Industri dan Rantai Perdagangan

dokumen-dokumen yang mirip
1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 04 TAHUN 2001 TENTANG KRITERIA BAKU KERUSAKAN TERUMBU KARANG MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir merupakan suatu wilayah peralihan antara daratan dan

I. PENDAHULUAN pulau dengan luas laut sekitar 3,1 juta km 2. Wilayah pesisir dan. lautan Indonesia dikenal sebagai negara dengan kekayaan dan

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 04 TAHUN 2001 TENTANG KRITERIA BAKU KERUSAKAN TERUMBU KARANG

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

02/03/2015. Sumber daya Alam hayati SUMBER DAYA ALAM JENIS-JENIS SDA SUMBERDAYA HAYATI. Kepunahan jenis erat kaitannya dengan kegiatan manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Terumbu karang merupakan komponen ekosistem utama pesisir dan laut

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan. Materi # T a u f i q u r R a c h m a n

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #4 Genap 2016/2017. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 2001 Tentang : Kriteria Baku Kerusakan Terumbu Karang

1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Potensi Keuntungan Bersih per Tahun per km 2 dari Terumbu Karang dalam Kondisi Baik di Asia Tenggara Penggunaan Sumberdaya

JAKARTA (22/5/2015)

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar dengan jumlah pulaunya yang

Akronim dan Glosari. Jadual Aktifitas: Alat yang dibuat untuk mengatur aktifitas kolektor dan koordinator dalam jadual/tabel waktu sederhana.

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang dan Masalah yang dikaji (Statement of the Problem) I.1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang mencapai pulau dengan panjang pantai sekitar km 2 dan luas

POTENSI ANCAMAN LEDAKAN POPULASI ACANTHASTERPLANCI TERHADAP KELESTARIAN TERUMBU KARANG DI WILAYAH LAUT JAKARTA DAN UPAYA PENGENDALIANNYA

JAWABAN PERTANYAAN EVOLUSI TUGAS

1.2.1 Bagaimanakah kehidupan ekosistem terumbu karang pantai Apakah yang menyebabkan kerusakan ekosistem terumbu karang?

Pengertian Pencemaran Laut dan Penyebab Terjadinya Pencemaran Laut

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang

KAJIAN DAMPAK PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR KOTA TEGAL TERHADAP ADANYA KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Kecamatan Tegal Barat) T U G A S A K H I R

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendahuluan 1. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga

BAB I PENDAHULUAN. khatulistiwa karena keanekaragaman hayati dan agroekosistem Indonesia

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

VI ANALISIS DPSIR DAN KAITANNYA DENGAN NILAI EKONOMI

KERUSAKAN LINGKUNGAN

TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa penelitian dan kajian mengenai banjir pasang. Beberapa

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang dua per tiga luasnya ditutupi oleh laut

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki pulau dengan garis pantai sepanjang ± km dan luas

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan Tugas Akhir ini adalah membuat

5.1. Analisis mengenai Komponen-komponen Utama dalam Pembangunan Wilayah Pesisir

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati tertinggi di dunia. Kekayaan hayati tersebut bukan hanya

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

EKOSISTEM LAUT DANGKAL EKOSISTEM LAUT DANGKAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDEKATAN TEORITIS. Tinjauan Pustaka

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut

5 PEMBAHASAN 5.1 Terumbu Karang di Kawasan Konservasi Pulau Biawak dan Sekitarnya

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLaihan soal 10.3

BAB I PENDAHULUAN. kedua di dunia setelah Kanada, sehingga 2/3 luas wilayah Indonesia merupakan. untuk menuju Indonesia yang lebih maju dan sejahtera.

Gerakan air laut yang dapat dimanfaatkan dalam kegiatan sehari-hari adalah nomor

PENGENALAN EKOSISTEM DI LAUT DANGKAL (Biologi(

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5. La Nina. El Nino. Pancaroba. Badai tropis.

Melestarikan habitat pesisir saat ini, untuk keuntungan di esok hari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MENCEGAH KERUSAKAN PANTAI, MELESTARIKAN KEANEKARAGAMAN HAYATI

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Industri dan Rantai Perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. Lovejoy (1980). Pada awalnya istilah ini digunakan untuk menyebutkan jumlah

Indonesia Menuju Poros Maritim Dunia

C. Model-model Konseptual

Hubungan Sumber Daya Alam dengan Lingkungan, Teknologi, dan Masyarakat

Pengertian lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar manusia yang memengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik langsung maupun tidak

PENGANTAR SUMBERDAYA PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL. SUKANDAR, IR, MP, IPM

Tantangan Ke Depan. 154 Tantangan Ke Depan

C. Potensi Sumber Daya Alam & Kemarintiman Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. tempat dengan tempat lainnya. Sebagian warga setempat. kesejahteraan masyarakat sekitar saja tetapi juga meningkatkan perekonomian

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Geografi PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUN BERKELANJUTAN I. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013. A. Kerusakan Lingkungan Hidup

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PENJUALAN HEWAN YANG DILINDUNGI MELALUI MEDIA INTERNET DIHUBUNGKAN DENGAN

Iklim Perubahan iklim

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sumberdaya alam adalah unsur lingkungan yang terdiri atas sumberdaya alam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Mengenal Teluk Tomini

Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1999 Tentang : Pengendalian Pencemaran Dan/Atau Perusakan Laut

92 pulau terluar. overfishing. 12 bioekoregion 11 WPP. Ancaman kerusakan sumberdaya ISU PERMASALAHAN SECARA UMUM

I. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

PERUBAHAN IKLIM DAN STRATEGI ADAPTASI NELAYAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

lingkungan untuk kepentingan generasi sekarang dan mendatang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Industri dan Rantai Perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. (Estradivari et al. 2009).

Transkripsi:

Sesi Ketiga Industri dan Rantai Perdagangan Handout PENTINGNYA TERUMBU KARANG BAGI KEHIDUPAN MANUSIA a. SUMBER KEANEKARAGAMAN HAYATI Terumbu karang Indonesia merupakan bagian dari ekosistem terkaya di dunia. b. SUMBER MAKANAN Satu kilometer persegi dari terumbu karang yang dalam kondisi baik dapat menghasilkan lebih dari 37 metrik ton ikan. Masyarakat Indonesia sangat tergantung secara langsung pada hasil tangkapan dari laut tersebut. c. SUMBER PELINDUNG LINGKUNGAN Terumbu karang melindungi masyarakat pesisir dari badai, ombak, dan Tsunami, serta dapat mengurangi dampak pemanasan global dengan penggabungan karbon dioksida melalui proses fotosintesa dan produksi karbonat. d. SUMBER REKREASI Melalui produksi sedimen karbonat alami, terumbu karang menghasilkan suatu kawasan rekreasi penting: ribuan kilometer pantai berpasir putih yang menghasilkan pendapatan jutaan dolar dari industri pariwisata. e. SUMBER PRODUK-PRODUK MEDIS YANG POTENSIAL Pada beberapa tahun terakhir para ilmuwan mulai mempertimbangkan terumbu karang sebagai bahan baku obat berbagai penyakit manusia seperti misalnya kanker. f. SUMBER MATA PENCAHARIAN Industri ikan hias laut memperoleh semua pasokannya dari terumbu karang. 93

Pemerintah Indonesia dan masyarakat lokal sangat tergantung pada terumbu karang untuk memenuhi kebutuhan hidup, pekerjaan, produksi, dan pendapatannya. Oleh sebab itu, memelihara kondisi terumbu karang agar dapat tetap menghasilkan makanan, pekerjaan, dan pendapatan dari sektor perikanan adalah merupakan isu penting di negara Indonesia. Tragisnya, sebagaimana pentingnya mereka, terumbu karang juga mengalami ancaman yang semakin meningkat sebagai akibat pemanasan global, pembangunan wilayah pesisir, penangkapan ikan secara merusak dan aktifitas manusia lainnya. Bali: Dimana Samudera Hindia bertemu dengan Samudera Pasifik Arus Lintas Indonesia: Seandainya Indonesia tidak pernah ada, maka dalam satu hari tidak akan ada 24 jam sebagaimana kita sudah terbiasa dengan hal tersebut. Arus laut yang melintasi Indonesia disebut dengan Arus Lintas Indonesia. Sumbernya berasal dari Laut Philipina dan Lembah Carolina Barat. Di area ini, pertukaran angin dan arus yang dihasilkan telah mengurung air dari limpahan Samudera Pasifik. Air tersebut terhambat oleh rumitnya jaringan antar pulau, parit, dan kanal yang membentuk kepulauan Indonesia. Di Samudera Pasifik, wilayah barat laut Indonesia, tingkat permukaan air laut berkisar 15 cm lebih tinggi dari rata-rata, dan, disebabkan oleh kekuatan yang sama yang terjadi di arah sebaliknya, Samudera Hindia bagian selatan Indonesia berkisar 15 cm lebih rendah dari rata-rata. Perbedaan permkaan air tersebut merupakan asal mula salah satu pergerakan air terbesar di dunia. Arus air yang sangat besar ini, yang mana 20%-nya bergerak melalui selat Lombok, merupakan penyebab keanekaragaman laut yang spektakuler di Bali. Larva dari Samudera Pasifik dan dari seluruh kepulauan Indonesia bergerak melalui Bali. Lebih lanjut, Bali memiliki berbagai macam jenis habitat yang dapat menjadi rumah bagi hewan-hewan laut. Habitat tersebut termasuk diantaranya pantai berpasir hitam, pantai berpasir putih, karang penghalang, karang tepi, karang gosong, mangrove, laguna, dll. 94

Kombinasi faktor-faktor tersebut membuat Bali unik dan sekaligus membutuhkan penanganan yang tepat. Bali haruslah dijaga demi kepentingan generasi yang akan datang, serta untuk memastikan bahwa wisatawan tetap datang dan membawa keuntungan finansial bagi pulau dewata ini. STATUS TERKINI DARI TERUMBU KARANG DI INDONESIA Lima puluh delapan persen (58%) dari terumbu karang dunia dalam kondisi terancam oleh aktifitas manusia. Terumbu karang di Asia Tenggara, yang memiliki spesies terkaya di dunia, adalah yang paling terancam saat ini. Lebih dari 80%-nya menanggung resiko yang sangat besar. Sembilan puluh persen dari terumbu karang Indonesia dalam kondisi rusak. Terumbu karang yang terancam di Indonesia. Indonesia Perkiraan area terumbu karang 51,000 km 2 (51% dari total regional) 100% 80% 60% 40% 20% 0% Reefs at Risk in Indonesia CD MbP SED OVF DF Integrated 95

CD: MbP: SED: OVF: DF: Coastal Development (Pembangunan Kawasan Pesisir) Marine Base Pollution (Polusi Dasar Laut) Inland pollution and Sedimentation (Sedimentasi dan Polusi Darat) Over fishing (Penangkapan Berlebih) Destructive Fishing (Penangkapan Merusak) Grafik di atas menunjukkan tingkat ancaman terendah, sedang, dan tertinggi terhadap terumbu karang di Indonesia. Grafik tersebut juga mengidentifikasi sumber ancaman yang paling utama: pembangunan kawasan pesisir; polusi dasar laut; polusi dan sedimentasi di daratan; penangkapan yang berlebih; serta penangkapan yang merusak. Ancaman-ancaman tersebut akan didiskusikan setelah ini. PENYEBAB KERUSAKAN Dalam banyak kasus, tidaklah mudah untuk dapat menunjukkan apa tepatnya yang menjadi penyebab penurunan kondisi terumbu karang yang sangat serius terjadi di seluruh dunia. Seringkali, tidak dijumpai satu penyebab tunggal melainkan kombinasi berbagai faktor. a. PEMBANGUNAN WILAYAH PESISIR Umumnya persoalan ini diakibatkan oleh cepatnya pertumbuhan penduduk dan peningkatan kepadatan penduduk sepanjang wilayah pesisir. Hampir 40% dari populasi manusia di Indonesia tinggal di sepanjang 100 km wilayah pantai. Hal ini merupakan penyebab ancaman terhadap terumbu karang tersebut. Yang paling terlihat jelas disini adalah aktifitas manusia yang secara langsung menghancurkan terumbu karang, seperti misalnya pembangunan lapangan terbang dan proyek-proyek pembangunan darat lainnya di wilayah yang memiliki ekosistem terumbu karang, pengerukan untuk pembuatan pelabuhan, serta penggalian pasir, kerikil, dan batu gamping sebagai bahan bangunan. Sedimentasi dan nutrisi yang dibuang ke perairan terumbu karang dapat menutupi karang-karang yang ada; hal tersebut seringkali terjadi ketika hutanhutan di daratan ditebangi, sehingga menyebabkan erosi dan runtuhan. Sedimentasi juga mengurangi tingkat pencahayaan yang sangat dibutuhkan dalam proses pertumbuhan karang serta untuk pembentukan karang-karang baru. Demikian juga, pembuangan sampah di dataran tinggi yang merupakan sumber kelebihan nutrisi, seperti misalnya buangan pertanian yang menggunakan pupuk, dapat mendorong kelimpahan alga yang akan menghalangi sinar matahari yang mengakibatkan lambatnya pertumbuhan karang. 96

b. POLUSI LAUT Sebagian besar dari persoalan yang ada tersebut adalah merupakan akibat dari metode penangkapan ikan yang tidak tepat seperti misalnya penggunaan sianida dan bom. Penyebab lain dari kerusakan karang adalah pembuangan sampah, buangan produk-produk yang mengandung minyak, erosi akibat penebangan hutan, penggunaan pakan ikan buatan secara intensif dan konversi lahan basah. c. PEMUTIHAN KARANG Gangguan alam yang terjadi secara berkala seperti misalnya suhu yang ekstrim, badai, topan serta bencana alam lainnya dapat menyebabkan pemutihan karang. Perubahan iklim, misalnya, akan menaikkan temperatur permukaan air laut di banyak tempat, yang kemudian mengakibatkan tingkat permukaan air meningkat serta meningkatkan frekuensi dan intensitas badai. Kita bahkan sudah mengalami sendiri suhu air yang tinggi tidak seperti biasanya yang disebabkan oleh El Niño, yang erat kaitannya dengan pemanasan global. Suhu air yang tinggi tersebut dikaitkan dengan pemutihan karang, yang merupakan fenomena alam yang terjadi ketika karang dalam kondisi stres sehingga melepaskan kandungan alga simbiotiknya. Selama kejadian pemutihan pada tahun 1998, lebih dari 90% tutupan karang hancur di beberapa daerah di Indonesia dan juga di Negara-negara lainnya. Untungnya, masih banyak karang yang kembali pulih meski telah mengalami hantaman bencana yang dahsyat tersebut. Jika karang tidak mendapatkan tekanan sama sekali akibat ulah manusia, mereka tidak akan terlalu terpengaruh oleh peningkatan suhu tersebut. Hal tersebut merupakan dampak dari gangguan manusia terhadap alam sehingga terjadi pemutihan masal. d. PENANGKAPAN IKAN YANG MERUSAK <Lanjutkan ke topik berikutnya untuk mendefinisikan, mengilustrasikan serta mendemonstrasikan bagian ini secara lengkap> PENANGKAPAN IKAN YANG MERUSAK DAN DAMPAKNYA TERHADAP TERUMBU KARANG Terumbu karang dirusak secara langsung oleh beberapa cara tangkap yang merusak, seperti misalnya penggunaan dinamit, sianida, dan bahan kimia beracun lainnya, serta penggunaan pukat. Bahkan penyelam maupun perenang snorkel yang sembarangan dan tidak 97

terlatih dapat menginjak-injak terumbu karang, begitu juga kapal yang melepas jangkar pada terumbu karang dapat menyebabkan kerusakan. Penangkapan yang berlebih dapat menyebabkan perubahan ukuran, kelimpahan serta komposisi ikan di habitatnya. Ketika metode tangkap yang tidak selektif dilakukan, banyak sekali jenis hewan lain yang bukan target ikut tertangkap atau bahkan terbunuh oleh racun atau ledakan yang dihasilkan. Hanya sedikit orang yang menyadari bahwa perubahan spesies kunci (baik hewan target maupun yang bukan target) dapat menyebabkan perubahan tingkatan dalam struktur ekosistem laut. Sebagai contoh, dampak dari perubahan salarias blenny, surgeon fish, rabbit fish, maupun ikan pemakan alga lainnya dapat mengakibatkan dominasi alga yang akan menutupi karang. Tingginya tingkat kematian ikan ketika hewan tersebut ditangkap dan disimpan merupakan persoalan lain yang perlu penanganan tersendiri. Hampir separoh dari total tangkapan nelayan pada umumnya lenyap bahkan sebelum mencapai akuarium eksportir. Lebih lanjut lagi, pengiriman ikan yang seharusnya sudah melalui proses penyaringan yang menyebabkan banyak ikan terbuang, tidak akan berguna bagi siapapun. KESIMPULAN: APA YANG TERJADI PADA KITA KETIKA KARANG TERUS DIHANCURKAN DAN IKAN-IKAN BANYAK TERBUANG? Ancaman bagi terumbu karang, terlepas dari mana sumbernya, merupakan ancaman bagi industri ornamental laut karena kehancuran terumbu karang mengakibatkan kehilangan habitat organisme akuarium laut yang pada akhirnya akan menyebabkan menghilangnya hewan-hewan bernilai ekonomis tinggi. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa jika karangnya mati kita semua akan ikut mati. Oleh sebab itu, kita semua harus ikut serta menjaga dan menyelamatkan terumbu karang kita, karena hal tersebut berarti tidak hanya menyelamatkan keanekaragaman hayati, tapi juga melindungi industri ornamental laut kita. PERATURAN PEMERINTAH DIBUAT DENGAN MAKSUD UNTUK MENGHENTIKAN KERUSAKAN LEBIH LANJUT ATAS TERUMBU KARANG SERTA KEHIDUPAN LAUT LAINNYA Sebutkan dan definisikan peraturan pemerintah yang mempengaruhi pengambilan ikan hias untuk meningkatkan perhatian dengan pengertian peserta. Tunjukkan bahwa pemerintah mencoba melindungi situasi yang ada untuk masa depan yang lebih baik 98

bagi masyarakat melalui peraturan-peraturan tersebut. (Lengkapi referensi atas Undang Undang Perikanan Tahun 2004 yang ditampilkan pada bagian Referensi) a. PENANGKAP IKAN ATAU MENGAMBIL SPESIES LANGKA, TERANCAM PUNAH, MAUPUN YANG HAMPIR PUNAH Adalah melanggar hukum untuk membahayakan atau mengambil spesies langka, terancam punah maupun yang hampir punah sebagaimana tercantum dalam CITES (Convention on International Trade of Endangered Species atau Konvensi Perdagangan Internasional terhadap Spesies Yang Hampir Punah) (untuk informasi lebih lanjut lihat www.cites.org). Perdagangan spesies sebagaimana dimaksud di atas diatur secara ketat oleh pemerintah Indonesia, dan pengumpulan, penyimpanan, pengiriman, serta penjualan spesies berikut membutuhkan surat ijin khusus. Paus, lumba-lumba, kerbau laut/dugongs Kuda laut dan karang Mangrove Berhubung dengan telah terjadinya penangkapan yang berlebih, saat ini telah dilarang serta tidak dimungkinkan untuk memperoleh otorisasi maupun surat ijin dari Departemen Kelautan dan Perikanan untuk mengambil spesies-spesies berikut: Kerang raksasa Nautilus Kerang Turban Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Pasal 50 tentang pengambilan hewan dan tumbuhan: Kegiatan pengambilan spesies yang dilindungi akan dikenakan denda sebesar Rp 50.000.000,- (Lima Puluh Juta Rupiah) serta pelarangan melakukan aktifitas penangkapan ikan selama 5 tahun. b. PENANGKAPAN IKAN DENGAN BAHAN PELEDAK, BAHAN BERBAHAYA, MAUPUN BAHAN BERACUN Penangkapan ikan dengan menggunakan bahan kimia, bahan-bahan biologi, bahan peledak maupun benda lain yang dapat membahayakan sumberdaya alam dan lingkungan di perairan Indonesia. (Pasal 8, ayat 1) 99

Aktifitas di atas melanggar hukum dan dapat dikenakan hukuman sekurang- kurangnya 10 tahun penjara serta denda sebesar Rp 2.000.000.000,- (Dua Milyar Rupiah). (Pasal 86, ayat 1). Aktifitas tersebut dapat dikenakan hukuman penjara selama enam tahun dan denda sebesar Rp 1.200.000.000,- (Satu Milyar Dua Ratus Juta Rupiah) (Pasal 84, ayat 1) c. PENANGKAPAN IKAN DI DAERAH PERLINDUNGAN DAN CAGAR ALAM Aktifitas penangkapan ikan di wilayah yang ditetapkan pemerintah sebagai lokasi perlindungan maupun cagar alam termasuk kegiatan melanggar hukum. d. POLUSI PERAIRAN Undang-undang Perikanan Pasal 12 menyatakan bahwa: Polusi perairan merupakan masuknya zat maupun energi tertentu terhadap lingkungan perairan yang (1) menyebabkan atau dapat menyebabkan kerusakan pada makhluk hidup maupun makhluk mati yang menjadi sumberdaya perairan, (2) memiliki potensi maupun secara langsung membahayakan kesehatan manusia, atau (3) mengganggu aktifitas perairan seperti misalnya penangkapan ikan dan navigasi. Polusi perairan disebabkan oleh: Buangan sampah dan benda sisa laut lainnya Buangan produk-produk minyak jenis apapun serta radioaktif, benda beracun, atau cairan berbahaya lainnya, serta gas maupun zat padat buangan dari aktifitas transportasi perairan, daratan maupun udara atau juga benda lain yang dibuat manusia Erosi yang diakibatkan oleh penggundulan hutan Buangan sisa aktifitas pertanian seperti misalnya penggunaan bahan kimia yang dilarang dan penggunaan bahan kimia yang berlebihan Penggunaan pakan ikan buatan secara intensif Konversi lahan basah 100