POTENSI SANTRI DALAM PELAKSANAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA PONDOK PESANTREN

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Skabies adalah penyakit menular disebabkan infestasi dan sensitasi Sarcoptes

BAB I PENDAHULUAN. tubuh dari pengaruh lingkungan hidup. Organ ini merupakan alat tubuh

dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduk yang hidup dengan perilaku dan satunya dilaksanakan melalui pencegahan dan pemberantasan penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kulit banyak di jumpai di Indonesia, hal ini disebabkan karena

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan lingkungan merupakan faktor penting dalam kehidupan sosial

LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI. Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kelembaban tinggi. Pedikulosis kapitis merupakan infestasi kutu kepala Pediculus

PEMBIASAAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE OLEH IBU KEPADA BALITA (USIA 3-5 TAHUN) DI KELURAHAN DERWATI

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :

PERILAKU PERSONAL HYGIENE PADA PEMULUNG DI TPA KEDAUNG WETAN TANGERANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur, salah satu agenda riset nasional bidang

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013

Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon

Jurnal CARE, Vol. 3, No. 1, 2015

BAB I PENDAHULUAN. sehat,tidak bau, tidak menyebarkan kotoran atau menyebabkan penyakit

PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN PENYAKIT SKABIES PADA SANTRI WUSTHO (SMP) DI PESANTREN AL-FALAH BANJARBARU

SATUAN ACARA PENYULUHAN. Sub Pokok Bahasan : Pegelolaan Sampah : Masyarakat RW 04 Kelurahan Karang Anyar

BAB I LATAR BELAKANG

BAB V PEMBAHASAN. A. Hubungan antara Pengetahuan dengan Praktik Sanitasi dan Higiene

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dari lingkungan baru inilah sifat dan perilaku manusia terbentuk dengan sendirinya.

BAB I PENDAHULUAN. & Wartonah, 2006). Pengertian lain personal hygiene menurut Departemen

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Buol termasuk di Kecamatan Biau Kabupaten Buol Ibu Kota

BAB I PENDAHULUAN. Kakimantan Tengah, Kalimantan selatan, Sulawesi Tengah, dan Gorontalo

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEDOMAN WAWANCARA. I. Identitas Informan : 1. Nama : 2. Umur : 3. Suku : 4. Pendidikan : 5. Pendapatan :

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mandi, handuk, sisir haruslah dihindari (Depkes, 2002).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis, serta pengobatan penyakit yang diderita oleh

BAB I LATAR BELAKANG

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat. kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (DepKes RI, 2009).

Apa itu menstruasi? Menstruasi adalah tanda anak perempuan tumbuh menjadi dewasa. Menstruasi adalah proses alami bagi perempuan.

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 2, Juni 2017 ISSN

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

BAB 1 PENDAHULUAN. pasien mulai dari pasien yang tidak mampu melakukan aktivitasnya secara

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang mempunyai peranan besar dalam menentukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara demografi, lansia di Indonesia termasuk lima besar terbanyak

ARTIKEL PENELITIAN. Hj.Evi Risa Mariana 1, Zainab², H.Syaifullah Kholik³ ABSTRAK

SURAT PENGANTAR RESPONDEN

BAB III METODE PENELITIAN

GAMBARAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA ANAK USIA SEKOLAH DI SD NEGERI SUROKARSAN II YOGYAKARTA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU REMAJA TERHADAP PERSONAL HYGIENE (GENETALIA) SAAT MENSTRUASI DI SMAN 2 CIKARANG UTARA TAHUN 2015

Lampiran 6 SUMMARY HUBUNGAN PERILAKU DENGAN HYGIENE PERORANGAN PADA ANAK SEKOLAH DASAR

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajad Sarjana S-1 KEPERAWATAN. Diajukan Oleh : NURMA RAHMAWATI J

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan karena akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang

A. DAFTAR PERTANYAAN UNTUK PENGGUNA (SANTRI/WATI, USTADZ/AH, KARYAWAN) POSKESTREN

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. M. Federspiel, salah seorang pengkaji ke-islaman di Indonesia, menjelang

PEMBIASAAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE OLEH IBU KEPADA BALITA (USIA 3-5 TAHUN) DI KELURAHAN DERWATI

BAB I PENDAHULUAN. penduduk lansia terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2025

ABSTRAK. Kata Kunci : Tingkat pengetahuan, Dukungan keluarga Personal hygiene

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU MENCUCI TANGAN DENGAN BENAR PADA SISWA KELAS V SDIT AN-NIDA KOTA LUBUKLINGGAU TAHUN 2013

Hubungan Personal Higiene dengan Kejadian Skabies pada Santri Pondok Pesantren Al Falah Putera Kecamatan Liang Anggang Tahun 2016

BAB II TINJAUAN TEORI Pengertian pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. pesantren. Istilah pondok, mungkin berasal dari kata funduk, dari bahasa Arab

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP CUCI TANGAN PAKAI SABUN PADA SISWA SD NEGERI 157 KOTA PALEMBANG TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan, di antaranya adalah

Hubungan Personal Hygiene Organ Reproduksi dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Siswi Smk N 1 Sumber Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOJONG II KABUPATEN PEKALONGAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. perubahan, munculnya berbagai kesempatan, dan seringkali mengahadapi resikoresiko

I. PENDAHULUAN. serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan (Siregar, 2004). Penyakit

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :

Untuk menjamin makanan aman

BAB 1 : PENDAHULUAN. perilaku hidup bersih dan sehat. Pengembangan perilaku hidup bersih dan sehat

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan, dan keturunan. Berdasarkan ke empat faktor tersebut, di negara yang

Jurnal CARE, Vol. 3, No. 1, 2015

KUESIONER PENELITIAN

Gambar 2.1 organik dan anorganik

HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) TERHADAP PERSONAL HYGIENE ANAK USIA SEKOLAH DI SDN TLOGOMAS 2 MALANG ABSTRAK

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEPUTIHAN DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMK NEGERI 3 KABUPATEN PURWOREJO. Asih Setyorini, Deni Pratma Sari

SURAT PERNYATAAN EDITOR BAHASA INDONESIA. Judul : Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas X SMA AL AZHAR Medan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DENGAN PRAKTIK PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA REMAJA PUTRI

BAB 1 : PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Pertumbuhan merupakan perubahan secara fisiologis sebagai

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. rumah responden beralaskan tanah. Hasil wawancara awal, 364

BAB 1 : PENDAHULUAN. Pediculosis humanus capitis (kutu) adalah salah satu ektoparasit penghisap

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

BAB IV HASIL FAKTOR IBU DALAM MERAWAT ANAK BALITA DENGAN DIARE

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan penduduk lansia umur 60 tahun ke. atas di seluruh dunia sangat cepat, bahkan lebih cepat

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PRILAKU REMAJA PUTRI DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI KELAS XII SMA NEGERI I SEUNUDDON KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2012

Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Wawancara kepada Konsumen Restoran X

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan fisik, mental dan sosial serta perlindungan dari segala

HUBUNGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN SCABIES PADA SANTRI PUTRA DAN PUTRI DI PONDOK PESANTREN AN-NUR NGRUKEM SEWON BANTUL YOGYAKARTA

Anwar Hadi *, Umi Hanik Fetriyah 1, Yunina Elasari 1. *Korespondensi penulis: No. Hp : ABSTRAK

Studi tentang Pengetahuan, Sikap dan Praktik Siswa Kelas 4 dan 5 Dalam Pencegahan Flu Burung SDN Cisalak 1 Kecamatan Sukmajaya Kota Depok tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. investasi sumber daya manusia, serta memiliki konstribusi yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh tungau yaitu Sarcoptes scabiei yang berada di liang bawah

PERILAKU PERSONAL HYGIENE REMAJA PUTERI PADA SAAT MENSTRUASI PERSONAL HYGIENE BEHAVIOR FEMALE TEENAGER WHEN TO MENSTRUATING

BAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERILAKU MASYARAKAT TENTANG RUMAH SEHAT DI DUSUN NGUMPAK DESA JABON KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO

Transkripsi:

POTENSI SANTRI DALAM PELAKSANAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA PONDOK PESANTREN Suharmanto 1), Dewi Nur Sukma Purqoti 2), Harlina Putri Rusiana 3) 1,2,3) STIKES Yarsi Mataram suhar_manto46@yahoo.com 1), dewinur57@yahoo.com 2), harlinaimsa@yahoo.com 3) Abstrak Data WHO tahun 2012 menyebutkan bahwa remaja usia 10-19 tahun berjumlah 44 juta (21%) dari seluruh populasi. Berdasarkan presurvei yang penulis lakukan di pondok pesantren Al- Aziziyah Kapek Kecamatan Gunung Sari Kabupaten Lombok Barat didapatkan data bahwa masih terdapat permasalahan PHBS di pondok pesantren tersebut. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi perilaku PHBS santri. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Populasi yang digunakan dalam penelitian adalah semua santri di pondok pesantren Al-Aziziyah Kapek tahun 2015, dengan jumlah sampel sebanyak 96 orang. Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Pengumpulan data dilakukan dengan cara membagikan kuesioner pada responden setelah melakukan informed consent. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat yang digunakan adalah menghitung proporsi dari perilaku PHBS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pengetahuan tentang kebersihan diri, kesehatan reproduksi, kebersihan lingkungan dari sampah, mencuci tangan serta penggunaan jamban dan air bersih dalam kategori baik. Perilaku menjaga kebersihan diri, kesehatan reproduksi, kebersihan lingkungan dari sampah, mencuci tangan serta penggunaan jamban dan air bersih dalam kategori baik, sehingga bagi pihak pondok pesantren agar terus meningkatkan pengetahuan dan praktik santri dalam PHBS dengan cara membuat program pelatihan kader PHBS. Kata kunci: PHBS, Santri, Pondok Pesantren 1. PENDAHULUAN Permasalahan kesehatan yang dihadapi santri-santri tidak beda dengan permasalahan yang dihadapi anak sekolah umum bahkan bagi santri yang berada di pondok pesantren akan bertambah lagi dengan masalah kesehatan lingkungan yang ada di pondok yang mereka tempati. Berdasarkan hal tersebut di atas dituntut suatu peran aktif dari masyarakat dalam hal ini adalah pesantren bekerjasama dengan pihak kesehatan melakukan pembinaan kesehatan bagi santri-santri yang ada sehingga terwujud pola perilaku hidup bersih dan sehat bagi para santri dan masyarakat pondok pesantren serta masyarakat lingkungannya. Perilaku hidup bersih dan sehat terutama kebersihan perseorangan di pondok pesantren pada umumnya kurang mendapatkan perhatian dari santri, ditambah lagi dengan pengetahuan yang kurang baik mengenai kesehatan dan perilaku yang tidak sehat, seperti menggantung pakaian di kamar, tidak membolehkan pakaian santri wanita dijemur di bawah terik matahari, dan saling bertukar pakaian, benda pribadi, seperti sisir dan handuk. Proses pembentukan dan perubahan perilaku

dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam diri individu (internal) berupa kecerdasan, persepsi, motivasi, minat dan emosi untuk memproses pengaruh dari luar. Faktor yang berasal dari luar (eksternal) meliputi objek, orang kelompok, dan hasil-hasil kebudayaaan yang dijadikan sasaran dalam mewujudkan bentuk perilakunya. Promosi kesehatan yang berisi nilai-nilai kesehatan yang berasal dari luar diri individu, cenderung dapat mempengaruhi kondisi internal dan eksternal individu atau masyarakat (Notoatmodjo, 2010). Kebersihan dan kesehatan di pondok pesantren perlu diperhatikan. Karena santri hidup bersama dengan orang banyak, bercampur baur dengan berbagai macam kepribadian yang berbeda. Ada diantara mereka yang mempunyai penyakit bawaan yang menular dan berbahaya bagi kesehatan tetapi mereka tidak mengetahuinya. Sehingga mereka dapat tertular yang akan mengakibatkan semuanya menderita penyakit yang sama. Menurut penelitian Handajani (2010), terhadap 70 santri didapatkan 62,9% santri yang terkena skabies. Hal ini dikarenakan saling bertukar pakaian, selimut, handuk dan tidur bersama serta kebiasaan santri berwudhu tidak menggunakan air kran. Skabies identik dengan penyakit anak pondok pesantren karena kondisi kebersihan yang kurang terjaga, sanitasi buruk, kurang gizi dan kondisi ruangan terlalu lembab dan kurang mendapat sinar matahari secara langsung (Djuanda, 2010). Kebanyakan santri yang terkena penyakit skabies adalah santri baru yang belum dapat beradaptasi dengan lingkungan, sebagai santri baru yang belum tahu kehidupan di pesantren membuat mereka luput dari kesehatan, mandi secara bersama-sama, saling tukar pakaian, handuk, dan sebagainya yang dapat menyebabkan tertular penyakit skabies. Selain kebiasan hidup di pondok pesantren, kesehatan reproduksi juga penting untuk diperhatikan, karena masih ada santri yang tidak memahami tentang bagaimana cara menjaga kesehatan reproduksi. Sebaiknya di lingkup pesantren diadakan pembinaan tentang kesehatan, untuk melancarkan kegiatan tersebut diperlukan upaya-upaya meliputi upaya promotif, preventif serta upaya kuratif dan rehabilitatif. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi perilaku PHBS santri di Pondok Pesantren meliputi kebersihan perorangan (kebersihan kulit, gigi dan mulut, rambut, kuku dan reproduksi), kebersihan lingkungan (kamar tidur, kamar mandi, tempat wudhu, tempat makan, dapur, ruang belajar dan halaman) dan perilaku kesehatan (cuci tangan, menggunakan jamban dan air bersih).

2. METODE PENELITIAN Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional, yaitu ingin mengetahui potensi santri dalam pelaksanaan PHBS di pondok pesantren. Peneliti ingin menggali pengetahuan dan perilaku PHBS di pondok pesantren. Populasi yang digunakan dalam penelitian adalah semua santri di pondok pesantren Al-Aziziyah Kapek Kecamatan Gunung Sari Kabupaten Lombok Barat tahun 2015, sebanyak 150 orang dengan jumlah sampel sebanyak 96 orang. Penelitian ini dilaksanakan pada 12-24 Januari 2015 di pondok pesantren Al- Aziziyah Kapek Kecamatan Gunung Sari Kabupaten Lombok Barat tahun 2015. Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang berisi pertanyaan PHBS yang meliputi kebersihan perorangan, kesehatan reproduksi, kebersihan lingkungan dari sampah, perilaku mencuci tangan dan menggunakan jamban dan air bersih. Pengumpulan data dilakukan dengan cara membagikan kuesioner pada responden setelah melakukan informed consent. Responden dijelaskan mengenai tujuan penelitian dan manfaat dilakukan penelitian. Setelah responden mengisi lembar kuesioner, hasil pengisian dikumpulkan pada hari itu juga. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat yang digunakan adalah menghitung proporsi dari perilaku PHBS. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Penelitian dilakukan di Pondok Pesantren Al-Aziziyah Kapek Kecamatan Gunung Sari Kabupaten Lombok Barat pada tanggal 12-24 Januari 2015 pada 96 responden. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut: 5.1.1 Pengetahuan Tentang Personal Hygiene Distribusi frekuensi pengetahuan responden tentang personal hygiene di Pondok Pesantren Al-Aziziyah Kapek Kecamatan Gunung Sari Kabupaten Lombok Barat disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan Pertanyaan Personal Hygiene di Pondok Pesantren Al-Aziziyah Kapek Kecamatan Gunung Sari Kabupaten Lombok Barat Tahun 2015 Pertanyaan Benar % Salah % Pengertian personal hygiene 94 97,9 2 2,1 Pengertian defisit perawatan diri 86 89,6 10 10,4 Jenis kebersihan diri 80 83,3 16 16,7 Perawatan kulit 88 91,7 8 8,3 Fungsi kulit 72 75,0 24 25,0 Frekuensi mandi 93 96,9 3 3,1 Cara mandi 94 97,9 2 2,1 Perawatan rambut 92 95,8 4 4,2 Ciri rambut sehat 94 97,9 2 2,1 Ciri rambut tidak sehat 78 81,2 18 18,8 Frekuensi cuci rambut 46 47,9 50 52,1 Perawatan gigi dan mulut 93 96,9 3 3,1 Frekuensi gosok gigi 89 92,7 7 7,3 Ciri gigi sehat 82 85,4 14 14,6 Jenis makanan sehat 89 92,7 7 7,3 Kebersihan kuku 96 100,0 0 0,0 Akibat kuku kotor 89 92,7 7 7,3 Frekuensi memotong kuku 86 89,6 10 10,4 Kebersihan telinga 82 85,4 14 14,6 Fungsi membersihkan telinga 82 85,4 14 14,6 Ciri telinga sehat 56 58,3 40 41,7 Cara membersihkan telinga 49 51,0 47 49,0 besar pertanyaan tentang personal hygiene (kebersihan diri) dijawab dengan benar oleh responden. Jawaban yang paling bayak salah adalah pada item pertanyaan jenis kebersihan diri, fungsi kulit, frekuensi mencuci rambut, ciri-ciri gigi yang sehat, frekuensi memotong kuku dan cara membersihkan telinga. 5.1.2 Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi Distribusi frekuensi pengetahuan responden tentang PHBS di Pondok Pesantren Al- Aziziyah Kapek Kecamatan Gunung Sari Kabupaten Lombok Barat disajikan dalam tabel berikut: Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan Pertanyaan Kesehatan Reproduksi di Pondok Pesantren Al-Aziziyah Kapek Kecamatan Gunung Sari Kabupaten Lombok Barat Tahun 2015 Pertanyaan Benar % Salah % Pengertian kesehatan reproduksi 88 91,7 8 8,3 Kebersihan setelah BAK 95 99,0 1 1,0 Kebersihan setelah BAB 79 82,3 17 17,7 Cara membersihkan alat reproduksi laki-laki 73 76,0 23 24,0 Cara membersihkan alat reproduksi perempuan 79 82,3 17 17,7 Cara vulva hygiene 78 81,2 18 18,8 Frekuensi mengganti pembalut 78 81,2 18 18,8 Ciri pakaian dalam sehat 88 91,7 8 8,3

besar pertanyaan tentang kesehatan reproduksi dijawab dengan benar oleh responden. Jawaban yang paling bayak salah adalah pada item pertanyaan cara membersihkan alat reproduksi pada laki-laki, cara vulva hygiene dan frekuensi mengganti balutan saat menstruasi. 5.1.3 Perilaku Terkait Kesehatan Reproduksi Distribusi frekuensi perilaku terkait kesehatan reproduksi di Pondok Pesantren Al- Aziziyah Kapek Kecamatan Gunung Sari Kabupaten Lombok Barat disajikan dalam tabel berikut: Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan Perilaku Kesehatan Reproduksi di Pondok Pesantren Al-Aziziyah Kapek Kecamatan Gunung Sari Kabupaten Lombok Barat Tahun 2015 Perilaku Ya % Tidak % Menggunakan pakaian dalam bahan katun 83 86,5 13 13,5 Mengganti pakaian dalam jika basah 85 88,5 11 11,5 Mengeringkan kemaluan setelah BAK 82 85,4 14 14,6 Mengeringkan kemaluan setelah BAB 78 81,2 18 18,8 Merapikan rambut kemaluan 70 72,6 26 27,1 Memeriksakan diri ke petugas kesehatan jika 45 46,9 51 53,1 ada masalah reproduksi Pengobatan sendiri jika sakit pada reproduksi 47 49,0 49 51,0 besar perilaku yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi dalam kateogri dilakukan dengan baik. Perilaku yang masih salah adalah tidak memeriksakan ke petugas kesehatan jika mengalami keluhan reproduksi. 5.1.4 Pengetahuan Tentang Mencuci Tangan Distribusi frekuensi pengetahuan tentang mencuci tangan di Pondok Pesantren Al- Aziziyah Kapek Kecamatan Gunung Sari Kabupaten Lombok Barat disajikan dalam tabel berikut: Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan Pertanyaan Cuci Tangan di Pondok Pesantren Al-Aziziyah Kapek Kecamatan Gunung Sari Kabupaten Lombok Barat Tahun 2015 Pertanyaan Benar % Salah % Pengertian cuci tangan 90 93,8 6 6,2 Tujuan cuci tangan 94 97,9 2 2,1 Cara cuci tangan 94 97,9 2 2,1 Indikasi cuci tangan 95 99,0 1 1,0 Manfaat cuci tangan 94 97,9 2 2,1 Cuci tangan setelah BAB/BAK 96 100,0 0 0,0 besar pertanyaan tentang cuci tangan dijawab dengan benar oleh responden.

5.1.5 Perilaku Mencuci Tangan Distribusi frekuensi perilaku mencuci tangan di Pondok Pesantren Al-Aziziyah Kapek Kecamatan Gunung Sari Kabupaten Lombok Barat disajikan dalam tabel berikut: Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan Perilaku Mencuci Tangan di Pondok Pesantren Al-Aziziyah Kapek Kecamatan Gunung Sari Kabupaten Lombok Barat Tahun 2015 Perilaku Ya % Tidak % Mencuci tangan setelah BAB/BAK 96 100,0 0 0,0 Mencuci tagan setiap kali tangan kotor 88 91,7 8 8,3 Mencuci tangan sebelum makan 94 97,9 2 2,1 Mencuci tangan sebelum memegang 68 70,8 28 29,2 makanan / bahan makanan Mencuci tangan sesudah BAK 94 97,9 2 2,1 Mencuci tangan sesudah BAB 96 100,0 0 0,0 Mencuci tangan setelah kontak benda 86 89,6 10 10,4 kotor BAK di jamban 92 95,8 4 4,2 BAB di jamban 92 95,8 4 4,2 Menyiram jamban setelah BAK 94 97,9 2 2,1 Menyiram jamban setelah BAB 96 100,0 0 0,0 Menjaga kebersihan jamban 90 93,8 6 6,2 Membuang sampah di jamban 5 5,2 91 94,8 besar perilaku yang berkaitan dengan mencuci tangan dalam kateogri dilakukan dengan baik. Perilaku yang masih salah adalah tidak mencuci tangan sebelum memegang makanan atau bahan makanan serta membuang sampah di jamban. 5.1.6 Pengetahuan Tentang Kebersihan Lingkungan dari Sampah Distribusi frekuensi pengetahuan tentang kebersihan lingkungan dari sampah di Pondok Pesantren Al-Aziziyah Kapek Kecamatan Gunung Sari Kabupaten Lombok Barat disajikan dalam tabel berikut: Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan Pertanyaan Kesehatan Lingkungan (Sampah) di Pondok Pesantren Al-Aziziyah Kapek Kecamatan Gunung Sari Kabupaten Lombok Barat Tahun 2015 Pertanyaan Tahu % Tidak % Tahu Pengelolaan sampah 52 54,2 44 45,8 Pemilahan sampah 54 56,2 42 43,8 Jenis sampah organic 75 78,1 21 21,9 Jenis sampah anorganik 70 72,9 26 27,1 Jenis sampah daur ulang 69 71,9 27 28,1 Membuang sampah pada 92 95,8 4 4,2 tempatnya Mengumpulkan sampah dan membakar 42 43,8 54 56,2 besar jawaban responden tentang kebersihan lingkungan dari sampah adalah dalam kategori tahu. Jawaban

yang paling banyak tidak tahu adalah pada item perilaku mengumpulkan sampah dan membakar. 5.2 Pembahasan 5.2.1 Pengetahuan Tentang Personal Hygiene besar pertanyaan tentang personal hygiene (kebersihan diri) dijawab dengan benar oleh responden. Jawaban yang paling banyak salah adalah pada item pertanyaan jenis kebersihan diri, fungsi kulit, frekuensi mencuci rambut, ciri-ciri gigi yang sehat, frekuensi memotong kuku dan cara membersihkan telinga. Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan akan membuat seseorang mampu mengambil keputusan. Jadi pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia setelah melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu sehingga seseorang mampu mengambil keputusan. Menurut Potter & Perry (2005), pemeliharaan personal hygiene berarti tindakan memelihara kebersihan dan kesehatan diri seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikisnya. Seseorang dikatakan memiliki personal hygiene baik apabila, orang tersebut dapat menjaga kebersihan tubuhnya yang meliputi kebersihan kulit, gigi dan mulut, rambut, mata, hidung, dan telinga, kaki dan kuku, genitalia, serta kebersihan dan kerapihan pakaiannya. Salah satu faktor yang mempengaruhi baiknya pengetahuan seseorang adalah tingkat pendidikan, dimana pendidikan seseorang akan membantu orang tersebut untuk lebih mudah menangkap dan memahami suatu informasi. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka tingkat pemahaman juga meningkat serta tepat dalam pengambilan sikap. 5.2.2 Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi besar pertanyaan tentang kesehatan reproduksi dijawab dengan benar oleh responden. Jawaban yang paling bayak salah adalah pada item pertanyaan cara membersihkan alat reproduksi pada laki-laki, cara vulva hygiene dan frekuensi mengganti balutan saat menstruasi. Kesehatan reproduksi menurut organisasi kesehatan dunia WHO adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta

prosesnya. Dapat juga diartikan suatu keadaan dimana manusia dapat menikmati kehidupan seksualnya serta mampu menjalankan fungsi dan proses reproduksinya secara sehat dan aman. 5.2.3 Perilaku Terkait Kesehatan Reproduksi besar perilaku yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi dalam kateogri dilakukan dengan baik. Perilaku yang masih salah adalah tidak memeriksakan ke petugas kesehatan jika mengalami keluhan reproduksi. Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2010), merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori S-O-R atau Stimulus Organisme Respon. 5.2.4 Pengetahuan Tentang Mencuci Tangan besar pertanyaan tentang cuci tangan dijawab dengan benar oleh responden. Mencuci tangan adalah menggosok air dengan sabun secara bersama-sama seluruh kulit permukaan tangan kemudian dibilas dibawah aliran air. Mencuci tangan merupakan satu tehnik yang paling mendasar untuk menghindari masuknya kuman kedalam tubuh. Dimana tindakan ini dilakukan dengan tujuan supaya tangan bersih, membebaskan tangan dari kuman dan mikroorganisme dan menghindari masuknya kuman kedalam tubuh. 5.2.5 Perilaku Terkait Mencuci Tangan besar perilaku yang berkaitan dengan mencuci tangan dalam kategori dilakukan dengan baik. Perilaku yang masih salah adalah tidak mencuci tangan sebelum memegang makanan atau bahan makanan serta membuang sampah di jamban. Menurut Bloom, seperti dikutip Notoatmodjo (2010), membagi perilaku itu didalam 3 domain (ranah/kawasan), meskipun kawasankawasan tersebut tidak mempunyai

batasan yang jelas dan tegas. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk kepentingan tujuan pendidikan, yaitu mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain perilaku tersebut, yang terdiri dari ranah kognitif (kognitif domain), ranah affektif (affectife domain), dan ranah psikomotor (psicomotor domain). Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk kepentingan pengukuran hasil, ketiga domain itu diukur dari pengetahuan, sikap dan tindakan. Tanpa pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain faktor internal yaitu faktor dari dalam diri sendiri, misalnya intelegensia, minat, kondisi fisik dan faktor eksternal yaitu faktor dari luar diri, misalnya keluarga, masyarakat, sarana. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas dan faktor dukungan (support) praktik. Jadi, semakin baik pengetahuan seseorang maka semakin baik pula perilakunya untuk memelihara kesehatan. 5.2.6 Pengetahuan Tentang Kebersihan Lingkungan dari Sampah besar jawaban responden tentang kebersihan lingkungan dari sampah adalah dalam kategori tahu. Jawaban yang paling banyak tidak tahu adalah pada item perilaku mengumpulkan sampah dan membakar. Sampah adalah semua material yang dibuang dari kegiatan rumah tangga, perdagangan, industri dan kegiatan pertanian. Berdasarkan komposisinya, sampah dibedakan menjadi dua, yaitu yang pertama adalah jenis sampah organik, yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan, sayuran, daundaun kering, dan sebagainya. Sampah ini dapat diolah lebih lanjut menjadi kompos. Jenis sampah yang kedua adalah jenis sampah anorganik, yaitu sampah yang tidak mudah membusuk, seperti plastik wadah pembungkus makanan, kertas, plastik mainan, botol dan gelas minuman, kaleng, kayu, dan sebagainya. Sampah ini dapat dijadikan sampah komersil atau sampah yang laku dijual untuk dijadikan produk lainnya. Beberapa sampah anorganik yang dapat dijual adalah plastik wadah pembungkus makanan, botol dan gelas bekas

minuman, kaleng, kaca, dan kertas, baik kertas koran, HVS, maupun karton. Factor yang berkontribusi terhadap baiknya pengetahuan tentang sampah karena beberapa hal, yaitu sumber informasi. Informasi dapat diperoleh dari berbagai sumber yaitu media massa yang merupakan salah satu perantara yang digunakan oleh sumber untuk mengirim pesan kepada 4. KESIMPULAN DAN SARAN Sebagian besar pengetahuan tentang kebersihan diri, kesehatan reproduksi, kebersihan lingkungan dari sampah, mencuci tangan serta penggunaan jamban dan air bersih dalam kategori baik. Perilaku menjaga kebersihan diri, kesehatan reproduksi, kebersihan lingkungan dari sampah, mencuci tangan serta penggunaan jamban dan air bersih dalam kategori baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pengetahuan dan praktik tentang kebersihan diri, kesehatan. 5. REFERENSI penerima pesan. Media massa berupa televisi, radio, koran, tabloid dan lainlain. Selain itu juga karena factor dukungan petugas kesehatan, teman dan keluarga. Pengetahuan yang dimiliki seseorang bisa juga diperoleh dari teman. Dengan merasakan manfaat dari suatu ide bagi dirinya, maka seseorang akan menyebarkan ide tersebut pada orang lain. reproduksi, kebersihan lingkungan dari sampah, mencuci tangan serta penggunaan jamban dan air bersih dalam kategori baik, sehingga pihak pondok pesantren agar terus meningkatkan pengetahuan dan praktik santri dalam PHBS di pondok pesantren dengan cara membuat pelatihan kader tentang PHBS di pondok pesantren sehingga dapat mentransfer informasi kesehatan pada santri yang lain Australian Health Promoting Schools Association (2000). A national framework for health promoting schools (2000-2003). National Health Promoting School Initiative. www.achsc.org. Bassett-Gunter, Yessis, R & Stockon, M (2012). Healthy school communities concept paper. Ottawa-Ontario; Physical and Health Education. Canada. www.phecanada.ca/programs/health-promoting-schools/concep-paper. Booth & Samdal (1997). Health-promoting school in Australia: Models and measurement. Aust N.Z.J. Public Health.1997;21 (4 Spec No): 365-70. www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/9308200.

Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat (2012). Profil Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat. Mataram: Nusa Tenggara Barat. Hastono, SP & Sabri, L (2010). Statistik Kesehatan. Jakarta: Raja Grafindo Press. Kemenkes RI (2010). Laporan Kinerja Satu Tahun. Pemberdayaan Masyarakat dan Promosi Kesehatan Untuk Hidup Sehat. Jakarta: Kemenkes RI Pusat Promosi Kesehatan. Maryunani, Anik (2013). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Jakarta: Trans Info Media. Nursalam (2013). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi Revisi. Jakarta: Salemba Medika. Perry dan Potter (2010). Fundamental Perawatan. Edisi IV. Jakarta: EGC.