Buku Saku European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyps 2007



dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dasar diagnosis rinosinusitis kronik sesuai kriteria EPOS (European

BAB 1 PENDAHULUAN. pakar yang dipublikasikan di European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. endoskopis berupa polip atau sekret mukopurulen yang berasal dari meatus

BAB I PENDAHULUAN. hidung dan sinus paranasal ditandai dengan dua gejala atau lebih, salah

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik dua atau lebih gejala berupa nasal. nasal drip) disertai facial pain/pressure and reduction or loss of

BAB III METODE DAN PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik THT-KL RSUD Dr. Moewardi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik Ilmu Kesehatan THT-KL RSUD

BAB I PENDAHULUAN. paranasal dengan jangka waktu gejala 12 minggu, ditandai oleh dua atau lebih

Profil Pasien Rinosinusitis Kronik di Poliklinik THT-KL RSUP DR.M.Djamil Padang

BAB III METODE DAN PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik Ilmu Kesehatan THT-KL RSUD

BAB 1 PENDAHULUAN. diperantarai oleh lg E. Rinitis alergi dapat terjadi karena sistem

Efektivitas larutan cuci hidung air laut steril pada penderita rinosinusitis kronis

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (simptoms kurang dari 3 minggu), subakut (simptoms 3 minggu sampai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Rinosinusitis kronis merupakan inflamasi kronis. pada mukosa hidung dan sinus paranasal yang berlangsung

The effectiveness of sterile seawater for nose rinsing solution on chronic Rhinosinusitis patient based on nasal patency and quality of life

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. mungkin akan terus meningkat prevalensinya. Rinosinusitis menyebabkan beban

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

RINOSINUSITIS KRONIS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian eksperimental telah dilakukan pada penderita rinosinusitis

BAB I PENDAHULUAN. Rinitis alergi (RA) adalah penyakit yang sering dijumpai. Gejala utamanya

ABSTRAK KARAKTERISTIK PASIEN SINUSITIS DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR PADA APRIL 2015 SAMPAI APRIL 2016 Sinusitis yang merupakan salah

Rhinosinusitis. Bey Putra Binekas

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian eksperimental telah dilakukan pada penderita rinosinusitis

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara fisiologis hidung berfungsi sebagai alat respirasi untuk mengatur

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi di Indonesia, termasuk dalam daftar jenis 10 penyakit. Departemen Kesehatan pada tahun 2005, penyakit sistem nafas

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

PENGERTIAN Peradangan mukosa hidung yang disebabkan oleh reaksi alergi / ransangan antigen

BAB II. Landasan Teori. keberhasilan individu untuk menyesuaikan diri terhadap orang lain pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sinus Paranasalis (SPN) terdiri dari empat sinus yaitu sinus maxillaris,

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang muncul membingungkan (Axelsson et al., 1978). Kebingungan ini tampaknya

Laporan Kasus SINUSITIS MAKSILARIS

Efektivitas imunoterapi terhadap gejala, temuan nasoendoskopik dan kualitas hidup pasien rinosinusitis alergi

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh reaksi alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah. mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan pada mukosa hidung

SURVEI KESEHATAN HIDUNG MASYARAKAT DI DESA TINOOR 2

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PENDERITA SINUSITIS DI POLIKLINIK TELINGA HIDUNG DAN TENGGOROKAN RSUP SANGLAH PERIODE JANUARI-DESEMBER 2014

BAHAN AJAR V ARTERITIS TEMPORALIS. kedokteran. : menerapkan ilmu kedokteran klinik pada sistem neuropsikiatri

I. PENDAHULUAN. Farmasi dalam kaitannya dengan Pharmaceutical Care harus memastikan bahwa

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Telinga, Hidung, dan Tenggorok Bedah Kepala dan Leher, dan bagian. Semarang pada bulan Maret sampai Mei 2013.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1. PENDAHULUAN. hidung akibat reaksi hipersensitifitas tipe I yang diperantarai IgE yang ditandai

HUBUNGAN SKOR LUND-MACKAY CT SCAN SINUS PARANASAL DENGAN SNOT-22 PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIS TESIS IRWAN TRIANSYAH

BAB I PENDAHULUAN. paranasaldengan jangka waktu gejala 12 minggu, ditandai oleh dua atau lebih gejala, salah

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Rinosinusitis kronis disertai dengan polip hidung adalah suatu penyakit

BAB 4 METODE PENELITIAN. 3. Ruang lingkup waktu adalah bulan Maret-selesai.

2.3 Patofisiologi. 2.5 Penatalaksanaan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PROFIL PASIEN RINOSINUSITIS KRONIS DI RUMAH SAKIT PHC SURABAYA TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. organisme berbahaya dan bahan-bahan berbahaya lainnya yang terkandung di

BAB I PENDAHULUAN. (40 60%), bakteri (5 40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain. Setiap. (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013).

BAB II LANDASAN TEORI

LAPORAN PENDAHULUAN SINUSITIS

Perbedaan transpor mukosiliar pada pemberian larutan garam hipertonik dan isotonik penderita rinosinusitis kronis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Diagnosis Dan Penatalaksanaan Rinosinusitis Dengan Polip Nasi

LAPORAN KASUS (CASE REPORT)

BAB 6 PEMBAHASAN. Penelitian ini mengikutsertakan 61 penderita rinitis alergi persisten derajat

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Secara klinis, rinitis alergi didefinisikan sebagai kelainan simtomatis pada hidung yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pada saluran napas yang melibatkan banyak komponen sel dan elemennya, yang sangat mengganggu, dapat menurunkan kulitas hidup, dan

SCLINICAL PATHWAY SMF THT RSU DAERAH Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN

Hubungan gejala dan tanda rinosinusitis kronik dengan gambaran CT scan berdasarkan skor Lund-Mackay

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS

Polip Nasi Pada Anak. Bestari Jaka Budiman/Aci Mayang Sari. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas/RS Dr.M.Djamil Padang

Jangan Sembarangan Minum Antibiotik

Epistaksis dapat ditimbulkan oleh sebab lokal dan sistemik.

Meningitis: Diagnosis dan Penatalaksanaannya

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan

: PPDS THT FK-USU (Asisten Ahli) : Ilmu Kesehatan THT, Bedah Kepala dan. A. Nama : dr. Siti Nursiah, Sp. THT-KL NIP :

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan penelitian ini meliputi Ilmu Penyakit Gigi dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tulang kepala yang terbentuk dari hasil pneumatisasi tulang-tulang kepala. 7 Sinus

BAB 1 PENDAHULUAN. muka sekitar 40%. Lokasi hidung di tengah dan kedudukan di bagian anterior

BAB II KONSEP DASAR. Sinusitis adalah peradangan pada sinus paranasal (Smeltzer, 2001). Sedangkan

BAB 3 METODE PENELITIAN

PENATALAKSANAAN ASMA EKSASERBASI AKUT

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 4 Batuk dan Kesulitan Bernapas Kasus II. Catatan Fasilitator. Rangkuman Kasus:

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Meningitis adalah kumpulan gejala demam, sakit kepala dan meningismus akibat

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diare merupakan salah satu penyebab kematian utama pada anak balita

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. N DENGAN POST OPERASI TONSILEKTOMI DI BANGSAL ANGGREK RSUD SUKOHARJO

BENDA ASING HIDUNG. Ramlan Sitompul DEPARTEMEN TELINGA HIDUNG TENGGOROK BEDAH KEPALA LEHER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

Diagnosis dan Penanganan Rinosinusitis

REFERAT SINUSITIS. Oleh : KELOMPOK VI. Eka Evia R.A Mustika Anggane Putri

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara berkembang.1 Berdasarkan data World Health

DIAGNOSIS CEPAT (RAPID DIAGNOSIS) DENGAN MENGGUNAKAN TES SEDERHANA DARI SEKRET HIDUNG PADA PENDERITA RINOSINUSITIS

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Data rekam medis RSUD Tugurejo semarang didapatkan penderita

BAB I PENDAHULUAN. dan paling banyak ditemui menyerang anak-anak maupun dewasa. Asma sendiri

Korelasi otitis media dengan temuan nasoendoskopi pada penderita rinosinusitis akut

BAB I PENDAHULUAN. Bell s palsy adalah paralisis saraf fasial unilateral akut yang

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. systemic inflammatory response syndrome (SIRS) merupakan suatu respons

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan mengalami peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh reaksi alergi pada penderita yang sebelumnya sudah tersensitisasi

Transkripsi:

Buku Saku European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyps 2007

PESERT Wytske Fokkens Chair epartment of Otorhinolaryngology msterdam Medical Centre PO Box 22660 1100 msterdam The Netherlands Email: w.j.fokkens@amc.nl Valerie Lund Co-Chair London, UK Joaqim Mullol Co-Chair Barcelona, Spain Claus Bachert Ghent, Belgium Noam Cohen Philadelphia, US Roxanna Cobo Cali, Colombia Martin esrosiers Montreal, Canada Peter Helings Leuven, Belgium Mats Holmstrom Uppsala, Sweden Maija Hytonen Helsinski, Finland Nick Jones Nottingham, UK avid Kennedy Philadelphia, US Jean Michel Klossek Poitiers, France Marek Kowalski Lodz, Poland Eli Meltzer San iego, US Bob Naclerio Chicago, US esiderio Passali Siena, Italy avid Price berdeen, UK Herbert Riechelmann Ulm, Germany Glenis Scadding London, UK Heinz Stammberger Graz, ustria Mike Thomas berdeen, UK Richard Voegels Sao Paulo, Brazil e-yun Wang Singapore Livije Kalogjera Zagreb, Croatia

FTR ISI EFINISI RINOSINUSITIS N POLIP HIUNG 3 SKEM PENTLKSNN BERBSIS BUKTI RINOSINUSITIS KUT P EWS 4 SKEM PENTLKSNN BERBSIS BUKTI RINOSINUSITIS KRONIK ENGN N TNP POLIP HIUNG P EWS 8 SKEM TERPI BERBSIS BUKTI P NK 14 REFERENSI 1. European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyposis. Rhinology,Supplement 20, 2007; www.rhinologyjournal.com; www.eaaci.net. 1

MKSU & TUJUN Rinosinusitis merupakan salah satu masalah kesehatan yang semakin meningkat dan bermakna sehingga menjadi beban besar terhadap perekonomian masyarakat. Buku saku panduan ini menawarkan rekomendasi kedokteran berbasis bukti (evidence-based) untuk diagnosis dan penatalaksanaannya. okumen 1 lengkap yang merupakan dasar dari buku saku ini diharapkan menjadi suatu tinjauan state-of-theart bagi dokter spesialis dan juga dokter umum: untuk memperbaharui pengetahuan tentang rinosinusitis dan polip hidung untuk memberikan suatu tinjauan berbasis bukti tentang metode diagnosis untuk memberikan suatu tinjauan berbasis bukti tentang penatalaksanaan untuk mengusulkan suatu langkah pendekatan penatalaksanaan penyakit untuk mengusulkan panduan tentang definisi dan pengukuran keberhasilan untuk penelitian selanjutnya KTEGORI BUKTI Ia Ib bukti dari meta-analisis studi kontrol randomisasi bukti dari sedikitnya satu studi kontrol randomisasi IIa bukti dari sedikitnya satu studi kontrol tanpa randomisasi IIb bukti dari sedikitnya satu jenis studi quasi-experimental lain III IV bukti dari studi deskriptif non-eksperimental, seperti studi komparatif, studi korelasi, dan studi kasus-kontrol bukti dari laporan komite ahli atau pendapat atau pengalaman klinis dari penulis yang dihormati, atau keduanya ERJT REKOMENSI B C langsung berdasarkan bukti kategori I langsung berdasarkan bukti kategori II atau rekomendasi yang diperhitungkan dari bukti kategori I langsung berdasarkan bukti kategori III atau rekomendasi yang diperhitungkan dari bukti kategori I atau II langsung berdasarkan bukti kategori IV atau rekomendasi yang diperhitungkan dari bukti kategori I, II dan II 32

EFINISI RINOSINUSITIS N POLIP HIUNG efinisi klinis Rinosinusitis (termasuk polip hidung) didefinisikan sebagai : inflamasi hidung dan sinus paranasal yang ditandai dengan adanya dua atau lebih gejala, salah satunya termasuk hidung tersumbat/ obstruksi/ kongesti atau pilek (sekret hidung anterior/ posterior): ± nyeri wajah/ rasa tertekan di wajah ± penurunan/ hilangnya penghidu dan salah satu dari temuan nasoendoskopi: - polip dan/ atau - sekret mukopurulen dari meatus medius dan/ atau - edema/ obstruksi mukosa di meatus medius dan/ atau gambaran tomografi komputer: - perubahan mukosa di kompleks osteomeatal dan/atau sinus Beratnya penyakit Penyakit ini dapat dibagi menjadi RINGN, SENG dan BERT berdasarkan skor total visual analogue scale (VS) (0-10 cm): - RINGN = VS 0-3 - SENG = VS > 3-7 - BERT = VS > 7-10 Untuk evaluasi nilai total, pasien diminta untuk menilai pada suatu VS jawaban dari pertanyaan: BERP BESR GNGGUN RI GEJL RINOSINUSITIS SUR? Tidak mengganggu Nilai VS > 5 mempengaruhi kualitas hidup pasien 10 cm Gangguan terburuk yang masuk akal Lamanya penyakit kut Kronik < 12 minggu > 12 minggu resolusi komplit gejala tanpa resolusi gejala komplit termasuk kronik eksaserbasi akut 3

Rinosinusitis kut ewasa SKEM PENTLKSNN BERBSIS BUKTI RINOSINUSITIS KUT P EWS Tabel 1. Penatalaksanaan berbasis bukti dan rekomendasi untuk rinosinusitis akut pada dewasa Terapi Level erajat rekomendasi Relevansi antibiotik oral Ia ya, setelah 5 hari, atau pada kasus berat kortikosteroid topikal Ib ya kombinasi steroid topikal dan antibiotika oral Ib ya kortikosteroid oral Ib ya, nyeri berkurang pada penyakit yang berat antihistamin oral Ib B ya, hanya pada pasien alergi Cuci hidung larutan garam fisiologis (saline nasal douching) Ib(-) dekongestan Ib(-) ya, sebagai penghilang gejala mukolitik ada fitoterapi Ib (-): penelitian dengan hasil negatif Ib 34

Rinosinusitis kut ewasa SKEM PENTLKSNN BERBSIS BUKTI RINOSINUSITIS KUT P EWS UNTUK PELYNN PRIMER N OKTER SPESILIS NON-THT iagnosis Berdasarkan gejala, pemeriksaan radiologis diperlukan (foto polos sinus paranasal direkomendasikan) Gejala kurang dari 12 minggu: Onset tiba-tiba dari dua atau lebih gejala, salah satunya termasuk hidung tersumbat/ obstruksi/ kongesti atau pilek (sekret hidung anterior/ posterior): ± nyeri wajah/ rasa tertekan di wajah ± penurunan/ hilangnya penghidu dengan interval bebas gejala bila terjadi rekurensi dengan validasi per-telepon atau anamnesis tentang gejala alergi, seperti bersin, ingus encer seperti air, hidung gatal dan mata gatal serta berair. Common cold/ rinosinusitis viral akut didefinisikan sebagai: Lamanya gejala < 10 hari Rinosinusitis non-viral akut didefinisikan sebagai: Perburukan gejala setelah 5 hari atau gejala menetap setelah 10 hari dengan lama sakit < 12 minggu Gambar 1. Skema Penatalaksanaan Rinosinusitis kut Pada ewasa Untuk Pelayanan Kesehatan Primer Onset tiba-tiba dari dua atau lebih gejala, salah satunya termasuk hidung tersumbat/ obstruksi/ kongesti atau pilek (sekret hidung anterior/ posterior): ± nyeri / rasa tertekan di wajah ± penghidu terganggu/ hilang pemeriksaan: rinoskopi anterior Foto polos SPN/tomografi komputer direkomendasikan Gejala kurang dari 5 hari atau membaik setelahnya Gejala menetap atau memburuk setelah 5 hari Keadaan yang harus segera dirujuk/ dirawat : edema periorbita pendorongan letak bola mata penglihatan ganda oftalmoplegi penurunan visus nyeri frontal unilateral atau bilateral bengkak daerah frontal tanda meningitis atau tanda fokal neurologis Common cold Sedang Berat* Pengobatan simptomatik Steroid topikal ntibiotik + Steroid Topikal Tidak ada perbaikan setelah 14 hari Perbaikan dalam 48 jam Tidak ada perbaikan dalam 48 jam Rujuk ke dokter spesialis *demam >38 o C, nyeri hebat Teruskan terapi untuk 7-14 hari Rujuk ke dokter spesialis 35

Rinosinusitis kut ewasa SKEM PENTLKSNN BERBSIS BUKTI RINOSINUSITIS KUT P EWS Tabel 1.Penatalaksanaan Berbasis Bukti an Rekomendasi Untuk Rinosinusitis kut Pada ewasa Terapi Level erajat rekomendasi Relevansi antibiotik oral Ia ya, setelah 5 hari, atau pada kasus berat kortikosteroid topikal Ib ya kombinasi steroid topikal dan antibiotika oral Ib ya kortikosteroid oral Ib ya, nyeri berkurang pada penyakit yang berat antihistamin oral Ib B ya, hanya pada pasien alergi Cuci hidung larutan garam fisiologis (saline nasal douching) Ib(-) dekongestan Ib(-) ya, sebagai penghilang gejala mukolitik ada fitoterapi Ib (-): penelitian dengan hasil negatif Ib 36

Rinosinusitis kut ewasa SKEM PENTLKSNN BERBSIS BUKTI RINOSINUSITIS KUT P EWS UNTUK OKTER SPESILIS THT iagnosis Gejala Onset tiba-tiba dari dua atau lebih gejala, salah satu termasuk hidung tersumbat/ obstruksi/ kongesti atau pilek (sekret hidung anterior/ posterior): ± nyeri wajah/ rasa tertekan di wajah ± penurunan/ hilangnya penghidu Pemeriksaan pemeriksaan hidung (edema, hiperemis, pus) pemeriksaan mulut (post nasal drip) singkirkan infeksi gigi Pemeriksaan THT termasuk Nasoendoskopi Pencitraan (Foto polos sinus paranasal direkomendasikan) Tomografi komputer juga direkomendasikan, kecuali terdapat: penyakit sangat berat pasien imunokompromais (penurunan imunitas) tanda komplikasi Gambar 2. Skema Penatalaksanaan Rinosinusitis kut Pada ewasa Untuk okter Spesialis THT Rujukan ari Pelayanan Primer Gejala Sedang: Tidak ada Perbaikan setelah pengobatan 14 hari Gejala Berat: Tidak ada Perbaikan setelah pengobatan 48 jam Komplikasi Tinjau ulang diagnosis Nasoendoskopi Pertimbangkan pencitraan Pertimbangkan Kultur & Resistensi Kuman ntibiotika oral Terapi sesuai diagnosis Pertimbangkan rawat inap Nasoendoskopi Kultur & Resistensi Kuman Pencitraan Pertimbangkan antibiotik intravena Pertimbangkan steroid oral Pertimbangkan operasi Rawat Inap Nasoendoskopi Kultur & Resistensi Kuman Pencitraan ntibiotik intravena an/atau Operasi 37

Rinosinusitis Kronik ewasa SKEM PENTLKSNN BERBSIS BUKTI RINOSINUSITIS KRONIK ENGN N TNP POLIP P EWS Tabel 2. Penatalaksanaan Berbasis Bukti an Rekomendasi Untuk Rinosinusitis Tanpa Polip Hidung Pada ewasa* Terapi Level erajat Rekomendasi Relevansi terapi antibiotik oral jangka pendek < 2 minggu Ib (-) C terapi antibiotik oral jangka panjang > 12 minggu Ib ya antibiotik- topikal III steroid-topikal Ib ya steroid-oral Tidak ada data Cuci hidung larutan garam fisiologis (saline nasal douching) Ib ya dekongestan oral/ topikal Tidak ada data mukolitik III C anti jamur-sistemik Ib (-) anti jamur-topikal Ib (-) antihistamin oral pada pasien alergi Tidak ada data proton pump inhibitor Tidak ada data Ib imunomodulator Ib (-) fitoterapi Ib (-) anti-leukotrien III C * Beberapa penelitian juga mengikutsertakan pasien rinosinusitis kronik dengan polip hidung Ib (-): Penelitian dengan hasil negatif 38

Rinosinusitis Kronik ewasa SKEM PENTLKSNN BERBSIS BUKTI RINOSINUSITIS KRONIK ENGN TU TNP POLIP HIUNG P EWS UNTUK PELYNN PRIMER N OKTER SPESILIS NON-THT iagnosis Gejala lebih dari 12 minggu Terdapat dua atau lebih gejala, salah satunya harus berupa hidung tersumbat/ obstruksi/ kongesti atau pilek (sekret hidung anterior/ posterior): ± nyeri wajah/ rasa tertekan di wajah ± penurunan/ hilangnya penghidu dengan validasi per-telepon atau anamnesis tentang gejala alergi, ingus seperti air, hidung gatal, mata gatal dan berair, jika positif ada, seharusnya dilakukan pemeriksaan alergi. (Foto polos sinus paranasal/ tomografi komputer direkomendasikan) Gambar 3. Skema Penatalaksanaan Rinosinusitis Kronik engan tau Tanpa Polip Hidung Pada ewasa Untuk Pelayanan Kesehatan Primer an okter Spesialis NN THT Polip Tersedia Endoskopi 2 atau lebih gejala, salah satunya berupa hidung tersumbat/ obstruksi/ kongesti atau pilek: sekret hidung anterior/ posterior; ± nyeri / rasa tertekan di wajah; ± penurunan atau hilangnya penghidu; Pemeriksaan: Rinoskopi nterior Foto Polos SPN/ Tomografi Komputer direkomendasikan Tidak ada polip Endoskopi tersedia Pemeriksaan Rinoskopi nterior Foto Polos SPN/ Tomografi Komputer direkomendasikan Pikirkan diagnosa lain Gejala Unilateral Perdarahan Krusta Gangguan Penciuman Gejala Orbita: Edema Periorbita Pendorongan bola mata Penglihatan ganda Oftalmoplegi Nyeri kepala bagian Frontal yang berat Pembengkakan Frontal Tanda Meningtis atau Tanda Neurologi Fokal Ikuti skema polip hidung okter Spesialis THT Ikuti skema Rinosinusitis kronik okter Spesialis THT Steroid Topikal Cuci Hidung + ntihistamin jika alergi Investigasi dan Intervensi secepatnya Rujuk okter Spesialis THT Jika Operasi ipertimbangkan Reevaluasi setelah 4 minggu Perbaikan Tidak ada perbaikan Lanjutkan Terapi Rujuk spesialis THT Rinosinusitis kronis eksaserbasi akut harus diberikan pengobatan seperti pengobatan rinosinusitis akut 39

Rinosinusitis Kronik ewasa Terapi Bedah Berbasis Bukti Untuk Rinosinusitis Penelitian mengenai operasi sinus sangat sulit untuk digeneralisasi, karena operasi diindikasikan pada pasien tertentu yang memberikan respon yang adekuat terhadap pengobatan medikamentosa. Terdapat masalah khusus dalam melaksanakan studi operatif, karena operasi sangat sulit untuk diprediksi atau distandarisasi, terutama pada penelitian multisenter, dan tipe penatalaksanaan sulit dibuat membuta (blinding/ masking). Randomisasi kemungkinan berhadapan dengan masalah etik kecuali kriteria inklusi dipersempit dan adalah sangat sulit untuk memperoleh kelompok pasien homogen dengan prosedur terapi yang dapat dibandingkan untuk menyingkirkan bias evaluasi hasil operasi sinus. Meskipun demikian : 1. Pada rinosinusitis akut, operasi diindikasikan pada kasus yang berat dan komplikasi yang berhubungan. 2. Lebih dari 100 kasus berseri (level IV) dengan hasil yang konsisten bahwa pasien rinosinusitis kronis dengan dan tanpa polip mendapat manfaat dari operasi sinus 3. Komplikasi mayor terjadi pada kurang dari 1 % dan operasi revisi dilaksanakan kira - kira 10 % dalam kurun waktu 3 tahun 4. Pada sebagian besar kasus rinosinusitis kronis, pengobatan medikamentosa yang adekuat sama efektifnya dengan operasi, jadi operasi sinus seharusnya dicadangkan untuk pasien yang memberikan respon memuaskan terhadap pengobatan medikamentosa. (level Ib) 5. Bedah sinus endoskopik fungsional lebih superior dibandingkan prosedur konvensional termasuk polipektomi dan irigasi antrum (Level Ib), tetapi superioritas terhadap antrostomi meatus inferior atau sfenoetmoidektomi belum terbukti 6. Pada pasien rinosinusitis kronis yang belum pernah dioperasi, operasi yang lebih luas memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan prosedur operasi yang terbatas (level Ib). Walaupun bukan berbasis bukti, perluasan operasi biasanya disesuaikan terhadap perluasan penyakit, yang merupakan pendekatan secara rasional. Pada bedah sinus paranasal primer, direkomendasikan bedah secara konservatif. 7. Operasi sinus endonasal revisi hanya diindikasikan jika pengobatan medikamentosa efektif. Perbaikan gejala secara umum diobservasi pada pasien dengan rinosinusitis kronis dengan dan tanpa polip, walaupun perbaikannya kurang dibandingkan setelah operasi primer. ngka komplikasi dan terutama resiko rekurensi penyakit lebih tinggi dibandingkan operasi primer 10 3

Rinosinusitis Kronik ewasa SKEM PENTLKSNN BERBSIS BUKTI RINOSINUSITIS KRONIK TNP POLIP HIUNG P EWS UNTUK OKTER SPESILIS THT iagnosis Gejala lebih dari 12 minggu Terdapat dua atau lebih gejala, salah satunya harus berupa hidung tersumbat/ obstruksi/ kongesti atau pilek (sekret hidung anterior/ posterior): ± nyeri wajah/ rasa tertekan di wajah ± penurunan/ hilangnya penghidu Pemeriksaan Nasoendoskopi terlihat adanya polip di meatus medius, jika diperlukan setelah pemberian dekongestan. (efinisi ini menerima bahwa terdapat spektrum dari rinosinusitis kronik termasuk perubahan polipoid pada sinus dan/ atau meatus medius tetapi menyingkirkan penyakit polipoid yang terdapat pada rongga hidung untuk menghindari tumpang tindih). melakukan evaluasi diagnosis dan penatalaksanaan dari pelayanan kesehatan primer mengisi kuesioner untuk alergi, jika positif dilakukan tes alergi bila belum dilakukan Penatalaksanaan harus berdasarkan keparahan gejala tentukan tingkat keparahan gejala menggunakan VS Gambar 4. Skema Penatalaksanaan Rinosinusitis Kronik Tanpa Polip Hidung Pada ewasa Untuk okter Spesialis THT Ringan VS 0-3 ua gejala: salah satunya hidung tersumbat atau pilek yang jernih ± nyeri bagian Frontal, sakit kepala ± gangguan penghidu Pemeriksaan THT termasuk Endoskopi Pertimbangkan Tomografi komputer Tes alergi Pertimbangkan diagnosis dan penatalaksanaan penyakit penyerta; misal sma Sedang atau berat VS > 3-10 Pikirkan diagnosa lain Gejala Unilateral Perdarahan Kakosmia Gejala Orbita: Oedema Periorbita Pendorongan bola mata Penglihatan ganda Oftalmoplegi Nyeri kepala bagian frontal yang berat Edema frontal Tanda meningtis atau tanda neurologi fokal Gejala Sistemik Steroid topikal intranasal Cuci Hidung Gagal setelah 3 bulan Steroid topikal Cuci Hidung Kultur & Resistensi Kuman Makrolid jangka panjang Investigasi dan intervensi lebih lanjut Perbaikan Gagal setelah 3 bulan Tindak Lanjut Jangka Panjang + Cuci hidung Steroid topikal ± Makrolid jangka panjang Tomografi Komputer Operasi 11 3

Rinosinusitis Kronik ewasa Tabel 3. Penatalaksanaan Berbasis Bukti an Rekomendasi Untuk Rinosinusitis Kronik engan Polip Hidung Pada ewasa* Terapi Level erajat Rekomendasi Relevansi terapi antibiotik oral jangka pendek < 2 minggu Tidak ada data terapi antibiotik oral jangka panjang > 12 minggu Tidak ada data Ya, untuk relaps lama antibiotik- topikal Tidak ada data steroid-topikal Ib Ya steroid-oral Ib Ya Cuci hidung larutan garam fisiologis (saline nasal douching) Ib ada data dalam penggunaan tunggal Ya, untuk menghilangkan keluhan dekongestan oral/ topikal ada data dalam penggunaan tunggal mukolitik anti jamur-sistemik anti jamur-topikal antihistamin oral pada pasien alergi capsaicin proton pump inhibitor imunomodulator fitoterapi anti-leukotriens Tidak ada data Ib (-) Ib (-) Ib (-) II II Tidak ada data Tidak ada data III B C C Ya, pada alergi * Beberapa penelitian juga mengikutsertakan pasien rinosinusitis kronik tanpa polip hidung Ib (-): Penelitian dengan hasil negatif 12 3

Rinosinusitis Kronik ewasa SKEM PENTLKSNN BERBSIS BUKTI RINOSINUSITIS KRONIK ENGN POLIP HIUNG P EWS UNTUK OKTER SPESILIS THT iagnosis Gejala selama lebih dari 12 minggu Terdapat dua atau lebih gejala, salah satunya harus berupa hidung tersumbat/ obstruksi/ kongesti atau pilek (sekret hidung anterior/ posterior): ± nyeri wajah / rasa tertekan di wajah ± penurunan/ hilangnya penghidu Pemeriksaan Nasoendoskopi polip bilateral yang terlihat dari meatus medius dengan menggunakan endoskopi Melakukan evaluasi diagnosis dan penatalaksanaan dari pelayanan kesehatan primer Mengisi kuesioner untuk alergi, jika positif dilakukan tes alergi bila belum dilakukan Tingkat Keparahan Gejala (dinilai berdasar skor VS) ringan/ sedang/ berat Gambar 5. Skema Penatalaksanaan Rinosinusitis Kronik engan Polip Hidung Pada ewasa Untuk okter Spesialis THT Ringan VS 0-3 Steroid topikal (spray) ua gejala: salah satunya hidung tersumbat atau sekret hidung berwarna ± nyeri bagian frontal, sakit kepala ± gangguan penghidu Pemeriksaan THT termasuk Endoskopi Pertimbangkan Tomografi Komputer Tes alergi Pertimbangkan diagnosis dan penatalaksanaan penyakit penyerta; misal S Sedang VS 3-7 Steroid topikal (tetes hidung) Berat VS 7-10 Steroid oral jangka pendek Steroid topikal Pertimbangkan diagnosis lain Gejala unilateral Perdarahan krusta Kakosmia Gejala orbita Edema periorbita Penglihatan ganda Oftalmoplegi Nyeri kepala frontal hebat Edem frontal Tanda meningitis atau tanda neurologi fokal ievaluasi setelah 3 bulan Evaluasi setelah 1 bulan Perlu investigasi dan intervensi cepat Perbaikan Tidak membaik Lanjutkan Steroid Topikal perbaikan Tidak membaik Evaluasi tiap 6 bulan Tindak Lanjut Cuci Hidung Steroid topikal + oral + antibiotika jangka panjang Tomografi Komputer Operasi 13 3

Rinosinusitis kut nak SKEM PENTLKSNN BERBSIS BUKTI RINOSINUSITIS KUT P NK Skema berikut diharapkan dapat membantu berbagai disiplin ilmu dalam pemberian terapi rinosinusitis pada anak. Rekomendasi yang diberikan berdasar pada bukti-bukti yang ada, tetapi beberapa pilihan harus dibuat pada situasi dan kondisi secara individual. Tabel 4. Penatalaksanaan Berbasis Bukti an Rekomendasi Untuk Rinosinusitis kut Pada nak Terapi Level erajat Rekomendasi Relevansi ntibiotik oral Ia Ya, setelah 5 hari, atau pada kasus yang berat Kortikosteroid topikal IV Ya Steroid topikal dan antibiotik oral Ib Ya ekongestan topikal III(-) C Tidak Cuci hidung larutan garam fisiologis (saline nasal douching) IV Ya III(-): penelitian dengan hasil negatif 14 3

Rinosinusitis kut nak SKEM PENTLKSNN BERBSIS BUKTI RINOSINUSITIS KUT P NK iagnosis Gejala Onset tiba-tiba dari dua atau lebih gejala, salah satunya termasuk hidung tersumbat/ obstruksi/ kongesti atau pilek (sekret hidung anterior/ posterior): ± nyeri wajah/ rasa tertekan di wajah ± penurunan/ hilangnya penghidu Pemeriksaan (jika dapat dilakukan) pemeriksaan rongga hidung: edema, hiperemis, pus pemeriksaan mulut: post nasal drip singkirkan infeksi gigi geligi Pemeriksaan THT termasuk nasoendoskopi Pencitraan (foto polos sinus paranasal disarankan) Tomografi komputer juga disarankan kecuali pada keadaan di bawah ini: penyakit parah pasien imunokompromais tanda komplikasi berat (orbita & intrakranial) Gambar 6. Skema penatalaksanaan rinosinusitis akut pada anak Gejala tiba-tiba 2/ lebih,yang satunya adalah sumbatan hidung/ pilek (sekret hidung anterior/ posterior), disertai atau tanpa: ± nyeri wajah/ rasa tertekan di wajah ± hilang atau berkurangnya penghidu Rinoskopi anterior (nasoendoskopi jika mungkin) Foto polos & Tomografi Komputer SPN disarankan Gejala < 5 hari atau sudah membaik Common cold Sedang Gejala menetap/ memburuk setelah 5 hari Berat emam > 38 Nyeri hebat Pertimbangkan diagnosis lain Gejala unilateral Perdarahan Krusta Kakosmia Gejala orbita Edema periorbita Penglihatan ganda Oftalmoplegia Nyeri kepala frontal hebat Edem frontal Tanda meningitis atau tanda neurologi fokal Gejala membaik TIK sma, Bronkitis kronik Y Tidak toksik ntibiotik oral Toksik, sakit berat Rawat di RS ntibiotik iv 1. Rawat 2. Tomografi Komputer 3. Segera ntibiotik I.V dan atau operasi 4. Kultur & Resistensi Kuman Gejala membaik ntibiotik oral moksilin (lini pertama) Tidak ada perbaikan dalam 48 jam Rawat di RS 15 3

Rinosinusitis Kronik nak SKEM PENTLKSNN BERBSIS BUKTI RINOSINUSITIS KRONIK P NK iagnosis Gejala selama lebih dari 12 minggu Terdapat dua atau lebih gejala, salah satunya harus berupa hidung tersumbat/ obstruksi/ kongesti atau pilek (sekret hidung anterior/ posterior): ± nyeri wajah/ rasa tertekan di wajah ± penurunan/ hilangnya penghidu Informasi diagnostik tambahan pertanyaan tentang alergi harus ditambahkan, tes alergi harus dilakukan faktor predisposisi lain harus dipertimbangkan: defisiensi imun (dapatan, innate, GER) Pemeriksaan pemeriksaan rongga hidung: edema, hiperemis, pus pemeriksaan mulut: post nasal drip singkirkan infeksi gigi geligi Pemeriksaan THT termasuk nasoendoskopi Pencitraan (foto polos sinus paranasal disarankan) Tomografi komputer juga disarankan kecuali pada keadaan di bawah ini: penyakit parah pasien imunokompromais tanda komplikasi berat (orbita & intrakranial) Pengobatan haruslah berdasarkan tingkat keparahan sakitnya Tabel 5. Penatalaksanaan Berbasis Bukti an Rekomendasi Untuk Rinosinusitis Kronik Pada nak Terapi Level erajat Rekomendasi Relevansi ntibiotik oral Ia Ya, efek sedikit Kortikosteroid topikal IV ya Cuci hidung larutan garam fisiologis (saline nasal douching) III C ya Terapi untuk GER III C ya III(-): penelitian dengan hasil negatif 16 3

Rinosinusitis Kronik nak Gambar 7. Skema penatalaksanaan rinosinusitis kronik pada anak Gejala tiba-tiba 2/ lebih,yang salah satunya adalah sumbatan hidung/ pilek (sekret hidung anterior/ posterior), disertai atau tanpa: ± nyeri wajah/ rasa tertekan di wajah ± hilang atau berkurangnya indera penghidu Pemeriksaan: Rinoskopi anterior Foto polos & Tomografi Komputer SPN dianjurkan Pertimbangkan diagnosis lain: Gejala unilateral Perdarahan Krusta Kakosmia Gejala orbita: Edema periorbita Pendorongan bola mata Penglihatan ganda Oftalmoplegi Nyeri kepala frontal hebat Edem frontal Tanda meningitis atau tanda neurologi fokal Tidak Berat Eksaserbasi sering Perlu investigasi dan Intervensi cepat Tidak perlu pengobatan LERGI + Tidak ada Penyakit Sistemik Imunodefisiensi Steroid topikal Cuci hidung ± ntihistamin ntibiotik 2-6 minggu Terapi penyakit sistemik jika mungkin Evaluasi setelah 4 minggu Tidak da Perbaikan Perbaikan Tidak da Perbaikan Lanjutkan terapi Kurangi seminimal mungkin Pertimbangkan operasi 17 3

TRNSLTE INTO BHS INONESI FROM ORIGINL MNUSCRIPT BY RHINOLOGY STUY GROUP - INONESIN OTORHINOLRYNGOLOGICL HE & NECK SURGERY SOCIETY Retno S. Wardani Chair ENT epartment Faculty of Medicine University of Indonesia r. Cipto Mangunkusumo Hospital Jl. iponegoro 71 Jakarta 10430 Indonesia Email retno.wardani@gmail.com amayanti Soetjipto Steering Committee Jakarta Endang Mangunkusumo Steering Committee Jakarta Umar Said harmabakti Steering Committee Jakarta Rusdian Utama Roeslani Steering Committee Jakarta Luh Putu Lusy Indrawati Secretary Yogyakarta elfitri Munir Medan M. Yunus Bukittinggi Bestari Budiman Padang Taufik Hidayat Palembang Purna Irawan Jakarta Lina Lasminingrum Bandung Sinta Sari Ratunanda Bandung Riece Haryati Semarang Syarwastuti Hendradewi Surakarta. Qadar Punagi Makasar Fajar Perkasa Makasar Irwan Kristyono Surabaya Wiyono Hadi Surabaya Nugroho Suharsono Surabaya Siti Nursiah Medan Rus Suheryanto Malang Luh Made Ratnawati enpasar, Bali Effy Huriyati Padang mran Simanjuntak Medan

Supported by unrestricted grant from: