RABBIT FEVER?? Francisella tularensis

dokumen-dokumen yang mirip
COXIELLA BURNETII OLEH : YUNITA DWI WULANSARI ( )

Bacillius cereus siap meracuni nasi anda

Anjing Anda Demam, Malas Bergerak dan Cepat Haus? Waspadai Leptospirosis

Waspada penyakit yang menyebar di musim kemarau : Nocardiosis!

Rickettsia typhi Penyebab Typhus Endemik

II. TINJAUAN PUSTAKA. motil, tidak membentuk spora, tidak membentuk kapsul, aerob, katalase positif,

Proses Penyakit Menular

BAB II TUJUAN PUSTAKA. jalan seperti es dawet, es kelapa muda, dan es rumput laut. Pecemaran oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kecamatan Kuta Selatan terletak di selatan Kabupaten Badung tepatnya pada 8º

: Vibrio vulnificus. Klasifikasi

TINJAUAN PUSTAKA Campylobacter jejuni

Nama : Tiwi Anggraini NIM : Kelas : C PENYAKIT LEGIONAIRE

Rickettsia prowazekii

Chlamydia psittaci merupakan salah satu bakteri dari genus Chlamydophyla. dikenal juga sebagai Miyagawanella atau Bedsonia. Chlamydia psiitaci

BAB I PENDAHULUAN. tikus. Manusia dapat terinfeksi oleh patogen ini melalui kontak dengan urin

BAB I. Leptospirosis adalah penyakit zoonosis, disebabkan oleh

BAB 4 ANTRAKS. 1. Defenisi Penyakit Antraks

Variola vera MORFOLOGI. Group I (dsdna)

: Clostridium perfringens

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. daging bagi masyarakat (BSN, 2008). Daging sapi sebagai protein hewani adalah

BAB I PENDAHULUAN. Bakteri Escherichia coli merupakan bakteri yang umum menghuni usus

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Klebsiella pneumoniae. Gamma Proteobacteria Enterobacteriaceae. Klebsiella K. pneumoniae. Binomial name Klebsiella pneumoniae

BAB I PENDAHULUAN. dan gangguan kesehatan (Kepmenkes 1204 tahun 2004). sosial ekonomi yang masih rendah. Keadaan ini dapat menyebabkan

marcescens bersifat tidak patogen. Bakteri ini berwarna kemerahmerahan

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru

dan menjadi dasar demi terwujudnya masyarakat yang sehat jasmani dan rohani.

II. TINJAUAN PUSTAKA. makanan yang tidak tercerna. Alat pencernaan itik termasuk ke dalam kelompok

Proses Penularan Penyakit

Staphylococcus aureus

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ini tersebar di berbagai penjuru dunia. Di Indonesia, penyakit ini bersifat

DEFINISI KASUS MALARIA

II MODEL MATEMATIKA PENYEBARAN PENYAKIT DBD

I. PENDAHULUAN. yang dapat menyebabkan kematian, yang disebut sebagai salmonellosis. Habitat

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

TERUMBU KARANG JUGA BISA SAKIT LHO...!!!

STREPTOCOCCUS PNEUMONIAE

Famili : Picornaviridae Genus : Rhinovirus Spesies: Human Rhinovirus A Human Rhinovirus B

Pertanyaan Seputar Flu A (H1N1) Amerika Utara 2009 dan Penyakit Influenza pada Babi

HASIL DAN PEMBAHASAN

Klasifikasi penyakit kusta

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. sayap (terbang) yang berbentuk membran. Hanya sesekali bergerak

Virus baru : Coronavirus dan Penyakit SARS

BAB I PENDAHULUAN. terdapat sampai pada dasar laut yang paling dalam. Di dalam air, seperti air

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kajian ilmiah terhadap kejadian penyakit yang disebabkan oleh agen yang

E. coli memiliki bentuk trofozoit dan kista. Trofozoit ditandai dengan ciri-ciri morfologi berikut: 1. bentuk ameboid, ukuran μm 2.

PENYAKIT-PENYAKIT DITULARKAN VEKTOR

BLASTOMYCES DERMATITIDIS ABSTRAK

HASIL DAN PEMBAHASAN

Morfologi dan Taksonomi Escherichia coli

infeksi bakteri : Borrelia spp. vektor : louse (kutu) dan tick (sengkenit)

RIDHO PRAYOGIE ( )

BAB 1 : PENDAHULUAN. Rabies merupakan suatu penyakit zoonosis yaitu penyakit hewan berdarah panas yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Akne vulgaris (AV) atau jerawat merupakan suatu penyakit. keradangan kronis dari folikel pilosebasea yang ditandai dengan

KUTU DAN RELAPSING FEVER

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Mikroorganisme merupakan bagian dari kekayaan dan keragaman hayati

Actinomyces israelii

MENGENAL LEBIH DEKAT PENYAKIT LAYU BEKTERI Ralstonia solanacearum PADA TEMBAKAU

Enterobacter sakazakii dan Meningitis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. komoditas ternak yang memiliki potensi cukup besar sebagai penghasil daging

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. untuk memenuhi hampir semua keperluan zat-zat gizi manusia. Kandungan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN TEORI. sehat, baik itu pasien, pengunjung, maupun tenaga medis. Hal tersebut

BAB III VIRUS TOKSO PADA KUCING

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bumbu bawang merah, bawang putih, jahe, garam halus, tapioka, minyak,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bakteri Leptospira (Widoyono, 2008). Penyakit ini dikenal dengan

NEWCASTLE DISEASE VIRUS,,,, Penyebab Newcastle Disease. tahukan Anda???? Margareta Sisca Ganwarin ( )

APA ITU TB(TUBERCULOSIS)

BAB I PENDAHULUAN. Pada beberapa dekade terakhir ini masalah. menjadi mengemuka seiring dengan perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Sapi bali merupakan salah satu bangsa sapi asli Indonesia dan keturunan asli

IDENTIFIKASI BAKTERI UDARA PADA INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA PALU. Rosa Dwi Wahyuni

MIKROBIOLOGI BAKTERI

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman yang cukup, kehidupan manusia akan terganggu sehingga

BAB I PENDAHULUAN. 100 genus Actinomycetes hidup di dalam tanah. tempat-tempat ekstrim seperti daerah bekas letusan gunung berapi.

Mengenal Penyakit Kelainan Darah

COCCIDIOIDES IMMITIS

TINJAUAN PUSTAKA. melindungi kebersihan tangan. Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Trypanosoma cruzi Ciri Morfologi

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi saluran napas disusul oleh infeksi saluran cerna. 1. Menurut World Health Organization (WHO) 2014, demam tifoid

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. di udara, permukaan kulit, jari tangan, rambut, dalam rongga mulut, usus, saluran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan Kesehatan merupakan bagian integral dari Pembangunan. Indonesia. Pembangunan Kesehatan bertujuan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. dialami oleh siapa saja dan dapat terjadi dimana saja baik dirumah, tempat

SHIGELLA. Klasifikasi. : Proteobacteria : Gamma Proteobacteria : Enterobacteriaceae. : Shigella dysentriae

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Ralstonia solanacearum

LAPORAN GAMBARAN DURATION OF IMMUNITY VAKSIN RABIVET 92. Pusat Veterinaria Farma ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Escherichia coli adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian menunjukan bahwa penyakit ternak di Indonesia dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

RABBIT FEVER?? Kelinci bisa kena demam?? Gara-gara apa? Fransisca Kurnianingsih 078114084 Francisella tularensis

Abstract Francisella tularensis adalah bakteri Gram negatif (bakteri Gram negatif terdiri dari outermembran dengan peptidoglikan, tidak seperti bakteri Gram positif yang mempunyai dinding sel yang tebal dan tidak mempunyai outermembran. Kebanyakan bakteri Gram negatif bersifat patogen), dengan phili pada permukaan. Bakteri ini bersifat nonmotil, aerob, dan tidak berspora. Di alam baktri ini dapat bertahan lama pada temperatur rendah di air, tanah, dan bangkai hewan. Dalam penelitian laboratorium, Francisella tularensis berukuran 0,2 µm dan tumbuh pada suhu 35-37 C. Francisella tularensis menyebabkan penyakit tularemia atau Rabbit fever (demam kelinci). Disebut demikian karena kelinci merupakan perantara penyakit tersebut. Francisella tularensis merupakan bakteri menular tingkat tinggi yang dapat menyebar dari hewan ke manusia, melalui nyamuk dan lalat atau dari menghirup udara yang terkontaminasi. Tularemia merupakan penyakit zoonosis dengan manifestasi klinis yang sangat bervariasi tergantung kepada tempat masuknya bakteri dan virulensi dari bakteri yang menginfeksi. Tidak ditularkan langsung dari orang ke orang. Obat yang dapat digunakan adalah streptomisin atau gentamisin. Klasifikasi Domain : Bacteria Phylum : Proteobacteria Class : Gamma Proteo Bacteria Ordo : Thiotrichales Family : Francisellaceae Genus : Francisella Spesies : Francisella tularensis Morfologi Francisella tularensis adalah bakteri Gram negatif (bakteri Gram negatif terdiri dari outermembran dengan peptidoglikan, tidak seperti bakteri Gram positif yang mempunyai dinding sel yang tebal dan tidak mempunyai outermembran. Kebanyakan bakteri Gram negatif bersifat patogen), dengan phili pada permukaan. Bakteri ini bersifat nonmotil, aerob, dan tidak berspora. Di alam baktri ini dapat bertahan lama pada temperatur rendah

di air, tanah, dan bangkai hewan. Dalam penelitian laboratorium, Francisella tularensis berukuran 0,2 µm dan tumbuh pada suhu 35-37 C. Bakteri Francisella tularensis Ada empat suspecies dari Francisella tularensis yang diketahui. Dua strain dari Francisella tularensis yang paling banyak dipelajari yaitu tipe A yang lebih virulen (ditemukan di Amerika Utara) dan tipe B yang kurang virulen (subspecies holartica, ditemukan di Eropa). Dua species lain adalah mediasiatica yang tidak virulen, ditemukan di Asia Tengah, dan novicida yang tidak banyak diketahui. Francisella tularensis mempunyai kromosom yang berbentuk bulat dan mempunyai 52 RNA yang terdiri dari 32% Guanin dan Sitosin, 79% gen fungsional. Kebanyakan bakteri Francisella mempunyai ukuran dan bentuk yang sama. Mereka ditutupi oleh kapsul seperti lapisan dengan batas yang jelas. Keturunan yang virulen seperti Francisella tularensis mempunyai kapsul yang tebal sementara yang tidak virulen mempunyai kapsul yang tipis. Bakteri ini terdiri dari 4 tipe pili di permukaan yang digunakan untuk menempel di jaringan inang, pembentukan biofilm, dan pembentukan motil. Francisella tularensis juga terdiri dari siderophores yang tumbuh di bawah besi. Siderophores adalah molekul kecil yang dapat mengikat reseptor di membran bakteri. Keistimewaan ini penting untuk bakteri karena replikasi intraseluler dari Francisella tularensis tergantung pada besi, bahkan bakteri yang virulen adalah yang tergantung pada besi.

Aplikasi Bioteknologi Francisella tularensis diteliti dan digunakan sebagai senjata biologis selama Perang Dunia II dan dua dekade setelah peperangan. Selama Perang Dunia II, Jepang mengadakan penelitian tentang bakteri yang berpotensi sebagai senjata biologis. Francisella tularensis berpotensi menjadi senjata biologis karena sangat menular (jumlah sangat sedikit kira-kira 10-50 organisme dapat menyebabkan penyakit). Sebagai senjata biologis, bakteri ini sangat efektif ketika menyebar di udara, dan Amerika Serikat menghasilkan senjata aerosol Francisella tularensis sekitar tahun 1950-1960an. Uni Soviet selain menggunakan Francisella tularensis sebagai senjata juga menemukan antibiotik dan vaksin yang resisten melawan bakteri. Penyakit yang ditimbulkan Francisella tularensis menyebabkan penyakit tularemia atau Rabbit fever (demam kelinci). Disebut demikian karena kelinci merupakan perantara penyakit tersebut. Tularemia merupakan penyakit zoonosis dengan manifestasi klinis yang sangat bervariasi tergantung kepada tempat masuknya bakteri dan virulensi dari bakteri yang menginfeksi. Distribusi Penyakit Tularemia tersebar hampir di semua bagian Amerika Utara dan di sebagian besar benua Eropa, di bekas Uni Soviet, Cina dan Jepang. Di AS penyakit ini ditemukan sepanjang tahun. Insidensi penyakit ini ditemukan lebih tinggi pada orang dewasa di musim dingin, pada saat perburuan kelinci dan pada anak-anak di musim panas pada saat densitas vektor berupa kutu dan lalat pada menjangan atau kijang meningkat. Reservoir Selain kelinci hewan yang dapat berperan sebagai reservoir adalah hares, voles, muskrats, beavers dan beberapa jenis binatang domestik. Begitu juga berbagai jenis kutu dapat berperan sebagai reservoir penyakit Tularemia. Carapenularan Francisella tularensis merupakan bakteri menular tingkat tinggi yang dapat menyebar

dari hewan ke manusia, melalui nyamuk dan lalat atau dari menghirup udara yang terkontaminasi. Bakteri menginfeksi manusia melalui kulit, selaput mukosa, paru-paru dan saluran pencernaan. Selain itu menkonsumsi daging atau jaringan binatang yang terinfeksi yang tidak dimasak dengan sempurna. Minum air yang terkontaminasi. Mengkonsumsi daging atau jaringan binatang yang terinfeksi yang tidak dimasak dengan sempurna. MasaInkubasi Masa inkubasi sangat bergantung pada virulensi daripada mikroorganisme dan tergantung pada ukuran inokulum. Biasanya berkisar antara 1 14 hari, rata-rata 3 5 hari. MasaPenularan Tidak ditularkan langsung dari orang ke orang. Pada penderita yang tidak diobati mirkoorganisme penyebab penyakit ditemukan didalam darah selama 2 minggu pertama infeksi, dan ditemukan didalam lesi selama satu bulan bahkan terkadang lebih lama. Lalat mengandung bakteri selama 14 hari dan kutu selama hidup mereka (sekitar 2 tahun). Daging kelinci yang dibekukan pada suhu 150C (50F) tetap infektif selama 3 tahun. GejalaKlinis Hewan. Penyakit Tularemia lebih rentan pada domba-domba muda dibanding pada domba dewasa. Kejadian ini dapat terlihat ketika domba muda berada pada kumpulan domba dewasa, maka domba muda sering tertinggal sewaktu digiring, gerakan kakinya terlihat kaku cenderung untuk rebah dan kehilangan berat badan. Kepala sering terangkat ketika berjalan, suhu rectum meningkat ada pembengkakan pada limfe dan anoreksia. Manusia. Penyakit tularemia pada manusia diawali dengan demam tinggi, nyeri kepala dan mualmual yang sering muncul tiba-tiba. Kulit sering ditemukan ulkus (tukak).

Contoh gejala pada manusia Kelenjar limfe membengkak dengan konsistensi lunak. Pencegahan dan Pengendalian Manusia memperoleh tularemia karena menangani kelinci atau tikus air yang terinfeksi atau karena gigitan kutu atau pinjal rusa yang terinfeksi. Lebih jarang, sumbernya adalah air atau makanan yang terkontaminasi atau kontak dengan anjing atau kucing yang telah menangkap hewan liar yang terinfeksi. Penghindaran merupakan kunci pencegahan. Infeksi pada hewan liar tidak dapat dikendalikan. Orang yang memiliki resiko sangat tinggi, terutama karyawan laboratorium, dapat fiimunisasi dengan memberikan strain Francisella tularensis hidup yang telah dilemahkan, yang dapat diperoleh dari US Army Medical Research Institute of Infectious Diseases, Fort Detrick, Frederick, MD 21701. Vaksin diberikan lewat beberapa kali tusukan melalui kulit. Meski tidak 100% protektif, vaksin ini memberikan imunitas sebagian. Vaksin hidup yang serupa telah diberikan di Rusia secara besar-besaran. Obat Obat pilihan adalah streptomisin atau gentamisin, diberikan selama 7-14 hari; sedangkan tetrasiklin dan kloramfenikol bersifat bakteriostatik jika diberikan kurang dari 14 hari, relaps lebih sering terjadi dibandingkan pengobatan dengan menggunakan streptomisin. Tetrasiklin mungkin sama efektifnya, tapi kekambuhan penyalit lebih sering terjadi. Seftriakson tidak efektif. Daftar Pustaka Jawetz, Melnick dan Adelberg, 1995,Mikrobiologi Kedokteran, 97-98, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta http://images.google.co.id/images?q=francisella+tularensis&hl=id&um=1&ie=utf- 8&sa=X&oi=images&ct=title diakses tanggal 5 Mei 2008 http://komunitas-dokterhewan.blogspot.com/2008/04/tularemia.html diakses tanggal 4 Mei 2008

http://microbewiki.kenyon.edu/index.php/francisella_tularensis diakses tanggal 4 Mei 2008