MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA MELALUI PEMECAHAN MASALAH TIPE WHAT S ANOTHER WAY Tatag Yuli Eko Siswono 1 Whidia Novitasari 2

dokumen-dokumen yang mirip
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MAHASISWA MELALUI WHAT S ANOTHER WAY? PADA MATA KULIAH ILMU BILANGAN

ABSTRAK. Prodi Pend. Mat. FKIP UNPATTI Ambon. ISSN: Buletin Pendidikan Matematika Volume 6 Nomor 2, Oktober 2004.

PERANGKAT PEMBELAJARAN INOVATIF DALAM PEMBELAJARAN IPA TERPADU UNTUK MENGGALI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA

PEMECAHAN MASALAH TIPE WHAT S ANOTHER WAY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS V SD

P 1 Proses Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar (SD) Berkemampuan Matematika Tinggi Dalam Pemecahan Masalah Matematika Terbuka

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA MELALUI PENGAJUAN MASALAH 1. Tatag Yuli Eko Siswono Jurusan Matematika FMIPA Unesa

Menilai Kreativitas Siswa dalam Matematika 1

PENERAPAN MODEL WALLAS UNTUK MENGIDENTIFIKASI PROSES BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM PENGAJUAN MASALAH MATEMATIKA DENGAN INFORMASI BERUPA GAMBAR 1

BAB II KAJIAN PUSTAKA. berpusat pada siswa dilakukan dengan memberikan kebebasan yang lebih luas

PROSIDING ISSN:

PROFIL KREATIVITAS MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA DALAM PENGAJUAN SOAL MATEMATIKA DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF

MENDORONG BERPIKIR KREATIF SISWA MELALUI PENGAJUAN MASALAH (PROBLEM POSING) 1. Tatag Yuli Eko Siswono 2 FMIPA UNESA Surabaya

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DENGAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH PADA MATERI SEGITIGA DI SMP

PENGGUNAAN PEMBELAJARAN INKUIRI DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA DI KOTA BENGKULU

IMPLEMENTASI TEORI TENTANG TINGKAT BERPIKIR KREATIF DALAM MATEMATIKA 1. Tatag Yuli Eko Siswono I Ketut Budayasa Jurusan Matematika FMIPA UNESA ABSTRAK

commit to user BAB I PENDAHULUAN

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF KONSEP GEOMETRI SISWA

KREATIVITAS SISWA DALAM PENGAJUAN SOAL MATEMATIKA DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF FIELD-INDEPENDENT (FI) DAN FIELD-DEPENDENT (FD)

P 46 BERPIKIR KREATIF SISWA MEMBUAT KONEKSI MATEMATIS DALAM PEMECAHAN MASALAH

Efektivitas Pembelajaran Berbasis Projek (PBP) terhadap Kreativitas Mahasiswa pada Matakuliah Metodologi Penelitian

Efektivitas Pembelajaran Berbasis Projek (PBP) terhadap Kreativitas Mahasiswa pada Matakuliah Metodologi Penelitian

Pengembangan Rubrik Keterampilan Berpikir Kreatif dalam Memecahkan Masalah Matematika Siswa Kelas VIII SMP Attaufiq Jambi

Kata kunci: Direct Instruction dengan Involving Students in Self-and Peer Evaluation, kreativitas mahasiswa.

BAB I PENDAHULUAN. warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 2 Berkaitan dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. standar isi menyatakan bahwa, mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada

PENJENJANGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN IDENTIFKASI TAHAP BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM MEMECAHKAN DAN MENGAJUKAN MASALAH MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jayanti Putri Purwaningrum, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika sangat berperan penting dalam upaya menciptakan Sumber daya

PENDEKATAN OPEN-ENDED (MASALAH, PERTANYAAN DAN EVALUASI) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA. Agustinus Sroyer FKIP Universitas Cenderawasih Jayapura

BAB V PEMBAHASAN. A. Penerapan Metode Problem Solving. Berbicara tentang pemecahan masalah tidak bisa dilepaskan dari tokoh

Kata Kunci: Pohon Matematika, Berpikir kreatif

PEMBERDAYAAN GURU DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SD

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM PEMBELAJARAN PROBLEM POSING PADA MATERI BANGUN DATAR

PROFIL KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA BERBENTUK OPEN-START PADA MATERI BANGUN DATAR

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 1 No.5 Tahun 2016 ISSN :

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN LANGSUNG DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF

IDENTIFIKASI TINGKAT BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI TIPE SOAL OPEN ENDED

PENGEMBANGAN INSTRUMEN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS UNTUK SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Melalui pendidikan akan lahir generasi-generasi penerus yang berkualitas

PENERAPAN STRATEGI PEMECAHAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 7 PADANG

Kata kunci: pemecahan masalah matematika, proses berpikir kreatif, tahapan Wallas, tingkat berpikir kreatif

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 2 No.5 Tahun 2016 ISSN :

Jurnal Saintech Vol No.04-Desember 2014 ISSN No

Jurnal Pendidikan Berkarakter ISSN FKIP UM Mataram Vol. 1 No. 1 April 2018, Hal

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA PADA PEMBELAJARAN PROBLEM POSING BERKELOMPOK

Pengembangan Soal-Soal Open-Ended pada Pokok Bahasan Barisan dan Deret Bilangan di Kelas IX A SMP Negeri 2 Tolitoli

Yonathan SMP Negeri 1 Tolitoli, Kab. Tolitoli, Sulawesi Tengah ABSTRAK

Nita Giovani, Budiyono Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo

IDENTIFIKASI TINGKAT KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF (TKBK) SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL OPEN ENDED PADA MATERI SEGIEMPAT DI KELAS VIII SMP

JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA, VOLUME 2, NOMOR 2, JULI 2011

PENINGKATAN KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PROBLEM POSING

BAB V PEMBAHASAN. A. Berpikir Kreatif Siswa Berkemampuan Matematika Tinggi Mapel. Kreatif pada Tingkat 4 (Sangat Kreatif)

Desain Tugas untuk Mengidentifikasi kemampuan berpikir Kreatif Siswa dalam Matematika

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA PADA MATERI REGULA FALSI

PROFIL KREATIVITAS SISWA SMP DALAM PENGAJUAN SOAL MATEMATIKA DITINJAU DARI TINGKAT IQ

BAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan temuan penelitian pada bab IV, peneliti mengetahui hasil atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

matematika mengacu pada pengertian berpikir kreatif secara umum, yaitu berpikir kreatif diartikan sebagai suatu kegiatan mental yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ABSTRAK. Kata kunci: pohon matematika, kreativitas mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, karena pendidikan

Pengembangan Instrumen Penilaian Keterampilan Berpikir Kreatif pada Mata Pelajaran IPA Terpadu Materi Atom, Ion, dan Molekul SMP Islam Al Falah

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari-hari serta dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan

SKRIPSI OLEH: ROFININGRUM FATIMAH NPM:

KEEFEKTIFAN PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIK. Info Artikel. Abstra

Key Words: Identification Strategies, Problem solving, Surface Area and Volume Beams

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS TERHADAP SOAL-SOAL OPEN ENDED

PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH

BAB II KAJIAN TEORITIK

Alamat Korespondensi: Jl. Ir. Sutami No. 36A Kentingan Surakarta, , 2)

PRISMA 1 (2018)

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat, ditambah

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu ilmu yang sangat penting. Karena

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi manusia. Kemampuan berpikir kreatif merupakan hasil dari interaksi

MULTIPLE REPRESENTASI CALON GURU DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI BERFIKIR KREATIF

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL OPEN ENDED DI SMP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN. berkemampuan rendah.

IDENTIFIKASI TINGKAT BERPIKIR KREATIF SISWA MENGGUNAKAN MULTIPLE SOLUTION TASK (MST)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dianugerahi kemampuan dan kekuatan berpikir. Berpikir

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 2 Tahun 2014

Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Indonesia Volum 1 Nomor 2 bulan September Page p-issn: e-issn:

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH DIVERGEN SUB POKOK BAHASAN SEGITIGA DAN SEGIEMPAT BERDASARKAN KEMAMPUAN MATEMATIKA

PROSES BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS VII-D SMP NEGERI 19 MALANG DALAM MENGAJUKAN MASALAH DENGAN SITUASI SEMI TERSTRUKTUR PADA MATERI GARIS DAN SUDUT

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berpikir logis dengan penyelesaian yang tunggal dan pasti. Hal ini

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA SPLDV BERDASARKAN LANGKAH PENYELESAIAN POLYA

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan hal yang

IDENTIFIKASI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIKA POKOK BAHASAN PELUANG

KREATIVITAS OPEN ENDED PROBLEM SISWA KELAS VIII G SMPN 17 MALANG

BAB I PENDAHULUAN. Matematika adalah salah satu ilmu dasar, yang sangat berperan penting

HUBUNGAN HASIL BELAJAR DAN TINGKAT BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIKA SISWA KELAS X SMK NEGERI 1 BONTANG

BABI PENDAHULUAN. Tuntutan dalam dunia pendidikan telah mengalami banyak perubahan.

KONSTRUKSI TEORITIK TENTANG TINGKAT BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM MATEMATIKA Tatag Yuli Eko Siswono Jurusan Matematika FMIPA UNESA

BAB II KAJIAN TEORITIK

Transkripsi:

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA MELALUI PEMECAHAN MASALAH TIPE WHAT S ANOTHER WAY Tatag Yuli Eko Siswono 1 Whidia Novitasari 2 Kurikulum 2006, mengamanatkan pentingnya mengembangkan kreativitas siswa dan kemampuan berpikir kreatif melalui aktivitas-aktivitas kreatif dalam pembelajaran matematika. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan pemecahan masalah tipe what s another way. Pemecahan masalah tipe itu menghendaki siswa menyelesaikan masalah dengan lebih satu cara. Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memecahkan masalah, mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kreatif, dan mengetahui respon siswa setelah diajar dengan pemecahan masalah tipe what s another way. Sasaran penelitian adalah siswa kelas VII-4 SMP Negeri 2 Sidoarjo. Pengumpulan data melalui tes dan angket. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah baik, karena siswa yang mendapat skor antara 50-100 sebanyak 52,5% dan kemampuan berpikir kreatif siswa meningkat, dan respon siswa positif. Kata kunci: berpikir kreatif, kefasihan, fleksibilitas, kebaruan, pemecahan masalah what s another way. PENDAHULUAN Kurikulum 2006, mengamanatkan pentingnya mengembangkan kreativitas siswa dan kemampuan berpikir kreatif melalui aktivitas-aktivitas kreatif dalam pembelajaran matematika. Kreativitas dapat dipandang sebagai produk dari berpikir kreatif, sedangkan aktivitas kreatif merupakan kegiatan dalam pembelajaran yang diarahkan untuk mendorong atau memunculkan kreativitas siswa. Kurikulum tersebut juga bertujuan untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah. Tetapi, kenyataan di kelas, guru lebih sering menggunakan tes tertulis dengan soal-soal yang rutin daripada menggunakan soal-soal yang mengandung pemecahan masalah. Ini berarti kemampuan berpikir kreatif masih jarang diperhatikan Dalam kehidupan nyata banyak masalah yang memerlukan matematika untuk pemecahannya. Menyadari peranan penting matematika dalam menyelesaikan masalah sehari-hari, siswa perlu diajarkan pemecahan masalah. Krulik dan Rudnick (1995:4) mendefinisikan pemecahan masalah adalah suatu cara yang dilakukan seseorang dengan menggunakan pengetahuan, ketrampilan, dan pemahaman untuk memenuhi tuntutan dari situasi yang tidak rutin. 1 Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Surabaya 2 SMP Negeri 2 Sooko, Mojokerto 1

Polya (Hudoyo, 2003:87) menjelaskan bahwa pemecahan masalah merupakan usaha untuk mencari jalan keluar dari suatu kesulitan untuk mencapai suatu tujuan yang tidak segera dapat dicapai. Memecahkan masalah dapat dipandang sebagai proses yang meminta siswa untuk menemukan kombinasi aturan-aturan yang telah dipelajarinya lebih dahulu yang digunakan untuk memecahkan masalah yang baru. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pemecahan masalah adalah suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk menyelesaikan masalah dengan menggunakan pengetahuan, ketrampilan dan pemahaman yang telah dimilikinya. Tujuan siswa dilatih menyelesaikan masalah dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah menurut Russefendi (1988:341) salah satunya adalah untuk meningkatkan motivasi dan menumbuhkan sifat kreatif. Dalam menyelesaikan masalah, setiap siswa memerlukan waktu yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh motivasi untuk menyelesaikan masalah dan strategi yang digunakan dalam memecahkan masalah yang berbeda. Russefendi (1988:239) menjelaskan untuk mengungkapkan atau menjaring manusia kreatif itu sebaiknya kita menggunakan pertanyaan-pertanyaan terbuka (divergen), pertanyaan yang jawabannya bisa lebih dari sebuah dan tidak bisa diperkirakan dari sebelumnya. Di samping itu pertanyaan divergen menuntut yang ditanya untuk menduga, membuat hipotesis, mengecek benar tidaknya hipotesis, meninjau penyelesaian kita secara menyeluruh dan mengambil kesimpulan. Hal ini juga diperkuat oleh Silver (1997:77) yang mengatakan bahwa menggunakan masalah terbuka dapat memberi siswa banyak pengalaman dalam menafsirkan masalah, dan mungkin membangkitkan gagasan yang berbeda bila dihubungkan dengan penafsiran yang berbeda. Munandar (2003:13) menjelaskan bahwa perkembangan optimal dari kemampuan berpikir kreatif berhubungan erat dengan cara mengajar. Dalam suasana non-otoriter, ketika belajar atas prakarsa sendiri dapat berkembang karena guru menaruh kepercayaan terhadap kemampuan anak untuk berpikir dan berani mengemukakan gagasan baru, dan ketika anak diberi kesempatan untuk bekerja sesuai dengan minat kebutuhannya, maka kemampuan kreatif dapat tumbuh subur. Agar ketrampilan berpikir kreatif siswa meningkat, maka salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan pendekatan pemecahan masalah. Pehkonen (1997:66) berpendapat bahwa cara untuk meningkatkan berpikir kreatif yaitu melalui pendekatan pemecahan masalah. Weisberg dalam Haylock (1997:72) menjelaskan 2

bahwa terdapat hubungan antara pemecahan masalah dengan kemampuan berpikir kreatif. Berpikir kreatif adalah suatu proses berpikir yang menghasilkan bermacammacam kemungkinan jawaban. Dalam pemecahan masalah apabila menerapkan berpikir kreatif, akan menghasilkan banyak ide-ide yang berguna dalam menemukan penyelesaian masalah. Pehkonen (1997:65) mendefinisikan berpikir kreatif sebagai kombinasi antara berpikir logis dan berpikir divergen yang didasarkan pada intuisi tapi masih dalam kesadaran. Ketika seseorang menerapkan berpikir kreatif dalam suatu praktek pemecahan masalah, pemikiran divergen menghasilkan banyak ide yang berguna dalam menyelesaikan masalah. Dalam berpikir kreatif dua bagian otak akan sangat diperlukan. Keseimbangan antara logika dan kreativitas sangat penting. Jika salah satu menempatkan deduksi logis terlalu banyak, maka kreativitas akan terabaikan. Dengan demikian untuk memunculkan kreativitas diperlukan kebebasan berpikir tidak di bawah kontrol dan tekanan. Silver (1997:76) menjelaskan bahwa menggunakan masalah terbuka dapat memberi siswa banyak sumber pengalaman dalam menafsirkan masalah, dan mungkin pembangkitan solusi berbeda dihubungkan dengan penafsiran yang berbeda. Siswa tidak hanya dapat menjadi fasih dalam membangkitkan banyak masalah dari sebuah situasi, tetapi mereka dapat juga mengembangkan fleksibilitas dengan mereka membangkitkan banyak solusi pada sebuah masalah. Melalui cara ini siswa juga dapat dikembangkan dalam menghasilkan pemecahan yang baru. Silver (1997:76) menjelaskan komponen berpikir kreatif dalam pemecahan masalah pada tabel berikut. Tabel 1: Komponen Berpikir Kreatif dan Pemecahan Masalah Pemecahan Masalah Siswa menyelesaikan masalah dengan bermacam-macam solusi dan jawaban. Siswa menyelesaikan (menyatakan) dalam satu cara kemudian dalam cara lain Siswa mendiskusikan berbagai metode penyelesaian Siswa memeriksa jawaban dengan berbagai metode penyelesaian dan kemudian membuat metode yang baru yang berbeda. Komponen Berpikir Kreatif Kefasihan (fluency) Fleksibilitas (flexibility) Kebaruan (novelty) Berpikir kreatif dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam menghasilkan banyak kemungkinan jawaban dan cara dalam memecahkan masalah. Kemampuan berpikir kreatif dapat diukur dengan fleksibilitas, kebaruan, dan 3

kefasihan. Fleksibilitas yaitu kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dengan berbagai cara yang berbeda. Kebaruan yaitu kemampuan siswa dalam membuat berbagai jawaban yang berbeda dan benar dalam memecahkan masalah. Jawaban yang berbeda yaitu jawaban-jawaban yang diperoleh tidak sama dan tidak membentuk suatu pola tertentu. Kefasihan yaitu kemampuan siswa dalam membuat jawaban yang beragam dan benar dalam memecahkan masalah. Jawaban yang beragam yaitu jawaban yang diperoleh tidak sama dan membentuk pola tertentu. Contoh Tentukan dua bilangan yang jumlahnya 5. Jika jawaban siswa berpola 1+4, 2+3, 3+2, 4+1, dan seterusnya, maka jawaban tersebut memenuhi kefasihan tetapi tidak memenuhi kebaruan. Jika jawaban siswa 1 1 + 4, 8 +(-3), 0,25 + 4,25, dan seterusnya, maka 2 2 jawaban tersebut tidak berpola dan memenuhi kebaruan sekaligus kefasihan. Harris (1998:1) berpendapat bahwa salah satu ciri dasar pemikir kreatif yaitu mempunyai lebih dari satu jawaban untuk kebanyakan pertanyaan dan mempunyai lebih dari satu penyelesaian untuk masalah-masalah yang diajukan padanya. Salah satu tipe pemecahan masalah yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif itu adalah what s another way. What s another way menuntut siswa untuk memecahkan masalah dengan menggunakan lebih dari satu cara dan tidak menutup kemungkinan siswa akan memperoleh jawaban yang beragam dan berbeda. Sehingga cara ini dapat melatih kemampuan berpikir kreatif siswa. What s another way merupakan salah satu cara guru untuk mengembangkan ketrampilan berpikir kreatif sekaligus berpikir kritis dengan memberikan masalahmasalah melalui jawaban-jawaban yang diperolehnya. Krulik dan Rudnick (1999:139) menyebutkan sebagai langkah reflect/refleksi atau sebagai kelanjutan langkah dari langkah terakhir Polya, yaitu memeriksa kembali (looking back). Dasar pandangan Krulik dan Rudnick (1999:140) tersebut adalah bahwa masalah tidak seharusnya selesai hanya karena jwaban telah ditemukan (The problem should never end just because the answer has been found). Pada saat siswa telah menemukan jawaban, dan memeriksa jawaban tersebut, maka guru dapat menantang siswa untuk mencari cara lain untuk menemukan jawaban itu. Guru dapat mengajukan pertanyaan Bagaimana cara lain untuk memecahkan masalah tersebut? Apakah kamu menemukan jawaban lain?. Tantangan ini mendorong siswa untuk menemukan strategi/pola lain dalam menjawab masalah. Siswa dipaksa untuk memikirkan cara-cara lain untuk menjawab 4

masalah. Krulik dan Rudnick (1999:140) mengatakan what s another way sebagai suatu cara yang sangat baik untuk mempraktekkan berpikir kreatif (This activity is an excellent way to practice creative thinking). Berikut akan diberikan contoh penerapan. Masalah : Sebuah pabrik memproduksi meja berkaki empat dan kursi berkaki tiga. Dua barang itu memakai jenis kaki yang sama. Bulan depan, pabrik itu mempunyai pesanan 340 kaki sehingga jumlah meja dan kursi yang akan dibuat yaitu 100 buah. Berapa banyak kursi dan meja yang akan dibuat? Jawaban 1. Menggunakan aljabar. Misal : X = banyaknya kursi Y = banyaknya meja X + Y = 100 3X + 4Y = 340 Sehingga didapatkan banyaknya kursi yang harus dibuat yaitu 60 kursi dan banyaknya meja yang harus dibuat yaitu 40 meja. Setelah menemukan jawaban ini, guru seharusnya meminta siswa untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara lain. Jawaban 2. Dengan strategi menebak Meja Kursi Jumlah Jumlah Kaki Jumlah Kaki Kaki 80 320 20 60 380 70 280 30 90 370 60 240 40 120 360 50 200 50 150 350 40 160 60 180 340 (Benar ) Jadi pabrik itu akan membuat 40 meja dan 60 kursi Jawaban 3. Dengan menggunakan gambar Misal 100 diwakili 10 dan 340 diwakili 34 Siswa menggambar 10 lingkaran yang dianggap sebagai meja dan kursi. Kemudian menambahkan kaki sehingga dipenuhi syarat dari masalah yaitu 34 kaki. Jadi pabrik itu membuat 40 meja dan 60 kursi. Lunz (2005:2) berpendapat bahwa dalam pemecahan masalah kemungkinan mempunyai lebih dari satu cara penyelesaian. Hal ini memberi kesempatan baik bagi siswa dan guru untuk menemukan penyelesaian yang baru. Hal ini juga menjadi 5

kesempatan yang baik bagi siswa untuk menjadi guru pada saat siswa menjelaskan penyelesaian masalah yang dia temukan. Jadi pemecahan masalah tipe what s another way dapat juga digunakan untuk melatih kemampuan komunikasi siswa. Berdasarkan uraian sebelumnya untuk menunjukkan manfaat sebenarnya pemecahan masalah tipe what s another way, maka dilaksanakan penelitian dengan fokus pertanyaannya adalah: a. Bagaimanakah kemampuan siswa dalam memecahkan masalah setelah diajarkan pemecahan masalah tipe what s another way? b. Apakah pemecahan masalah tipe what s another way dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa? c. Bagaimana respon siswa setelah diajarkan dengan pemecahan masalah tipe what s another way? METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang berusaha mendeskripsikan kemampuan berpikir kreatif siswa setelah diajarkan pemecahan masalah tipe what s another way. Penelitian ini menggunakan satu kelas. Rancangan penelitian ini menggunakan desain pre- test and post-test group design, yaitu hanya satu kelompok (satu kelas) yang dikenakan perlakuan tertentu tanpa adanya kelompok pembanding dan menggunakan tes awal (pre-test) dan tes akhir (post-test). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII-4 SMP Negeri 2 Sidoarjo tahun ajaran 2004/2005. Banyak responden adalah 40 siswa. Pada kelas ini kemampuan siswa heterogen karena di SMP Negeri 2 Sidoarjo tidak ada pengelompokan siswa dalam kelas unggulan. Dipilih kelas VII SMP karena materi di kelas VII SMP merupakan materi dasar dan juga terdapat ketrampilan-ketrampilan yang mendukung materi di kelas selanjutnya, sehingga sangat sesuai apabila pada kelas ini diajarkan pemecahan masalah dengan tipe what s another way. Selain itu agar siswa mempunyai kemampuan pemecahan masalah dan berpikir kreatif yang lebih baik pada kelas selanjutnya. Instrumen penelitian ini berupa tes, yang terdiri tes kemampuan pemecahan masalah (TKPM) dan tes berpikir kreatif (TBK), serta angket. TKPM berupa soal materi garis dan sudut yang dapat di kerjakan dengan dua cara. Soal Tes Berpikir Kreatif I (TBK I) berupa soal cerita dan merupakan soal yang divergen. Soal Tes Berpikir Kreatif I (TBK I) pada pokok bahasan aljabar yang telah dipelajari oleh 6

siswa. Soal Tes Berpikir Kreatif I (TBK I) diambil dari Siswono dan Rosyidi (2005:140). Soal Tes Berpikir Kreatif II (TBK II) pada sub pokok bahasan garis dan sudut yang berupa soal cerita dan merupakan soal yang divergen. Dua tes tersebut setara dalam bentuk/model soal dan prasayarat yang sudah dikuasai, bukan pada materi. Tes berpikir kreatif bertujuan untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif siswa, sehingga soal tes dibuat dengan memasukan tiga komponen berpikir kreatif yaitu kefasihan, fleksibilitas, dan kebaruan. Kefasihan dan kebaruan ditunjukkan dengan pertanyaan Sebutkan paling sedikit dua jawaban lain yang berbeda?. Fleksibilitas ditunjukkan dengan pertanyaan Tunjukkan dua cara yang berbeda untuk mendapatkan jawaban itu?. Angket digunakan untuk mengetahui respons siswa secara tertulis terhadap penerapan pemecahan masalah tipe What s Another way. Pernyataan di angket berdasarkan teori-teori pada pemecahan masalah tipe What s Another Way. Angket yang digunakan dalam penelitian ini merupakan angket tertutup yang terdiri dari tiga belas butir pernyataan. Analisis data untuk TKPM didasarkan pada kebenaran jawaban yang diberikan dan didasarkan pada rubrik penilaian sebagai berikut Tingkatan 3.Sangat memuaskan Kriteria umum Menunjukan pemahaman yang lebih terhadap konsep-konsep. Melakukan semua langkah pemecahan masalah. Melaksanakan perhitungan dengan benar Menyelesaikan masalah dengan menggunakan lebih dari satu cara. 2.Memuaskan 1.Cukup memuaskan 0.Tidak memuaskan Menunjukan pemahaman terhadap sebagian besar konsep-konsep Melakukan sebagian besar langkah pemecahan masalah Melaksanakan perhitungan dengan benar Menyelesaikan masalah dengan menggunakan lebih dari satu cara Menunjukan pemahan yang cukup terhadap konsep-konsep. Melakukan sebagian besar langkah pemecahan masalah Melaksanakan perhitungan dengan sebagian besar benar Menyelesaikan masalah dengan menggunakan satu cara. Menunjukan sedikit atau tidak ada pemahaman terhadap konsep Melakukan sedikit langkah pemecahan masalah Melakukan perhitungan dengan cukup Menyelesaikan masalah dengan menggunakan satu cara. Kemampuan siswa secara keseluruhan. Kemampuan siswa dikatakan baik dalam memecahkan masalah apabila lebih dari 50% dari banyaknya siswa masuk pada tingkatan memuaskan dan sangat memuaskan. Apabila terjadi sebaliknya, yaitu tidak lebih dari 50% dari banyaknya siswa masuk pada tingkat tidak memuaskan dan cukup 7

memuaskan maka kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dapat dikatakan tidak baik. Analisis tes berpikir kreatif (TBK) didasarkan pada kebenaran jawaban yang diberikan dan didasarkan pada kriteria peningkatan sebagai berikut Kemampuan berpikir kreatif siswa dikatakan meningkat apabila dipenuhi paling sedikit dua syarat dari syarat-syarat berikut : Siswa yang memenuhi tiga komponen berpikir kreatif meningkat, artinya banyaknya siswa yang memenuhi tiga komponen berpikir kreatif pada TBK II lebih banyak daripada TBK I. Siswa yang memenuhi dua komponen berpikir kreatif meningkat, artinya banyaknya siswa yang memenuhi dua komponen berpikir kreatif pada TBK II lebih banyak daripada TBK I. Siswa yang memenuhi satu komponen berpikir kreatif meningkat, artinya banyaknya siswa yang memenuhi satu komponen berpikir kreatif pada TBK II lebih banyak daripada TBK I. Siswa yang tidak memenuhi komponen berpikir kreatif menurun, artinya banyaknya siswa yang tidak memenuhi komponen berpikir kreatif pada TBK II lebih sedikit daripada TBK I. Hasil angket dianalisis dengan mengelompokan respons siswa pada setiap pernyataan dalam angket menjadi respons positif dan respons negatif. Respons siswa dikatakan positif apabila banyaknya siswa yang memberi respon sangat setuju dan setuju persentasenya lebih besar daripada respon kurang setuju dan tidak setuju. Respon siswa dikatakan negatif apabila banyaknya siswa yang memberikan respon sangat setuju dan setuju persentasenya lebih kecil daripada kurang setuju dan tidak setuju. Kesimpulan secara keseluruhan dari pernyataan dalam angket adalah bila respon siswa lebih banyak yang positif berarti siswa memberikan respon positif terhadap pemecahan masalah tipe what s another way. Apabila terjadi sebaliknya maka siswa dikatakan memberikan respons negatif terhadap pemecahan masalah tipe what s another way. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Tes Kemampuan Pemecahan Masalah (TKPM) 8

Hasil tes kemampuan pemecahan masalah yang diikuti oleh 40 siswa ditunjukkan pada Tabel 2 berikut. Tabel 2: Hasil Analisis TKPM Berdasarkan Rubrik Penilaian No. Skor Tingkatan Frekuensi Persentase (%) 1. 2. 3. 4. 0 24 25 49 50 74 75-100 0 (tidak memuaskan) 1 (cukup memuaskan) 2 (memuaskan) 3 (sangat memuaskan) 8 11 16 5 20 27,5 40 12,5 Pada tabel 2 menunjukkan bahwa siswa dengan tingkatan tidak memuaskan sebanyak 20%, cukup memuaskan sebanyak 27,5%, memuaskan sebanyak 40%, dan sangat memuaskan sebanyak 12,5%. Jadi kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VII-4 SMP Negeri 2 Sidoarjo dapat dikatakan baik, karena lebih dari 50% siswa masuk pada tingkatan memuaskan dan sangat memuaskan. Dari data hasil TKPM juga dapat diketahui banyaknya siswa yang mendapat skor diatas 60 sebanyak 42,5%. Artinya bahwa terdapat 10% siswa yang masuk pada tingkatan memuaskan dan nilai terdapat pada rentang 50 60. Hasil Analisis Tes Berpikir Kreatif Siswa (TBK) Tes berpikir kreatif dilaksanakan sebanyak 2 kali yaitu TBK I dan TBK II. Tes berpikir ini diberikan kepada siswa kelas VII-4 SMP Negeri 2 Sidoarjo. Pada TBK I diikuti oleh 39 siswa dari 40 siswa dalam satu kelas dan TBK II diikuti oleh semua siswa dalam satu kelas. Data hasil TBK I dan TBK II dianalisis berdasarkan 3 komponen berpikir kreatif yang terdiri dari kefasihan, fleksibilitas, dan kebaruan. Hasil analisis TBK I dan II disajikan dalam diagram 1 berikut : Diagram 1 Banyak Siswa yang Memenuhi Komponen Berpikir Kreatif 20 15 10 5 0 7 11 3 komponen 9 8 2 komponen 7 12 1 komponen 17 9 tidak memenuhi TBK 1 TBK 2 Berdasar data hasil TBK I dan II dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan untuk siswa yang memenuhi 3 komponen dan 1 komponen berpikir kreatif. Siswa 9

yang memenuhi 1 komponen berpikir kreatif dengan rincian sebagai berikut : pada TBK I yang memenuhi kefasihan yaitu 7 siswa dan tidak ada siswa yang memenuhi fleksibilitas dan kebaruan; pada TBK II yang memenuhi kefasihan yaitu 11 siswa dan fleksibilitas sebanyak 1 siswa dan tidak ada siswa yang memenuhi kebaruan. Data hasil TBK I dan II menunjukkan terjadi penurunan untuk siswa yang memenuhi 2 komponen berpikir kreatif yaitu dari 9 siswa menjadi 8 siswa. Pada TBK I siswa yang memenuhi kefasihan-fleksibilitas sebanyak 4 siswa, kefasihan-kebaruan sebanyak 5 siswa dan tidak ada siswa yang memenuhi fleksibilitas-kebaruan. Pada TBK II, siswa yang memenuhi kefasihan-fleksibilitas sebanyak 4 siswa, kefasihankebaruan sebanyak 4 siswa, dan tidak ada siswa yang memenuhi fleksibilitaskebaruan. Jadi dari hasil analisis di atas dapat dikatakan bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa SMP Negeri 2 Sidoarjo meningkat setelah diajarkan pemecahan masalah tipe What s Another Way. Peningkatan ini dilihat dari banyaknya siswa yang memenuhi komponen-komponen berpikir kreatif. Hasil Angket berikut Data hasil angket respon siswa sebanyak 38 responden dikumpulkan dalam tabel No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Tabel 3: Hasil Angket Respon Siswa Pernyataan Persentase (%) SS S KS TS Dalam mengikuti pelajaran ini, saya bebas 52.6 47,4 - - mengeluarkan pendapat. Dalam mengerjakan soal, saya bebas menggunakan 63,2 34,2 2,6 - cara yang saya senangi. Saya senang mengikuti pelajaran dengan suasana 50 42,1 5,3 - yang tidak kaku. Setelah membaca soal saya menyatakannya kembali 39,5 57,9 2,6 - dengan bahasa yang mudah saya mengerti. Saya selalu membuat rencana penyelesaian dalam 18,4 68,4 10,5 - mengerjakan soal yang diberikan dan menjalankan rencana tersebut. Setelah menemukan jawaban, saya mengoreksi 42,1 55,3 2,6 - kembali langkah-langkah yang telah saya lakukan. Setelah menyelesaiakan satu soal, saya tertantang 34,2 52,3 10,5 - untuk menyelesaikan soal berikutnya. Saya selalu ingin tahu cara yang lain, selain cara 52,6 39,5 7,9 - yang telah saya gunakan Dalam pembelajaran ini saya dilatih untuk 57,9 36,8 10,5 - menggunakan banyak gagasan. Setelah mengerjakan soal, saya akan mengerjakan soal itu lagi dengan menggunakan cara lain. Saya senang mengerjakan soal dengan banyak cara setelah mengikuti cara belajar ini. 42,1 23,7 44,7 63,2 10,5 7,9 - - 10

12. 13. Saya senang mendiskusikan cara lain dengan temanteman sehingga saya punya banyak cara penyelesaian. Karena saya harus mengerjakan dengan banyak cara, maka saya memberi perhatian lebih pada soal itu. 47,4 28,9 36,8 60,5 Keterangan : SS = Sangat Setuju; S = Setuju; KS = Kurang Setuju; TS = Tidak Setuju 10,5 5,3 - - Pernyataan 1, 2, dan 3 berdasarkan pendapat dari Munandar (2003:13) yang menjelaskan bahwa perkembangan optimal dari kemampuan berpikir kreatif berhubungan dengan cara mengajar dalam suasana non-otoriter. Belajar atas prakarsa sendiri dapat berkembang jika guru menaruh kepercayaan terhadap kemampuan anak untuk berpikir dan berani mengemukakan gagasan baru. Hasil angket menunjukkan bahwa siswa memberikan respon yang positif terhadap pernyataan 1, 2 dan 3. Hal ini mengindikasikan bahwa penelitian ini sesuai dengan teori di atas, dan hasilnya yaitu peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa. Pernyataan 4, 5 dan 6 berdasarkan langkah-langkah pemecahan masalah dari Polya. Siswa memberikan respon yang positif terhadap pernyataan 4, 5 dan 6. hal ini menunjukkan bahwa siswa telah melakukan langkah-langkah pemecahan masalah dalam menyelesaikan soal. Pada data hasil TKPM dapat dilihat bahwa 84,2% siswa sudah melakukan langkah-langkah pemecahan masalah. Pernyataan 7 dan 8 berdasarkan pendapat dari Russefendi (1988:341) yang menyatakan bahwa salah satu tujuan siswa diberi soal-soal pemecahan masalah adalah untuk menumbuhkan rasa ingin tahu, motivasi dan sikap kreatif pada siswa. Siswa memberikan respon yang positif terhadap pernyataan 7 dan 8, sehingga dapat dikatakan bahwa tanggapan siswa ini sudah mengindikasikan pada teori tersebut. Pernyataan 9 berdasarkan pendapat dari Silver (1997:36) yang menjelaskan bahwa menggunakan masalah terbuka dapat memberi siswa banyak sumber pengalaman dalam menafsirkan masalah, dan mungkin membangkitkan solusi berbeda dihubungkan dengan penafsiran yang berbeda. Karena siswa memberikan respon yang positif, hal ini menunjukkan bahwa siswa telah menggunakan berbagai gagasan dalam menyelesaikan soal. Pernyataan 10, 11 dan 12 berdasarkan pendapat dari Krulik dan Rudnick (1999:139) yang menjelaskan bahwa salah satu cara untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif yaitu guru memperluas masalah di luar jawaban dengan cara meminta siswa untuk mencari cara lain, selain cara yang telah digunakan. Siswa memberikan respon yang positif terhadap pernyataan 10, 11 dan 12. Hal ini juga 11

ditunjukkan oleh siswa pada TBK I dan TBK II mereka mengerjakan dengan lebih dari satu cara. Dapat juga dikatakan bahwa penelitian ini sesuai dengan pendapat diatas. Pernyataan 13 berdasarkan pendapat dari Krulik dan Rudnick yang menyatakan bahwa dengan meminta siswa untuk mencari cara lain pada soal yang sama. Hal ini dapat membuat siswa lebih fokus pada soal itu. Siswa memberikan respon positif. Jadi tanggapan siswa sudah mengindikasikan pada pendapat tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa siswa memberikan respon yang positif terhadap penerapan pemecahan masalah tipe What s Another Way. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis data, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Kemampuan siswa kelas VII-4 SMP Negeri 2 Sidoarjo dalam memecahkan masalah dapat dikatakan baik, karena 52,5% siswa berada pada tingkatan memuaskan dan sangat memuaskan. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar siswa memahami konsep dengan baik, melakukan langkah-langkah pemecahan masalah, melakukan perhitungan dengan baik dan menyelesaikan masalah dengan menggunakan lebih dari satu cara. Sehingga siswa mempunyai kemampuan pemecahan masalah yang baik. 2. Kemampuan berpikir kreatif siswa kelas VII-4 SMP Negeri 2 Sidoarjo meningkat setelah diajarkan pemecahan masalah tipe what s another way. 3. Siswa kelas VII-4 SMP Negeri 2 Sidoarjo memberikan respon yang positif terhadap penerapan pemecahan masalah tipe what s another way. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka disarankan bahwa untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa, hendaknya guru menerapkan pemecahan masalah tipe what s another way dalam pembelajaran matematika di kelas. Agar siswa terbiasa dengan soal terbuka, maka guru perlu memberikan masalah-masalah terbuka pada siswa secara kontinu dan berkesinambungan, serta lebih banyak memberikan waktu bagi siswa untuk berlatih memecahkan masalah. DAFTAR PUSTAKA Harris, Robert. (1997). Introduction to Problem Solving. http://www.virtalsalt.com/ crebook3.htm. Download 11 Mei 2005 Haylock, Derek. (1997). Recognising Mathematical Creativity in Schoolchildren. http://www.fiz.karlsruhe.de/fiz/publications/zdm ZDM Volum 29 (June 12

1997) Number 3. Electronic Edition ISSN 1615-679X. Download 6 Agustus 2002 Hudojo, Herman (2003). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang: Jurusan Pendidikan Matematika, FMIPA Universitas Negeri Malang Krulik, Stephen & Rudnick, Jesse A. (1995). The New Sourcebook for Teaching Reasoning and Problem Solving in Elementary School. Needham Heights: Allyn & Bacon Krulik, Stephen & Rudnick, Jesse A. (1999). Innovative Tasks To Improve Critical and Creative Thinking Skills. Dalam Stiff, Lee V. Curcio, Frances R. (eds). Developing Mathematical reasoning in Grades K-12. 1999 Year book. h.138-145. Reston: The National Council of teachers of Mathematics, Inc. Munandar, S.C. Utami. (2003). Kreativitas & Keberbakatan. Strategi Mewujudkan potensi kreatif & Bakat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Lunz, Jody Ann. (2005). Mathematical Problem Solving Strategies. http://www.umm. edu/~abqteach/math_cus/01.03.06.htm. Download 11 Mei 2005 Pehkonen, Erkki (1997). The State-of-Art in Mathematical Creativity. http://www.fiz.karlsruhe.de/fiz/publications/zdm ZDM Volum 29 (June 1997) Number 3. Electronic Edition ISSN 1615-679X. Download 6 Agustus 2002 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tanggal 23 Mei 2006 tentang Standar Isi. Russefendi, E.T. (1988). Pengantar Kepada Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika dan Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito Silver, Edward A. (1997). Fostering Creativity through Instruction Rich in Mathematical Problem Solving and Thinking in Problem Posing. http://www.fiz.karlsruhe.de/fiz/publications/zdm ZDM Volum 29 (June 1997) Number 3. Electronic Edition ISSN 1615-679X. Download 6 Agustus 2002 Siswono, Tatag Y.E., Rosyidi, Abdul Haris. (2005). Menilai Kreativitas Siswa dalam Matematika. Proseding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika di Jurusan Matematika FMIPA Unesa, 28 Pebruari 2005. 13