II. PERANCANGAN TEMPAT PARKIR

dokumen-dokumen yang mirip
Penempatan marka jalan

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 60 TAHUN 1993 T E N T A N G MARKA JALAN MENTERI PERHUBUNGAN

2 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5422); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 34

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 13 (Tiga belas)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah ser

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III LANDASAN TEORI. hanya melibatkan satu kendaraan tetapi beberapa kendaraan bahkan sering sampai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Direktorat Jendral Perhubungan Darat, 1998). Parkir merupakan suatu kebutuhan bagi pemilik kendaraan dan

BAB III LANDASAN TEORI. diangkut selalu bertambah seperti pertambahan jumlah penduduk, urbanisasi,

Perda No. 19/2001 tentang Pengaturan Rambu2 Lalu Lintas, Marka Jalan dan Alat Pemberi Izyarat Lalu Lintas.

Buku Panduan Lalu Lintas (APIL) ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS (APIL)

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 34 TAHUN 2014 TENTANG MARKA JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DAFTAR ISI LAPORAN TUGAS AKHIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kendaraan itu harus berhenti, baik itu bersifat sementara maupun bersifat lama atau

BAB III LANDASAN TEORI. Jalan Wonosari, Piyungan, Bantul, banyak terjadi kecelakaan lalu lintas yang

DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT DIREKTORAT BINA SISTEM TRANSPORTASI PERKOTAAN. Penempatan Fasilitas Perlengkapan Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1993 TENTANG PRASARANA DAN LALU LINTAS JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini kemacetan dan tundaan di daerah sering terjadi, terutama di

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR TAHUN 2012 TENTANG

BAB III LANDASAN TEORI

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MASALAH LALU LINTAS DKI JAKARTA

BUPATI TULUNGAGUNG PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 31 TAHUN 2013

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 34 TAHUN 2014 TENTANG MARKA JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik masing-masing kendaraan dengan disain dan lokasi parkir. (Direktorat Jendral Perhubungan Darat, 1998).

BAB II TINJAU PUSTAKA. jalan bergabung atau berpotongan/bersilangan. Faktor faktor yang digunakan

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG

BAB III LANDASAN TEORI. Menurut Departemen Jendral Perhubungan Darat (1998), Satuan ruang

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 13 TAHUN 2003 SERI E NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 33 TAHUN 2000 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 3 Tahun 2002 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG

PANDUAN MATERI LALU LINTAS PATROLI KEAMANAN SEKOLAH

機車標誌 標線 號誌選擇題 印尼文 第 1 頁 / 共 12 頁 題號答案題目圖示題目. (1) Tikungan ke kanan (2) Tikungan ke kiri (3) Tikungan beruntun, ke kanan dahulu

BAB III LANDASAN TEORI. memperkirakan kebutuhan parkir di masa yang akan datang.

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpotongan/bersilangan. Faktor faktor yang digunakan dalam perancangan suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGENALAN RAMBU-RAMBU DAN MARKA LALU LINTAS BAGI SISWA SMK DALAM RANGKA MEMBENTUK PERILAKU TERTIB BERLALU LINTAS

BAB III LANDASAN TEORI

CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1)

機車標誌 標線 號誌是非題 印尼文 第 1 頁 / 共 15 頁 題號答案題目圖示題目. 001 X Tikungan beruntun, ke kiri dahulu. 002 O Persimpangan jalan. 003 X Permukaan jalan yang menonjol

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 65 TAHUN 1993 T E N T A N G FASILITAS PENDUKUNG KEGIATAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN MENTERI PERHUBUNGAN,

BAB V MEDIAN JALAN. 5.2 Fungsi median jalan

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

BAB III LANDASAN TEORI

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT TENTANG ZONA SELAMAT SEKOLAH (ZoSS). Pasal 1

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu keadaan tidak bergerak dari suatu kendaraan yang tidak bersifat

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 62 TAHUN 1993 T E N T A N G ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS MENTERI PERHUBUNGAN,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEDOMAN TEKNIS PENYELENGGARAAN FASILITAS PARKIR

BAB III LANDASAN TEORI. durasi parkir, akumulasi parkir, angka pergantian parkir (turnover), dan indeks parkir Penentuan Kebutuhan Ruang Parkir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Persimpangan. Persimpangan adalah simpul jaringan jalan dimana jalan-jalan bertemu dan

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN,

Manajemen Pesepeda. Latar Belakang 5/16/2016

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT TENTANG PETUNJUK TEKNIS PERLENGKAPAN JALAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT,

Studi Pemindahan Lokasi Parkir dari On-street Parking Menjadi Offstreet. (Studi Kasus Jalan Dhoho Kediri)

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS, RAMBU LALU LINTAS DAN MARKA JALAN

BAB II TINJUAN PUSTAKA

PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 20 TAHUN 2002

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB III LANDASAN TEORI. karakteristik-karakteristik parkir seperti kebutuhan parkir, volume parkir, durasi

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Lalu Lintas

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : HK.205/1/1/DRJD/2006 TENTANG

TINJAUAN KECEPATAN KENDARAAN PADA WILAYAH ZONA SELAMAT SEKOLAH DI KOTA PEKANBARU 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BLACKSPOT INVESTIGATION WORKSHOP Surabaya, Mei 2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 04 TAHUN 2003 TENTANG PERLENGKAPAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GRESIK

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.984/AJ. 401/DRJD/2005 TENTANG

BAB III METODA PENELITIAN

BAB II KOMPONEN PENAMPANG MELINTANG

PEDOMAN. Perencanaan Median Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan. Pd. T B

DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN PONOROGO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II JEMBRANA NOMOR 18 TAHUN 1994 T E N T A N G

TINJAUAN PUSTAKA. Parkir merupakan tempat menempatkan dengan memberhentikan kendaraan

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.603/AJ 401/DRJD/2007 TENTANG

Manajemen Fasilitas Pejalan Kaki dan Penyeberang Jalan. 1. Pejalan kaki itu sendiri (berjalan dari tempat asal ke tujuan)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Persimpangan adalah simpul dalam jaringan transportasi dimana dua atau

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta

BAB III LANDASAN TEORI

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI BARAT NOMOR 7 TAHUN 2009 T E N T A N G PENGENDALIAN KELEBIHAN MUATAN ANGKUTAN BARANG

TINJAUAN KECEPATAN KENDARAN PADA WILAYAH ZONA SELAMAT SEKOLAH (ZoSS) DI KOTA PADANG

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Parkir adalah menghentikan mobil beberapa saat lamanya (Departemen

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

c. Pada tahun 2014 (5 tahun setelah Paragon City beroperasi), baik saat akhir pekan maupun hari kerja, terutama pada saat jam-jam puncak, simpang

Mata Kuliah Manajemen Lalu Lintas Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, FT UGM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II

Transkripsi:

MANAJEMEN PARKIR I. UMUM Setiap pergerakan kendaraan perlu tempat berhenti baik di asal maupun tujuan perjalanan Pengertian parkir: keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang bersifat sementara. Fasilitas parkir untuk umum bisa di badan jalan (on-street parking) dan di luar badan jalan (off-street parking) berupa pelataran dan gedung parkir Permasalahan parkir (terutama di daerah perkotaan): i. Keterbatasan lahan Dominasi waktu yang dipakai kendaraan adalah untuk parkir. jumlah kendaraan pribadi sangat banyak, lahan yang tersedia tidak cukup. ii. Kernacetan lalulintas akibat parkir Permasalahan untuk on-street parking akibat terbatasnya lebar jalan. Sedangkan off-street parking akibat kendaraan yang keluar-masuk lokasi parkir tidak lancar iii. Dampak negatif di bidang ekonorni Bisa dilihat dan pemanfaatan lahan yang tidak sebanding dengan nilai tanah dan permasalahan yang terjadi selalu memiliki konsekuensi ekonomi. II. PERANCANGAN TEMPAT PARKIR 1. Survei parkir Survei inventarisasi ruang parkir - Tujuan untuk mengetahui karakteristik fasilitas parkir yang ada sehingga dapat memperkirakan kebutuhan ruang parkir. - Cakupan survei: jumlah, lokasi, jenis ruang parkir (untuk kendaraan pribadi, umuni, bongkar muat angkutan barang) dan sistem pengendalian (lokasi dan waktu pelarangan atau perbatasan, tarif parkir, pola penempatan parkir, marka dati rambu). - Daerah studi dibagi menjadi beberapa blok, masing-masing blok dirinci ketersedian tempat parkirnya. Survei kebutuhan parkir - Tujuan : mengetahui karakteristik parkir lebih spesifik. seperti: maksud parkir, volume, durasi, akumulasi, angka pergantian parkir (turn over), kebutuhan parkir, indeks parkir dan jarak berjalan.

- Jenis survei yang dilakukan: 1. Survei wawancara: dilakukan untuk daerah yang luas dan diperkirakan akan terjadi perubahan kebutuhan Data yang dikumpulkan: asal tujuan pemarkir, lama parkir. maksud perjalanan Metode: a. Wawancara parkir (ke pengemudi atau pemilik) mencakup: nomer plat kendaraan, jenis kendaraan, lokasi dan jenis parkir, waktu kedatangan dan keberangkatan, asal-tujuan perjalanan, maksud perjalanan, frekwensi parkir, lokasi parkir yang dipertimbangkan. b. survei kartu pos, yang ditanyakan sama dengan wawancara. punya kelemahan urnlah kartu pos yang dikembalikan sulit diprediksi. c. wawancara rumah tangga, dapat memberikan informasi potensi kebutuhan parkir. d. wawancara pada lokasi terbatas, misal: fasilitas parkir hanya digunakan oleh orang yang bekerja disitu 2. Observasi parkir: a. Survei parkir kordon Untuk mengukur akumulasi parkir dan total kapasitas ruang parkir pada daerah studi b. Survei durasi parkir (survei patroli parkir atau survei pelat nomer kendaraan parkir) Untuk menentukan karakteristik parkir: kepadatan, durasi, masalah yang terjadi, sistem pengendalian. III. PERANCANGAN PARKIR Dl BADAN JALAN a. Penentuan sudut parkir, dengan mempertimbangkan: lebar jalan, volume lalulintas, karakteristik kecepatan. Dimensi kendaraan, peranan jalan dan guna lahan di sekitarnya. b. Pola parkir. Pola parkir merupakan posisi kendaraan pada saat diparkir terhadap as jalan. Jenis pola parkir adalah : parallel, menyudut dengan pertimbangan kondisi tempat parkir datar/tanjakan/turunan.

c. Larangan parkir diberlakukan pada tempat-tempat atau kondisi tertentu. d. Penyediaan alat kontrol yang meliputi rambu, marka IV. PERANCANGAN TAMAN PARKIR i. Kriteria taman parkir: RUTRD, keselamatan dan kelancaran lalulintas, kelestarian lingkungan, kemudahan, tersedia tata guna lahan, letak antara jalan akses utama dan daerah yang dilayani. ii. Pola parkir Pola parkir merupakan tata letak kendaraan yang disusun untuk kondisi parkir satu sisi, dua sisi, dan parkir pulau serta dibedakan terhadap jenis kendaraan Bis/truk, mobil penumpang, sepeda dan sepeda motor. iii. Jalur sirkulasi, gang dan modul. Letak jalan masuk/keluar ditempatkan: - sejauh mungkin dari persimpangan - dihindari kemungkinan konflik dengan pejalan kaki - memungkinkan tersedianya arah pandang yang cukup terutama saat keluar dari tempat parkir untuk memasuki jalan utama - lebar minimum jalur sirkulasi: a. untuk jalan satu arah = 3.5 meter b. untuk jalan dua arah = 6.5 meter iv. Tata letak parkir Tata letak area parkir dapat dibedakan menjadi dua. yaitu: tata letak pelataran parkir dan lay out ruang parkir. Tata letak pelataran mencakup posisi pintu masuk dan keluar terhadap jalan yang ada. Untuk kendaraan besar seperti bis dan truk perlu diperhatikan lintasan kendaraan terutama pada saat melakukan manuver. v. Parkir mobil barang banyak dijumpai di kawasan industri maupun pertokoan. Biasanya kawasan parkir kendaraan barang juga digunakan untuk istirahat awak mobil barang sehingga perlu dilengkapi dengan kantin, toilet, musholla, fasilitas perbaikan ringan, pompa balian bakar dan tempat istiraliat. V. PERANCANGAN GEDUNG PARKIR 1. Sangat efektif pada area yang sangat terbatas lahannya dengan tingkat kesibukan relatif tinggi.

2. Kriteria pengembangan: ketersediaan guna lahan, memenuhi persyaratan konstruksi dan perundangan yang berlaku, tidak menimbulkan pencemaran. memberi kemudahan bagi pengguna. 3. Tata letak: i. Lantai datar dengan jalur landai luar (external ramp) ii. Lantai terpisah iii. Lantai gedung yang berfungsi sebagai ramp iv. Tinggi minimal ruang bebas lantai gedung parkir adalah 2,5 meter. 4. Parkir otomatis: Merupakan cara parkir dengan sistem pengendalian oleh komputer baik bentuk parkir vertikal maupun horisontal. Pengguna parkir akan mendapat kartu magnetic yang dapat merekam waktu kedatangan, lokasi parkir. 5. Manfaat: salah satu pemecahan masalah berteknologi tinggi dan otomatis, hemat lahan dan fleksibel. keamanan Iebih baik (tertutup). 6. Kelemahan tidak dapat digunakan untuk sifat penggunaan bersama-sama (misal: bioskop), tidak cocok diterapkan bila waktu yang diperlukan di tempat parkir biasa kurang dari 10 menit Tabel 5.1 Lebar Minimum Jalan Lokal Primer Satu Arah untuk Parkir pada Badan Jalan Keterangan: J = lebar pengurangan ruang maneuver (2,5 meter) Demikian pula halnya untuk jalan local sekunder yang gerak lalulintasnya adalah satu arah, maka standar-standar sudut yang direkomendasikan dapat dilihat pada Tabel 5.2

Tabel 5.2 Lebar Minimum Jalan Lokal Sekunder Satu Arah Untuk Parkir Pada Badan Jalan Keterangan : J =.Iebar pengurangan ruang manuver (2,5 meter). Angka-angka yang lertera pada Tabel 5.1 dan 5.2 tentunya berbeda, yang mana perbedaan tersebut tentu saja dikarenakan oleh perbedaan fungsi jalan tersebut. Bagaimanapun juga perbedaan fungsi akan menciptakan kondisi yang berbeda pula. Demikian pula halnya untuk Jalan kolektor satu arah, standar standarnya dapat dilihat pada Tabel 5.3 seperti berikut ini.

TRAFFIC CONTROL TUJUAN - Lalulintas aman dan lancar pada kondisi eksisting. - Dicapai dengan - Peraturan/hukum - Perlengkapan pengatur lalulintas (Operational Mahagement) PERLENGKAPAN PENGATUR LALULINTAS (TRAFFIC CONTROL DEVICES) Mencakup: Rambu, Sinyal, marka, perlengkapan lain yang diletakkan di, diatas, atau didekat jalan untuk mengatur, memperingatkan atau memberi petunjuk kepada lalulintas. Syarat: 1. Mampu memenuhi kebutuhan. 2. Memberi perhatian. 3. Jelas, simpel, memiliki arti yang tegas. 4. Dihargai oleh pengguna jalan. 5. Diletakkan pada lokasi yang tepat. 6. Ada sangsi legal. Tujuan 1. Mengatur lalulintas - Memberi informasi tentang peraturan yang berlaku pada suatu tempat: pembatasan kecepatan, larangan parkir, operasi jalan satu arah, larangan menyalip, dll.

- memberi instruksi untuk melakukan sesuatu : stop, yield/giveway, jalur kiri khusus truk, dll. - Diperbolehkan melakukan manuver tertentu : membuat manuver sesuai yang diperlihatkan tanda panah hijau. - Memberikan hak jalan : lampu Ialulintas, jalan menerus, kanalisasi, dll. 2. Memberi peringatan. - Menunjukkan adanya kondisi geometri jalan khusus yang membahayakan : tikungan, pertemuan jalan, tanjakan. - Menunjukkan perubahan-perubahan karakter jalan : jalan menyempit, jembatan satu lajur,dll. - Menandai halangan-halangan di jalan di dekatnya pandangan terbatas, lubang, tonjolan. - Menunjukkan lokasi yang akan memberikan kondisi berbahaya sekolah, daerah longsoran, perkerasan hem ketika hujan. perlintasan KA, dll. - Memberitahu pengguna jalan akan adanya rambu-rambu pengontrol di depan : Rambu sinyal, speed zone. - Menyarankan pengemudi untuk mengambil tindakan merging traffic. rambu kecepatan. 3. Memberi petunjuk - Identifikasi route : route jalan, nama jalan, route khusus truk, dll. - Petunjuk bagi traveller : rambu tujuan dan jarak, rambu pertemuan jalan, interchange. - Menunjukkan lajur : garis-garis pembatas dijalan, marka jalan.

Keseragaman 1. Design - mempermudah pengenalan dan pemahaman. - Bentuk, warna, ukuran, simbol, kata, huruf, iluminasi. 2. Arti : - membantu mematuhi peraturan. 3.Operasi/penggunaan - meningkatkan ketaatan pengemudi dan rnencegah penggunaan yang berlebihan. 4.Penempatan - mengurangi kemungkinan pengemudi tidak melihat perlengkapan pengontrol lalulintas. JALAN SATU ARAH - Untuk mengurangi kemacetan dan tundaan. - mengurangi kecelakaan. Keuntungan a. Penggunaan jalan-jalan yang ada bisa Iebih baik. - menyebarkan beban Ialulintas. - jalan-jalan dengan jumlah lajur ganjil bisa digunakan lebih baik. b. Meningkatkan kapasitas, pada: - Mid-bock, dengan mempermudah gerakan kendaraan lambat atau kendaraanparkir dua sisi. - Persimpangan dengan penggunaan yang Iebih efisien lebar approach dan mengurangi konflik kendaraan-kendaraan yang belok. c. Meningkatkan keselamatan dengan: - mengurangi jumlah konflik di persimpangan. - mengurangi jumlah konflik kendaraan dengan pejalan kaki di persimpangan.

MARKA JALAN NO: KM 60 TH1993 Pengertian Suatu tanda di permukaan jalan atau di atas permukaan jalan yang meliputi peralatan atau tanda yang membentuk garis membujur, melintang, serong serta lambang lainnya yang berfungsi untuk mengarahkan arus lalulintas dan membatasi daerah kepentingan lalulintas. Penempatan, harus mempertimbangkan: a. Kondisi jalan dan lingkungan b. Lalulintas c. Keselamatan, keamanan, ketertiban, dan kelancaran lalulintas Jenis Marka Berdasarkan fungsinya dibeiakan atas: 1. Marka membujur - Berupa garis utuh: a. Larangan bagi kendaraan untuk melintasi garis tersebut b. Menandakann tepi jalur lalulintas - Untuk kondisi darurat dapat digunakan alat pemisah lajur yang berfungsi sebagai marka jalan - Berupa garis putus-putua. Mengarahkan lalulintas b. Peringatan awal akan adanya marka membujur utuh c. Pembatas jalur pada jalan 2 arah - Garis ganda 2. Marka melintang - Garis utuh sebagai batas berhenti kendaraan yang diwajibkan oleh alat pemberi isyarat lalu lintas atau rambu larangan

- Garis ganda putus-putus sebagai batas berhenti kendaraan sewaktu mendahulukan kendaraan lain (rambu/marka yield ) 3. Marka serong - Garis utuh: a. dilarang dilintasi kendaraan b. pemberitahuan awal atau akhir pemisah jalan, pengarah lalulintas dan pulau lalulintas - Marka serong dengan dibatasi rangka garis utuh menyatakan: a. Daerah yang tidak boleh dimasuki kendaraan b. Pemberitahuan awal sudah mendekati pulau lalulintas - Marka serong dengan dibatasi rangka garis putus-putus menyatakan kendaraan tidak boleh memasuki daerah tersebut sampai mendapat kepastian selamat. 4. Marka lambang Berupa tanda panah, segitiga, atau tulisan - Fungsi untuk mengulangi maksud rambu-rambu lalulintas atau untuk memberi tahu pemakai jalan yang tidak dinyatakan dengan rambu lalulintas jalan. - Penggunaan: a. Tempat perhentian bus b. Menyatakan pemisahan arus lalulintas sebelum mendekati persimpangan yang tanda lambangnya berbentuk panah - Marka berupa garis berliku-liku berwarna kuning pada sisi jalur lalulintas menyatakan dilarang parkir pada jalan tersebut. - Marka berupa garis utuh berwarna kuning pada bingkai jalan menyatakan dilarang berhenti pada daerah tersebut (bisa diganti garis putus-putus warna kuning di luar garis tepi jalur lalulintas).

5. Marka lainnya - Untuk penyeberangan pejalan kaki dinyatakan dengan zebra cross - Untuk penyeberangan sepeda dinyatakan dengan dua garis putus-putus berbentuk bujur sangkar atau belah ketupat. - Paku jalan dengan pemantul cahaya: a. Berwarna kuning untuk pemisah jalur atau lajur lalulintas b. Berwarna merah ditempatkan pada garis batas di sisi jalan c. Berwarna putih ditempatkan pada garis batas sisi kanan jalan. Bahan marka jalan : cat, thermoplastik, reflectorization, dll. Harus terbuat dari bahan yang tidak licin dan tidak boleh menonjol Iebih dan 6 mm. Bahan paku jalan plastik, baja tahan karat, aluminium campur. Tidak boleh menonjol lebih dan 15 mm di atas permukaan jalan, dan bila dilengkapi reflektor tidak boleh menonjol lebih dan 40 mm.

SINYAL Merupakan syarat lalulintas berupa nyala lampu yang berfungsi untuk mengatur kendaraan atau pejalan kaki Jenis dan fungsi sinyal : a. Lampu tiga warna (merah, kuning, hijau), berfungsi untuk mengatur kendaraan b. Lampu dua warna (merah, hijau) berfungsi untuk mengatur kendaraan dan atau pejalan kaki c. Lampu satu warna, berfungsi memberikan peringatan bahaya kepada pemakai jalan Arti warna nyala lampu a. Merah = Kendaraan harus berhenti b. Hijau = Kendaraan harusjalan c. Kuning = Kendaraan yang belum sampai pada marka melintang dengan garis utuh bersiap untuk berhenti

ALAT PENGENDALI DAN PENGAMAN PEMAKAI JALAN Terdiri atas : a. Alat pengendali Pembatasan kecepatan : alat pembatas kecepatan Ukuran muatan kendaraan : alat pembatas tinggi dan lebar b. Alat pengaman Pagar pengaman Cermin tikungan Delinator Pulau lalulintas Pita penggaduh ALAT PENGAWAS DAN PENGAMAN JALAN Fungsi : pengawasan terhadap berat kendaraan beserta muatannya. Bentuk : alat penimbang yang dipasang secara tetap atau dapat dipindahkan Penyelenggaraan penimbangan meliputi : penentuan lokasi, pengadaan, pemasangan dan / atau pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan.