BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penyakit menular adalah penyakit yang disebabkan oleh bibit penyakit

dokumen-dokumen yang mirip
Titik Nuraeni *), Nuke Devi Indrawati *), Agustin Rahmawati *) Muhammadiyah Semarang

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan jumlah kasus Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus golongan

BAB I PENDAHULUAN. macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan HIV (Human Immuno Virus)

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah perempuan yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dari tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN NIAT MELAKUKAN VOLUNTARY COUNSELING AND TESTING (VCT) DI PUSKESMAS KRETEK KABUPATEN BANTUL YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi merupakan salah satu topik penting di bidang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalankan kebijakan dan program pembangunan kesehatan perlu

BAB 1 : PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : Hermi Cahyoningsih

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiensy Vyrus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa menjadi indikator keberhasilan pembangunan pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya dengan yang negatif remaja dengan mudah terbawa ke hal yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

NIAT IBU HAMIL DARI SUAMI BERESIKO TERTULAR HIV/AIDS UNTUK MELAKUKAN VCT DI SEMARANG TIMUR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodefficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang

BAB I PENDAHULUAN. Aqciured Immunodeficiency Symndrome (AIDS). HIV positif adalah orang yang telah

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi

BAB I PENDAHULUAN. masalah berkembangnya Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Masalah HIV/AIDS yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA sudah mencapai tahap terkonsentrasi pada beberapa sub-populasi berisiko

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kekebalan tubuh yang terjadi karena seseorang terinfeksi

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan AIDS (Acquired

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia, sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrom. penularan terjadi melalui hubungan seksual (Noviana, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. commit to user. A. Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PROGRAM PREVENTION OF MOTHER TO CHILD TRANSMISSION

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan penyakit infeksi yang hingga saat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap tahun sekitar 160 juta perempuan diseluruh dunia hamil.

HIV/AIDS dan PMTCT, 4 orang mengatakan kadang-kadang memberikan. informasi HIV/AIDS dan PMTCT, dan 1 orang mengatakan tidak pernah

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas dan menjadi isu global yaitu Infeksi HIV/AIDS.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat

3740 kasus AIDS. Dari jumlah kasus ini proporsi terbesar yaitu 40% kasus dialami oleh golongan usia muda yaitu tahun (Depkes RI 2006).

BAB I PENDAHULUAN. (HIV/AIDS) merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. World Health

BAB I PENDAHULUAN. masalah dunia karena melanda di seluruh negara di dunia (Widoyono, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut, remaja cenderung untuk menerima tantangan atau coba-coba melakukan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alma Ata Yogyakarta Jalan Ringroad Barat Daya No 1 Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV (Human. Immunodeficiency Virus) (WHO, 2007) yang ditemukan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

BAB I PENDAHULUAN. karena hubungan seksual (Manuaba,2010 : 553). Infeksi menular

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: Siti Arieska Shomadiyyah

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN BIDAN TENTANG PENULARAN HIV/AIDS PADA PROSES PERSALINAN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT H

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

BAB I PENDAHULUAN. uterus. Pada organ reproduksi wanita, kelenjar serviks bertugas sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. mempengaruhi masyarakat dalam cara mendeteksi dini penyakit HIV.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu penyakit menular seksual AIDS masih menjadi perbincangan

KERANGKA ACUAN KLINIK MS DAN VCT PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan kasus-kasus baru yang muncul. Acquired Immuno Deficiency

BAB 1 PENDAHULUAN. Pandemi Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), saat ini merupakan

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP BAGI WANITA PENGHUNI PANTI KARYA WANITA WANITA UTAMA SURAKARTA TENTANG PENCEGAHAN HIV/AIDS

BAB I PENDAHULUAN. Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) adalah suatu. kumpulan gejala penyakit kerusakan sistem kekebalan tubuh, bukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs), sebuah deklarasi global yang telah

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu Hamil Melakukan Tes HIV pada Layanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Puskesmas

BAB 1 PENDAHULUAN. dan menjadi salah satu masalah nasional maupun internasional. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Integrasi Program PPIA (PMTCT ) di Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak

BAB I PENDAHULUAN. Kematian Ibu (AKI) ini adalah mengacu pada deklarasi Millenium

BAB I PENDAHULUAN. Immuno Deficiency Syndrom) merupakan masalah kesehatan terbesar di dunia

BAB 1 PENDAULUAN. menyerang system kekebalan tubuh manusia. AIDS (Acquired Immune

BAB I PENDAHULUAN. AIDS (Aquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan

BAB I PENDAHULUAN Dari hasil survei yang telah dilakukan, AKI telah menunjukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tersebut disebut AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome). UNAIDS

BAB 1 PENDAHULUAN. seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea,

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency

LEMBAR PERSETUJUAN PENGISIAN KUESIONER. kesukarelaan dan bersedia mengisi kuesioner ini dengan sebaik-baiknya.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan HIV/AIDS di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan karena

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN MIMIKA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS Jl. KARTINI TIMIKA, PAPUA TELP. (0901) ,

ABSTRAK. Kata Kunci : Peran Bidan, Kepatuhan Pemeriksaan VCT pada Ibu Hamil PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dan masih sering timbul sebagai KLB yang menyebabkan kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. Veneral Disease ini adalah Sifilis, Gonore, Ulkus Mole, Limfogranuloma Venerum

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus penyebab Acquired

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG HIV/AIDS DAN VCT SERTA MOTIVASI IBU HAMIL DENGAN KESEDIAAN MENGIKUTI VCT DI KABUPATEN PATI

BAB I PENDAHULUAN. awal (Nadia, 2009). Keterlambatan diagnosa ini akan memperburuk status

Virus tersebut bernama HIV (Human Immunodeficiency Virus).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan AIDS (Acquired Immuno-Deficiency Syndrome). Virus. ibu kepada janin yang dikandungnya. HIV bersifat carrier dalam

BAB I PENDAHULUAN. tubuh manusia tersebut menjadi melemah. Pertahanan tubuh yang menurun

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 pasal 5 ayat 1, yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit menular adalah penyakit yang disebabkan oleh bibit penyakit tertentu dapat melalui penularan bibit penyakit dari orang atau hewan dari reservoir kepada orang yang rentan terhadap penyakit, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui tumbuhan, binatang pejamu, vektor atau lingkungan. Penyakit yang diderita ibu selama kehamilannya tentu akan berdampak kurang menguntungkan bagi sang bayi. Salah satunya penyakit yang saat ini sangat di takuti orang adalah Aqcuired Immunodeficiency Syndrome. Hal ini disebabkan belum ditemukannya vaksin yang manjur dan aman terhadap infeksi HIV maupun AIDS (Ronald, 2003, p. 72). Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus golongan Rubonucleat Acid (RNA) yang spesifik menyerang sistem kekebalan tubuh/imunitas manusia dan menyebabkan Aqciured Immunodeficiency Symndrome (AIDS). HIV positif adalah orang yang telah terinfeksi virus HIV dan tubuh telah membentuk antibodi (zat anti) terhadap virus. Mereka berpotensi sebagai sumber penularan bagi orang lain. AIDS (Aqcuired Immunodeficiency Syndrome/Sindroma Defisiensi Imun Akut/SIDA) adalah kumpulan gejala klinis akibat penurunan sistem imun yang timbul akibat infeksi HIV. AIDS sering bermanifestasi munculnya berbagai penyakit 1

2 infeksi oportunistik, keganasan, gangguan metabolisme dan lainnya (Modul PMTCT DepKes RI, 2008). Sampai tahun 2011 organisasi kesehatan dunia (WHO) mencatat jumlah penderita di seluruh dunia meningkat jumlahnya hingga mencapai 5,2 juta jiwa. Padahal pada tahun 2010 hanya 1,2 juta jiwa (Kampung TKI, 2011). Hingga akhhir tahun 2010 lalu data dari KepMenKes menunjukkan ada 14.865 penderita HIV dan 3.863 penderita AIDS di tahun 2009. Sedangkan tahun 2010 penderita HIV ada 15.275 dan AIDS sejumlah 4.158. Secara akumulatif mulai dari April 1987 hingga September 2010 jumlah penderita di Indonesia telah mencapai 22.726 kasus angka kematian 4.249 orang (Pencegahan, 2011). Departemen Kesehatan RI memperkirakan jika di Indonesia setiap tahun terdapat 9.000 ibu hamil positif HIV yang melahirkan bayi, berarti akan lahir sekitar 3.000 bayi HIV positif tiap tahun. Ini akan terjadi jika tidak ada intervensi. Resiko penularan HIV dari ibu ke bayi berkisar 24-25%. Namun, resiko ini dapat diturunkan menjadi 1-2% tindakan intervensi bagi ibu hamil HIV positif, yaitu melalui layanan konseling dan tes HIV sukarela, pemberian obat antiretroviral, persalinan sectio caesaria, serta pemberian susu formula untuk bayi (Depkes RI, 2008). Peningkatan jumlah kasus di Jawa Tengah juga terjadi sangat pesat. Sejak tahun 1993-2010 tercatat ada 2.922 kasus korban meninggal sebanyak 406 orang (Suara Merdeka, 2010). AKB di Provinsi Jawa Tengah tahun 2009 sebesar 10,25/1.000 kelahiran hidup,

3 meningkat bila dibandingkan tahun 2008 sebesar 9,17/1.000 kelahiran hidup (DinKesProv Jawa Tengah, 2009).Laporan sejumlah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang peduli terhadap penyakit menunjukkan selama periode Januari-Maret 2010 tercatat 77 penderita HIV dan 9 penderita AIDS (Napza Indonesia, 2010). Angka kejadian Kota Semarang menduduki peringkat ke-4 tertinggi di Jawa Tengah. Selain itu angka kematian bayi tertinggi adalah Kota Semarang sebesar 18,59/1.000 kelahiran hidup sedang terendah adalah kab. Demak sebesar 4,42/1.000 kelahiran hidup (DinKesProv Jawa Tengah, 2009). Dengan kondisi tersebut, maka perlu dilakukan pencegahan perluasan transmisi HIV ke dalam keluarga melalui: deteksi dini kasus HIV dalam keluarga melalui pemeriksaan ibu hamil resiko tinggi yaitu ibu hamil sindrom IMS (Infeksi Menular Seksual), ibu hamil suami kelompok potensial, melalui pemeriksaan IMS, VCT (Voluntary councelling and Test). Karena hampir 50% perkiraan ibu hamil di Kota Semarang terjangkau oleh Puskesmas dan secara komprehensif (PKBI Semarang, 2008). Pada periode ini direncanakan program akan difokuskan di wilayah kerja Puskesmas yang dianggap memiliki populasi beresiko antara lain Puskesmas Poncol, Puskesmas karangdoro, Puskesmas Bandarharjo. Adapun metode yang dipandang efektif adalah menggunakan metode Mobile VCT yaitu petugas datang langsung ke masyarakat untuk melakukan VCT. Diharapkan metode ini, program akan berjalan baik dan tepat sasaran (PKBI Semarang, 2008).

4 Di daerah pinggiran Kota Semarang kaum laki-laki atau suami lebih banyak bekerja sebagai nelayan, karyawan swasta dan sopir. Mereka lebih sering meninggalkan rumah dalam waktu yang lama. Jika perilaku seks mereka tidak sehat dapat menjadi resiko dalam penularan kepada istri dan bayinya jika sang istri sedang hamil. Deteksi dini ibu hamil yang terinfeksi dapat dilakukan pada saat pertama kali mereka memeriksakan kehamilannya atau ANC (Antenatal Care). Puskesmas Karangdoro dijadikan sebagai salah satu tempat/lokasi untuk dilakukannya pelayanan VCT yang merupakan salah satu program Dinas Kesehatan dalam PMTCT (Prevention Mother To Child Transmision). Di Puskesmas Karangdoro ini sudah sering dilakukan kegiatan VCT pada ibu hamil. Tahun 2010 dilakukan 2 kali. Bulan Februari 2010 dilakukan mobile VCT jumlah pesertanya 10 ibu hamil dari 91 orang atau sekitar 11%. Sedangkan pada bulan Oktober 2010 yang mengikuti 14 ibu hamil dari 94 orang atau sekitar 14,9%. Ini menunjukkan ada peningkatan jumlah peserta tapi yang mengikuti hanya sebagian kecil saja. Walaupun hasilnya semua negatif tetapi daerah tersebut merupakan salah satu resiko terjadinya penularan dari suami kepada istrinya, karena dekatnya lokasi stasiun Tawang, pasar dan juga pelabuhan. Selain itu adanya kedekatan wilayah mereka tempat PSK (Pekerja Seks Komersial)(Siti Shofi ah, 2009). Peran bidan dalam sosialisasi tes dan VCT bagi ibu hamil yang mempunyai faktor resiko tersebut sangat penting untuk menurunkan bahkan mencegah kejadian penularan dari ibu hamil kepada

5 janinnya atau dinyatakan sebagai program PMTCT. Mengingat tugas bidan yang merupakan ujung tombak dalam pelayanan ANC khususnya pada ibu hamil yang mempunyai faktor resiko tertular, maka sosialisasi dan pelaksanaan PMTCT harus tetap dilaksanakan (PKBI Semarang, 2008). Dari penelitian Siti Shofi ah mengatakan bahwa persepsi ibu praktek VCT cukup sebesar 68,6% dan kemauan ibu untuk melakukan VCT sebesar 85,7%. Masih ada yang belum tahu dan berminat untuk melakukan VCT. Jika penelitian Feri Anita menyatakan bahwa wanita penjaja seks mayoritas cukup sebesar 40,6% dan perilaku terhadap konseling dan tes nya positif sebesar 71%. Sedangkan penelitian dari Aris Winarsih mengatakan bahwa tingkat wanita penjaja cukup sebesar 55,8% motivasi untuk mengikuti konseling dan tes positif sebesar 62,8%. Karena ibu hamil dan sikap terhadap konseling dan tes maka dari itu peneliti ingin meneliti itu. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah Adakah hubungan antara ibu hamil sikap terhadap konseling dan tes secara sukarela di Puskesmas Karangdoro Semarang?.

6 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan ibu hamil sikap ibu terhadap konseling dan tes secara sukarela. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan ibu hamil b. Mendeskripsikan sikap ibu hamil terhadap konseling dan tes secara sukarela c. Menganalisis hubungan ibu hamil sikap terhadap konseling dan tes secara sukarela D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Menambah wacana dan kepustakaan dalam penelitian lebih lanjut konseling dan tes. 2. Manfaat praktis a. Bagi tenaga kesehatan Masukan yang tentunya positif untuk pelaksanaan pelayanan kebidanan yang sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) agar dapat menurunkan angka kejadian pada ibu hamil khususnya.

7 b. Bagi Institusi Pendidikan Masukan yang dapat dijadikan bekal praktik yang baik dan benar di lahan praktik dan ikut andil dalam penurunan angka kejadian pada ibu hamil dan bayinya. c. Bagi Peneliti Menambah ilmu serta wawasan PMTCT dan konseling dan tes atau VCT. d. Bagi Masyarakat Memotivasi masyarakat, suami dan ibu hamil khususnya untuk mengikuti atau melakukan konseling dan tes sejak dini sebelum terlanjur. E. Keaslian penelitian Tabel 1.1. Keaslian Penelitian No. Judul, Nama, Tahun 1 Hubungan antara persepsi ibu hamil pelaksanaan konseling dan tes sukarela (VCT) terhadap di Puskesmas Karang Doro Semarang Siti Shofi ah Maret 2009 Sasaran Populasi : semua ibu hamil yang melakukan kunjungan di Puskesmas Karangdoro Kabupaten Semarang sebanyak 35 orang. Sampel : menggunakan total sampling sebanyak 35 orang. yang diteliti independent adalah persepsi ibu hamil. dependent adalah pelaksanaan VCT. Metode Jenis penelitian korelatif pendekatan cross sectional metode survey Hasil Persepsi ibu hamil 8,6 %, 68,6% cukup dan 22,9% kurang. Pelaksanaan VCT 85,7% dan yang tidak ikut 14,3%. Teknik sampling :

8 menggunakan sampling jenuh, jadi jumlah sampel 35 orang. Lanjutan tabel 1.1 Keaslian penelitian 2 Hubungan tingkat Penjaja Seks (WPS) perilaku terhadap tes di Resosialisasi Argorejo kelurahan Kali Banteng Kulon Semarang Feri Anita Wijayanti 2009 Populasi : seluruh Penjaja Seks (WPS) di Resosialisasi Argorejo Kali Banteng Semarang. Sampel : Penjaja seks yang mewakili populasi sebanyak 69 orang. Teknik sampling : menggunakan simple random sampling. independent adalah tingkat Penjaja Seks (WPS) dependent adalah perilaku terhadap tes Jenis penelitian studi korelatif pendekatan cross sectional metode survey Tingkat mayoritas cukup 40,6%, perilaku Penjaja Seks terhadap tes mayoritas positif sebanyak 71% 3 Hubungan tingkat Penjaja Seks(WPS) motivasi pemeriksaan tes di Resosialisasi Lorong Indah Margorejo Kabupaten Pati Aris Windarsih 2010 Populasi : seluruh penjaja Seks (WPS) di Resosialisasi Lorong Indah Margorejo Kabupaten Pati. Sampel : Penjaja Seks (WPS) yang mewakili populasi sebanyak 42 orang. Teknik sampling : menggunakan purposive sampling. independent adalah tingkat Penjaja Seks (WPS) dependent adalah motivasi Penjaja Seks (WPS) terhadap pelaksanaan tes Jenis penelitian study korelatif analitik metode survey dan pendekatan cross sectional Tingkat Penjaja Seks (WPS) sebagian besar cukup sebanyak 24 orang (55,8%). Motivasi pemeriksaan tes sebagian besar bermotivasi positif 27 orang (62,8%)

9 Lanjutan tabel 1.1 Keaslian penelitian Sampel : LSL yang ada di Teknik sampling ; purposive sampling 4 Perilaku lakilaki yang berhubungan lakilaki (LSL) untuk melakukan tes di Populasi : Semua LSL (Laki-laki suka Lakilaki) di penelitian : perilaku lakilaki yang berhubungan seks laki-laki (LSL) untuk melakukan test HIV di Kota Jenis penelitian eksploratif Perilaku untuk melakukan test HIV atau VCT belum dilaksanakan sepenuhnya oleh LSL di Kota walaupun mereka telah memiliki HV/AIDS yang cukup baik serta dibarengi sikap yang positif. Hal ini disebabkan oleh berbagai alasan seperti belum ada keberanian untuk melakukan test HIV, adanya perasaan takut mengetahui HIV positif dan keengganan melakukan test HIV karena lebih menyukai untuk tidak mengetahui status terkait dalam masalah Bardasarkan penelitian Siti Shofi ah menjelaskan bahwa persepsi ibu hamil cukup dan pelaksanaan VCT juga mayoritas positif/baik. Sedangkan perbedaan antara proposal yang baru disusun ini penelitian sebelumnya adalah pada variabel independennya yaitu peneliti menggunakan dari ibu hamil dan pada variabel dependen adalah sikap terhadap VCT.