ARTICLE PELEPASAN HAK ATAS TANAH DALAM PEMBANGUNAN JALAN MALALAK KABUPATEN AGAM (Studi Kasus Pada Proyek Pembangunan Jalan Malalak Di Kabupaten Agam) Diajukan Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Disusun Oleh : NAMA : ROBBY PUTRA ERYUS NPM : 10.10.002.74201.118 Program Studi : Ilmu Hukum Program Kekhususan : Hubungan Sesama Anggota Masyarakat FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT BUKITTINGGI 2014
PELEPASAN HAK ATAS TANAH DALAM PEMBANGUNAN JALAN MALALAK KABUPATEN AGAM (Studi Kasus Pada Proyek Pembangunan Jalan Malalak Nama : ROBBY PUTRA ERYUS NPM : 10.10.002.74201.118 Di Kabupaten Agam) Oleh : ABSTRAK Tanah merupakan sumber daya alam yang sifatnya terbatas dan sudah banyak yang dijadikan hak (tanah hak) dan tanah Negara sudah sangat terbatas persediaanya. Untuk itu Pemerintah berusaha memperoleh tanah dari tanah penduduk, dengan cara Pelepasan atau Penyerahan Hak Atas Tanah. Pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum pada pembangunan jalan Malalak di Kabupaten Agam berpedoman pada Perpres Nomor 36 tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum sebagaimana telah diubah dengan Perpres Nomor 65 tahun 2006. Salah satu pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum yang memerlukan tanah adalah pembangunan jalan malalak di kabupaten Agam. Untuk memperoleh tanah tersebut pemerintah melakukan pembebasan tanah dengan cara pelepasan hak atas tanah dengan memberikan ganti kerugian. Selanjutnya permasalahan ganti kerugian tersebut tidak memperbaiki social ekonomi masyarakat sekitar, karena ganti kerugian yang mereka dapat tidak sesuai keinginan mereka, akan tetapi oleh karena pembangunan tersebut untuk kepentingan umum, Untuk mengatasi masalah tersebut pemilik tanah mengadakan beberapa kali musyawarah dengan panitia, yang mana pemilik tanah mendapatkan masukan masukan tentang manfaat dan pentingnya pembangunan Jalan Malalak. akhirnya mereka memberikan tanah tersebut untuk pembangunan Jalan Malalak. 2
A. PENDAHULUAN Tanah dan pembangunan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Tanpa adanya pembangunan maka tanah akan kehilangan nilai jual dan harkatnya, pembangunan tanpa tanah adalah suatu hal yang sangat mustahil, bagi masyarakat Indonesia tanah merupakan sebuah investasi yang sangat berharga karena nilai jual tanah yang tidak dapat menyusut seiring dengan semakin giatnya pembangunan. Kegiatan pembangunan untuk kepentingan umum telah didasari oleh, Undang Undang No. 5 tahun 1960 pasal 18 : untuk kepentingan umum, termasuk kepentingan bangsa dan negara serta kepentingan bersama dari rakyat, hak-hak atas tanah dapat dicabut, dengan memberi ganti kerugian yang layak dan menurut cara yang diatur dengan Undang-Undang. Tata cara pencabutan hak sebenarnya telah diatur dalam UU No. 20 tahun 1961,tetapi hal tersebut jarang digunakan dan cara-cara yang digunakan saat ini adalah Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan yang diatur dengan Perpres No. 36 tahun 2005, kemudian diperbarui dengan Perpres No. 65 tahun 2006 dengan Peraturan Kepala BPN No. 3 tahun 2007. Untuk mendukung infrastruktur perkembangan masyarakat maka pemerintah berupaya untuk memecah kepadatan volume kendaraan bermotor agar tidak terjadi kemacetan dan padatnya kendaraan. Selain itu jalan via padang panjang dirasa sudah sangat sempit dan kecil untuk dilalui oleh kendaraan yang besar pengangkut barang. Dengan adanya pembangunan Jalan Malalak yang menghubungkan antara Kabupaten Agam dan Kabupaten Padang Pariaman, yang mana juga akses untuk jalan ke Kota Bukittinggi, maka harus diadakan pembebasan lahan milik masyarakat Memang dilihat saat sekarang bahwa pembangunan jalan Malalak sudah berjalan, akan tetapi masih ada warga pemilik tanah yang masih enggan memberikan tanahnya untuk pembangunan, sehingga timbulnya beberapa masalah dan persengketaan, terutama tentang pelaksanaan perjanjian yang dilakukan antara pemerintah dengan pemilik tanah, hal ini mungkin saja disebabkan oleh hak atas tanah masyarakat tersebut tidak sesuai dengan perencanaan semula, artinya letak tanah tersebut sudah tidak teratur lagi, dan selanjutnya tanah-tanah yang sudah terkena dampak pembangunan bagaimana prosedur penyelesaiannya sampai sekarang tidak kunjung selesai. B. RUMUSAN MASALAH Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : a. Bagaimanakah proses pelaksanaan pelepasan hak atas tanah dalam pembangunan jalan Malalak Kabupaten Agam? b. Apa sajakah permasalahan yang dihadapi oleh pemilik tanah dalam pelepasan hak atas tanah untuk pembanguan jalan Malalak Kabupaten Agam dan bagaimana jalan keluarnya? 3
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN Adapun tujuan penulis untuk melaksanakan penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui bagaimana proses pelaksanaan pelepasan hak atas tanah dalam pembangunan jalan Malalak Kabupaten Agam. b. Untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi oleh pemilik tanah dalam penyelesaian pelepasan hak atas tanah dalam pembangunan jalan Malalak kabupaten Agam dan jalan keluarnya. Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat Ilmiah Hasil penelitian iniakan dapat memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan dalam pembangunan hukum perdata secara umum dan untuk mengetahui lebih lanjut tentang pelaksanaan pelepasan hak atas tanah untuk fasilitas umum. 2. ManfaatPraktis Hasil penelitian inidiharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat dan siapa sajayang membacanya D. METODE PENELITIAN Untuk memperoleh data dan bahan yang diperlukan dalam penelitian ini, maka perlu metode penilitian. 1. Jenis Penilitian Metode penilitian yang dipakai dalam penilitian ini adalah pendekatan yuridis empiris yakni, pendekatan dari segi yuridis/hukum dan pelaksanaannya dilapangan. 2. Metode Perolehan Data Untuk mendapatkan data primer dan sekunder dilakukan penilitian sebagai berikut : a. Penilitian Kepustakaan Dalam penelitian kepustakaan ini, dilakukan terhadap literature bacaan atau bahan bahan hukum yang berhubungan dengan topic bahasan/ penulisan yakni: 1. Bahan Hukum Primer yaitu peraturan-peraturan yang menjadi dasar pelaksanaan pelepasan hak atas tanah dalam pembangunan jalan Malalak Kabupaten Agam seperti : - Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria. - Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang pengadaan tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk kepentingan umum 4
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 65 tahun 2006. - Keputusan Bupati Agam Nomor 567 Tahun 2008 tentang penitia pengadaan tanah Kabupaten Agam. - Keputusan Bupati Agam Nomor 394 Tahun 2009 tentang Penetapan Harga Ganti Rugi Tanaman Masyarakat yang terkena pekerjaan pembangunan, pengenalian banjir dan pelebaran jalan di Kabupaten Agam. 2. Bahan Hukum Sekunder yaitu berupa bahan pendukung atau referensi dari bahan yang sudah ada, misalnya buku-buku, jurnal, makalah dan lain sebagainya. b. Penilitian Lapangan Penelitian lapangan dilakukan di Kabupaten Agam. Untuk mendapatkan data penelitian dilapangan dilakukan cara : 1. Wawancara. Wawancara merupakan teknik pengumpulan yang dipergunakan dalam penilitian lapangan. Dalam hal ini penulis melakukan wawancara dengan pemilik tanah, pihak pemerintah daerah yang terkait dan juga melakukan wawancara di kantor Bagian Pertanahan Sekretariat Daerah Kabupaten Agam. 2. Study Dokumen Sejalan dengan wawancara dilakukan, juga penulis akan mengamati dan menganalisa dokumen-dokumen yang berhubungan dengan objek penilitian. 3. Metode Pengolahan dan Analisis Data Setelah data terkumpul dilakukan pengolahan data dengan menyusun data sesuai dengan kategorinya agar dapat disajikan secara sistematis. Terhadap data yang telah disajikan dilakukan analisis kualitatif dengan cara menilai data tersebut dengan peraturan perundang-undangan, teori dari para ahli dan logika untuk menarik kesimpulan yang objektif. E. PEMBAHASAN Kabupaten Agam adalah sebuah Kabupaten yang terletak di Provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Ibu Kotanya berada di Lubuk Basung.Kecamatan Malalak terletak di Kabupaten Agam, Propinsi Sumatera Barat. Jalan Malalak merupakan jalur yang menghubungkan Kabupaten Agam dengan Kabupaten Padang Pariaman, dan merupakan jalur alternative Bukittinggi Padang, Jalan tersebut berjarak lebih kurang 32 km. Jalan Malalak tersebut akan di bangun pelebaran jalan, guna menunjang sarana Transportasi masyarakat. Dengan adanya pembangunan dan pelebaran jalan Malalak tersebut, dengan 5
sendirinya perekonomian masyarakat setempat akan meningkat. Untuk itu Pemerintah melakukan upaya yakni Pelepasan Hak atas tanah dalam pelaksanaan pembangunna jalan Malalak. Dahulunya tanah tempat dilaksanakannya pembangunan dan pelebaran jalan tersebut adalah tanah Ulayat, yang kemudian oleh pemerintah dalam hal ini Dinas Pekerjaan Umum dibebaskan untuk kepentingan umum, yaitu pembangunan dan pelebaran jalan Malalak di Kabupaten Agam dengan cara memberikan ganti kerugian terhadap bangunan, tanaman, dan benda lainya yang ada di atas tanah tersebut, sementara ganti kerugian tanah tidak ada. Hal ini sesuai dengan Keputusan yang dikeluarkan Bupati Agam. Salah satu kegiatan dalam proses pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum berdasarkan Perpres nomor 36 tahun 2005 adalah pembentukan panitia pengadaan tanah Kabupaten/Kota yang dibentuk oleh Bupati/Walikota. Dalam proses pelepasan hak kerugianatas tanah pada pembangunan jalan malalak di lakukan beberapa tahap : 1. Membentuk Panitia Pengadaan Tanah. Salah satu kegiatan dalam proses pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum berdasarkan Perpres nomor 36 tahun 2005 adalah pembentukan panitia pengadaan tanah Kabupaten/Kota yang dibentuk oleh Bupati/Walikota. Berdasarkan hasil penelitian penulis terhadap pelepasan hak atas tanah dalam pembangunan jalan malalak, maka didapatkan data bahwa Bupati Agam untuk pembangunan jalan tersebut telah menetapkan dengan sebuah Surat Keputusan yaitu Surat Keputusan Nomor 567 tahun 2008 tentang Panitia Pengadaan tanah Kabupaten Agam. Pada bagian lampiran surat keputusan Bupati tersebut telah menetapkan panitia pengadaan tanah kabupaten agam sebagai berikut : NO. JABATAN KEDUDUKAN DALAM PANITIA 1. SEKRETARIS DAERAH KETUA MERANGKAP ANGGOTA 2. ASISTEN PEMERINTAHAN DAN KESRA 3. KEPALA BADAN PERTANAHAN KABUPATEN WAKIL KETUA MERANGKAP ANGGOTA SEKRETARIS MERANGKAP ANGGOTA 6
AGAM 4. KEPALA DINAS PEKERJAAN ANGGOTA UMUM 5. KEPALA DINAS KEHUTANAN ANGGOTA DAN PERKEBUNAN 6. KEPALA DINAS PERTANIAN ANGGOTA 7. KEPALA BAGIAN ANGGOTA ADMINISTRASI PERTANAHAN 8. KEPALA BAGIAN HUKUM ANGGOTA 9. CAMAT TERKAIT ANGGOTA Tugas dari panitia pengadaan tanah berdasarkan Perpres Nomor 36 tahun 2005, antara lain : a. Mengadakan penelitian dan inventarisasi atas tanah, bangunan, tanaman,dan benda-benda lain yang ada kaitannya dengan tanah yang haknya akan dilepaskan atau diserahkan. b. Mengadakan penelitian status hokum tanah yang haknya akan dilepaskan atau diserahkan atau dokumen yang mendukungnya. c. Menetapkan besarnya ganti kerugian atas tanah yang haknya akan dilepaskan atau diserahkan. d. Memberikan penjelasan atau penyuluhan kepada masyarakat yang terkena rencana pembangunandan atau pemegang hak atas tanah mengenai rencana dan tujuan pengadaan tanah tersebut dalam bentuk konsultasi public baik melalui tatap muka, media cetak, maupun media elektronik agar dapat diketahui oleh seluruh masyarakat yang terkena rencana pembangunan dan atau pemegang hak atas tanah. e. Mengadakan musyawarah dengan para pemegang hakatas tanah dan instansi pemerintah dan atau pemerintah daerahyang memerlukan tanah dalam rangka menetapkan bentuk dan atau besarnya ganti kerugian. f. Menyaksikan pelaksanaan penyerahan ganti kerugian kepada para pemegang hak atas tanah, bangunan, tanaman, dan benda-benda lain yang ada diatas tanah. g. Membuat berita acara pelepasan atau penyerahan ha katas tanah. h. Mengadministrasikan dan mendokumentasikan semua berkas pengadaan tanah dan menyerahkan kepada pihak yang berkopeten. Setelah terbentuknya panitia pengadaan tanah pembangunan Jalan Malalak di Kabupaten Agam tersebut, maka panitia pengadaan tanah melakukan kegiatan antara lain : 7
1) Mengadakan penelitian dan inventarisasi atas tanah, bangunan, tanaman,dan benda-benda lain yang ada kaitannya dengan tanah yang haknya akan dilepaskan atau diserahkan. 2) Mengadakan penelitian status hukum tanah yang haknya akan dilepaskan atau diserahkan atau dokumen yang mendukungnya. 3) Menetapkan besarnya ganti kerugian atas tanah yang haknya akan dilepaskan atau diserahkan. 4) Memberikan penjelasan dan penyuluhan kepada masyarakat yang pemegang hak atas tanah mengenai rencana dan tujuan pengadaan tanah dalam bentuk konsultasi public, baik melalui tatap muka, media cetak, maupun media elektronik agar dapat diketahui oleh seluruh masyarakat pemegang hak atas tanah yang terkena rencana pembangunan tersebut. 5) Mengadakan musyawarah dengan pemegang hak atas tanah, dan instansi pemerintah yang memerlukan tanah dalam rangka menetapkan bentuk dan besarnya ganti kerugian. 6) Membuat berita acara pelepasan atau penyerahan hak. Terhadap penyerahan/ pelepasan dari suatu hak atas tanah untuk kepentingan umum harus memperhatikan hak dari setiap masyarakat yang diambil hak tersebut oleh pemerintah. Perbuatan ini dapat bertujuan agar tanah tersebut dikembalikan kembali kepada suatu pihak tertentu dengan suatu hak tanah yang baru, sesuai dengan ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat yang berlaku jika diberikan kepada pihak tertentu sebelumnya harus didahului dengan musyawarah. Musyawarah adalah suatu jalan yang harus ditempuh oleh pemerintah dan masyarakat/ warga setempat untuk mencapai tujuan, yang diiringi dengan pemerintah dalam melaksanakan suatu pembangunanyang dapat menunjang tercapainya tujuan nasional mencapai masyarakat yang adil dan makmur. Dimana masyarakat dilakukan melalui instansi terkaitserta panitia pengadaan tanah. 2. Acara pelepasan hak atas tanah untuk pembangunan Jalan Malalak di Kabupaten Agam Acara pelepasan hak atas tanah ini adalah melepaskan hubungan hukum yang semula dimiliki oleh pemegang hak, yaitu masyarakat. Kemudian pimpinan proyek pembangunan jalan malalak di Kabupaten Agam mengajukan permohonn kepada Bupati Agam, berdasarkan Surat Keputusan Bupati Agam, dibentuk panitia pelepasan hak atas tanah yang terdiri atas : - Sekretaris Daerah Kabupaten Agam - Asisten Pemerintahan dan Kesra setda Kabupaten Agam - Kepala Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Agam - Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Agam - Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Agam - Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Agam 8
- Kepala Bagian Administrasi Pertanahan Setda Kabupaten Agam - Kepala Bagian Hukum Setda Kabupaten Agam - Camat terkait. 3. Prosedur Pelepasan Hak Atas Tanah Prosedur Pelepasan Hak Atas Tanah yang dilakukan pimpinan proyek dari Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Agam mengajukan permohonan kepada Gubernur Sumatera Barat melalui Bupati Agam melengkapi keterangan sebagai berikut : a. Status tanah, luas tanah, serta letak tanah yang terkena pembangunan dan pelebaran Jalan Malalak di Kabupaten Agam. b. Maksud dan tujuan diadakan pelepasan ha katas tanah tersebut serta manfaat pembangunan tersebut. c. Kesediaan untuk memberikan ganti kerugian kepada masyarakat yang tanahnya terkena pembangunan dan pelebaran jalan tersebut. 4. Pemberian Ganti Kerugian Sebelum pimpinan proyek mengajukan kepada Gubernur Sumatera Barat, Terlebih dahulu telah melakukan negosiasi dengan para masyarakat pemilik ha katas tanah tentang bentuk dan besarnya ganti kerugian. Sementara dalam hal ganti kerugian, penggantian diberikan atas kerugian baik yang bersifat fisik, dan non fisik sebagai akibat pelepasan hakatas tanah kepada yang mempunyai tanah, bangunan, tanaman, dan benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah yang dapat diberiakan kelansungan hidup yang lebih baikdari tingkat kehidupan social ekonomi sebelum terkena pelepasan hak atas tanah tersebut. Demikian juga keterlibatan lembaga/ Tim penilai harga yang bersifat propesional dan independen untuk mendapatkan dasar perhitungan nilai ganti rugi. Berdasarkan hasil musyawarah tersebut, ganti kerugian tanah tidak ada. Yang ada hanya ganti kerugian terhadap banguan, tanaman, dan benda-benda lain yang ada diatas tanah tersebut. 5. Pelaksanaa pelepasan Hak Atas Tanah Setelah pembayaran ganti rugi dilaksanakan, Seterusnya Pimpinan Proyek pembangunan jalan Malalak di Kabupaten Agam Mengajukan surat permohonan ha katas tanah kepada Gubernur Sumatera Barat melalui Bupati Agam dengan disertai Surat pernyatan pelepasan hak dan pembayaran ganti kerugian. Setelah Gubernur Sumatera Barat menerima surat permohonan dari pimpinan proyek pembangunan jalan malalak. Kemudian dibuatlah surat pemberian hak kepada pimpinan proyek. Dengan demikian pembangunan jalan Malalak di Kabupaten Agam tersebut Telah dapat dilaksanakan. 9
Jika dibandingkan dengan Perpres Nomor 36 tahun 2005 tersebut diatas, maka dapat dikatakan bahwa proses pelepasan hakatas tanah bagi pelaksana pembangunan untuk kepentingan umum pada pembangunan jalan Malalak di Kabupaten Agam telah sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku namun masih terdapat sedikit masalah. Permasalahan yang dihadapi oleh Pemilik Tanah dan Penyelesaiannya dalam Pelepasan Hak Atas Tanah untuk Pembanguan Jalan Malalak Kabupaten Agam Masalah yang ditemui dalam proses pelepasan hak atas tanah dalam pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum pada proyek pembangunan jalan Malalak di Kabupaten Agam berupa bentuk ganti kerugian yang diterima masyarakat pemilik tanah, serta besar ganti kerugian yang mereka terima. Para masyarakat pemilik tanah awalnya menolak bentuk ganti rugi yang akan mereka terima, yaitu hanya ganti rugi bangunan, tanaman, dan benda-benda lain yang ada diatas tanah tersebut. Sementara ganti kerugian tanah tidak ada. Serta rendahnya uang ganti kerugian tanaman perkebunan mereka yaitu berkisar antara Rp 10.000,- s/d Rp 250.000,- perumpun atau perbatangnya berdasarkan jenis sarta besar kecilnya tanaman tersebut. Pengadaan tanah hanya dapat dilakukan atas dasar persetujuan dari pihak pemegang hak baik mengenai bisnis pelaksanaannya maupun dari segi bentuk dan besarnya ganti kerugian yang akan diberikan. Namun ada beberapa masyarakat yang tidak menyetujui tentang hasil musyawarah tersebut. Seperti halnya Ibu umarlam yang tinggal di Nagari Malalak Selatan, beliau memeliki tanah yang sudah bersertifikat Hak Milik. Yang luas Tanahnya ±1120 M 2, kemudian Tanah H. Janah di Malalak Timur yang mempunyai luas ±700M 2, H. Janah tersebut meminta ganti kerugian kepada Pemerintah, karena tanah tersebut adalah tanah satu satunya yang dia miliki, jika tanah itu di jadikan untuk pembangunan Jalan Malalak, H. Janah akan tinggal dimana, sedangkan pemerintah tidak mengganti tanahnya atau mecarikan tanah lain untuk tempat tinggalnya akan tetapi pemerintah hanya mengganti Tanaman yang ada di atas tanah tersebut, bukan ganti kerugian tanahnya. Selanjutnya Tanah Ssuarni yang berada di Malalak Timur juga, Suarni mempunyai luas Tanah ±70 M 2. Dalam hal ini Suarni meminta ganti kerugian Tanahnya kepada Pemerintah, bukan Tanaman yang ada diatasnya. Oleh sebab itu mereka bertiga tidak menyetujui tanahnya terpakai untuk pembangunan Jalan Malalak. Karena penggantian Pemerintah Kabupaten Agam tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh si pemilik Tanah. Seharusnya pemerintah Kabupaten Agam memikirkan juga bagaimana kelangsungan hidup orang-orang yang tanahnya dibebaskan untuk pembangunan Jalan Malalak tersebut. Untuk mengatasi masalah tersebut pemilik tanah mengadakan beberapa kali musyawarah dengan panitia, yang mana pemilik tanah mendapatkan masukanmasukan tentang manfaat dan pentingnya pembangunan Jalan Malalak tersebut. Dengan adanya musyawarah tersebut, akhirnya masyarakat pemilik tanah 10
menerima hasil kesepakatan yaitu, panitia akan menaikan harga ganti kerugian tanah tersebut, yang sesuai dengan NJOP yang berlaku sekarang ini untuk Tanah Umarlam dan Suarni. Kemudian Panitia juga akan mencarikan Tanah lain untuk H. Janah yang berada di pinggir Jalan Utama, sesuai dengan permintaan H. Janah tersebut. F. PENUTUP Kesimpulan 1. Untuk kepentingan umum, termasuk kepentingan bangsa dan negara serta kepentingan bersama dari rakyat, hak-hak atas tanah dapat dicabut, dengan memberikan ganti kerugian yang layak dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang. 2. Pelaksanaan pembebasan tanah dilakukan didasari rasa tanggung jawab masyarakat terhadap hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai dan telah ditentukan dengan kesertaan masyarakat. Dengan demikian kalau masyarakat melepaskan tanah-tanah mereka, maka harus didasari rasa keiklasan demi pembangunan bangsa yang berkeadilan, yang pelaksanaannya diawali dengan musyawarah yang baik. 3. Bila mana ada pihak-pihak tidak dapat menerima besaran ganti kerugian akibat pencabutan hak atas tanah sebagaimana ditetapkan presiden, maka yang bersangkutan dapat mengajukan banding ke pengadilan tinggi. 4. Hambatan yang dialami dalam melakukan pencabutan hak atas tanah meliputi tingkat pengetahuan hukum masyarakat yang masih rendah dan kesadaran hukum masyarakat yang masih rendah pula. Saran 1. Dapat diterima tindakan pencabutan hak atas tanah. Namun perlu dilakukan transparasi dari besaran ganti kerugian akibat pencabutan hak-hak atas tanah agar pihak-pihak tidak merasa dirugikan bahwa tidak melakukan upaya banding. 2. Menanamkan rasa tanggung jawab oleh masyarakat akan pembangunan Indonesia kedepan perlu untuk disosialisasikan agar upaya pelepasan hak atas tanah dapat berjalan mulus sebagaimana telah direncanakan. 3. Penyuluhan hukum, salah satu upaya mengatasi kurang sadar hukum dan kurangnya pengetahuan hukum dari masyarakat dimanapun berada. 11
DAFTAR PUSTAKA BUKU: Abdurrahman. 1983. Masalah Pencabutan Hak-Hak Atas Tanah dan Pembebasan Tanah di Indonesia, Bandung : Alumni Abdurrahman. 1996. Masalah Pencabutan Hak Atas Tanah, Pembebasan Tanah dan Pengadaan Tanah bag Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum, Bandung : PT Citra Aditya Bakti. AP Parlindungan. 1986. Aneka Hukum Agraria, Bandung : Alumni. AP Parlindungan. 1991. Komentar atas UUPA, Bandung : CV Mandar Maju,. Djioen, D. 1985. Tata Laksana Pengurusan Hak Atas Tanah, Jakarta : Johara T. Jayadinata. 1999. Tata guna tanah dalam perencanaan pedesaan, perkotaan& wilayah. Bandung : ITB Bandung. Rubaie, Achmad. 2007. Hukum Pengadaan Tanah untuk kepentingan umum. Surabaya :Bayumedia. Sitorus, Oloan dan Dayat Limbong.. 2004. Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum.Jogjakarta :Mitra Kebijakan Tanah Indonesia. Soetomo. 1984. Pembebasan, Pencabutan Hak Atas Tanah. Surabaya : usaha nasional. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN : Undang undang No. 5 Th. 1960 tentang Peraturan Dasar pokok-pokok Agraria Perpres nomor 36 tahun tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk kepentingan Umum. Keputusan Bupati Agam Nomor 567 Tahun 2008 tentang Panitia Pengadaan Tanah Kabupaten Agam. Keputusan Bupati Agam Nomor 394 Tahun 2009 tentang Penetapan Harga Ganti Rugi Tanaman Masyarakat Yang Terkenan Pekerjaan Pembangunan, Pengendalian Banjir dan Pelebaran Jalan di Kabupaten Agam Tahun 2009. www.google.com 12