III. METODOLOGI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS DEBIT SUNGAI CIDANAU DENGAN APLIKASI SWAT FADLI IRSYAD

ANALISIS WILAYAH KONSERVASI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) KURANJI DENGAN APLIKASI SWAT

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Penggunaan lahan Sub DAS Cisadane Hulu

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Siklus Hidrologi

Analisis Debit Sungai dengan Menggunakan Model SWAT pada DAS Cipasauran, Banten

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 WAKTU DAN TEMPAT 3.2 ALAT DAN BAHAN

BAB III METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Tempat

Gambar 1. Siklus hidrologi (Ward et al, 1995)

Analisis Kondisi Hidrologi Daerah Aliran Sungai Kedurus untuk Mengurangi Banjir Menggunakan Model Hidrologi SWAT

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1 Diagram Alir Penyusunan Tugas Akhir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pemodelan Aliran Permukaan 2 D Pada Suatu Lahan Akibat Rambatan Tsunami. Gambar IV-18. Hasil Pemodelan (Kasus 4) IV-20

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di saluran Ramanuju Hilir, Kecamatan Kotabumi, Kabupaten Lampung Utara, Provinsi Lampung.

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 2. Peta lokasi penelitian

PENDUGAAN DEBIT ALIRAN SUNGAI CILIWUNG DI BENDUNG KATULAMPA MENGGUNAKAN SOFTWARE ARCSWAT PUTRI RODUA MARBUN

Tahun Penelitian 2005

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan dalam penelitian yaitu:

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan

ANALISIS UNIT RESPON HIDROLOGI DAN KADAR AIR TANAH PADA HUTAN TANAMAN DI SUB DAS CIPEUREU HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SANDY LESMANA

ANALISIS DEBIT PADA DAS AIR DINGIN MENGGUNAKAN MODEL SWAT ABSTRAK

3 METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... iii. LEMBAR PENGESAHAN... iii. PERNYATAAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL...

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Persetujuan... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Peta... Daftar Lampiran...

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Daur Hidrologi. B. Daerah Aliran Sungai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pencapaian penelitian secara optimal sangat ditentukan pada kadar pemahaman

Gambar 1. Siklus Hidrologi (Ward, 1967)

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI DEDIKASI KATA PENGANTAR

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di saluran drainase Antasari, Kecamatan. Sukarame, kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung.

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL

Misal dgn andalan 90% diperoleh debit andalan 100 m 3 /det. Berarti akan dihadapi adanya debit-debit yg sama atau lebih besar dari 100 m 3 /det

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

PENERAPAN SISTEM AGROFORESTRY PADA PENGGUNAAN LAHAN DI DAS CISADANE HULU: MAMPUKAH MEMPERBAIKI FUNGSI HIDROLOGI DAS? Oleh : Edy Junaidi ABSTRAK

TINJAUAN PUSTAKA. Neraca Air

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Intervensi manusia dalam pemanfaatan sumberdaya alam yang makin

V. SIMULASI LUAS HUTAN TERHADAP HASIL AIR

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR GAMBAR... ix. A Latar Belakang...1

OPTIMASI PEMANFAATAN AIR BAKU DENGAN MENGGUNAKAN LINEAR PROGRAMMING (LP) DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CIDANAU, BANTEN. OLEH : MIADAH F

METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di lingkungan Masjid Al-Wasi i Universitas Lampung

BAB IV ANALISA Kriteria Perencanaan Hidrolika Kriteria perencanaan hidrolika ditentukan sebagai berikut;

TUGAS AKHIR PERHITUNGAN DEBIT ANDALAN SEBAGAI. Dosen Pembimbing : Dr. Ali Masduqi, ST. MT. Nohanamian Tambun

PENDUGAAN PARAMETER UPTAKE ROOT MENGGUNAKAN MODEL TANGKI. Oleh : FIRDAUS NURHAYATI F

III. BAHAN DAN METODE

DAFTAR ISI. Halaman JUDUL PENGESAHAN PERSEMBAHAN ABSTRAK KATA PENGANTAR

Studi Optimasi Operasional Waduk Sengguruh untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berikut ini beberapa pengertian yang berkaitan dengan judul yang diangkat oleh

MODEL HIDROGRAF BANJIR NRCS CN MODIFIKASI

KEMAMPUAN LAHAN UNTUK MENYIMPAN AIR DI KOTA AMBON

Gambar 17. Tampilan Web Field Server

BAB III METODA ANALISIS. desa. Jumlah desa di setiap kecamatan berkisar antara 6 hingga 13 desa.

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. curah hujan ini sangat penting untuk perencanaan seperti debit banjir rencana.

BAB IV PEMAHAMAN DAN ANALISIS LAHAN

Bab IV Metodologi dan Konsep Pemodelan

Dr. Ir. Robert J. Kodoatie, M. Eng 2012 BAB 3 PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR DAN KETERSEDIAAN AIR

BAB III METODA ANALISIS

III.BAHAN DAN METODE. Gambar 1. Lokasi Penelitian (DAS Ciliwung Hulu)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI 3.1 METODE ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA

Kebutuhan Informasi Perencanaan Sumberdaya Air dan Keandalan Ketersediaan Air yang Berkelanjutan di Kawasan Perdesaan

dilakukan pemeriksaan (validasi) data profil sungai yang tersedia. Untuk mengetahui

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Tabel Posisi titik acuan (BM, dalam meter) di lokasi MIFEE

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Lokasi Penelitian

3. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April Oktober 2011 meliputi

LEMBAR PENGESAHAN. Disusun Oleh : HENDRI SETIAWAN L2A JAHIEL R SIDABUTAR L2A SEMARANG, NOVEMBER 2007

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kehilangan air pada suatu sistem hidrologi. panjang, untuk suatu DAS atau badan air seperti waduk atau danau.

PENDUGAAN EROSI DAN SEDIMENTASI PADA DAS CIDANAU DENGAN MENGGUNAKAN MODEL SIMULASI AGNPS (Agricultural Non Points Source Pollution Model)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Tujuan. Peserta memahami syarat-syarat pemilihan lokasi SPAS dan alat-alat yang dibutuhkan dalam pemantauan data hidrologi DAS

SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA LAHAN

BAB II DESKRIPSI KONDISI LOKASI

Hasil dan Analisis. Simulasi Banjir Akibat Dam Break

VI. DISKUSI UMUM DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V ANALISA DATA. Dalam bab ini ada beberapa analisa data yang dilakukan, yaitu :

II. IKLIM & METEOROLOGI. Novrianti.,MT_Rekayasa Hidrologi

BAB III METODOLOGI. dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban.

KUANTIFIKASI JASA LINGKUNGAN PENERAPAN SISTEM AGROFORESTRY PADA DAS CISADANE HULU. Aji Winara dan Edy Junaidi ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS DEBIT ANDALAN

BAB I PENDAHULUAN. Evaluasi Ketersediaan dan Kebutuhan Air Daerah Irigasi Namu Sira-sira.

DAFTAR ISI. BAB III TEORI DASAR Lereng repository.unisba.ac.id. Halaman

BAB V ANALISIS HIDROLIKA DAN PERHITUNGANNYA

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI... iii. DAFTAR TABEL... vi. DAFTAR GAMBAR... xi BAB I PENDAHULUAN... 1

ANALISIS CURAH HUJAN DAN DEBIT MODEL SWAT DENGAN METODE MOVING AVERAGE DI DAS CILIWUNG HULU

Transkripsi:

III. METODOLOGI PENELITIAN Analisis debit Sungai Cidanau dilakukan untuk mendapatkan ketersediaan air pada DAS Cidanau. Hal ini dilakukan untuk menggambarkan perubahan yang terjadi pada jumlah air yang tersedia terkait jumlah, ruang, dan waktu pada DAS Cidanau. Adapun langkah yang akan dilakukan meliputi : (i) pengumpulan dan pengolahan data iklim, (ii) analisis kecenderungan ketersediaan air, (iii) penentuan hari kering DAS Cidanau, (iv) penghitungan debit Sungai Cidanau, (v) analisis debit sungai cidanau menggunakan MWSWAT, (vi) kalibrasi data debit Sungai Cidanau, (vii) mendapatkan hubungan curah hujan dengan debit Sungai Cidanau. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di kawasan DAS Cidanau dengan titik outlet bangunan mercu (weir) Rumah Pompa I PT KTI. Pengolahan data dilakukan di Laboratorium Sumber Daya Air, IPB, Dramaga, Bogor. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan November 2010 sampai dengan Maret 2011. 3.2 Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain: - Seperangkat komputer dengan menggunakan aplikasi Microsoft Office 2007, open sources software MapWindows GIS 4.7 SR (4.7.5) dari www.mapwindow.org. - Echosounder untuk mengukur kedalam air sungai. - Currentmeter digunakan untuk mengukur kecepatan aliran sungai - Water Level Logger untuk mengukur perubahan ketinggian muka air sungai setiap 30 menit. - Alat pendukung lainnya berupa Theodolite T200, pita ukur, tali tambang, dan perahu.

18 3.3 Pengumpulan dan Analisis Data Pengumpulan data mencakup data primer dan skunder. Data yang dibutuhkan pada penelitian ini antara lain: - Debit Sungai Cidanau tahun 1996-2010 dari PT Karakatau Tirta Industri (PT KTI). - Kebutuhan air penduduk dan industri dari PT Krakatau Tirta Industri. - Data klimatologi Stasiun Iklim Serang 1996-2010 - Data global Digital Elevation Mode (DEM) untuk wilayah Cidanau dengan resolusi 30 x 30 m yang berasal dari (http://dds.cr.usgs.gov/srtm/version2_1/srtm3/eurasia/) - Data global dari Landuse (http://waterbase.org) skala 1:250 000, tanah (http://waterbase.org) skala 1:250 000, dan data iklim global - Peta Landuse olahan citra satelit pada DAS Cidanau tahun 2006, 2008 dan 2010 skala 1: 25 000. - Peta Tanah DAS Cidanau tahun 2008/2009 Analisis data mencakup rata-rata curah hujan wilayah, evapotranspirasi, infiltrasi. Selanjutnya dilakukan analisis SWAT dengan menggunakan aplikasi MapWindows untuk menghitung debit Sungai Cidanau. Pada aplikasi SWAT input data yang diperlukan disesuaikan dengan metode yang akan digunakan dalam menentukan parameter output nantinya. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1. 3.4 Analisis Kecenderungan Ketersediaan Air Data hasil pengukuran debit Sungai Cidanau harian telah dikumpulkan oleh PT. Krakatau Tirta Industri secara intensif menggunakan AWLR sejak tahun 1996. Ketersediaan air Sungai Cidanau diproyeksikan berdasarkan data histori debit sungai dengan menggunakan model populasi populer yang dikenal sebagai model Verhulst (Persamaan 3-1) (Burghes dan Borrie 1981). Secara umum model ini menunjukkan kurva sigmoid dari waktu ke waktu dengan nilai batasan pada waktu tak terbatas.

19 Tabel 1 Output, metode, dan input data yang diperlukan Output Metode Data yang dibutuhkan Surface run off SCS (1972) - Hujan - Porositas tanah - Kadar air tanah - Infiltrasi - Retensi tanah - Kadar air saat kapasitas lapang - Kadar air saat titik layu permanen - Kemiringan lahan - Kadar air tanah rata-rata - data tanah dan tata guna lahan Green and Ampt (1911) - Hujan - Potensial matriks tanah - Perubahan volume kadar air - Kemiringan lahan - Konduktivitas hidrolik tanah - Kadar air saat kapasitas lapang - Kadar air saat titik layu permanen - Koefisien kekasaran meanning - Data tanah dan tata guna lahan Evapotranspirasi Penman-Monteith (1965) Priestley and Taylor (1972) Hargreaves et al. (1985) - Kelembaban relatif - Radiasi matahari - Suhu rata-rata, max, minimum - Kecepatan angin - Tekanan atmosfer - Jenis tata guna lahan - Radiasi matahari - Kelembaban relatif - Suhu rata-rata, max, minimum - Jenis tata guna lahan - Suhu rata-rata, max, minimum - Radiasi matahari - Jenis tata guna lahan Perkolasi Neitsch et al. (2005) - Konduktivitas hidrolik - Hujan - Kadar air saat kapasitas lapang - Kadar air saat titik layu permanen - Jenis tanah Ground water Arnold et al. (1993) - Hujan - Konduktivitas hidrolik tanah - Topografi - Muka air tanah - Tanah

20 Arah perubahan ketersediaan air dapat dihitung dengan menggunakan analisis kecenderungan perubahan iklim pada DAS Cidanau yang sebelumnya telah diteliti oleh Setiawan et al (2009). P(t) = P 1 + 1. exp ( γt) (3-1) Hasil proyeksi ini hanya untuk melihat gambaran ketersediaan air secara statistik, namun pada kondisi di alam sering terjadi deviasi dari hasil proyeksi yang dilakukan. 3.5 Penentuan Hari Kering DAS Cidanau Penentuan awal musim kemarau dan lamanya dilakukan dengan menganalisis fungsi kumulatif dari curah hujan dalam satu tahun. Data curah hujan yang terjadi dari tahun 1989 sampai 2010 disusun secara kumulatif untuk setiap tahunnya. Pola sebaran dari penjumlahan hujan setiap harinya akan menbentuk suatu fungsi polinomial. Dari fungsi polinomial tersebut, dapat diperoleh persamaan untuk fungsi hujan kumulatif sebagai berikut: Hujan (t) = a 5.x 5 + a 4.x 4 + a 3.x 3 + a 2.x 2 + a 1.x+ c (3-2) Persamaan hujan kumulatif di atas memiliki tingkat kecondongan (Slope) dalam satu tahun. Nilai Slope yang besar menandakan perubahan hujan dari hari satu hari berikutnya relatif tinggi. Slope inilah yang menjadi batasan dalam menentukan kapan terjadinya musim kering dan musim hujan. Awal musim kering ditandai jika H (t) Slope yang berarti rata-rata hujan harian pada saat tersebut lebih kecil atau sama dengan batasan hari basah pada tahun tersebut, maka dapat dikatakan pada saat tersebut adalah awal hari kering. Nilai t menerangkan hari dalam julian days. Awal musim hujan ditandai dengan nilai H (t) Slope yang berarti curah hujan harian rata-rata melebihi dari batasan hari kering. Puncak hari kering merupakan titik balik dari kondisi kering ke basah, maka untuk mendapatkan titik balik dari fungsi H(t) diperoleh dengan turunan keduanya H (t) = 0.

21 3.6 Penghitungan Debit Sungai Cidanau Penghitungan debit Sungai Cidanau dilakukan dengan mengukur tinggi muka air sungai secara berkala. Adapun tahapan yang dilakukan dalam menentukan besarnya debit Sungai Cidanau adalah: 3.6.1 Pengukuran profil Sungai Cidanau. Penentukan arah potongan melintang sungai dilakukan dengan menggunakan theodolite agar bentuk profil sungai tegak lurus terhadap aliran sungai. Pengukuran kedalaman sungai dilakukan dengan menggunakan ecosounder dan untuk kecepatan aliran sungai dilakukan dengan currentmeter jarak pengukuran adalah satu meter. Pengukuran kecepatan aliran dilakukan dengan cara membagi penampang melintang saluran setiap meter dan titik pengukuran kecepatan berada pada dua titik yakni pada 0.2d dan 0.8 d dari permukaan air (Chow VT 1989). Adapun kecepatan rata-rata untuk satu titik pengukuran adalah: V =,, (3-4) Perubahan ketinggian permukaan air dicatat dengan menggunakan water level loger dengan interval waktu pencatatan 30 menit. 3.6.2 Pembuatan rating curve Metode yang digunakan dalam pengukuran debit Sungai Cidanau adalah dengan menggunakan fungsi cubic spline interpolation yang dikembangkan oleh Setiawan et al, 1997. Fungsi ini digunakan untuk menggambarkan profil sungai secara kontinyu yang terbentuk dari hasil pengukuran jarak dan kedalaman sungai. Metode ini dapat langsung menghitung debit sungai menggunakan formula Manning, dan menghasilkan rating curve. Rating curve akan menggambarkan pengaruh perubahan kedalaman terhadap debit sungai.

22 Gambar 4 Sketsa pengukuran penampang melintang sungai Cubic spline interpolation (Burden dan Faires 1989) digunakan untuk mencari fungsi kontinyu yang menghubungkan antara lebar dan dalam sungai (Gambar 4), dimana x i merupakan titik pengukuran yang ke-i dihitung dari tepi sungai, dan d i adalah kedalaman pada titik i. Fungsi ini berbentuk: d (x) = α + β (x x ) + γ (x x ) + δ (x x ) untuk x x x (3-5) Dimana, α, β, γ dan δ masing-masing adalah koefisien yang dihitung sebagai berikut: α = f(x ) ; untuk i = 0,1,...,m (3-6) β = (x x )(γ 2γ ) ; untuk i = 0,1,...,m (3-7) γ = z μ γ ; untuk i = 0,1,...,m -1 dan γ = 0 (3-8) δ = untuk i = 0,1,...,m (3-9) 3.7 Analisis Debit Sungai Cidanau menggunakan MWSWAT Perhitungan debit Sungai Cidanau juga dilakukan dengan menggunakan MWSWAT. Hal ini untuk melihat karakteristik DAS secara keseluruhan dengan responnya terhadap hidrologi DAS secara keseluruhan. Hasil simulasi nantinya divalidasikan kembali dengan hasil perhitungan debit observasi di lapangan. Sebelum memulai tahapan pengolahan dengan menggunakan SWAT, perlu dilakukan persiapan terhadap data yang akan dimasukkan sebagai input dalam SWAT yakni: a. Membuat sistem koordinat pada peta DEM (30 m x 30 m), landuse, tanah. Sistem koordinat yang digunakan adalah sistem koordinat Universal

23 Tranverse Mercator (UTM) WGS 1984 pada zone 48S. Format peta yang digunakan dalam bentuk raster (grid cells). b. Menyiapkan data iklim yang meliputi: daftar stasiun iklim Serang (967370.txt), data hujan harian dari tahun 2006-2010 (967370.pcp), data temperatur harian dari tahun 2006-2010 (967370.tmp), data iklim tahun 1996-2009 di dalam file weather generator (WGN_serang.wgn) c. Menyiapkan data karakteristik tanah, tanaman/landuse, dan wilayah urban dengan penyesuaian terhadap data global yang telah ada. 3.7.1 Penggambaran Daerah Aliran Sungai (DAS) Daerah Aliran Sungai Cidanau dibuat dengan metode Automatic Watershed Delineation pada aplikasi SWAT. Peta DEM Cidanau dengan resolusi 30m x 30m dijadikan input untuk mempresentasikan beda elevasi dari setiap titik untuk melihat arah aliran air permukaan. Aliran sungai yang terbentuk akan membentuk suatu daerah aliran sungai, dan outlet dari aliran sungai tersebut disesuaikan dengan koordinat outlet Sungai Cidanau pada Rumah Pompa I PT Karakatau Tirta Industry (PT KTI). 3.7.2 Pembuatan wilayah hidrologi Wilayah hidrologi dibentuk berdasarkan pembuatan Hydrological Response Unit (HRU) pada aplikasi SWAT. HRU mengambarkan pengaruh suatu wilayah terhadap faktor hidrologi yang terjadi pada wilayah tersebut, pembagian wilayah tersebut berdasarkan karakteristik tanah, tata guna lahan, dan kemiringan lahan. Input peta tanah dan landuse harus dalam koordinas sitem UTM, dan dalam format raster. Selanjutnya faktor kemiringan yang digunakan dalam menentukan HRU dibagi dalam beberapa pembagian menurut Arsyad (2006) yakni 0-3 ; 3-8 ; 8-15; 5-30; 30-45; 45-65. Threshold dari persentase total luasan yang digunakan untuk landuse (10%), jenis tanah (5 %), dan Slope (5%) yang memiliki persentase luasan yang lebih kecil dari threshold yang ditentukan untuk diabaikan.

24 3.7.3 Simulasi SWAT Pada tahapan ini input data yang digunakan adalah periode simulasi tahun 2006-2010. File data mencakup data stasiun iklim (.txt), file data hujan harian (.pcp), temperatur harian (.tmp) dan file weather generator (.wgn). 3.7.4 Visualisasi hasil simulasi. Pada tahapan visualisasi parameter output yang dikehendaki dapat ditampilkan dalam MapWindows, berupa gradasi warna. Pada Sungai Cidanau output yang dipilih yaitu parameter output debit sungai rata-rata tahunan. 3.8 Kalibrasi Data Debit Sungai Cidanau Analisis hasil simulasi dari output yang telah diperoleh dikalibrasi parameter inputnya agar hasil simulasi mendekati data hasil pengukuran di lapangan. Perbandingan output debit hasil simulasi SWAT dengan debit hasil observasi outlet di lapangan dilakukan dengan menggunakan SWAT Plot dan Graph (George 2008). Analisis dilakukan dengan menggunakan koefisien determinasi (R 2 ) dan Nash-Sutcliffe Index (NSI) sebagai berikut: R = (, )(, ) (, ) (, ) (3-2) NSI = 1.0 (, ) (, ) (3-3) Dimana : Q, = debit pengukuran di lapangan (m 3 /det) Q, = debit simulasi (m 3 /det) Q = debit pengukuran di lapangan rata-rata (m 3 /det) Q = debit simulasi rata-rata (m 3 /det) Kategori simulasi berdasarkan nilai NSI adalah sebagai berikut: - Layak jika > 0.75 - Memuaskan jika 0.75 > NSI > 0.36 - Kurang memuaskan jika < 0.36

25 JIka hasil kalibrasi didapatkan hasil memuaskan atau layak maka model SWAT dapat diaplikasikan disimulasikan untuk berbagai kondisi dalam manajemen sumber daya air di DAS Cidanau. Kalibrasi dilakukan terhadap parameter yang berhubungan dengan debit Sungai Cidanau, sedangkan untuk parameter yang berkaitan dengan sedimentasi, transpor unsur hara, dan bahan organik tidak diikutkan pada penelitian ini.