TUGAS KOMUNIKASI DIGITAL CODE DIVISION MULTIPLE ACCES

dokumen-dokumen yang mirip
Introduction to spread spectrum (SS) Alfin Hikmaturokhman,MT

SISTEM KOMUNIKASI CDMA Rr. Rizka Kartika Dewanti, TE Tito Maulana, TE Ashif Aminulloh, TE Jurusan Teknik Elektro FT UGM, Yogyakarta

BAB II CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (CDMA) CDMA merupakan singkatan dari Code Division Multiple Access yaitu teknik

Code Division multiple Access (CDMA)

BAB III Perencanaan Jaringan VSAT Pada Bank Mandiri dengan CDMA

ANALISIS PERBANDINGAN TEKNOLOGI SPREAD SPECTRUM FHSS DAN DSSS PADA SISTEM CDMA

Kuliah 5 Pemrosesan Sinyal Untuk Komunikasi Digital

SPREAD SPECTRUM RAHMAD FAUZI, ST, MT. Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN

Apa perbedaan antara teknik multiplex dan teknik multiple access??

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG

William Stallings Data and Computer Communications 7 th Edition. Bab 9 Spektrum Yang di/tersebar

Teknik Multiple Akses FDMA, TDMA, CDMA

BAB II DASAR TEORI. sesuai dengan sinyal pemodulasinya. Modulasi ada dua macam, yaitu modulasi

Visualisasi dan Analisa Kinerja Kode Konvolusi Pada Sistem MC-CDMA Dengan Modulasi QPSK Berbasis Perangkat Lunak

Politeknik Negeri Malang Sistem Telekomunikasi Digital Page 1

6.2. Time Division Multiple Access (TDMA)

TTG3B3 - Sistem Komunikasi 2 Multiple Access

BAB III PERANCANGAN SISTEM DAN SIMULASI

Visualisasi dan Analisa Kinerja Kode Konvolusi Pada Sistem MC-CDMA Dengan Modulasi QAM Berbasis Perangkat Lunak

BAB II ARSITEKTUR SISTEM CDMA. depan. Code Division Multiple Access (CDMA) merupakan salah satu teknik

Analisa Kinerja Alamouti-STBC pada MC CDMA dengan Modulasi QPSK Berbasis Perangkat Lunak

SAINTEKBU Jurnal Sains dan Teknologi Vol.1 No. 2 Desember RANCANG BANGUN SIMULASI SISTEM KOMUNIKASI SPREAD SPECTRUM (Perangkat Lunak)

Rangkuman chapter 9. Kelompok: Indra Aditya( ), Eka Murni Pratiwi( ), Firli Suryawan Sabri(1516

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS. Konsep selular mulai muncul di akhir tahun 1940-an yang digagas oleh

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1. Pemancar dan Penerima Sistem MC-CDMA [1].

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

APLIKASI RANGKAIAN TERINTEGRASI DIRECT DIGITAL SYNTHESIZER (DDS) SEBAGAI PEMBANGKIT SINYAL FREQUENCY HOPPING SPREAD SPECTRUM (FHSS)

Dasar Sistem Transmisi

MAKALAH KOMUNIKASI DIGITAL

Simulasi Dan Analisa Efek Doppler Terhadap OFDM Dan MC-CDMA

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Tabel PS/NS untuk Up dan Down Counter 3 bit. 23

Kata kunci : Spread spectrum, MIMO, kode penebar. vii

MULTIPLEXING. Ir. Roedi Goernida, MT. Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung

BAB III PEMODELAN MIMO OFDM DENGAN AMC

FREQUENCY HOPPING SPREAD SPECTRUM RECEIVER DENGAN PSEUDO NOISE CODE

Jakson Petrus M.B., S.Kom

BAB II POWER CONTROL CDMA PADA KANAL FADING RAYLEIGH

Quadrature Amplitudo Modulation-16 Sigit Kusmaryanto,

SISTEM SELULAR. Pertemuan XIV

PERENCANAAN ANALISIS UNJUK KERJA WIDEBAND CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (WCDMA)PADA KANAL MULTIPATH FADING

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

MODULASI SPREAD SPECTRUM UNTUK PENINGKATAN PERFORMANSI SISTEM KOMUNIKASI DI LINGKUNGAN TNI-AL

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Oleh : Nila Feby Puspitasari

ANALISIS KINERJA SISTEM KOOPERATIF BERBASIS MC-CDMA PADA KANAL RAYLEIGH MOBILE DENGAN DELAY DAN DOPPLER SPREAD

HAND OUT EK. 462 SISTEM KOMUNIKASI DIGITAL

BAB II KANAL WIRELESS DAN DIVERSITAS

BAB II DASAR TEORI. Dasar teori yang mendukung untuk tugas akhir ini adalah teori tentang device atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

DASAR TELEKOMUNIKASI ARJUNI BP JPTE-FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. Arjuni Budi P. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FPTK-UPI

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

APLIKASI DAN TINJAUAN TEKNIS DIRECT SEQUENCE CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (DS-CDMA)

II. TINJAUAN PUSTAKA. perang ataupun sebagai bagian dari sistem navigasi pada kapal [1].

PENGGUNAAN TEKNIK FREQUENCY HOPPING UNTUK MENGATASI MULTIPATH FADING PADA GLOBAL SYSTEM FOR MOBILE COMMUNICATION ( GSM ) INTISARI

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG

Realisasi Kode Prima Untuk Mengatur Loncatan Frekuensi (Frequency Hop) Dalam Sistem FH-CDMA ABSTRAK

TEKNIK DAN MODEL KOMUNIKASI

BAB II JARINGAN GSM. telekomunikasi selular untuk seluruh Eropa oleh ETSI (European

Simulasi Pengiriman Dan Penerimaan Informasi Menggunakan Teknologi Spread Spektrum

KINERJA AKSES JAMAK OFDM-CDMA

Spread Spectrum (FHSS) pada

TEKNIK AKSES JAMAK DALAM TELEKOMUNIKASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Rijal Fadilah. Transmisi & Modulasi

ANALISIS KINERJA BASIC RATE ACCESS (BRA) DAN PRIMARY RATE ACCESS (PRA) PADA JARINGAN ISDN

RUNTUN MAKSIMAL SEBAGAI PEMBANGKIT RUNTUN SEMU PADA SISTEM SPEKTRUM TERSEBAR. Dhidik Prastiyanto 1 ABSTRACT

I. Pembahasan. reuse. Inti dari konsep selular adalah konsep frekuensi reuse.

SINYAL & MODULASI. Ir. Roedi Goernida, MT. Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung

Teknik Sistem Komunikasi 1 BAB I PENDAHULUAN

MULTIPLEKS VI.1 PENGERTIAN UMUM

Gambar 1. Blok SIC Detektor untuk Pengguna ke-1 [4]

ANALISIS UNJUK KERJA TEKNIK MIMO STBC PADA SISTEM ORTHOGONAL FREQUENCY DIVISION MULTIPLEXING

Menyebutkan prinsip umum sinyal bicara dan musik Mengetahui Distorsi Mengetahui tentang tranmisi informasi Mengetahui tentang kapasitas kanal

Implementasi Direct Sequence Spread Spectrum pada DSK TMS320C6416T

Rijal Fadilah. Transmisi Data

PENGENALAN TEKNOLOGI VSAT (VERY SMALL APERTURE TERMINAL)

Implementasi Direct Sequence Spread Spectrum pada DSK TMS320C6416T

BAB II SISTEM WCDMA. spektrum tersebar, yaitu Direct Sequence Spread Spectrum (DS-SS). Dengan

BAB II TEORI PENUNJANG

BAB III PERANCANGAN MODEL KANAL DAN SIMULASI POWER CONTROL DENGAN MENGGUNAKAN DIVERSITAS ANTENA

ANALISIS UNJUK KERJA CODED OFDM MENGGUNAKAN KODE CONVOLUTIONAL PADA KANAL AWGN DAN RAYLEIGH FADING

UNJUK KERJA FREQUENCY HOPPING PADA KANAL SISTEM KOMUNIKASI BERGERAK YANG MENGALAMI RAYLEIGH FADING INTISARI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bab II Landasan teori

Bab 3. Transmisi Data

Pengantar Jaringan Nirkabel (Wireless Networks)

PENGERTIAN GELOMBANG RADIO

BAB III MODEL SISTEM CLOSED-LOOP POWER CONTROL PADA CDMA

MODULASI. Ir. Roedi Goernida, MT. Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung

Dalam sistem komunikasi saat ini bila ditinjau dari jenis sinyal pemodulasinya. Modulasi terdiri dari 2 jenis, yaitu:

Realisasi Column Wise Complementary Codes Pada Sistem CDMA ABSTRAK

Multiple Access. Downlink. Handoff. Uplink. Mobile Station Distributed transceivers Cells Different Frequencies or Codes

Simulasi Dan Analisis Pengaruh Kecepatan Pengguna Terhadap Kualitas Layanan Data Dengan Menggunakan Encoder Turbo Code Pada Sistem CDMA EV-DO Rev A

Jaringan Komputer Data Encoding Data Enc

Jaringan Komputer. Transmisi Data

Komunikasi Data. Bab 5. Data Encoding. Bab 5. Data Encoding 1/46

KOMUNIKASI DATA. 1. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

TUGAS KOMUMIKASI DIGITAL. Modulasi Phase Shift Keying

Transkripsi:

2012 TUGAS KOMUNIKASI DIGITAL CODE DIVISION MULTIPLE ACCES OLEH Yustrinana Damantalm (D411 08 366) Adrianus Bonny (D411 08 370) Astriana (D411 08 381) Muh. Hafiansyah (D411 08 329) JURUSAN ELEKTRO FAKULAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN 2012

BAB 1 PENDAHULUAN Perkembangan teknologi informasi saat ini berkembang seiring dengan revolusi teknologi informasi. Hal ini sesuai dengan kemajuan teknologi dalam bidang telekomunikasi dunia yang sedang maju dengan pesat serta pengaruh era globalisasi dan arus informasi yang sangat diperlukan oleh masyarakat modern. Kemajuan perekonomian serta majunya teknologi telekomunikasi merupakan titik tolak dan potensi yang besar untuk dapat meningkatkan dan mewujudkan jenis pelayanan komunikasi yang lebih canggih untuk komunikasi suara, video, dan data. Aktifitas kehidupan sehari-hari banyak tergantung dari penggunaan informasi. Bentuk-bentuk informasi adalah beraneka ragam, antara lain dalam bentuk bahasa lisan, tertulis atau data tertulis/gambar. Informasi bisa diolah, disimpan dan disalurkan. Teknologi-teknologi baru telah dikembangkan untuk melakukan hal-hal tersebut. Salah satu sarana yang paling penting dalam penyaluran informasi adalah dengan mengkonversikan informasi ke dalam bentuk sinyal listrik dan mentransmisikannya dalam jangkauan jarak tertentu menggunakan suatu media komunikasi. Teknologi yang banyak digunakan sekarang ini adalah CDMA yang merupkan salah satu teknik akses yang berbasiskan spread spectrum dimana terdapat baris baris kode dalam penyampaian informasinya sehingga tidak mudah disadap.

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Sejarah CDMA CDMA adalah sebuah teknologi militer yang digunakan pertama kali pada Perang Dunia II oleh sekutu Inggris untuk menggagalkan usaha Jerman mengganggu transmisi mereka. Sekutu memutuskan untuk mentransmisikan tidak hanya pada satu frekuensi, namun pada beberapa frekuensi, menyulitkan Jerman untuk menangkap sinyal yang lengkap. CDMA menggunakan spektrum frekuensi amat lebar yang dimanfaatkan secara bersama oleh para pelanggan / pengguna tanpa pembagian waktu maupun frekuensi. CDMA akan mengisi seluruh spektrum dengan paket informasi / data yang telah dikodekan CDMA (code division multiple access) adalah teknologi akses jamak dimana masing-masing user menggunakan code yang unik dalam mengakses kanal yang terdapat dalam sistem.pada CDMA, sinyal informasi pada transmitter dicoding dan disebar dengan bandwidth sebesar 1.25 MHz (spread spectrum), kemudian pada sisi repeater dilakukan decoding sehingga didapatkan sinyal informasi yang dibutuhkan. Para pakar teknologi telepon seluler sepakat bahwa kecanggihan CDMA jauh melebihi GSM yang sekarang ini banyak dipergunakan oleh operator telepon seluler di Indonesia. CDMA tarifnya akan jauh berada dibawah GSM karena biaya investasinya sangat murah. Teknologi CDMA pada awalnya dipergunakan dalam komunikasi radio militer Amerika Serikat (AS), mulai tahun 1990 patennya diberikan kepada Qualcomm, Inc. dan dijadikan sebagai standar seluler digital di AS sejak tahun 1993. Oleh karena itu tidak heran jika teknologi ini sangat aman karena tidak dapat digandakan (dikloning). Sehingga teknologi ini sangat cocok bagi kegunaan layanan telepon banking, seperti transfer, cek saldo, dll.

0 2 4 6 8 10 11 12 14 Uplink or uplink CDMA RF Carrier Channel (MHz) N.. Time(sec) t 5... t 4 t 3 t 5 4.. 1 2 3 4 5 M (PN Code) Gbr. Teknologi 3 CDMA dimana N bandwidth tersedia diisi oleh spektrum paket informasi/data dgn mengunakan PN Code. Pada Gbr. diatas terlihat bahwa saat t 1 ada sejumlah M paket informasi yang megakses secara bersama, maka masing-masingnya diberi Pseudo Noise (PN) Code yang berbeda-beda, sehingga total PN Code juga M. Dari Gbr. juga terlihat ada N total kanal yang tersedia, dan setiap paket spektrum akan menyebar / mengisi keseluruhan bandwidth dari N kanal yang tersedia. Dgn pemanfaatan TDM ( t 1,t 2,t 3,t 4,t 5 ) kapasitas CDMA semakin meningkat Kepadatan spektrum daya (dbwatt/hz) 3 db 3 db B S Frekuensi (Hz) B SS

Gbr Spektrum sinyal informasi / data sebelum dan Sesudah penyebaran Ide dasar CDMA adalah mentransformasikan sinyal informasi dengan bandwidth B S kedalam bandwidth yang lebih lebar B SS. Dengan demikian setiap paket sinyal informasi yang telah dikodekan selebar B S akan menempati keseluruhan bandwidth B SS sebagaimana terlihat pada Gbr.diatas 2.2 Pengertian Spread Spectrum Spread spectrum signal digunakan untuk mentransmisikan informasi digital yang dipengaruhi oleh karakteristik bandwidth W yang lebih besar dari information rate R dalam bits/s, sehingga daya yang dibutuhkan sedikit. Pengertian lain dari teknik spread spectrum adalah suatu teknik yang memungkinkan beberapa user menggunakan bandwidth yang sama pada waktu yang sama tanpa terjadi interferensi satu sama lain. Suatu sistem dapat disebut sistem spread spectrum jika memenuhi persyaratan: 1. Sinyalnya membutuhkan bandwidth yang besar untuk mengirimkan informasi. 2. Spreading signal atau disebut code signal merupakan data independen. 3. Pada receiver, despreading dilakukan dengan menyesuaikan spread sinyal yang diterima dengan replika sinkronisasi dari spread sinyal informasi. Sinyal spread spectrum digunakan untuk: 1. Menghilangkan atau menekan efek interferensi detrimental pada jamming, interferensi dari user lain pada kanal dan interferensi karena multipath propagation. Jammer harus dihilangkan karena akan mengganggu komunikasi karena membingungkan penerima. Interferensi dari user lain terjadi karena user berbagi kanal bandwidth yang sama untuk mengirimkan berbagai informasi ke berbagai tujuan pada saat yang bersamaan. 2. Menyembunyikan sinyal dengan mentransmisikan pada daya rendah yang

tertutup oleh noise. Penyembunyian pesan dibalik noise dilakukan dengan menyebarkan bandwidthnya dengan coding dan transmitting sinyal resultan pada daya rendah. Pada keadaan ini probabilitas pendengar lain untuk mengetahui isi pean sangat rendah, atau dikenal dengan Low-probability-of-intercept (LPI). 3. Memberi pesan pribadi tanpa didengar user lain. Hal ini dilakukan dengan superimposing pola pseudo-random dalam pentransmisian pesan. Pesan dapat didemodulasi oleh receiver yang dimaksud, yang mengetahui pola pseudo-random atau kode yang digunakan transmiter, sedangkan receiver lain yang tidak mengetahui kode ini tidak dapat menerima pesan tersebut. Pada aplikasi lain selain untuk komunikasi, spread spectrum signal digunakan untuk menghasilkan perhitungan time delay yang akurat dan rata-rata kecepatan pada radar dan navigasi. Diagram Blok dari spread-spectrum: 2.3 Teknik Spreading Secara garis besar teknik spreading dibedakan atas 2 macam, yakni: 1. Spectrum spreading, yang terdiri dari : a. Direct Sequence Spread Spectrum b. Frequency Hoping Spread Spectrum 2. Time spreading (Time hoping ). DIRECT SEQUENCE SPREAD SPECTRUM Transmisi Direct Sequence Spread Spectrum punya pengaturan sbb.:

1. Spread spectrum adalah sebuah cara guna mengatur distribusi dari energi frekuensi radio pada suatu bandwidth. 2. Sebuah pita sempit dari energi radio yang mengandung informasi / data dimodulasikan sehingga berada dalam bandwidth yang jauh lebih lebar dari spektrum semula. 3. Direct sequence menunjukkan bahwa informasi yang telah dikodekan ke dalam bidang frekuensi selebar B SS, selanjutnya dimultipleks dan ditransmisikan bersama sinyal informasi lainnya. 4. Seluruh informasi suara / data diidentifikasikan dengan kode Pseodo Noise (PN) yang khas ke terminal bergerak. 1. Chips : Dalam Direct Sequence Spread Spectrum (DSSS) atau DS-CDMA, tiap bit informasi disimbolkan oleh sejumlah kode bit yg disebut chips,yakni total kanal frekuensi yg akan digunakan sebagai tempat pengkodean. Sebagai contoh: Suatu informasi yang ditransmisikan dgn kecepatan R b = 10 KBPS punya lebar pita B S = 10KHz. Jika tiap bit-nya dikodekan dengan 100 chips (kanal), maka : Kebutuhan lebar pita B SS = 100 x 10 KHz = 1 MHz. 2. Processing Gain (PG) / Spreading Factor Processing Gain adalah perbandingan bandwidth spread spectrum terhadap kecepatan bit informasi, secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut: PG = B SS / R b. VIII-1 PG merupakan salah satu parameter yang sering digunakan mengukur unjuk kerja DS-CDMA. Jika data diatas dimasukkan dalam rumus IX-1, maka diperoleh PG = 1 (MHz) / 10 (KBPS) = 100 kali = 10 log 100 = 20 db Processing Gain / Spreading Factor akan menentukan jumlah kanal / pengguna yang dapat ditangani oleh sistem. FREQUENCY HOPPING SPREAD SPECTRUM Sebuah FH-CDMA dalam sistemnya akan memiliki N kanal frekuensi yang digunakan untuk menyelenggarakan suatu hubungan yang berpindah-pindah (hopping) dengan suatu pola tertentu dalam N kanal tersebut.

Jika suatu informasi dengan bandwidth B C KHz akan menggunakan N kanal hopping maka sebagaimana terlihat pada Gbr.VIII-3, bandwidth yang diperlukan untuk mentransmisikan informasi tersebut dengan FH-CDMA adalah W = N.B C (KHz) W B C Kanal yang dipakai pada waktu t Kanal untuk hopping 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 No. kanal Gbr.: Bandwidth W dari teknologi FH-CDMA Dalam FH-CDMA terdapat 2 macam pola hopping, yakni : 1. FAST HOPPING : Merupakan pola lompatan yang akan melakuan perpindahan dua kali atau lebih untuk setiap chipnya. 2. SLOW HOPPING Merupakan pola lompatan yang akan melakukan satu perpindahan untuk beberapa chips. TIME HOPPING / TIME SPECTRUM R R g R g R g R g R g R g T t 1 t 2 t 3 t 4 t 5 t 6 t n a b

Gbr. Pengiriman sinyal informasi dengan Time Hopping a. Sinyal informasi awal b. Sinyal informasi setelah mengalami Time Hopping Bila sejumlah informasi dengan kecepatan data R membutuhkan waktu kirim dengan interval T, maka untuk pengakesan dengan metode time hopping, informasi ini kemudian dibagi-bagi sebesar R g tiap burst-nya dengan tenggang waktu atau guard time t n, dikirim secara acak menurut Pseudo Random atau Pseudo Noise yang dimilikinya, sebagaimana terlihat pada Gbr.VIII-4. PROSES END TO END SINYAL CDMA PADA SISTEM SELULER S 1 (t-t 1 ) G 1 (t-t 1 )+ S 2 (t-t 1 ).G 2 (t-t 1 ) S 1 (t-t 1 ) MODEM BPF X 1 (t-t 1 ) X 1 (t) S 1 (t) S 1 (t). G 1 (t) G 1 (t-t 1 ) f 0 X 2 (t) f 0 G 1 (t) A S 2 (t) S 2 (t). G 2 (t) S 1 (t-t 2 ) G 1 (t-t 2 )+ S 2 (t-t 2 ).G 2 (t-t 2 ) S 2 (t-t 2 ) f 0 G 2 (t) BPF X 2 (t-t 2 ) G 2 (t-t 2 ) f 0 B S 1 (t-t 2 ) G 1 (t-t 2 ) G 2 (t-t 2 ) + S 2 (t-t 2 ) { G 2 (t-t 2 ) } 2

Gbr.Proses end to end sistem CDMA di mana: a. X 1 (t), X 2 (t) = sinyal informasi b. S 1 (t), S 2 (t) = sinyal termodulasi c. G 1 (t), G 2 (t) = PN Code d. T 1, T 2 ) = waktu tunda Operasi end to end sistem CDMA yg diperlihatkan pada Gbr.diatas terdiri dari 1 Base Station dengan 2 kanal. Sebelum sinyal informasi X 1 (t) dan X 2 (t) ditransmisikan dengan kecepatan data R, terlebih dahulu harus dimodulasi oleh sinyal carrier f 0 yang sama, selanjutnya setelah sinyal termodulasi ini dikalikan dengan PN Code akan diperoleh sinyal yang dipancarkan BTS, yakni : Output BTS yang berasal dari kanal 1 : S 1 (t). G 1 (t) Output BTS yang berasal dari kanal 2 : S 2 (t). G 2 (t) Kedua penerima akan menangkap semua sinyal yang berasal dari BTS, dan sinyal ini punya waktu tunda propagasi sebesar T detik. sehingga : Input penerima kanal 1 : S 1 (t-t 1 ) G 1 (t-t 1 )+ S 2 (t-t 1 ).G 2 (t-t 1 ) Input penerima kanal 2 : S 1 (t-t 2 ) G 1 (t-t 2 )+ S 2 (t-t 2 ).G 2 (t-t 2 ) Melalui proses EXNOR, sinyal dipenerima akan dikalikan dengan PN Code. Perkalian antara 2 PN Code akan memberikan hasil sbb.: Untuk PN Code yang sama : G 1 (t-t 2 ) G1(t-T 2 ) = 1 Untuk PN Code yang berbeda : G 1 (t-t 2 ) G2(t-T 2 ) = 0 Selanjutnya setelah diliwatkan pada BPF akan diperoleh kembali sinyal termodulasi S 1 (t-t 1 ) dan S 2 (t-t 2 ). Tahapan akhir dari proses adalah demodulasi S 1 (t-t 1 ) dan S 2 (t-t 2 ) dari carrier f 0 guna memperoleh kembali sinyal informasi X 1 (t), X 2 (t). PEMBANGKIT KODE PSEUDO NOISE ( PN CODE ) Deret PN yang paling banyak dipakai adalah : 1. Maximal Length Shift Register (MLSR) 2. Deret M yang dapat dibangkitkan oleh shift register n tingkat.

Deret m lebih banyak digunakan karena mudah dibangkitkan dan memiliki autokorelasi yang baik. Autokorelasi adalah derajat kesamaan antara kode yang dibangkitkan dipengirim (Base Station) dengan replika kode tersebut dipenerima. Feedback 1 0 0 0 X 1 X 2 X 3 X 4 Output : Clock Tg Gbr. Pembangkit deret M dengan Shift Register 4 tingkat. Gbr.ditas memperlihatkan pembangkit kode PN. Dari gambar terlihat bahwa 2 digit terakhir ( X 3 dan X 4 ) digabung dengan sebuah penambah module 2 (gerbang XOR), kemudian diumpan balik sebagai masukan berikutnya. Sedangkan deret yang dimaksud adalah digit-digit terakhir dari keluaran yang dihasilkan. Bila masukan awal : 1000 Maka keluaran : 1000 0100 0010 1001 1100 0110 1011 0101 1010 1101 1110 1111 0111 0011 0001 1000 Bila keluaran akhir sama dengan masukan awal, maka proses akan berhenti atau akan berlangsung selama (2 n 1 ) kali. Dapat disimpulkan : Panjang kode PN adalah 15 untuk kasus n = 4 Deret PN adalah 0001 0011 0101 1111, yang berasal dari nilai digit akhir atau nilai X 4 Nilai PN yang dihasilkan memiliki perioda waktu : T PN = LT C dimana L = 2 n 1 Deret PN yang dihasilkan disebut juga chip G(t). SINKRONISASI

T C PN Code G 1 PN Code G 2 PN Code G 1x G 2 Bit shift 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Gbr. Autokorelasi dengan pergeseran 4 dimana G 2 diperoleh dengan menggeser G 1 kekanan sejauh 4 bit untuk nilai autokorelasi 0.460 Penerima harus mengatur agar terjadi sinkronisasi dgn pemancar (BTS). Sinkronisasi ini dilakukan dengan mengadakan perhitungan autokorelasi antara PN Code BTS dan MS dalam hal ini adalah G 1 (t) dan G 2 (t). Autokorelasi adalah derajat korespondensi antara suatu deret dengan deret itu sendiri yang digeser sepanjang waku tertentu. Gbr.VIII-7 memperlihatkan contoh proses autokorelasi kode penyebar dengan menggunakan N=15 chips.

Proses ini dilakukan dengan cara mengalikan PN Code yg ditransmisikan dengan kode yang tergeser. Jika suatu PN Code bergeser sejauh N bit, maka diperoleh nilai derajat korespondensi sebesar -1/N = 1/15 (minimal N=1), sedangkan untuk PN Code yang tidak tergeser maka derajat korespondensinya adalah 1 (maksimum), sebagaimana terlihat pada Gbdibawah T C PN Code G 1 PN Code G 1 PN Code G 1 x G 2 Bit shift

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Gbr.VIII-9: Autokorelasi dengan pergeseran 0 dimana G 2 diperoleh dengan menggeser G 1 kekanan sejauh 0 bit untuk nilai autokorelasi 1,0 Untuk menentukan keadaan sinkron, penerima mengamati harga auto-korelasi pada setiap pergeseran waktu sepanjang selang N chips. Jika penerima belum mendeteksi harga maksimum autokorelasi, maka chip akan terus digeser hingga mendapatkan harga maksimum autokorelasi. Jika penerima telah mendeteksi harga maksimum autokorelasi, maka pada saat itu terjadi keadaan sinkron antara pengirim (BTS) dan penerima (MS), karena posisi kedua PN Code keduanya sudah tepat sama. Dengan demikian barulah komunikasi dapat berlangsung.

BAB III KESIMPULAN Dapat disimpulkan bahwa: Kelebihan CDMA dari Multiple Acces lainnya adalah : Kapasitas / daya tampungnya yang jauh lebih besar Anti jamming sehingga amat sukar untuk disadap Menggunakan modulasi QPSK Menggunakan Teknik Spread Spketrum dengan chips chips PN Code