas Istimewa Berbakat Istimewa (CIBI). Sesuai dengan kelebihan yang dimiliki, dalam pengajaran siswa CIBI memiliki kebutuhan yang berbeda dibandingkan dengan siswa lainnya. Kebutuhan ini dapat diakomodir dengan strategi akselerasi, enrichment, atau mempelajari hal baru (novelty). Kurikulum yang berlaku di Indonesia menggunakan strategi akselerasi. Menurut Felhusen, Proctor dan Black (2006:2), akselerasi diberikan untuk memelihara minat siswa-siswi terhadap sekolah, mendorong siswa agar mencapai potensi akademis yang baik dan untuk menyelesaikan pendidikan dalam tingkat yang lebih tinggi bagi keuntungan dirinya ataupun masyarakat. Agar siswa-siswi yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa dapat berprestasi sesuai dengan potensinya, diperlukan pelayanan pendidikan yang berdiferensiasi, yaitu pemberian pengalaman pendidikan yang disesuaikan dengan kemampuan dan kecerdasan siswasiswi, dengan menggunakan kurikulum yang berdifersifikasi, yaitu kurikulum standar

yang diimprovisasi alokasi waktunya sesuai dengan kecepatan belajar dan motivasi belajar siswa-siswi. Pelayanan pendidikan yang berdiferensiasi dengan menggunakan kurikulum yang berdifersifikasi dapat diimplementasikan melalui penyelenggaraan sistem percepatan kelas (akselerasi). Dengan sistem percepatan kelas (akselerasi), siswa-siswi yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa diberi peluang untuk dapat menyelesaikan studi pada tiap jenjang pendidikan, namun dalam kurun waktu yang lebih singkat. Misalnya jenjang SMA yang kurang dari tiga tahun, namun seluruh target kurikulum diselesaikan tanpa harus meloncat kelas. (Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 026-Des 2002 ). Kelas akselerasi ini memang sudah menjadi program pemerintah, karena adanya temuan studi terhadap 20 SMU unggulan di Indonesia yang menunjukkan 21.75 % siswa-siswi SMU hanya mempunyai kecerdasan umum yang berfungsi pada taraf dibawah rata-rata, sedangkan mereka yang tergolong anak memiliki potensi dan kecerdasan dan bakat istimewa hanya 9.7 % (Reny H., dkk, 1998). Sesuai dengan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab IV Pasal 5 Ayat 4 yang berbunyi, "Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus". Penyelenggaraan kelas akselerasi ini sebagai terobosan baru dalam dunia pendidikan yang perlu di perhatikan dalam pelaksanaannya yang pada saat ini memang terbatas bagi anak-anak yang berbakat, serta pelaksanaanya baru disekolah-sekolah favorit di tiap-tiap daerah yang dianggap

mampu dan berkompeten untuk melaksanakan progam akselerasi. Salah satunya yang dilakukanya oleh SMA X di kotamadya Bandung ini, sebagai salah satu sekolah yang terbilang favorit dengan menempati urutan passing grade yang dapat diperhitungkan diantara Sekolah Menengah Atas lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa hasil pembelajaran dari sekolah tersebut dapat menghasilkan lulusan siswa-siswi yang berhasil, baik dari segi prestasi maupun kualitas pendidikannya. Masyarakat pun memiliki penilaian yang positif terhadap sekolah tersebut dengan tingginya minat dan harapan dimana putra-putri mereka dapat menjadi bagian dari sekolah tersebut. Sekolah SMA X pun menyusun visi dan misi yang merupakan landasan pengajaran bagi siswa-siswinya. Adapun Visi dari SMA X Kotamadya Bandung adalah : Mewujudkan Sekolah Bertaraf Internasional yang berwawasan kebangsaan dengan berdasarkan pada iman dan taqwa. Sedangkan Misi dari SMA X Kotamadya Bandung adalah 1). Membentuk watak dan kepribadian siswa yang bermartabat dan berjiwa kebangsaan. 2). Mengembangkan potensi kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual. 3). Pusat pengembangan pendidikan Iptek, Seni, Budaya yang unggul. 4).Meningkatkan profesionalisme dan akuntabilitas sekolah sebagai pusat pengembangan pendidikan berdasarkan standar nasional dan global. 5). Memberdayakan peran serta stakeholders dalam penyelenggaraan pendidikan yang bermutu dan memiliki daya saing global berdasarkan prinsip Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).

Begitu pula halnya guna memenuhi kebutuhan yang berbeda-beda dari setiap karakteristik siswa-siswi yang ada, maka pihak sekolah pun mengadakan kelas akselerasi bagi siswa-siswinya. Sekolah pun mengadakan seleksi yang diperuntukkan bagi siswa-siswi yang dinilai layak masuk ke kelas akselerasi. Adapun persyaratan yang diberikan adalah IQ minimal 130, test akademik dengan nilai minimal 75, lulus penilaian tes kreatifitas dan komitmen dengan kategori baik serta interview baik bagi calon siswa-siswi dan orangtua. Untuk itu sekolah pun melakukan penyaringan dengan bantuan profesi psikolog guna mendapatkan calon siswa-siswi akselerasi yang memenuhi persyaratan tersebut. Sarana dan prasarana belajar program akselerasi dirancang untuk mampu memenuhi kebutuhan siswa berbakat akademik tinggi dalam kerangka mengembangkan potensinya. Sarana dan prasarana tersebut meliputi sarana fisik bangunan beserta instrumennya maupun sarana dan sumber belajar yang berbasis teknologi tinggi (multimedia). Begitupula yang diupayakan sekolah SMA X dalam penyediaan sarana dan prasarana belajar program akselerasi seperti ruangan kelas yang memadai, akses internet, sarana praktikum dan berbagai sarana lain yang menunjang minat dari siswa-siswi akselerasi tersebut Salah satu aspek pendukung lainnya yang tak kalah pentingnya dalam keberhasilan proses belajar mengajar adalah penyediaan SDM dalam hal ini adalah guru pengajar. Guru memegang peranan penting disamping keluarga bagi perkembangan anak didiknya, sebagai lingkungan sosial inti kedua bagi anak dengan

banyaknya waktu interaksi yang dihabiskan anak bersama lingkungan sekolah didalam keseharian mereka. Guru dapat dikatakan sebagai seorang pendidik, pembimbing, pelatih dan pemimpin yang dapat menciptakan iklim belajar menarik, aman, nyaman serta kondusif dikelas. Guru akselerasi adalah guru yang terbaik berdasarkan kriteria tertentu seperti pengalaman mengajar, prestasi, tingkat pendidikan yang dipersyaratkan, dan telah dipersiapkan untuk mengajar siswa akselerasi. Adapun tipologi guru berdasarkan buku pedoman (Depdiknas: 2003) adalah guru yang berkarakter sebagai berikut, yaitu: (1) adil dan tidak memihak, (2) sikap koperatif demokratis, (3) fleksibel, (4) memiliki rasa humor, (5) menerapkan penghargaan dan pujian, (6) minat yang luas, (7) memberi perhatian pada masalah siswa, dan (8) penampilan dan sikap menarik. Adapun peryaratan yang diberikan dalam proses seleksi bagi pengajar kelas akselerasi di SMA X adalah minimal pendidikan S1, pengalaman mengajar minimal 7 tahun, menguasai bidang pelajaran tertentu dan memiliki kepribadian yang baik. Sebagai guru pengajar kelas akselerasi pun tentunya dibutuhkan gaya pendekatan dan metode pengajaran yang berbeda dengan kelas regular pada umumnya, mengingat siswa-siswi akselerasi merupakan pelajar dengan kebutuhan khusus. Penyelenggaraan sistem percepatan kelas (akselerasi) bagi siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa merupakan salah satu strategi alternatif yang relevan, di samping bertujuan untuk memberikan pelayanan

pendidikan sesuai dengan potensi siswa, juga bertujuan untuk mengimbangi kekurangan yang terdapat pada strategi klasikal-massal. Adapun perbedaan pedekatan dan metode pengajarannya dari kelas reguler adalah terletak dari waktu belajar yang lebih cepat/lebih awal dari waktu yang telah ditentukan pada jenjang pendidikannya. Untuk itu walaupun secara kurikulum/silabus bahan dari suatu mata pelajaran tertentu tetaplah sama namun diberikan dengan sistem pemadatan. Guru diharapkan memiliki metode pengajaran yang bervariatif dan dinamis mengikuti kebutuhan khusus yang dimiliki dari peserta didiknya yang menduduki kelas akselerasi. Keberadaan guru ditengah-tengah siswa-siswi diharapkan dapat mencairkan kebekuan dan kejenuhan belajar siswa-siswi. Kemudian berubah menjadi suasana belajar yang menyenangkan serta dapat melahirkan semangat optimis sehingga pada gilirannya keluaran pendidikan formal (sekolah) dapat memenuhi tuntutan pendidikan yang mampu berkompetisi dengan perkembangan ekonomi dan bukan akan menjadi beban ekonomi baik sekarang maupun masa dating. Oleh karena itu guru akselerasi harus memiliki persepsi filosofis dan ketanggapan yang bijaksana yang lebih mantap dalam menyikapi dan melaksanakan pekerjaannya serta senantiasa melakukan penyesuaian secara terus menerus sesuai dengan dinamika pendidikan dan perkembangan ekonomi. Berdasarkan wawancara pada Manager Program Akselerasi SMA X Kotamadya memberikan penilaian bahwa secara potensi anak didik yang lulus seleksi

akselerasi memang telah dinilai memiliki potensi yang memuaskan untuk menjalankan program percepatan (akselerasi). Secara fasilitas dan sarana pendukung pun telah disiapkan guna memperlancar proses belajar mengajar di kelas akselerasi. Kendala utama adalah menyiapkan SDM yang memang masih dinilai belum sepenuhnya memiliki kompetensi yang memadai untuk mendukung kelancaran proses belajar di akselerasi. Sekolah memang tidak dengan bebas melakukan rekruitmen dari luar area sekolah disamping masalah kebijakan pemerintah dimana telah ditentukan penempatan dan penyebaran guru akselerasi disekolah-sekolah yang ada, masalah biaya pun menjadi kendala lain yang muncul. Disamping itu dikhawatirkan akan ada pergejolakan lain di internal guru sendiri jika masih mendatangkan guru akselerasi dari luar area yang ada. Sejak awal guru akselerasi yang dinilai memenuhi persyaratan yang ditetapkan diatas, telah diberikan beberapa pengarahan mengenai harapan dan kebutuhan dari pengembangan kelas akselerasi ini sendiri. Namun dalam prakteknya, secara keseluruhan mereka pun belum sepenuhnya dapat memenuhi target yang ditetapkan. Diantaranya adalah mengenai pemahaman akan akselerasi itu sendiri dimana adanya pemadatan dan percepatan pemberian materi pengajaran namun tetap memperhitungkan masalah kebutuhan dan karateristik dari siswa-siswi itu sendiri. Pada kenyataannya, penyajian metoda pembelajaran pun belum sepenuhnya diarahkan sesuai karateristik dari siswa-siswi akselerasi tersebut.. Guru akselerasi hanya sebatas memberikan materi dengan rentang watu yang lebih

dipercepat saja. Belum ditemukannya aspek pembeda antara metoda pengajaran kelas regular dengan kelas akselerasi ini sendiri. Hal ini pun dirasakan pada beberapa siswa-siswi akselerasi mengenai hambatan yang dirasakan menyangkut penilaian terhadap guru pengajar diantaranya adalah proses pengajaran yang dinilai tidak sistematis, guru akselerasi lebih banyak memberikan penjelasan dibandingkan latihan soal yang memudahkan mereka memahami materi, beberapa tugas dirasakan sulit tanpa penjelasan yang memadai dan materi yang tidak sama dengan ujian nasional. Disamping itu para guru akselerasi lebih berorientasi pada hasil akhirnya, adalah menyiapkan siswa-siswi akselerasi untuk siap dan lulus ujian nasional saja sehingga tujuan utama untuk menciptakan penerus bangsa yang kreatif dan memiliki nilai lebih dimasa mendatang belum menjadi fokus mereka. Pihak sekolah pun menilai guru akselerasi belum dapat memperhatikan masalah potensi intelektual yang dimiliki para siswa-siswi sehingga materi yang diberikan pun hanya sebatas penyampaian sesuai dengan kurikulum pengajaran yang telah ada dalam batasan yang ditetapkan. Disamping masalah yang berkaitan dengan perkembangan kognitif dari siswasiswi akselerasi, lingkungan sekolah pun tetap harus memperhitungkan aspek perkembangan lainnya yaitu emosional dan sosial. Mereka tetap layaknya seorang remaja pada umumnya yang penuh dengan gejolak dalam rentang usianya saat ini. Dengan beban tugas dan belajar yang menuntut mereka untuk lebih banyak menghabiskan waktu senggang dengan kegiatan yang berhubungan dengan pelajaran

disekolah sebagai konsekuensi dari persyaratan jikamana mereka menunjukkan penurunan prestasi belajar maka mereka akan dikembalikan kekelas regular. Hal ini pun berpengaruh pada aktifitas dan keterampilan sosial mereka. Akan muncul sejumlah permasalahan penerimaan sosial seperti perasaan ditolak, diasingkan, merasa dan dinilai eksklusif oleh teman sebaya dikarenakan perbedaan perlakuan dari sekolah. Sepatutnya seorang guru akselerasi pun menunjukkan kepekaan akan perkembangan remaja dari siswa-siswi yang mereka bina sebagai bagian dari kesehariannya. Permasalahan-permasalan yang siswa-siswi alami pun akan berdampak pada keberhasilan mereka dalam menempuh studinya saat ini, juga kematangan dan kesiapan dalam memasuki tahapan perkembangan selanjutnya. Memang permasalahan diatas tidak dapat sepenuhnya menjadi tanggungjawab guru semata dikarenakan secara sistem pun sekolah belum menyiapkan proses penilaian kinerja dari guru akselerasi tersebut berdasarkan kompetensi yang seharusnya mereka miliki. Sampai saat ini pihak sekolah belum menyusun kompetensi-kompetensi yang memiliki relevansi dengan kebutuhan dari pengadaan kelas akselerasi ini sendiri. Dimana sekolah lebih banyak mempercayakan gurugurulah yang secara mandiri akan menentukan rencana kerja sesuai dengan harapan dan tuntutan yang ada. Secara ideal memang diperlukan guru akselerasi yang memiliki kompetensi yang tepat guna mencapai target yang ada sesuai dengan pengadaan dari kelas

akselerasi tersebut. Kompetensi ini dinilai penting terutama yang merujuk pada kemampuan secara umum untuk seorang guru akselerasi dapat menjalankan tugas sesuai dengan kewenangan dan tanggungjawabnya baik sebagai pribadi, pemenuhan kebutuhan siswa-siswi dan bagian dari instansi pendidikan/organisasi. Hal tersebut yang akan dimunculkan dalam serangkaian perilaku yang harus ditunjukkan seseorang dalam perannya sebagai guru akselerasi dalam rangka mengerjakan tugas dan fungsi suatu jabatan secara kompeten yang akan berkaitan secara relevan dengan kinerja yang akan dicapainya atau dengan kata lain excellent performance yang pada akhirnya akan berpengaruh pada keberhasilan anak didiknya pula. Kompetensi ini pun tentunya disesuaikan dengan kebutuhan dan tuntutan dari sekolah sebagai instansi pengadaan pendidikan dan juga kebutuhan dari karateristik siswa-siswi akselerasi Sebagai bahan pertimbangan dari model kompetensi standar dari profesi guru akselerasi itu sendiri, Spencer dijadikan sebagai salah satu panduan untuk mengetahui gambaran kompetensi yang diperlukan. Menurut Spencer (1993) kompetensi didefinisikan sebagai karakteristik dasar individu yang berhubungan secara langsung dengan kinerja efektif atau superior menurut standar kriteria tertentu yang sudah ditetapkan dalam suatu jabatan atau situasi. Sedangkan model kompetensi merupakan suatu istilah yang merujuk pada himpunan lengkap kelompok-kelompok kompetensi, dimensi-dimensi kompetensi dan indikator perilaku

(Hay-McBer Spencer & Spencer 1986 dalam Pribadi, 2004). Menurut Spencer, pekerjaan guru termasuk kedalam kategori helping and human service profesional yang memiliki 14 macam kompetensi yaitu impact and influence (kemampuan membujuk, menyakinkan, mempengaruhi atau mengesankan orang lain agar orang tersebut mendukung dirinya), developing other (kemampuan untuk menggunakan berbagai metode mengajar dan memberi feedback untuk mengembangkan orang lain), interpersonal understanding (kemampuan individu untuk memahami orang lain), self confidence (keyakinan individu terhadap kemampuan dirinya untuk menyelesaikan sebuah tugas), self control (kemampuan untuk menjaga emosi dalam kendali dan menahan munculnya aksi negatif ketika berhadapan dengan situasi kerja yang stres), other personal effectiveness (kemampuan untuk menyukai orang lain), profesional exspertise (penguasaan pekerjaan yang dikaitkan dengan pengetahuan), customer service orientation (kemampuan untuk menolong atau melayani orang lain, menemukan kebutuhan mereka), teamwork and cooperation (kemampuan untuk bekerjasama secara kooperatif dalam tim), analytical thinking (kemampuan memahami masalah dengan memecah masalah tersebut dalam bagian-bagian yang lebih kecil), conceptual thinking (kemampuan memahami situasi atau masalah dengan menyusun potonganpotongan masalah tersebut menjadi sesuatu yang lebih besar), initiative (kemampuan untuk bertindak cepat atau melakukan sesuatu tanpa diminta), flexibility (kemampuan

untuk beradaptasi dan bekerja dalam situasi, individu ataupun kelompok yang bervariasi) dan directiveness/assertiveness (kemampuan individu untuk membuat orang lain menurut). Oleh karenanya 14 macam kompetensi ini dapat dijadikan acuan untuk penyusunan kompetensi guru akselerasi bagi siswa-siswi akselerasi dan dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan sekolah SMA X. Dengan menggunakan mengunakan model dan pengukuran kompetensi dapat diperoleh orang yang tepat untuk suatu pekerjaan secara efektif dan efisien. Selain itu dengan mengunakan model kompetensi maka SMA X sebagai salah satu sekolah yang mengadakan kelas percepatan (akselerasi) bagi sejumlah siswa-siswinya yang memiliki kapasitas intelektual yang tinggi, dapat dengan sistematis dan konsisten mengidentifikasi jenis keterampilan, pengetahuan dan karakteristik personal yang dibutuhkan guru akselerasi untuk menampilkan excellent performance. Yang selanjutnya bila masih terdapat kompetensi yang belum memenuhi persyaratan maka dapat ditingkatkan melalui proses belajar dan pengalaman. Hal ini cukup memungkinkan mengingat kompetensi dapat ditingkatkan pelatihan dan pengembangan yang relevan (Spencer&Spencer, 1993; Cooper, 2000) Berdasarkan penjelasan mengenai model kompetensi, maka peneliti tertarik untuk mencari dan menyusun pola/model kompetensi yang tepat bagi sekolah X (dengan mengacu pada model kompetensi dari Spencer).

1. 2. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada latar belakang masalah, maka ingin diketahui bagaimanakah model kompetensi yang sesuai bagi guru pengajar kelas akselerasi di lembaga pendidikan SMA X di Kotamadya Bandung. 1. 3. Maksud dan Tujuan Penelitian 1. 3.1 Maksud Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh model kompetensi guru akselerasi yang diperlukan dan sesuai di lembaga pendidikan SMA X Kotamadya Bandung 1. 3.2 Tujuan Penelitian Untuk mengetahui sesuai atau tidaknya model kompetensi dari Spencer bagi guru akselerasi di lembaga pendidikan SMA X Untuk memperoleh gambaran mengenai kompetensi guru akselerasi yang dibutuhkan di lembaga pendidikan SMA X. 1. 4. Kegunaan Penelitian 1. 4.1 Kegunaan Teoritis Memberikan informasi tambahan mengenai kompetensi guru yang dibutuhkan kedalam bidang Psikologi Industri dan Psikologi Pendidikan khususnya pendidikan akselerasi di sekolah menengah atas yang sejenis

Memberikan masukan mengenai penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan kompetensi guru 1. 4.2 Kegunaan Praktis Memberikan informasi mengenai pengembangan kompetensi yang diperlukan dan relevan dengan kondisi aktual saat ini. Informasi ini pun dapat digunakan sebagai feedback kepada guru yang bersangkutan. Memberikan masukan bagi kelayakan guru akselerasi terkait dengan kompetensi ideal yang sesuai di masa mendatang. Memberikan masukan bagi perbaikan sistem penilaian kinerja bagi guru terkait dengan peran dan tanggungjawab dilingkup studi akselerasi.