Perbedaan Tajam Penglihatan Pra dan Pasca Bedah Katarak dengan Uveitis

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dalam kandungan dan faktor keturunan(ilyas, 2006).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Muhammadiyah Yogyakarta, 2 Departemen Mata, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahun di antara orang terdapat seorang penderita baru katarak (Kemenkes RI,

BAB I PENDAHULUAN. hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduaduanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akibat

Additional Intraocular Surgery after Pediatric Cataract Surgery

PERBEDAAN TAJAM PENGLIHATAN PASCAFAKOEMULSIFIKASI ANTARA PASIEN KATARAK SENILIS EMETROP DAN MIOPIA DERAJAT TINGGI DI RSUD DR.

PERBEDAAN TEKANAN INTRAOKULAR PRA DAN PASCAOPERASI KATARAK PADA PASIEN GLAUKOMA AKIBAT KATARAK DI RSUD DR MOEWARDI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah mata merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia karena mata

BAB I PENDAHULUAN. Sembilan puluh persen dari 285 juta penderita gangguan penglihatan tinggal

BAB 1 PENDAHULUAN. Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies, Ingris Cataract, dan Latin

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Katarak adalah kekeruhan yang terjadi pada lensa mata dan menjadi penyebab

Glaukoma. 1. Apa itu Glaukoma?

The Incident of Postoperation Complication with Phacoemulsification at PKU Muhammadiyah Yogyakarta 1

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA RISIKO TERJADINYA KATARAK SEKUNDER DENGAN BERBAGAI TEKNIK OPERASI KATARAK DI RSUD dr.saiful ANWAR MALANG PERIODE JANUARI DESEMBER 2008

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut data Riskesdas 2013, katarak atau kekeruhan lensa

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif analitik dengan melihat

BAB I PENDAHULUAN. Edema sistoid makula atau cystoid macular edema (CME) merupakan komplikasi patologis retina yang sering terjadi dan terdapat

ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH. Diajukan untuk memenuhi tugas dan Melengkapi syarat dalam menempuh Program Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran

PERBANDINGAN PENURUNAN TEKANAN INTRAOKULER PADA TERAPI TIMOLOL MALEAT DAN DORSOLAMID PASIEN GLAUKOMA. Jurnal Media Medika Muda

AKURASI KEKUATAN LENSA INTRAOKULER PADA PASIEN MIOPIA AKSIAL MENGGUNAKAN ALAT OPTICAL BIOMETRY

ABSTRAK PROPORSI DAN KARAKTERISTIK PASIEN KATARAK PADA RUMAH SAKIT MATA BALI MANDARA TAHUN 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Katarak umumnya didefinisikan sebagai kekeruhan lensa. Katarak

BAB I PENDAHULUAN. penyakit. Lensa menjadi keruh atau berwarna putih abu-abu, dan. telah terjadi katarak senile sebesar 42%, pada kelompok usia 65-74

ABSTRAK ANGKA KEJADIAN KATARAK SENIL DAN KOMPLIKASI KEBUTAAN DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2009 DESEMBER 2011

UNIVERSITAS UDAYANA MADE INTAN SHANTIVANI

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk melaksanakan kegiatan sehari-hari. Kesehatan indera. penglihatan merupakan faktor penting dalam meningkatkan kualitas

[Type text] ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA [Type text] HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN UKDW. berbagai kegiatan. Apabila mata menderita kelainan atau gangguan seperti low vision

Agia Dwi Nugraha Pembimbing : dr. H. Agam Gambiro Sp.M. KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA RSUD Cianjur FK UMJ

PERBEDAAN TAJAM PENGLIHATAN PASCAOPERASI FAKOEMULSIFIKASI ANTARA PASIEN KATARAK SENILIS TANPA MIOPIA DENGAN MIOPIA DERAJAT TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. sebagai katarak sekunder atau after cataract yang disebabkan oleh lensa sel

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS PENURUNAN TEKANAN INTRAOKULER PADA LASER IRIDOTOMI DENGAN POWER KURANG DARI 700mW DAN LEBIH DARI 700mW

BAB I PENDAHULUAN. Leber Hereditary Optic Neuropathy (LHON) merupakan penyakit

ABSTRAK GAMBARAN KELAINAN REFRAKSI ANAK USIA 6-15 TAHUN DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2012

Perbandingan Komplikasi Glaukoma Sekunder antara Pasien Post Operasi Tunggal dan Kombinasi Vitrektomi - Sklera Bukle

PROFIL GLAUKOMA SEKUNDER AKIBAT KATARAK SENILIS PRE OPERASI DI RSUP. PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI 2011 DESEMBER 2011

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS PENURUNAN TEKANAN INTRAOKULER PADA LASER IRIDOTOMI DENGAN POWER KURANG DARI 700mW DAN LEBIH DARI 700mW

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Comparison of corneal endothelial cells loss after phacoemulsification between soft shell and adaptive viscoelastic ORIGINAL ARTICLE

PERBEDAAN TAJAM PENGLIHATAN PASCAOPERASI FAKOEMULSIFIKASI PADA PASIEN KATARAK SENILIS DENGAN DIABETES MELLITUS DAN TANPA DIABETES MELITUS

JST Kesehatan, Januari 2015, Vol.5 No.1 : ISSN

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT STROKE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2009

ABSTRAK ANALISIS KASUS PENDERITA PNEUMONIA DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2007

MELLITUS JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA NUNGKI RUSYDIANA PURNANINGRUM

KEAKURATAN TAJAM PENGLIHATAN HASIL BIOMETRI DENGAN HASIL KOREKSI KACAMATA BERDASARKAN AXIAL LENGTH

Jurnal Oftalmologi Indonesia JOI. Vol. 7. No. 3 Juni The Relation of Onset of Trauma and Visual Acuity on Traumatic Patient

BAB I PENDAHULUAN. Katarak merupakan salah satu penyebab kebutaan yang utama di dunia. Data

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Katarak adalah keadaan terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa di

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Katarak adalah suatu kekeruhan lensa yang. menyebabkan gangguan penglihatan. Katarak berasal dari

SKRIPSI PROFIL KATARAK SENILE PRE-OPERATIF DI RUMAH SAKIT PHC SURABAYA PERIODE BULAN NOVEMBER 2014 SAMPAI DENGAN APRIL 2015

Abstrak Kata kunci: Retinopati Diabetik, Laser Fotokoagulasi, Injeksi Intravitreal Anti VEGF.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Miopia (nearsightedness) adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR RISIKO PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

ABSTRAK. Angka Kejadian Karsinoma Mammae di Rumah Sakit Immanuel Bandung Periode Januari 2007 Desember 2009

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA PENYAKIT KANKER PARU PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2012 DI RS. IMMANUEL KOTA BANDUNG

HUBUNGAN SKOR APRI DENGAN DERAJAT VARISES ESOFAGUS PASIEN SIROSIS HATI KARENA HEPATITIS B

PROPORSI DAN KARAKTERISTIK PENYEBAB PERDARAHAN SALURAN CERNA BAHAGIAN ATAS BERDASARKAN HASIL PEMERIKSAAN ENDOSKOPI DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN

BAB I. Pendahuluan. Saraf optik merupakan kumpulan akson yang berasal. dari sel-sel ganglion retina menuju khiasma nervus

ABSTRAK GAMBARAN PASIEN KANKER PARU DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER 2014

ABSTRAK Gambaran Karakteristik Penderita Akne Vulgaris di Klinik Spesialis Kulit dan Kelamin Sakura Derma Bandung

PROFIL PASIEN KONTRAKTUR YANG MENJALANI PERAWATAN LUKA BAKAR DI RSUD ARIFIN ACHMAD PERIODE JANUARI 2011 DESEMBER 2013

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA ORANG DEWASA YANG DIRAWAT INAP DIRUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

JOI Vol. 7. No. 2 Desember 2009

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA MULTIDRUG-RESISTANT TUBERCULOSIS DI RUMAH SAKIT PARU DR.H.A.ROTINSULU, BANDUNG TAHUN 2014

Kata Kunci: Katarak, Diabetes Mellitus, Riwayat Trauma Mata, Konsumsi Minuman Beralkohol, Pekerjaan

ABSTRAK KARAKTERISTIK PASIEN KANKER PAYUDARA DAN PENANGANANNYA DI RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU PERIODE JANUARI 2010 DESEMBER 2012

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT BUDI AGUNG JUWANA PERIODE JANUARI DESEMBER 2015

ARTIKEL KARYA ILMIAH. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat dalam menempuh Program Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran

Penurunan Tekanan Intraokular Pascabedah Katarak pada Kelompok Sudut Bilik Mata Depan Tertutup dan Terbuka

Intraocular Pressure Fluctuation after Cataract Surgery: Comparison between Phacoemulsification & Small-Incision Cataract Surgery

Profil Infeksi Luka Operasi di Bagian Bedah RSUP H. Adam Malik Periode Januari Juni Oleh : LANDONG SIHOMBING

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA CARCINOMA MAMMAE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2012-DESEMBER 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penglihatan, terlebih jika melibatkan fovea. Beberapa survei epidemiologi

BAB I PENDAHULUAN. Mata merupakan bagian pancaindera yang sangat penting dibanding

Harri Prawira Ezeddin. Ked

KARYA TULIS ILMIAH. Disusun oleh ENDAH FITRI NOVITASARI PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

Reimplantasi Lensa Setelah Komplikasi Operasi Katarak

ABSTRAK GAMBARAN INFEKSI MALARIA DI RSUD TOBELO KABUPATEN HALMAHERA UTARA PROVINSI MALUKU UTARA PERIODE JANUARI DESEMBER 2012

GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA KELAS XII SMA NEGERI 7 MANADO TENTANG KATARAK.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Edema sistoid makula paska operasi katarak atau post cataract

SOP KATARAK. Halaman 1 dari 7. Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon SMF. Ditetapkan Oleh Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon.

ABSTRAK PREVALENSI APENDISITIS AKUT PADA ANAK DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2011

induced astigmatism yang rendah. Sayangnya dalam beberapa kondisi teknik operasi fakoemulsifikasi tidak bisa dilakukan, misalnya pada daerah dengan

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA KANKER PARU DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2011

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN ABORTUS DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2014

BAB I PENDAHULUAN. hidup, suatu sistem antara tubuh, pikiran, dan jiwa. 2. kota besar tersebut. Yoga menjadi menu latihan di sanggar-sanggar senam,

ABSTRAK PREVALENSI KARSINOMA MAMAE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI 31 DESEMBER 2008

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN RAWAT INAP DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2012

ABSTRAK PREVALENSI AMEBIASIS DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG, JAWA BARAT PERIODE TAHUN

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA TB PARU DI PUSKESMAS PAMARICAN KABUPATEN CIAMIS PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER : Triswaty Winata, dr., M.Kes.

GAMBARAN TEKANAN INTRAOKULAR, KEDALAMAN BILIK MATA DEPAN, DAN KETEBALAN LENSA PADA PASIEN PREOPERASI KATARAK SENILIS DI RS PHC TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. sejak lahir (Ilyas S, 2006). Orang tua akan menyadari untuk pertama kali dengan

Berdasarkan tingginya dioptri, miopia dibagi dalam(ilyas,2014).:

PREVALENSI NEFROPATI PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE II YANG DIRAWAT INAP DAN RAWAT JALAN DI SUB BAGIAN ENDOKRINOLOGI PENYAKIT DALAM, RSUP H

Transkripsi:

Ophthalmol Ina (2015) 41:1 89 Original Article Perbedaan Tajam Penglihatan Pra dan Pasca Bedah Katarak dengan Uveitis Ronny Gushalf, Erna Tjahyaningtyas, Budiman Department of Ophthalmology, Faculty of Medicine, Padjajaran University Bandung, West Java ABSTRACT Background: To assess the visual outcome before and after of cataract surgery in eyes of patients with uveitis Methods: We retrospectively reviewed the charts of 20 patients (20 eyes) with uveitis who underwent phacoemulsification cataract extraction or small incision cataract surgery with posterior chamber intraocular lens implantation at National Eye Centre of Cicendo Eye Hospital from January 2011 to April 2012. Changes in visual outcome before and after cataract surgery during subsequent visits were analyzed. Results: A total of 20 eyes of 20 patients fulfilled the enrollment criteria for this retrospective study with an age range of 6 to 82 years mean 40,25; median, 38. Of the patients enrolled, 75% were female and 25% were male. Of the 20 eyes enrolled in this study, 8 were normal limit in anterior and posterior segment, 10 had posterior disease and 2 had recurrent uveitis that influence visual outcome after cataract surgery. Conclusions: Phacoemulsification cataract extraction or small incisson cataract surgery with posterior chamber intraocular lens implantation is safe in patients with uveitis. Cataract surgery in eyes with uveitis leads to an improvement of vision in the majority of cases. Severe postoperative uveitis is the most common postoperative complication for poor visual outcome after surgery. Posterior disease had influence in visual outcome after cataract surgery. Katarak yang terjadi akibat uveitis sudah sering terjadi dimana insidensi terjadi sekitar 50% akibat Fuchs heterochromic cyclitis dan pars planitis. Ekstraksi katarak harus dilakukan ketika fungsi penglihatan menjadi terganggu. 1 Tidak adanya inflamasi selama tiga bulan atau lebih merupakan keadaaan yang harus diperhatikan sebelum dilakukan operasi untuk semua bedah intraokular elektif pada mata dengan uveitis. Hasil tajam penglihatan setelah operasi ditentukan oleh kontrol secara rutin, jangka waktu yang panjang pada inflamasi karena uveitis baik sebelum ataupun setelah operasi. 1-5 Pada penelitian ini akan melaporkan hasil tajam penglihatan setelah dilakukan ekstraksi katarak akibat uveitis di Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo. METODE Data total 280 pasien yang didiagnosis katarak komplikata karena uveitis, didapatkan sebanyak 20 pasien yang telah dilakukan operasi katarak dengan kontrol minimal 4 kali kunjungan setelah dilakukan ekstraksi katarak. Data ini didapatkan dari bagian rekam medis Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung periode Januari 2011 sampai dengan April 2012.

90 Ophthalmol Ina (2015) 41:1 Penelitian retrospektif ini dilakukan pada seluruh pasien yang didiagnosis katarak komplikata karena uveitis dengan ekstraksi katarak disertai pemasangan lensa intraokular di dalam kantung kapsul. Kriteria inklusi pada penelitian ini 1) pasien yang dilakukan ekstraksi katarak dengan teknik fakoemulsifikasi atau small incision cataract surgery, 2) pasien minimal kontrol 4 kali kunjungan setelah operasi. Data yang dimasukkan antara lain adalah usia, jumlah kontrol kembali, kelainan penyerta dan dilakukannya tindakan Nd:YAG laser kapsulotomi. Tajam penglihatan terbaik dicatat, kemudian diikuti dengan kunjungan berikutnya. Tehnik operasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah fakoemulsifikasi dan small incision cataract surgery dengan pemasangan lensa intraokular di dalam kantung kapsul. Pasien yang akan dilakukan operasi katarak adalah pasien uveitis yang sudah tenang selama 3 bulan berturut-turut. Dua minggu sebelum operasi, pasien diberikan steroid sistemik (methyl prednisolon) dengan dosis 1 mg/kgbb/hari. Pasien yang mengalami uveitis rekuren mendapatkan terapi tambahan steroid sistemik dan topikal. Pasien yang mengalami penurunan tajam penglihatan akibat kekeruhan kapsul posterior dilakukan Nd:YAG laser kapsulotomi. Setelah operasi terapi yang diberikan adalah tetes mata antibiotik dan tetes mata steroid sebanyak enam kali sehari. Hasil penelitian ini dianalisis menggunakan Paired T test, Independent T Test, Friedman Test dan Chi Square Test dengan software statistik SPSS (versi 17,0 untuk windows) pada taraf kemaknaan p 0,05. HASIL Pasien katarak komplikata karena uveitis pada penelitian ini didapatkan sebanyak 20 orang dengan 20 mata telah dilakukan operasi katarak. Setelah operasi katarak dilakukan pemeriksaan saat kontrol sampai 4 kali (dua bulan). Karakteristik pasien operasi katarak komplikata karena uveitis menunjukkan bahwa rerata usia pasien operasi katarak komplikata karena uveitis adalah 40,25 tahun dan median 38 tahun. Rentang usia pada penelitian ini adalah 6 sampai 82 tahun. Sebagian besar subjek penelitian adalah perempuan sebanyak 15 orang (75%). Sebanyak 12 orang (60%) subjek penelitian ini disertai penyulit (papil atrofi, uveitis rekuren, ablasio retina traksi, fibrosis vitreus, kekeruhan vitreus, vaskulitis, galukoma sekunder dan kekeruhan kapsul posterior). Hanya 8 orang (40%) tidak disertai penyulit (Tabel 1). Tabel 1. Karakteristik pasien operasi katarak Komplikata karena Uveitis Karakteristik N % Usia Rerata (SD) 40,25(21,21) Median (Rentang) 38(6-82) Jenis Kelamin Laki-laki 5 25% Perempuan 15 75% Penyulit Tanpa penyulit 8 40% Dengan penyulit 12 60% Papil atrofil 1 8,3% Uveitis rekuren 2 16,7% Ablasio retina traksi 1 8,3% Fibrosis vitreus 2 16, 7% Kekeruhan vitreus 2 16,7% Vaskulitis 1 8,3% Glaukoma sekunder 2 16,7% Kekeruhan kapsul posterior 1 8,3% Total 20 100% Tajam penglihatan setelah bedah katarak pada saat kontrol 1 hari rata-rata adalah dengan nilai LogMAR 1,6 yang menunjukkan terjadinya peningkatan tajam penglihatan di banding sebe lum operasi yaitu nilai LogMAR 2,2 dan terjadi peningkatan tajam penglihatan kembali pada kontrol 1 minggu kemudian dengan nilai LogMAR 1,2. Pada kontrol minggu ke 3 dan minggu ke 7 didapatkan peningkatan tajam penglihatan menjadi 1,1 LogMAR dan 0,8 LogMAR (tabel 2). Setelah bedah katarak, pasien dengan tajam penglihatan LogMAR 1,0 sebanyak 7 pasien (35%) pada kontrol 1 hari setelah operasi dan meningkat menjadi 10 pasien (50%) pada kontrol 1 minggu kemudian, 12 pasien (60%) pada kontrol minggu ke-3 dan 15 pasien (75%) pada kontrol minggu 7 (tabel 2). Peningkatan tajam penglihatan setelah bedah katarak terdapat pada 11 pasien (55%) pada kontrol 1 hari setelah operasi. Selanjutnya terjadi peningkatan tajam penglihatan setelah

Ophthalmol Ina (2015) 41:1 91 bedah katarak terdapat pada 14 pasien (70%) pada kontrol minggu ke-1 dan 15 pasien (75%) pada kontrol minggu 3. Terdapat 1 pasien terjadi penurunan tajam penglihatan pada satu hari setelah operasi dikarenakan edema pada kornea disertai lipat descemet yang tebal dan kontrol pada minggu ke-3 didapatkan kekeruhan kapsul posterior yang masih tipis (tabel 2). Pada minggu ke-7 kekeruhan kapsul posterior tersebut semakin tebal dan tajam penglihatan semakin menurun sehingga diputuskan untuk dilakukan Nd: YAG laser kapsulotomi dan didapatkan peningkatan tajam penglihatan kembali pada kontrol 1 minggu kemudian. Terjadi peningkatan tajam penglihatan setelah bedah katarak pada kontrol minggu ke 8 menjadi 17 pasien (85%). (Gambar 1). Berdasarkan tabel 2 terlihat hasil uji statistik menggunakan Paired T Test pada derajat kepercayaan 95%, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tajam penglihatan setelah operasi katarak komplikata karena uveitis pada kontrol 1 hari setelah operasi dibandingkan sebelum operasi dengan nilai p=0,045 dan terdapat pula perbedaan tajam penglihatan setelah operasi katarak komplikata karena uveitis pada kontrol minggu ke-1, minggu ke-3 dan minggu k-7 dibandingkan sebelum operasi dengan nilai p<0,001. Berdasarkan tabel 2 pula terlihat hasil uji statistik menggunakan Friedman Test pada derajat kepercayaan 95%, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna tajam penglihatan setelah operasi katarak komplikata karena uveitis mulai dari kontrol 1 hari setelah operasi sampai 7 minggu dengan nilai p<0,001. Tabel 2. Penilaian Tajam Penglihatan sebelum dan setelah operasi katarak Komplikata karena Uveitis Pengamatan Pra Bedah Pasca bedah (Kontrol) 1hr 1 mg 3 mg 7 mg Tajam Penglihatan (LogMAR) Rerata (SD) 2,2 (0,6) 1,6 (0,9) 1,2 (0,9) 1,1 (0,9) 0,8 (0,6) Minimum-maksimum 0,7-2,5 1-2,5 1,0-2,5 0,1-2,5 0-2,5 1,0 1 (10%) 7 (35%) 10 (50%) 12 (60%) 15 (75%) > 1,0 18 (90%) 13 (65%) 10 (50%) 8 (40%) 5 (25%) Perbaikan 11 (55%) 14 (70%) 15 (75%) 17 (85%) Tetap 8 (40%) 6 (30%) 4 (20%) 3 (15%) Menurun 1 (5%) - 1 (5%) - Nilai p **) 0,045 <0,001 <0,001 <0,001 *) Friedman Test **) Paired T Test Nilai p *) <0,001 1 hr minggu ke 1 minggu ke-3 minggu ke-7 Gambar 1. Perbaikan Tajam Penglihatan setelah operasi katarak komplikata karena Uveitis

92 Ophthalmol Ina (2015) 41:1 Hasil penelitian menunjukkan 3 pasien (15%) tidak disertai peningkatan tajam penglihatan. Hal ini dikarenakan terdapat papil atrofi dengan no light perception yang dilakukan operasi dengan alasan kosmetik. Selain itu ditemukan juga penderita dengan fibrosis vitreus dan uveitis rekuren dengan tajam penglihatan hand movement. DISKUSI Katarak merupakan penyebab yang paling sering untuk terjadinya gangguan penglihatan pada pasien dengan uveitis. Untuk mengatasi keadaan tersebut, operasi katarak merupakan pilihan terhadap rehabilitasi visual pada pasien dengan katarak komplikata karena uveitis. 2,6-9 Operasi katarak dengan penempatan lensa intraokular di dalam kapsul telah terbukti aman dalam mengatasi katarak pada pasien dengan uveitis. Inflamasi yang terjadi setelah operasidiberikan kortikosteroid topical sistemik dengan dosis 1 mg/kgbb/hari. 59 Keadaan uveitis harus terkontrol dengan baik (tenang) pada seluruh pasien setidaknya 3 bulan sebelum pembedahan. 1 Pada suatu penelitian, yaitu Ram dkk didapatkan persentase tajam penglihatan akhir kunjungan dengan lebih dari 1,0 LogMAR adalah 12.95% dan kurang dari 1,0 LogMAR adalah 87.05% dari total 108 mata yang dilakukan operasi katarak komplikata karena uveitis. 4 Okravi dkk pada penelitiannya didapatkan persentase tajam penglihatan akhir dengan lebih dari 1,0 LogMAR adalah 23 % dan kurang dari 1,0 LogMAR adalah 77% dari total 90 mata yang dilakukan operasi katarak komplikata karena uveitis. 1 Pada penelitian ini didapatkan persentase tajam penglihatan akhir dengan lebih dari 1,0 LogMAR adalah 25% dan kurang dari 1,0 LogMAR adalah 75% dari total 20 mata yang dilakukan operasi katarak komplikata karena uveitis. Perbedaan persentase tajam penglihatan akhir pasca bedah pada penelitian lain dibandingkan dengan penelitian ini dipengaruhi oleh adanya penyulit setelah operasi seperti uveitis rekuren, peningkatan tekanan intraokular, endoftalmitis, hifema, kebocoran pada luka operasi, macular edema dan kelainan segmen posterior lainnya. Sedang kan pada penelitian ini penyulit yang terjadi adalah kelainan segmen posterior dan uveitis rekuren. Pada penelitian Ram dkk cystoids macular edema (CME) terjadi sekitar 21.3% setelah operasi katarak. Foster dkk CME terjadi sekitar 46.0% setelah operasi katarak dengan teknik ekstraksi katark ekstrakapsular. Pada penelitian ini tidak didapatkan angka kejadian CME setelah operasi katarak. Tidak adanya CME pada penelitian ini dikarenakan sedikitnya trauma selama operasi dengan teknik fakoemulsifikasi dan small incision cataract surgery sehingga terjadinya inflamasi setelah operasi katarak lebih sedikit dibandingkan dengan teknik ekstraksi katarak ekstrakapsular. 2 Selain itu, keadaan uveitis terkontrol tiga bulan sebelum operasi. Belair dkk menggunakan oral kortikosteroid untuk mengontrol uveitis sebelum operasi dan menunjukkan adanya penurunan risiko CME setelah operasi. 9-10 Penelitian yang dilakukan oleh Ram dkk didapatkan keadaan uveitis rekuren yang menyebabkan penurunan tajam penglihatan pada kunjungan sebelum tiga bulan serta terdapatnya kekeruhan kapsul posterior pada kontrol bulan ke-3 dan segera mendapatkan terapi Nd:YAG laser kapsulotomi pada pasien tersebut. 9 Pada penelitian ini uveitis rekuren terjadi setelah tindakan operasi katarak dan masih terjadi sampai kontrol 2 bulan kemudian sehingga masih mendapatkan terapi steroid sistemik dan topikal. Kekeruhan kapsul posterior pada penelitian ini terjadi pada dua bulan kontrol setelah operasi dan segera dilakukan terapi Nd:YAG laser kapsulotomi dan ketika kontrol satu minggu kemudian terdapat kemajuan tajam penglihatan yng cukup bermakna. Pada penelitian ini didapatkan glaukoma yang terkontrol pada 3 mata dengan tajam penglihatan no light perception pada satu mata, 0,2 LogMAR dan 0,8 LogMAR setelah operasi. Pada penelitian Kawaguchi dkk terjadi glaukoma sekitar 8.4% setelah operasi katarak. 9 Glaukoma yang terkontrol pada penelitian ini dapat disebabkan teknik operasi yang baik dengan penempatan lensa intraokular didalam kantung lensa. Faktor lain seperti pengangkatan material lensa hingga bersih, tidak adanya robekan kapsul posterior dan inflamasi yang terkontrol sebelum dan sesudah operasi membantu menurunkan risiko peningkatan tekanan intraokular.

Ophthalmol Ina (2015) 41:1 93 Keterbatasan pada penelitian ini adalah jangka pendek, jumlah sampel yang sedikit, dan hanya sedikit pasien yang kontrol kembali dalam 3 bulan sehingga tajam penglihatan untuk dilakukan koreksi maksimal belum dapat dilakukan. Sebagai kesimpulanfakoemulsifikasi dan small incision cataract surgery pada kasus bedah katarak dengan uveitis dapat memberikan hasil tajam penglihatan yang lebih baik, aman dan mengurangi risiko inflamasi setelah operasi. REFERENSI 1. Dandona L, Dandona R, John RK, McCarty CA, Rao GN. Population based assessment of uveitis in an urban population in southern India. Br J Ophthalmol. 2000;84:706-09. 2. Hazari A. Sangwan VS. Cataract surgery in uveitis Indian J Ophthalmol 2002;50:103-7. 3. Brar BS. Cataract surgery in uveitis. Grewal Eye Institute; 2007:2:1-4 4. Marc F., Careen Y. Phacoemulsification Cataract Extraction and Posterior Chamber Lens Implantation in. AmJ of Ophthalmol 2001;130:620-25 5. Meacock WR, Spalton DJ, Bender L, Antcliff R, Heatley C, Stanford MR, Grahambloch ME, Michel E, Nussenblatt RB. Steroid prophylaxis in eyes with uveitis undergoing phacoemulsification. Br J Ophthalmol 2004;88:1122 1124. 6. Limburg H. Monitoring Catarct surgical outcome (MCSO) for Windows 2009;version 2.4. p: 1-23. 7. Boer JD, Wulffraat N, Rothova A. Visual loss in uveitis of childhood. British Medical Journal 2012;100:879-83. 8. PP Syam, H Eleftheriadis, AG Casswel. Clinical outcome following cataract surgery in very elderly patients. Nature Publihing Group 2004;18:59-62. 9. Ram J, Gupta A, Kumar S, Gupta N. Phacoemulsification with intraocular lens implantation in patients with uveitis. Journal Cataract Refractive Surgery 2010;36:1283-1288. 10. Belair M-L, Kim SJ, Thome JE, Dunn JP, Kedhar SR, Brown DM, Jabs DA. Incidence of cystoids macular edema after cataract surgery in patient with and without uveitis using optical coherence tomography. Am J Ophthalmol 2009; 148:128-135