BAB 1 PENDAHULUAN. keperawatan. Perubahan ini tidak serta-merta diterima oleh masyarakat.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan serta teknologi, tuntutan kebutuhan pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan) dan Profesional (Ners) dengan sikap, tingkah laku, dan

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI MAHASISWA SARJANA KEPERAWATAN UNTUK MELANJUTKAN PENDIDIKAN PROFESI NERS DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Era globalisasi identik dengan era telekomunikasi yang

BAB I PENDAHULUAN.

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. antara satu sama lain. Pada tahap akademik mahasiswa mendapatkan teori-teori

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesadaran masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. akan terus meningkat baik dalam aspek mutu maupun keterjangkauan serta

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. peraturan masyarakat (Arens et al., 2008). Sedangkan definisi profesionalisme

SKRIPSI. Diajukan PERPUSTAKAAN STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA. Disusun Oleh: ARTA

HUBUNGAN ANTARA MINAT DENGAN MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA DALAM MENGIKUTI PEMBELAJARAN PRAKTIK DILABORATORIUM KETERAMPILAN KEPERAWATAN

Vol. 1. No. 1 Januari 2015 ISSN

2015 PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING PADA PELAKSANAAN PRAKTIK PENYULUHAN KELUARGA OLEH MAHASISWA PROGRAM STUDI PKK FPTK UPI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. seorang perawat harus memiliki sertifikat kompetensi (DEPKES, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keperawatan sebagai profesi dikembangkan sesuai dengan kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan kesepakatan Nasional yang secara konseptual mengakui

BAB I PENDAHULUAN. terlebih organisasi bisnis, eksistensinya ditentukan oleh kemampuan sumber

BAB I PENDAHULUAN. tingkat D3 Keperawatan, S1 Keperawatan dan juga profesi ners. Imbasnya adalah

HUBUNGAN MOTIVASI MENJADI PERAWAT DENGAN PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA AKPER YPIB MAJALENGKA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. profesional yang paling lama kontak dengan pasien (Aditama, 2010). Kepala ruang memiliki peran sebagai first line manager di sebuah

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN INDEKS PRESTASI KUMULATIF PADA MAHASISWA DIPLOMA IV BIDAN PENDIDIK SEMESTER V DI STIKES AISYIYAH YOGYAKARTA

2013 GAMBARAN SIKAP MAHASISWA D-III KEPERAWATAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA DALAM MENGIKUTI PROSES BELAJAR BAHASA JEPANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (Nursalam, 2008). Keperawatan dan caring adalah sesuatu yang tidak dapat

SKRIPSI. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Keperawatan. Disusun oleh: ENDANG PANISIH J

BAB I PENDAHULUAN. ini perkembangan pengetahuan dan teknologi menyebabkan semakin meningkatya

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan dan teknologi telah berkembang dengan pesat. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. dicapai demi tercapainya tujuan. Masalah pendidikan telah disebutkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya, sedangkan ditinjau dari sudut pandang subjektif karir dipandang. karena seseorang menjadi tua (Wany, 2011).

HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA MAHASISWA S1 KEPERAWATAN UMS SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia supaya mampu bersaing di era globalisasi, baik di dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah :

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat modern yang menuntut spesialisasi dalam masyarakat yang. semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan sampai sekarang

Di Ajukan Oleh: Prof. DR. Arif Sumantri, Ns. Uswatun Khasanah, S.Kep., MNS Ns. Azizah Khoiriyati, S.Kep., M.Kep.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawat merupakan suatu profesi dimana seorang petugas

SOFT SKILLS MAHASISWA PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Emiliana Tarigan Staf Pengajar STIK Sint Carolus Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan bagi bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dalam segi

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, fungsi pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. setiap hari dalam upaya melakukan perawatan. Upaya peningkatan derajat

BAB I PENDAHULUAN. keperwatan. Layanan ini berbentuk layanan bio-pisiko-sosio-spritual komprehensif

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berikutnya. Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu mata. mulai dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Praktik Kerja Lapangan untuk selanjutnya disingkat PKL, adalah

BAB I PENDAHULUAN. fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan, ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbahaya, salah satunya medical error atau kesalahnan medis. Di satu sisi

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

e-journal Keperawatan (e-kp) Volume 4 Nomor 1, Mei 2016 Reni Yatnasari Silaban Hendro Bidjuni Rivelino Hamel

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi di bidang kedokteran atau

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan eksistensi guru itu sendiri. meningkatkan pendidikan nasional ternyata masih banyak yang harus di

Program Pendidikan Keperawatan Muhammadiyah Gombong memiliki jenjang sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, perkembangan zaman sudah semakin modern terutama pada

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN KINERJA PERAWAT DALAM MEMBERIKAN ASUHAN KEPERAWATAN. Yulianto

BAB I PENDAHULUAN. mudah, terjangkau dan terukur kepada masyarakat dan pihak-pihak terkait.

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN. berkembang menjadi Rumah Sakit Lee Seng Ie. Pada tanggal 1 Juni 1965 nama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Keperawatan sebagai bagian integral pelayanan kesehatan

R. EL AMANDA DE YURIE ARRAFAJR SURYADIMULYA ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS, 2013) melaporkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian) serta sikap dari output itu sendiri. (Irawan, 1992: 5).

ASOSIASI INSTITUSI PENDIDIKAN NERS INDONESIA PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA HPEQ-DIKTI BATAM, JULI 2010

PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN KELAS KHUSUS INTERNASIONAL DI UNIVERSITAS INDONESIA REKTOR UNIVERSITAS INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh pemerintah adalah dengan pendekatan, pemeliharaan, peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. mencetak tenaga yang terdidik dan siap memasuki dunia kerja. di antara sesama tenaga kerja yang semakin ketat.

BABI PENDAHULUAN. Keperawatan sebagai sebuah profesi telah disepakati pada lokakarya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengangguran dapat menjadi masalah di sebuah Negara. Dan bukanlah hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan sektor pendidikan mutlak dilakukan, karena secara

BAB I PENDAHULUAN. dikurangi tetapi sulit diberantas secara tuntas. preventif maupun represif. Dan apabila Undang-undang yang menjadi

Tunjung Irmawati B

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan di era globalisasi sekarang ini menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. tingkat diploma. Pemikiran dasar jenjang pendidikan ini adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh peserta didik (in put), pendidik, sarana dan prasarana,

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (PSIK FK UMY) menggunakan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MINAT MAHASISWA MENGIKUTI PENDIDIKAN DI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL AHMAD YANI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mahasiswa merupakan bagian dari civitas akademika yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban tenaga keperawatan profesional (Depkes RI, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran dan pendidikan agama dari guru Pendidikan Agama Islam.

BAB I PENDAHULUAN. ini dapat dillihat dari banyaknya jumlah mahasiswa yang memilih program

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai segala sesuatu yang telah dicita-citakannya. Seorang individu

PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERILAKU IBU DALAM BERSALIN KE BIDAN

BAB 1 PENDAHULUAN. daya manusia. Menurut Chaplin (2006) indeks prestasi merupakan ukuran

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa di Indonesia sebagian besar masih berusia remaja yaitu sekitar

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan asuhan keperawatan juga tidak disertai pendokumentasian yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu fenomena yang harus di respon oleh perawat. Respon yang ada

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. didik. Belajar tidak hanya menerima informasi dari orang lain. Belajar yang

BAB I PENDAHULUAN. tinggi diharapkan proses pemahaman akan menjadi lebih berkembang dan

I.1 Latar Belakang. Universitas Indonesia. Gambaran kompetensi perawat..., Rahmika Putri, FKMUI, 2009

GASTER Vol. XII No. 2 Agustus Istiqomah Risa Wahyuningsih STIKES Aisyiyah Surakarta Program Studi Kebidanan ABSTRAK

A. Latar Belakang Masalah

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Pendidikan Akuntansi. Oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesi keperawatan di Indonesia mengalami perkembangan yang demikian pesat. Perkembangan ini memberi dampak berupa perubahan sifat pelayanan keperawatan dari pelayanan vokasional menjadi profesional yang berpijak pada penguasaan iptek keperawatan termasuk dalam pelayanan keperawatan. Perubahan ini tidak serta-merta diterima oleh masyarakat. Fenomena ini tentunya harus menumbuhkan sikap optimis pada diri perawat, yang diikuti pembuktian eksistensi profesi keperawatan. Keperawatan sebagai profesi yang profesional perlu dibuktikan dengan perilaku yang profesional pula. Untuk mewujudkan hal tersebut, perawat harus mempunyai landasan keilmuan yang kuat, kemampuan psikomotor yang baik dan sikap profesionalisme di dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien. Sikap profesional yang utama mampu menunjukkan sikap simpati dan empati. Sikap ini sesungguhnya sangat berpengaruh terhadap kesembuhan klien (Prasetyo dalam Gaffar, 1999). Kondisi riil ini, menuntut upaya kongrit yang optimal dalam memantapkan profesi keperawatan. Upaya tersebut adalah profesionalisasi keperawatan. Menyebutkan profesionalisasi adalah suatu proses yang pekerjaannya dihadapkan pada kontrol khusus yang disebut profesi. Dalam hal ini proses meliputi pembenahan pelayanan keperawatan dan 1

2 mengoptimalkan penggunaan proses keperawatan, pengembangan dan penataan pendidikan keperawatan (Aidolette dalam Gaffar, 1999). Sebagai profesi, keperawatan dituntut untuk memiliki kemampuan intelektual, interpersonal kemampuan teknis dan moral. Hal ini dapat ditempuh dengan meningkatkan kualitas perawat melalui pendidikan lanjutan pada Program Pendidikan Profesi Ners. Dengan demikian, diharapkan terjadi perubahan yang mendasar dalam upaya berpartisipasi aktif untuk mensukseskan program pemerintah dan berwawasan yang luas tentang profesi keperawatan. Upaya untuk lebih mengembangkan pendidikan keperawatan profesional sudah dilakukan dengan mengkonversi pendidikan SPK ke jenjang Akademi Keperawatan, dan dari lulusan Akademi Keperawatan diharapkan dapat melanjutkan ke jenjang Sarjana Keperawatan (Ners) (Efendi, 2009). Melalui program pendidikan profesi Ners menghasilkan perawat ilmuwan (Sarjana Keperawatan) dan Profesional (Ners = First Profesional Degree ) dengan sikap, tingkah laku, dan kemampuan profesional, serta akuntabel untuk melaksanakan asuhan keperawatan atau praktik keperawatan dasar secara mandiri. Program Pendidikan Profesi Ners memiliki landasan keilmuan yang kokoh, dan landasan keprofesian yang mantap sesuai dengan sifatnya sebagi pendidikan profesi. Sedangkan Program Pendidikan Profesi Ners Spesialis menghasilkan perawat ilmuwan (Magister) dan profesional (Ners Spesialis, Second

3 Profesional Degree dengan sikap, tingkah laku, dan keterampilan profesional serta akuntabel untuk meaksanakan asuhan atau praktik keperawatan spesialistik. Berdasarkan SK Mendikbud No. 056/U/1994 bahwa ners spesialis merupakan ilmuwan dalam bidang ilmu keperawatan klinik dengan kemampuan dan tanggungjawab sebagai ilmuwan keperawatan klinik. Langkah awal yang perlu ditempuh oleh perawat profesional adalah mengembangkan Pendidikan Tinggi Keperawatan dan memberikan kesempatan kepada perawat untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Sehingga diharapkan pada akhir tahun 2015, mayoritas pendidikan perawat yang ada di rumah sakit sudah memenuhi kriteria minimal sebagai perawat profesional (Ners) (Nursalam, 2007). Untuk menghasilkan seorang perawat profesional, harus melewati dua tahap pendidikan yaitu tahap pendidikan akademik yang lulusannya mendapat gelar S.Kep. dan tahap pendidikan profesi yang lulusannya mendapat gelar Ners (Ns). Kedua tahap pendidikan keperawatan ini harus diikuti, karena keduanya merupakan tahapan pendidikan yang terintegrasi sehingga tidak dapat dipisahkan antara satu sama lain. Pada tahap akademik mahasiswa mendapatkan teori-teori dan konsep-konsep. Mata kuliah pada tahap ini terbagi menjadi kelompok mata kuliah yang sifatnya umum, mata kuliah penunjang seperti mata kuliah medis yang secara tidak langsung menunjang mata kuliah keperawatan dan mata kuliah keahlian berupa mata kuliah keperawatan. Sedangkan pada tahap pendidikan profesi mahasiswa

4 mengaplikasikan teori-teori dan konsep-konsep yang telah didapat selama tahap akademik. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) dan Ikatan Perawat Profesi Indonesia (IPPI) mengadakan pertemuan pada awal 2006 telah menyepakati Standar Kompetensi Ners dan Penetapan Kurikulum inti. Kurikulum tahap Program Profesi (Ners) disusun berdasarkan Kurikulum Nasional dengan Surat Keputusan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Nomor: 129/U/1999 tanggal 11 Juni tahun 1999 tentang Kurikulum Inti Pendidikan Ners di Indonesia (KIPNI). Kurikulum inti yang disepakati dan berlaku secara nasional adalah 60% (87 sks) dari 144 sks untuk program akademik dan 25% untuk program profesi. Program alih jenjang (dari D-III ke Ners) untuk akademik antara 60-70 sks dan 25 sks untuk program profesi (Efendi, 2009). Lulusan program pendidikan profesi ners diharapkan akan tercetak profesi-profesi keperawatan yang mempunyai peran sejajar dengan profesiprofesi yang lain. Sehingga, peran perawat khususnya di Indonesia, bukan sebagai pembantu dokter, melainkan sebagai mitra kerja dokter. Profesi perawat sebagai mitra kerja dokter, mengemban tanggungjawab besar dan menuntut profesionalisme perawat yang mampu merespon pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta mampu memenuhi tuntutan persaingan dunia kerja di tingkat nasional maupun internasional. Bergesernya peran perawat bukan sebagai pembantu dokter mengharuskan pendidikan keperawatan untuk melanjutkan ke

5 jenjang pendidikan yang lebih tinggi (Gaffar, 1999), termasuk didalamnya melanjutkan pendidikan profesi ners. Di samping itu, sesuai Kesepakatan Nasional tahun 1983, memutuskan Kita harus yakin bahwa perawat adalah profesi yang kehadirannya tidak bisa digantikan oleh profesi lain (Herbasuki dalam Laksananno, 2004). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti dengan metode wawancara terhadap 10 responden mahasiswa sarjana keperawatan, didapatkan data 4 dari responden mengatakan tidak akan melanjutkan pendidikan profesi ners dengan alasan karena lebih baik bekerja dan melamar Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) atau bekerja yang tidak sesuai dengan spesifikasi lulusan sarjana keperawatan di bandingkan melanjutkan pendidikan profesi ners. Sedangkan 6 responden mengatakan tidak akan melanjutkan pendidikan profesi ners karena biaya profesi yang terlalu tinggi dan tugas saat melalui pendidikan profesi yang terlalu banyak serta membutuhkan waktu yang lama. Selain faktor biaya dan waktu yang lama, ada beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi mahasiswa sarjana keperawatan untuk melanjutkan ke pendidikan profesi ners, yakni sikap, pengaruh orangtua dan teman kampus atau kuliah. Menurut Sumarto (2006), menyatakan bahwa faktor internal yang mempengaruhi motivasi adalah sikap. Hal ini karena sikap merupakan keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang relatif ajeg, yang disertai perasaan tertentu untuk membuat respon atau berperilaku dalam cara tertentu yang dipilihnya (Walgito, 2003), termasuk dalam

6 melanjutkan pendidikan profesi ners setelah menyelesaikan sarjana keperawatan. Sedangkan orang tua mempunyai peranan langsung sebagai pelindung, motivator, pendidik dan penanggung jawab terhadap segala aktivitas dalam keluarganya termasuk bertanggung jawab atas biaya pendidikan anak anaknya, baik pendidikan dasar hingga perguruan tinggi (Poerwodarminto, 2002). Adapun teman kuliah atau sebaya mempunyai pengaruh terhadap pembentukan sikap, perilaku dan prestasi seseorang, karena biasanya para remaja belum matang dalam menentukan keputusan. Sehingga perlu adanya dorongan atau motivator dari seseorang dalam menentukan suatu hal (Tu u, 2004), termasuk di dalamnya melanjutkan ke pendidikan profesi ners. Berdasarkan data dari Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta bahwa mahasiswa sarjana keperawatan angkatan 2003 sejumlah 34 mahasiswa, kemudian yang mengikuti program pendidikan profesi ners adalah 28 mahasiswa, sedangkan pada angkatan 2004 sejumah 56 mahasiswa, yang mengikuti program pendidikan profesi ners adalah 38 mahasiswa. Angkatan 2005 sejumlah 84 mahasiswa, yang mengikuti program pendidikan profesi ners adalah 48 mahasiswa, dan dari angkatan 2006 sejumlah 106 mahasiswa, yang mengikuti program pendidikan profesi ners adalah 63 mahasiswa. Adapun secara rinci dijelaskan pada tabel di bawah ini:

7 Angkatan tahun Tabel 1 jumlah mahasiswa sarjana keperawatan yang mengikuti pendidikan profesi ners Jumlah lulusan mahasiswa Mengikuti pendidikan profesi Ners Persen 2003 34 28 82,23 % 2004 56 38 67,85 % 2005 84 48 57,14 % 2006 106 63 59,43 % Berdasarkan latar belakang tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa banyak mahasiswa sarjana keperawatan yang tidak melanjutkan pendidikan profesi ners, maka penulis mengangkat judul tentang faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi mahasiswa sarjana keperawatan untuk melanjutkan pendidikan profesi ners. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan masalah yaitu Faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi motivasi mahasiswa sarjana keperawatan untuk melanjutkan pendidikan profesi ners di Universitas Muhammadiyah Surakarta? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi mahasiswa sarjana keperawatan untuk melanjutkan pendidikan profesi ners di Universitas Muhammadiyah Surakarta.

8 2. Tujuan khusus a. Mengetahui pengaruh sikap terhadap motivasi melanjutkan pendidikan profesi ners di universitas Muhammadiyah Surakarta. b. Mengetahui pengaruh teman kuliah terhadap motivasi melanjutkan pendidikan profesi ners di Universitas Muhammadiyah Surakarta. c. Mengetahui pengaruh orang tua terhadap motivasi melanjutkan pendidikan profesi ners di Universitas Muhammadiyah Surakarta. d. Memperoleh gambaran tentang faktor yang paling dominan mempengaruhi motivasi melanjutkan pendidikan profesi ners di Universitas Muhammadiyah Surakarta. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat: 1. Manfaat Teoritis Dengan diketahuinya gambaran tentang motivasi melanjutkan pendidikan profesi ners, dapat diidentifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan tercapainya profesionalitas perawat. 2. Manfaat Praktis a. Untuk Kepentingan mahasiswa Memberi sumbangan pemikiran, sebagai pemicu semangat belajar mahasiswa keperawatan, sehingga mahasiswa keperawatan lebih mempunyai rasa memiliki profesi perawat dengan mengoptimalkan potensi yang telah dimilikinya.

9 Selain itu, memberikan image bahwa profesi perawat saat ini, perannya sangat jauh berbeda dengan perawat jaman dahulu. Oleh karena itu, melanjutkan pendidikan profesi ners merupakan pilihan yang tepat untuk mengasah keterampilan sesuai perkembangan ilmu keperawatan dan profesi keperawatan dapat berpartisipasi aktif dalam berprestasi yaitu sejajar dengan profesi-profesi yang lain. b. Untuk Kepentingan Institusi Pendidikan Diharapkan institusi pendidikan dapat memberi gambaran riil tentang prospek profesi ners di masa mendatang dan mampu memenuhi harapan masyarakat pada pendidikan profesi ners, sehingga minat dan motivasi mahasiswa sarjana keperawatan untuk melanjutkan pendidikan profesi ners semakin besar dan meningkat. c. Untuk kepentingan penelitian di bidang pendidikan kesehatan Sebagai tambahan informasi untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang hubungan motivasi untuk melanjutkan pendidikan profesi ners dengan profesionalitas mahasiswa yang dihasilkan. E. Keaslian Penelitian Penelitian semacam ini pernah dilakukan oleh: 1. Laksananno (2004), Faktor-Faktor Yang Memotivasi Lulusan DIII Keperawatan Untuk Melanjutkan Pendidikan Di Program Studi Ilmu

10 Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Perbedaan dengan penelitian ini adalah bahwa metode penelitian dari Laksananno adalah menggunakan metode non eksperimental study deskriptif eksploratif dan respondennya lulusan DIII Keperawatan, sedangkan metode penelitian dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional dan respondennya mahasiswa sarjana keperawatan. 2. Marziati (2009), Motivasi Mahasiswa Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Aceh Selatan Untuk Melanjutkan Pendidikan Ke Tingkat Sarjana Keperawatan. Perbedaan dengan penelitian ini adalah bahwa penelitian Marziati menggunakan metode penelitian deskriptif, cara pemilihan sampel menggunakan Total Sampling dengan jumlah sampel 87 orang, dan respondennya mahasiswa Akademi Keperawatan, adapun kesimpulannya bahwa motivasi mahasiswa Akademi Keperawatan Pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat Sarjana Keperawatan mayoritas tinggi. Sedangkan metode penelitian dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional, cara pemilihan sampel dengan Simple Random Samling, jumlah sampel 86 orang dan respondennya mahasiswa sarjana keperawatan. 3. Wafak (2009), Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Motivasi Mahasiswa Semester Akhir Untuk Melanjutkan Ke Program Ners Di

11 Universitas Muhammadiyah Semarang. Metode penelitian ini adalah menggunakan metode deskriptif korelatif dengan rancangan cross sectional dengan jumlah sampel 80 orang. Adapun kesimpulannya ada hubungan antara dukungan keluarga dengan motivasi mahasiswa semester akhir untuk melanjutkan ke program ners di Universitas Muhammadiyah Semarang. Sedangkan penelitian yang akan di teliti yaitu menggunakan metode deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional, cara pemilihan sampel dengan Simple Random Samling, jumlah sampel 86 orang.